• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Situmorang (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Peran Business Development Service (BDS) terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan di Kota Pematangsiantar. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar (data bulan Maret tahun 2008) sebanyak (N) 48 unit usaha kecil menengah pertenunan dengan kriteria:

a. Menggeluti usaha pertenunan minimal 1 tahun.

b. Pernah mendapat layanan dari program Business Development Services (BDS).

Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling (sampel jenuh) karena jumlah populasi relatif kecil dan homogen, yaitu (n) 48 pengusaha pertenunan.

Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan sensus. Sensus adalah penelitian yang mengambil seluruh populasi yang sesuai kriteria menjadi sampel dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara umum menggunakan metode statistik (Singarimbun dan Effendy, 1995). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya peran Business Development Service (BDS) dapat meningkatkan pendapatan pengusaha pertenunan di Pematang Siantar.

II.2 Teori Pelatihan II.2.1 Pengertian Pelatihan

Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan saat ini. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pelatihan, berikut ini dikemukakan beberapa definisi dari para ahli.

Menurut Sastradipoera (2006), “Jika pemahaman tentang pendidikan itu

dipusatkan pada pengertian pelatihan (training), maka beberapa definisi berikut akan dapat membantunya: 1) pelatihan adalah salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan di luar sistem pengembangan sumber daya manusia yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori, 2) pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur personalia non manajerial belajar pengetahuan dan keterampilan teknis untuk mencapai tujuan tertentu, 3) pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang berhubungan dengan upaya pengubahan tingkah laku sumber daya manusia agar tingkah laku itu sesuai dan memadai untuk kebutuhan dan tujan tertentu”.

Mathis and Jackson (2003) menyatakan bahwa, “Training is process where by people acquire capabilities to aid in the achievement of organizational. In a limited sense, training provides employees with spesific, identifiable knowledge and skills for use in their present jobs”.

(Pelatihan adalah sebuah proses di mana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Dalam pengertian terbatas, pelatihan memberikan karyawan pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan data diidentifikasikan untuk digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan pada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam menunjang pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja dan organisasi.

II.2.2 Tujuan Pelatihan

Tujuan diadakan pelatihan dikarenakan pemerintah menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga lebih sejahtera. Jadi sebelum diberikan pelatihan akan dijelaskan terlebih dahulu tujuan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan-P2KP tersebut.

Menurut Werther and Davis (1936), Training is helps employee do their current jobs, the benefits of training may extend throughout a persons carreer and help develop that person’s for future responbilities”.

(Pelatihan membantu karyawan melakukan pekerjaan mereka saat ini, manfaat pelatihan dapat meluas di dalam karir seseorang dan membantu mengembangkan orang itu untuk tanggung jawab masa depan).

II.3 Teori Pinjaman Bergulir

Salah satu pilihan masyarakat yang termuat dalam Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) adalah memanfaatkan sebagian dana BLM untuk kegiatan pinjaman dana bergulir.

II.3.1 Pengertian Pinjaman Bergulir

Pinjaman bergulir adalah pinjaman dalam PNPM Mandiri Perkotaan yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pinjaman bergulir adalah modal pinjaman yang diberikan kepada masyarakat untuk membantu kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja. Pinjaman dapat juga digunakan untuk memulai usaha baru yang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan kesopanan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kasmir (2006) menyatakan bahwa modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman.

Pinjaman bergulir merupakan pemberian bantuan modal oleh pemerintah melalui PNPM MANDIRI-P2KP kepada masyarakat berupa kredit dengan jasa pinjaman 1,5% sampai dengan 3%. Ketentuan jasa ini ditetapkan oleh Badan Keswadayaan masyarakat beserta Unit Pengelola Keuangan (UPK) di masing-masing desa, sehingga jasa pinjaman bisa berbeda-beda di masing-masing desa.

meminjam antara bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Di dalam PNPM MANDIRI-P2KP ada beberapa Ketentuan Umum atau Skim Pinjaman bergulir yang ditentukan sebagai berikut:

1. Peminjam

Peminjam dalam Pinjaman Bergulir ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah memenuhi kriteria minimal KSM di atas, bukan individu (perorangan). Adapun kriteria anggota KSM yang meminjam harus memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:

1. Warga miskin yang tercantum dalam PS2. 2. Mempunyai usaha atau akan memulai usaha.

3. Usahanya menguntungkan dan dapat dikembangkan. 4. Mempunyai motivasi untuk mengembangkan usaha. 5. Memerlukan tambahan modal kerja.

6. Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman. 7. Mendapat persetujuan keluarga.

8. Usahanya tidak bertentangan dengan undang-undang, peraturan dan kesusilaan.

Bagi anggota KSM yang telah menerima pinjaman sampai batas maksimal (Rp. 2 juta atau 4 kali pinjaman) maka BKM/UPK:

1. Memberikan rekomendasi anggota KSM tersebut ke Lembaga Keuangan Formal.

2. Mengupayakan channeling sebagai sumber dana pinjaman. 2. Tujuan Penggunaan Pinjaman

Pinjaman diberikan untuk membantu kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja. Pinjaman dapat juga digunakan untuk memulai usaha yang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan kesopanan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pinjaman tidak dapat dipergunakan untuk tujuan menunjang kegiatan militer dan politik.

Pinjaman untuk pembuatan sertifikat tanah dapat diberikan pada tahap terakhir kali pinjam dengan tujuan sertifikat yang dibiayai nantinya dapat dipergunakan sebagai jaminan dalam mengajukan pinjaman ke Lembaga Keuangan lain.

3. Besar Pinjaman

Besar pinjaman mula-mula ditentukan maksimal Rp. 500.000,- per orang, namun disesuaikan dengan kemampuan membayar kembali peminjam. Artinya bahwa besar pinjaman pertama tersebut bisa lebih rendah dari Rp. 500.000,- apabila berdasarkan penilaian kemampuan membayar kembali yang bersangkutan memang hanya sebesar itu.

Pinjaman berikutnya tergantung pada catatan pembayaran kembali dan kemampuan dana UPK, dapat diberikan pinjaman yang lebih besar, memperoleh

pembayaran kembalinya lebih baik), atau diberi jumlah yang sama dengan jasa pinjaman yang lebih rendah. Kebijakan ini diatur lebih khusus oleh BKM.

4. Jasa Pinjaman

Jasa pinjaman sebesar 1,5% sampai dengan 3% perbulan dihitung dari pokok pinjaman mula-mula (besar pinjaman yang diterima).

Jasa pinjaman yang ditetapkan UPK dapat menutup semua biaya UPK yaitu biaya operasional UPK, biaya resiko pinjaman, memelihara nilai modal awal (inflasi), serta tingkat ketentuan tertentu yang dapat digunakan untuk: pemupukan modal, BOP BKM, Dana Lingkungan dan Dana Sosial, dan lain-lain. Semakin kecil tingkat jasa pinjaman dan semakin besar tunggakan, akan semakin kecil jasa riil yang kita peroleh. Dampaknya adalah tingkat keuntungan akan semakin kecil dan akumulasi/pemupukan modal semakin kecil. Apabila keuntungan yang diperoleh negatif, berarti terjadi dekapitalisasi atau pengurangan modal awal (dana BLM) yang lama kelamaan akan habis, yang berarti kegiatan pelayanan UPK tidak bisa berkelanjutan (sustain), demikian sebaliknya.

5. Jangka Waktu Pinjaman dan Frekuensi Pinjaman

Jangka waktu pinjaman 3 sampai dengan 12 bulan disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam. Diharapkan dengan jangka waktu demikian pembelajaran kepada peminjam tentang pinjaman yang baik akan lebih cepat tercapai.

Frekuensi pinjaman masing-masing peminjam ditetapkan maksimal 4 kali yang bida dibiayai dari dana BLM. Untuk selanjutnya dihaarapkan BKM bisa

mengupayakan pinjaman untuk persertifikatan tanah sehingga dapat untuk dijadikan jaminan ke Lembaga Keuangan lain. Di samping itu BKM diharapkan mengupayakan chaneling atau mencarikan pinjaman ke Lembaga Keuangan lainnya.

6. Angsuran Pinjaman

Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa adanya tenggang waktu (grace period). Setiap kali angsuran harus mencakup jasa dan pokok pinjaman. Apabila terjadi jumlah pembayaran yang tidak mencukupi untuk membayar keseluruhan jumlah angsuran pokok dan jasa, maka prioritas pembayaran dilakukan menurut urutan: jasa pinjaman, pokok pinjaman yang tertunggak, baru untuk pokok saat pembayaran.

Agar pinjaman yang diberikan memenuhi semua persyaratan yang sudah ditentukan dalam Pinjaman Bergulir ini, maka prosedur pemberian pinjaman harus melalui tahapan-tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

TAHAP: DOKUMEN YANG DIGUNAKAN:

Sumber: PNPM-P2KP

Gambar 2. Skema tahapan pinjaman dana bergulir

Catatan Hasil Pembinaan Pinjaman (PB-06)

a. Kartu Pinjaman (UPK 04A/UPK 04B) b. Bukti Kas Masuk (UPK 1A)

c. Kartu Tabungan (UPK 13A/UPK 13B) a. Surat Perjanjian Pinjaman (PB 03) b. Bukti Kas Keluar (Model 1B) c. Kartu Pinjaman (UPK 04A/UPK 04B) 4. Realisasi Pinjaman 2. Pemeriksaan Pinjaman 1. Pengajuan Pinjaman 3. Putusan Pinjaman 5. Pemberian Pinjaman 6. Pembayaran Pinjaman

Putusan (Persetujuan/Penolakan) dari Usulan Pinjaman (PB 02)

Blanko Permohonan Pinjaman (PB 02), dilampiri:

a. Blanko Pengajuan Pinjaman (PB 01) b. Foto Kopi KTP

c. Berita Acara Pembentukan KSM d. Aturan Main KSM

a. analisis Pinjaman (Blanko

Permohonan Pinjaman/PB 02)

b. Usulan Pinjaman (Blanko

II.4 Teori Pendapatan II.4.1 Pengertian Pendapatan

Tidak mudah menghitung pendapatan keluarga apalagi bagi keluarga yang tidak mempunyai pendapatan yang tidak tetap seperti petani. Tetapi pendapatan keluarga harus dihitung. Bila pendapatan itu dalam satuan waktu panen, berupa hasil pertanian yang harganya berubah-rubah maka perhitungannya harus disesuaikan dengan nilai rupiah secara bulanan.

Menghitung pendapatan keluarga artinya: menjumlah semua penghasilan yang diperoleh oleh semua anggota keluarga dari berbagai jenis sumber. Kesulitan akan timbul bilamana tidak semua anggota keluarga terutama suami, melapor/menyetorkan penghasilannya kepada pengelola yang biasa dilakukan oleh istri/ibu rumah tangga. Perencanaan atau prediksi pendapatan keluarga ini seyogyanya disusun oleh seluruh anggota keluarga setiap akhir bulan untuk merencanakan/memprediksi pendapatan keluarga bulan berikutnya.

Menurut Noor (2007: 186), Menyatakan bahwa pendapatan merupakan fungsi dari jumlah yang terjual dan harga jual. Artinya pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual.

Sedangkan menurut Pass dan Lowes (1999), Pendapatan adalah uang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (Wages), upah (Salaries), sewa (Rent), bunga (Interest), laba (Profit), dan lain sebagainya bersama-sama dengan

II.4.2 Pembagian Pendapatan

Ada beberapa pembagian tentang pendapatan (income), yaitu:

1. Gross dan net income: gross income adalah pendapatan keluarga yang belum dideduksi dengan biaya, sedangkan net income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.

2. Gross income dapat pula dibagi ke dalam dua bentuk cash dan non cash. Yang pertama berdasarkan dari penjualan hasil produksinya, misalnya dapat dari tanaman maupun ternak. Sedang yang non-cash dapat berupa produk yang dikonsumsi langsung atau ditukar komoditi lain, atau dapat berupa barang dan servis. Hasil usaha yang ditimbun (perubahan inventaris) juga termasuk non- cash.

Dokumen terkait