TERPUSAT, Jon Putra, Prof. Ir. Morisco, Ph.D. dan Dr.-Ing.
Ir. Djoko Sulistiyo, Mahasiswa S2 Struktur (08/274949/PTK/05001), lulus 16 Pebruari 2010 Bambu sudah digunakan secara turun -temurun oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan konstruksi. Namun seiring dengan perkembangan zaman, secara perlahan-lahan bambu mulai ditinggalkan sebagai bahan konstruksi karena dianggap kurang menguntungkan, selain itu penggunaan bambu memiliki pandangan khusus di masyarakat, sebagai simbol kemiskinan. Namun demikian, bambu merupakan material yang sangat potensial karena ketersediaannya yang relatif mudah didapat, dan bisa tumbuh dimana saja. Selain itu sifat mekanik dan sifat fisik bambu cukup baik, serta teknologi pengawetan bambu dapat meminimalisir kekurangan bambu yang kurang tahan terhadap cuaca dan mikro organisme.
Selama ini penggunanaan material bambu sebagai bahan konstruksi telah banyak diaplikasikan, baik dengan analisis-analisis struktur yang ada maupun berdasarkan pengalaman-pengalaman empirik yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Pada penelitian ini, bambu wulung dan bambu cendani
dirangkai sedemikian rupa menjadi struktur square truss, dengan variasi
didasarkan pada tinggi spesimen. Spesimen merupakan square truss 3D
dengan lebar tiap spesimen adalah 25 cm. Variasi tinggi masing-masing specimen adalah 30 cm, 40 cm dan 50 cm. Panjang bentang semua spesimen sama yaitu 400 cm. Variasi yang lain adalah dengan penambahan mortar pada salah satu spesimen. Spesimen difungsikan sebagai balok yang memikul beban terpusat di tengah bentang.
Dari hasil eksperimen untuk spesimen tanpa mortar dengan variasi spesimen 25 cm x 30 cm, 25 cm x 40 cm dan 25 cm x 50 cm, diperoleh beban runtuh maksimum 3,60 kN, 3,84 kN dan 3,82 kN dengan lendutan 58,51 mm, 80,41 mm, dan 80,94 mm. Sedangkan specimen dengan mortar diperoleh beban runtuh maksimum 7,42 kN dengan lendutan 90,94 mm. Penambahan mortar pada spesimen meningkatkan k ekakuan pada struktur. Baik hasil
eksperimental maupun hasil analisis numerik menunjukkan trend yang sama,
dimana hubungan beban dan lendutan linear sampai pada batas lendutan tertentu yaitu berkisar L/200. Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan lendutan y ang terjadi sekitar L/200, beban runtuh maksimum berkisar 1,50 kN dengan lendutan maksimum 20 mm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
B- TESIS dengan beban relatif ringan, seperti rumah tid ak bertingkat, tenda-tenda darurat, dan konstruksi sementara yang lain.
Kata kunci : sifat mekanik, sifat fisik, square truss bambu, hasil eksperimen, hasil analisis numerik.
51
BAMBU PETUNG, PERILAKU JOINT KERANGKA STRUKTURSuantoro Wicaksono, Prof. Ir. Morisco,Ph.D. dan Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistiyo, Mahasiswa S2 Struktur (07/260420/PTK/4741), lulus 16 Pebruari 2010 Perkembangan teknologi bambu saat ini sudah mengantarkan bambu tidak lagi hanya untuk struktur bangunan sederhana, tetapi juga bisa untuk bangunan lebih dari tiga lantai. Untuk itu diperlukan adanya penelitian lebih
lanjut pada elemen-elemen struktur bambu seperti pada joint, dengan tujuan
mencari alternatif tipe sambungan joint struktur bambu yang lebih kuat, lebih
murah, serta mudah dikerjakan.
Penelitian dilakukan terhadap 5 tipe joint struktur bambu Petung
dengan diameter luar 10 ~ 13 cm yang tidak diawetkan. Karakteristik tipe joint
yang diteliti adalah; joint bambu tanpa tambahan perkuatan, joint bambu
dengan isian mortar, joint bambu dengan tambahan perkuatan pada kolom,
joint bambu dengan tambahan perkuatan pada balok, serta joint bambu dengan tambahan balok melintang. Pengujian eksperimental dilakukan dengan skala penuh dan dibebani sampai runtuh. Sebagai verifikasi dilakukan pemodelan
dengan menggunakan software SAP2000 serta perhitungan kekakuan rotasi.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pada beban layan tipe
joint dengan tambahan perkuatan kolom adalah yang paling kuat, sementara
untuk sampai beban runtuh, joint dengan pengisi mortar yang paling kuat.
Adanya tambahan perkuatan pada kolom dapat membuat joint bersifat lebih
getas, sedangkan tambahan perkuatan pada balok dapat membuat joint bersifat
lebih daktail.
TESIS B-
52
KEKAKUAN LENTUR BALOK BAMBU PETUNG(Dendrocalamus Asper), Dwi Satio Permono, Prof. Ir.Morisco, Ph.D. dan Dr. Ashar Saputra, ST.,MT., Mahasiswa S2
Struktur (07/260434/PTK4758), lulus 25 Februari 2010 Perkembangan Struktur bambu saat ini sudah semakin pesat. Dengan perkembangan arsitektur, bambu dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga bangunan memiliki nilai seni yang tinggi. Konstruksi bambu merupakan alternatif bahan yang murah dan terjangkau oleh masyarakat disamping budidaya bambu yang mudah dikembangkan serta umur tebang 3 – 5 tahun memberikan banyak keuntungan. Bambu sebagai bahan konstruksi bangunan telah mulai banyak dikembangkan, khususnya untuk rumah tinggal, bangunan komersial, ibadah dan konstruksi jembatan. Pengetahuan tentang perilaku mekanika bambu sangat diperlukan sebagai dasar perencanaan struktur bambu. Balok adalah salah satu bagian struktur yang penting dari sebuah struktur bangunan, berfungsi untuk penahan beban diatasnya kemudian disalurkan ke kolom. Balok merupakan gelagar penahan beban yang memberikan respon momen lentur dan terjadi deformasi lentur. Kelenturan dan kekakuan balok
dipengaruhi oleh Elastisitas (E) dan Inersia (I) dari bahan, semakin besar nilai
EI maka lendutan semakin kecil. Bambu merupakan bahan yang memiliki nilai elastisitas yang kecil dibandingkan beton dan baja. Sehingga bambu memiliki
lendutan yang besar sehingga diperlukan batasan lendutan untuk kenyamanan
pemakai. Elastisitas bambu mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
struktur, jika lendutannya terlalu besar maka struktur akan tidak nyaman meskipun secara mekanika aman. Pada peraturan SNI kayu lendutan pada
sturktur bangunan dibatasi sebesar L/200 sampai L/700 tergantung fungsi
bangunan.
Penelitian ini memodelkan balok bambu yang dengan diapit kolom bambu dikedua ujungnya seperti pada konstruksi balok pada bangunan bambu, yang terdiri dari 1 balok dan 2 balok. Balok bambu dibebani dengan beban lentur yang berupa beban 2 titik pada 1/3 bentang. Kemudian dibandingkan
dengan analisis SAP2000 ver.11 yang mana pada join dilakukan release
momen yang nilainya berdasarkan penelitian sebelumnya agar perilaku joint
pada analisis SAP2000 akan seperti bentuk aslinya.
Hasil tegangan rata-rata pada beban maksimal untuk 1 bambu adalah 65,359 MPa, untuk 2 bambu adalah 41,948 MPa dan untuk 1 bambu dengan
pengisi adalah 56,648 MPa. Hasil penelitian menunjukkan nilai EI sangat
mempengaruhi kekakuan dan kelenturan balok bambu, dan batasan untuk
L/300 sangat tidak efisien dan boros karena bambu masih dapat menahan
B- TESIS SAP2000 didapat perbedaan nilai lendutan pada pengujian lebih besar 3% sampai 35% dari analisis.
Kata kunci: Bambu,lendutan, batasan lendutan, Elastisitas, Inersia..
53
PERILAKU MEKANIKA BALOK BAMBU