• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka

2.7. Tinjauan Buku TravelGuide

2.7.1 Pengertian Buku Travel Guide

Buku Travel Guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata. Sesuai dengan fungsinya buku travel guideini haruslah memiliki informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain mengenai, misal: rute perjalanan, fakta terbaru mengenai tempat wisata, hingga akomodasi yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (161, 722, 1106) , berikut ini adalah beberapa pengertian yang berkaitan dengan fungsi dari buku

36 Buku : Lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Buku pedoman : (pegangan) buku yang digunakan sebagai acuan

dalam melakukan sesuatu.

Buku petunjuk : Buku yang berisi keterangan dan petunjuk praktis untuk melaksanakan(melakukan, menjalankan) sesuatu.

Jika dikaitkan dengan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa buku travel guide memiliki pengertian sebuah buku yang bisa dijadikan pedoman serta petunjuk dalam melakukan kegiatan pariwisata, ditinjau dari segi fungsi penggunanya.

2.7.2 Sejarah Buku Travel Guide di Dunia

Bentuk awal pariwisata diperkirakan ada sejak jaman prasejarah, Manusia berkumpuldan bersama sama melakukan kegiatan perjalanan untuk melakukan perburuan dan saling melindungi. Kita semua tahu bahwa dalam sejarah bangsa Cina sudah dibangun jalan untuk keperluan perniagaan dan perjalanan, peninggalan peradaban pariwisata juga terdapat pada tempat-tempat lainnya di Mesir, India, Mesopotamia.

Menurut Kohdyat (1996:14) kegiatan pariwisata terjadi pada jaman romawi kuno, sekitar 2000 SM hingga 5 SM, dengan wilayah kekuasaan yang luas bangsa romawi secara otomatis membutuhkan jaringan prasarana lalu lintas, sarana akomodasi dan berbagai fasilitas lainnya, hal ini untuk kepentingan administrasi dan dinas ke wilayah-wilayah yang di jajah.

Pariwisata tahap awal mulai berkembang pesat saat romawi kuno, pada jaman tersebut diduga awal dari adanya perniagaan di bidang pariwisata. hal ini ditandai dengan munculnya tempat-tempat tinggal yang disewakan untuk keperluan rekreasi (villa). (Rilley, 1991:1-2). Pola pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan fasilitas wisata jaman romawi dianut hingga abad 20 ini, banyak hotel dibangun di sekitar pelabuhan untuk mempermudah kegiatan transit wisatawan.

37 Bentuk awal buku travel guide berupa catatan perjalanan prajurit pada masa pemerintahan Raja Herodotus dalam bahasa Yunani kuno, Orang ROma menambahkan lebih banyak cerita perjalanan mereka ketka jenderal mereka menaklukkan sebagian besar dunia dikenal. Lalu orang Kristen mengambil perhatian untuk menggambarkan rute agar peziarah atas cara mereka untuk Yerusalem ini bisa jadi merupakan cikal bakal pemetaan pada buku travel guide. ("History of Travel Guide" by Roadjunky, 30 Januari 2008)

Perkembangan pesat pada dunia pariwisata berada pada masa penting di jaman revolusi industri di Inggris. Ditemukannya mesin uap dan kereta api memicu perkembangan pariwisata di dunia. Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I terjadi ledakan pariwisata yang luar biasa. Orang-orang mulai gemar melakukan kegiatan rekreasi dan muncul keberadaan pemandu dalam dunia pariwisata.

Abad 18, manusia mulai menyusun sebuah buku sebagai panduan dalam perniagaan dan keperluan pariwisata. Grup rekreasi pertama dilakukan pada kereta api pada tahun 1841. Pelopor dari grup rekreasi tersebut adalah Thomas Cook, Thomas cook kemudian dikenang sebagai bapak pariwisata modern dunia. Atas jasanya mengatur sebuah kegiatan tur pada kereta api.

Thomas Cook adalah seorang sekertaris yang bekerja pada The Leichster Temperance Society di Inggris. Dia mulai mengatur perjalanan dengan menyewa kereta api untuk keperluan perjalanan bisnis bersama para koleganya. Biasanya pada masa tersebut pembicaraan bisnis berlangsung pada saat tengah perjalanan, diatas kereta api. Berangkat dari kebiasaan mengatur perjalanan bisnis itula Cook memulai memperluas pandangannya dan melihat adanya peluang besar dalam dunia pariwisata. Hingga akhirnya dilakukan manajemen pariwisata keluar Eropa. Tujuan utama saat itu yang pertama kali dibuka adalah perjalanan ke Mesir melalui jalan kereta api dan kapal layar (Rilley, 1991:2-3).

Mengikuti jejak Cook, Thomas Bennet pekerja di konsulat Inggris, bertekad terjun di bisnis kepariwisataan pada tahun 1850, ditandai dengan

38 dibukanya perusahaan penerbitan pertama yang bergererak di dunia pariwisata "Eugene Fodor and Temple Fielding", fungsi penerbit kala itu digunakan untuk menerbitkan buku-buku panduan pariwisata yang akhirnya dikenal sebagai guidebook. Tahun 1888 kegiatan penerbitan buku

travel guide berkembang pesat dan perlahan-lahan menjadikan pariwisata sebagai lapangan bisnis baru yang menjanjikan (Rilley, 1991:3).

2.7.3 Sejarah Buku Travel guide Di Indonesia

Pariwisata di Indonesia tumbuh sejak jaman kerajaan Indonesia beberapa bukti dari buku-buku sejarah serta peninggalanya bisa dilihat di masa sekarang. Pada abad 5M, Raja Tarumanegara membuat kanal untuk keperluan pengairan transportasi dan rekreasi. Peninggalan-peninggalan serupa juga tersebar di seluruh Indonesia contoh paling dekat di Jawa Timur adalah Kolam Segaran di Trowulan Mojokerto, yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit, untuk keperluan rekreasi dan persediaan air di musim kemarau. Pariwisata di jaman kerajaan Indonesia sering kali digunakan oleh kalangan terbatas seperti raja, bangsawan serta orang kaya saja.

Perkembangan pariwisata Indonesia berikutnya masuk pada jaman Hindia Belanda, meski kunjungan wisata bersifat terbatas untuk kalangan Belanda dan Indonesia serta orang- orang kaya, hal ini dikarenakan Belanda takut jika keindahan dan kekayaan alam Indonesia terekspose ke negara Eropa lain akan menyebabkan Indonesia sebagai daerah kolonial akan direbut. Apalagi sejak kedatangan Sir Thomas Stanford Raffles tahun 1811 hingga 1816 yang bahkan mampu merebut sebagian Jawa dan Bengkulu, membuat Belanda semakin meperketat dan mengawasi ruang gerak pendatang non-Belanda.

Buku Travel Guide di Indonesia muncul pada tahun 1897 disusun oleh seorang wanita kebangsaan Amerika, yang bernama Eliza Ruhamah Scidmore, buku pariwisata itu berjudul Java, The Garden of East. Dalam buku itu ia mengisahkan kunjungan dan pengalaman sewaktu melakukan kegiatan perjalanan di Jawa, Madura dan Bali. Dalam buku travel guide itu

39 sendiri disinggung adanya sebuah buku travel guide terbitan Belanda, ditulis Dr. J.F Van Bemmelen dan Kolonel J.B Hoover yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Rev. B.J Berrington. Dari bukti-bukti diatas paling tidak kita sudah tahu bahwa ketika abad-19 kegiatan pariwisata mulai berkembang dan memunculkan sebuah buku panduan dan petunjuk pariwisata di Indonesia.

Perkembangan pariwisata berikutnya di tahun 1910, Gubernur Jendral A.W.F. Idenburg membentuk suatu organisasi wisata di masa pemerintahan Hindia Belanda bernama Vereenigingvoor Toeristen Verkeer (VTV), organisasi tersebut berubah menjadi suatu badan resmi pemerintah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan pariwisata di Hindia Belanda, badan ini juga berfungsi sebagi biro perjalanan resmi. Selain menyelenggarakan kegiatan tour VTV juga menerbitkan buku-buku panduan wisata (travel guidebook) bahasa Inggris tentang Jawa, Bali, Lombok, sebagian Sumatera, Toraja, Banten dsb (Kohdyat, 1996:46-47).

2.7.4 Pariwisata Modern dan Perkembangan Buku Travel Guide

Kegiatan pariwisata era modern di Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa di era tahun 1955. Tahun 1955 bisa jadi merupakan tonggak sejarah pariwisata Indonesia untuk dikenal di dunia Internasional. Tanggal 18-24 April, Bandung menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Asia Afrika (KAA), hal ini berpengaruh positif bagi kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Pada tahun yang sama pula dibentuk direktorat pariwisata oleh kementrian perhubungan, serta didirikan suatu lembaga baik komersil dan non komersil dalam peningkatan dan pengembangan dunia pariwisata di Indonesia (Kohdyat, 1996:56).

Perkembangan pariwisata juga terjadi pasang surut seiring dengan tingkat stabilitas dan leamanan negara di masa-masa G-30S PKI, hingga bom Bali 1 dan 2. Berbagai cara ditempuh oleh pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan dunia Internasional, hingga akhirnya ajang Visit Indonesia 2008 diharaapkan mampu untuk memperbaiki citra

40 kepariwisataan dan stabilitas keamanan bangsa di mata dunia Internasional.

Dalam kaitannya dengan pariwisata modern perkembangan buku travel guide lokal masih kalah dibanding dengan luar negeri. perkembangan buku travel guide sekarang di dominasi oleh penerbit-penerbit luar negeri seperti Lonely Planet, Footprint, DK Publishing, Traveller. Sangat sulit untuk mencari sebuah buku travel guide pariwisata Indonesia dari penerbit lokal, hal ini sangat bertolak belakang dengan menjamurnya majalah lifestyle, pariwisata seperti majalah jalan-jalan, majalah tamasya. Seakan-akan keberadaan buku travel guide yang berkualitas sulit untuk di dapat.

2.7.5 Tinjauan Kondisi Buku Travel Guide di Indonesia

Kondisi buku travel guide di Indonesia saat ini bisa dibilang kurang baik apalagi jika dibandingkan dengan terbitan luar negeri. Hal ini bisa diketahui dengan melakukan survey pengamatan di toko-toko buku, serta dinas pariwisata. Media yang dipakai dalam keperluan promosi daerah wisata lokal biasanya lebih memanfaatkan majalah, booklet, peta, serta buku-buku terbitan lokal.

Dalam pengamatan tersebut penerbit lokal Indonesia cemderung memanfaatkan begitu lengkap karena keterbatasan materi artikel dan halaman. Beberapa buku travel guide milik penerbit lokal yang dijumpai justru tampil tidak menarik serta foto-foto yang disajikan kurang mendukung untuk mempersuasif pembaca agar melihat objek wisata. Berbeda halnya dengan penerbitan milik Interanasioanl seperti Lonely Planet, buku-buku sejenis tampil dengan tatanan layout yang menarik, konetn isi lengkap dan sesuai dengan target audience, serta selalu di update setiap periode tertentu.

2.7.6 Potensi Buku Travel Guide di Indonesia

Kekosongan pemanfaatan media buku untuk travel guide seharusnya tidak terjadi apabila penerbit lokal jeli dalam menyusun materi

41 dan artikel yang pas dan menarik. Perlu adanya koordinasi antara elemn masyarakat, pemerintah serta biro-biro perjalanan agar bisa menyusun sebuah buku panduan wisata yang lengkap dan tepat sasaran.

Menurut Drs. Bambang Irianto (Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumenep) Potensi buku travel guide sendiri sangatlah penting terutama di saat perhelatan khusus seperti "Visit Indonesia 2012" ini, serta di masa yang akan datang, terutama untuk memperkenalkan daerah objek wisata di daerah-daerah yang masih memiliki keindahan alam yang masih alami. Keberadaan Dinas Pariwisata adalah menerapkan putusan-putusan dari pusat terhadap obyek-obyek wisata di daerah untuk tujuan rehabilitasi dan perbaikan sarana transportasi dan enviroment lainnya. (wawancara personal, 5 November 2012).

Potensi buku travel guide book berperan penting dalam memperkenalkan sebuah obyek wisata dan memberikan informasi yang mudah dimengerti oleh para wisatawan baik luar dan dalam negeri. Oleh karenanya diperlukan sebuah perancangan buku travel guide pariwisata dalam dua bahasa mampu mengakomodir kedua kebutuhan sekaligus menjadi satu paket yang lengkap dan mudah dibawa.

Dokumen terkait