PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK “T H E
EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
DISUSUN OLEH :
AH M AD FI T RON I
(0 9 5 4 0 1 0 0 7 6 )
PROGRAM ST U DI DESAI N K OM U N I K ASI V I SU AL
FAK U LT AS T EK N I K SI PI L & PEREN CAN AAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK “T H E
EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
DISUSUN OLEH :
AH M AD FI T RON I
(0 9 5 4 0 1 0 0 7 6 )
PROGRAM ST U DI DESAI N K OM U N I K ASI V I SU AL
FAK U LT AS T EK N I K SI PI L & PEREN CAN AAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
i
TUGAS AKHIR
PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK
“T H E EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”
Dipersiapkan dan disusun oleh
AH M AD FI T RON I
0954010076
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 27 Mei 2013
Pembimbing I Penguji I
Kadek Primayudi, S.Sn., M.Sn. Septi Asri F, S.Pd., M.Sn.
NPTY. 3810 6130 3611 NPTY. 3870 9130 3631
Pembimbing II Penguji II
Artika R.F, ST. Aryo Bayu W, ST., M.Med.Kom.
NPTY. 3851 1130 3531
Ketua Jurusan Koordinator
Heru Subiyantoro, ST., MT.
NPTY. 3 7102 96 0061 1 NPTY. 3810 9100 3031
Aditya Rahman Y, ST., M.Med.Kom
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)
Tanggal : ………..
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
NIP. 19590729 198603 2 00 1
ii
PERANCANGAN TRAVEL GUIDEBOOK
“THE EPIC JOURNEY OF SUMENEP”
Nama mahasiswa : AHMAD FITRONI
NPM : 0954010076
Jurusan : Desain Komunikasi Visual FTSP – UPN
Dosen Pembimbing : KADEK PRIMAYUDI, S.SN., M.SN.
ABSTRAK
Fenomena banyaknya obyek wisata membuat adanya alternatif media untuk kemudahan wisatawan dalam berpariwisata, alternatif-alternatif diperlukan untuk menyatukan unsur-unsur yang mewakili keunggulan dari objek wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Sumenep serta memberi informasi yang lengkap untuk kemudahan para wisatawan. Travel guidebook adalah salah satu media yang isinya memuat lengkap tentang pariwisata dan informasi-informasi yang ada di sebuah kota atau lokasi wisata, namun sampai saat ini belum ada sebuah travel guidebook yang membahas mengenai pariwisata Kabupaten Sumenep secara ekslusif. Konsep utama dalam perancangan travel guidebook Kabupaten Sumenep adalah “Epic Journey” sebuah informasi yang akan disampaikan kepada seseorang (wisatawan) saat berwisata di Kabupaten Sumenep yang divisualisasikan melalui sebuah travel guidebook dengan bahasa yang komunikatif dan mengangkat unsur budaya lokal, serta foto dan layout yang menarik dengan nuansa warna yang alami, dan dengan dikemas dalam sebuah buku yang mudah dibawa dan dibaca dimana saja.
iii
TRAVEL GUIDEBOOK “THE EPIC JOURNEY OF SUMENEP” DESIGN
Student Name : AHMAD FITRONI
NPM : 0954010076
Department : Visual Communication Design FTSP - UPN
Student Advisor : KADEK PRIMAYUDI, S.SN., M.SN..
ABSTRACT
Phenomena many tourist attraction make the alternative media to ease travelling, tourists in alternatives are needed to bring together the elements that represent the excellence of the sights and culture of Sumenep Regency districts and give information is stored for ease of tourists. The travel guidebook is one of the media whose contents load fully on tourism and bits on information in a city or tourism location, however until now there is no a travel guidebook discussing on tourism district sumenep exclusively. The main concept in design travel guidebook district sumenep is"Epic Journey" a information would be presented to someone ( tourists ) during traveled in the county of sumenep that visualized travel through a guidebook with the language of being communicative and raised element of the local culture, as well as photos and layouts that attract by shades of color that which is natural, And with packed in a book easy to carry and read anywhere.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga atas izin-Nya, laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasakan dengan judul ” Perancangan Travel Guidebook The Epic Journey Of Sumenep ”. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil yang tidak lepas dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, atas bantuan dan dukungan tersebut penulis benar-benar mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Heru Subiyantoro, ST, MT., selaku KaProgdi Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” dan juga menjadi Dosen Pembimbing.
3. Untuk seluruh Dosen DKV UPN “VETERAN” dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di UPN “VETERAN” JATIM.
4. Bapak Kadek Primayudi, S.Sn., M.Sn. selaku pembimbing Utama yang telah banyak memberi masukan dan arahan sehingga Tugas Akhir ini dapat di selesaikan dengan baik.
5. Bapak Aditya Rahman Yani, ST., M.Med.Kom. selaku kordinator tugas akhir yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Ibu Artika R.F, ST. Selaku pembimbing kedua yang banyak member
masukan dan arahan sehingga tugas akhir ini diselesaikan dengan baik. 7. Ayah dan Ibu yang selalu memberi semangat dan doa dalam menjalankan
Tugas Akhir ini.
8. Saudara-saudaraku dan teman-teman DKV yang selalu support.
v
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, 10 Juni 2013
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Surabaya, ...20..
viii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Tabel ... xiii
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Rumusan Masalah ... 6
1.4. Batasan Masalah ... 7
1.5. Tujuan Perancangan ... 7
1.6. Manfaat Perancangan ... 7
1.7. Ruang Lingkup ... ... 8
1.8. Metode Perancangan ... 8
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1 Definisi Pariwisata ... ... 11
2.1.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... ... 11
2.2. Tinjauan Wisatawan ... 13
2.2.1. Jenis Wisatawan ... 14
2.3. Tinjauan Motif Wisata ... 15
2.4. Tinjauan Komponen Pariwisata ... 17
2.4.1. Komponen sediaan/ penawaran pariwisata ... ... 17
2.4.2. Komponen permintaan pariwisata ... .... 21
2.5. Studi Literatur Tentang fotografi Digital ... 23
2.5.1 Studi Fotografi Untuk Keperluan Pariwisata ... .... 23
ix
2.6.1. Studi Desain Grafis ... 28
2.6.2. Teori Layout ... 30
2.6.3. Margid dan Grid ... 31
2.6.4. Elemen Teks ... 32
2.7. Tinjauan Buku TravelGuide ... 35
2.7.1. Pengertian buku Travel Guide ... ... 35
2.7.2. Sejarah Buku Travel Guide Di Dunia ... .... 36
2.7.3. Sejarah Buku Travel guide Di Indonesia ... ... 37
2.7.4. Pariwisata Modern dan Perkembangan Buku Travel Guide ... ... 39
2.7.5 Tinjauan Kondisi Buku Travel Guide di Indonesia 40
2.7.6 Potensi Buku Travel Guide di Indonesia ... 40
2.8. Tinjauan Kabupaten Sumenep Secara Topografi dan Geografi 41 2.8.1. Peta Lokasi Kabupaten Sumenep ... 42
2.8.2. Tinjauan Aspek Historis Kabupaten Sumenep ... 42
2.8.3. Arti Lambang kabupaten Sumenep ... 43
2.8.4. Tinjauan Kehidupan Masyarakat Sumenep ... .. 45
2.8.5. Potensi Wisata dan Kunjungan Wisatawan Dalam Beberapa Tahun Terakhir ... ... 47
2.9. Studi Eksisting ... 50
2.9.1. Studi Eksisting Pesaing ... 50
2.9.2. Studi Komparator ... 50
2.9.3. Studi Kompetitor ... 52
2.9.4. Segmentasi ... ... 54
2.9.5. Menentukan Dasar Segmentasi ... ... 56
2.9.6. Definisi Consumer Insight ... ... 57
x
3.1.1. Definisi Travel Guidebook ... 59
3.1.2. Definisi Kabupaten Sumenep ... 60
3.2. Teknik Sampling ... 61
3.2.1. Target Audiens ... 61
3.2.2. Populasi ... ... 62
3.2.3. Sample ... ... 63
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 64
3.3.1. Data Primer ... 64
3.3.2. Data Sekunder ... ... 65
3.3.3. Sumber Data ... ... 65
3.4. Metode Perancangan ... 65
3.5. Kerangka Berfikir ... 67
Bab IV
Konsep Desain
4.1. Hasil Analisa Riset ... 684.2. Segmentasi ... 69
4.3. Target Segmentasi ... 71
4.4. Unique Selling Point (USP) ... 76
4.5. Konsep Keyword ... 77
4.6. Penjabaran Konsep ... 78
4.6.1. Deskripsi Konten / Isi ... 78
4.7. Ukuran Buku ... 80
4.8. Konsep Perancangan Media Pendukung ... 81
4.9. Strategi Komunikasi (Gaya Bahasa) ... 82
4.10. Strategi Visual ... 83
4.11. Warna ... 86
4.12. Tipografi ... 88
4.13. Fotografi ... 89
xi
4.14. Ornamen ... 92
Bab V Implementasi Desain 5.1. Tipography ... 96
5.2. Ornamen ... 97
5.2.1. Penggunaan Ornamen Untuk Sub Bab ... 99
5.2.2. Penggunaan Ornamen Untuk Judul Utama Cover .. 99
5.2.3. Fotografi ... 100
5.2.4. Cover Buku ... 101
5.2.5. Layout ... 103
5.2.6. Peta ... 108
5.3. Desain Sub Bab ... 110
5.3.1. Desain Poster Buku ... 111
5.3.2. Desain X-Banner ... 112
5.3.3. Desain Pembatas Buku ... 113
5.3.4. Desain Kaos ... 113
5.3.5. Video promosi (Teaser) ... 115
5.3.6. Blog ... 116
5.3.7. Biaya produksi Cetak Buku ... 117
5.4 Biaya Media Pendukung ... ... 118
5.5.1 Poster Buku (display) ... .. 118
5.5.2 X-Banner (display) ... 118
5.5.3 Pembatas Buku ... 118
5.5.5 Kaos ... 118
Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 119
6.2. Saran ... 120
xii
Lampiran ... 123
Biodata Penulis ... 126
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Wisata Alam Pantai Lombang dan Wisata Budaya Masjid Jamik Sumenep sumber gambar pribadi ... 3Gambar 1-2. Panduan Yang Diterbitkan Pemerintah Kabupaten Sumenep Sumber Disbudparpora Kabupaten Sumenep ... 3
Gambar 2-1. Teori warna sumber gambar pribadi ... 27
Gambar 2-2. Peta lokasi wisata Sumenep sumber gambar google earth ... 42
Gambar 2-3 Lambang Kabupaten Sumenep ... 45
Gambar 2-4 Ladang garam sumber gambar pribadi ... 46
Gambar 2-5 Wisata alam pantai lombang sumber gambar pribadi ... 48
Gambar 2-6 Wisata religi asta tinggi sumber gambar pribadi ... 51
Gambar 2-7 `Travel guidebook Kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi 50 Gambar 2-8 Lonely planet bali dan lombok sumber gambar pribadi ... 53
Gambar 4-1 dokumentasi consumer journey ... 75
Gambar 4-2 Layout travel guidebook lonely planet ... 85
Gambar 4-3 Lambang kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi ... 87
Gambar 4-4 Font hasil survey sumber gambar pribadi ... 88
Gambar 4-5 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 90
Gambar 4-6 Ornamen keraton kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi 93
Gambar 4-7 Penciptaan ornamen untuk sub judul sumber gambar pribadi ... 94
Gambar 5-1 Font yang di gunakan sumber gambar pribadi ... 96
Gambar 5-2 Sketsa pembuatan font sumber gambar Pribadi ... 96
Gambar 5-3 Proses morfologi font sumber gambar pribadi ... 97
Gambar 5-4 Font terpilih sumber gambar pribadi... 97
xiii
Gambar 5-6 Penciptaan ornamen sumber gambar pribadi ... 98
Gambar 5-7 Pemakaian ornamen untuk sub judul bab sumber gambar pribadi 99 Gambar 5-8 Morfologi ornamen sub judul sumber gambar pribadi ... 99
Gambar 5-9 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 100
Gambar 5-10 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 100
Gambar 5-11 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 101
Gambar 5-12 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 101
Gambar 5-13 Desain cover buku sumber gambar pribadi ... 102
Gambar 5-14 Cover buku jadi sumber gambar pribadi ... 102
Gambar 5-15 Cover dalam dan lipatan dalam buku sumber gambar pribadi 103
Gambar 5-16 Sketsa layout isi buku sumber gambar pribadi ... 104
Gambar 5-17 Sketsa layout isi buku sumber gambar pribadi ... 104
Gambar 5-18 Layout isi buku bab wisata alam sumber gambar pribadi ... 105
Gambar 5-19 Layout isi buku wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 105
Gambar 5-20 Layout isi buku wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 106
Gambar 5-21 Layout isi buku wisata minat khusus sumber gambar pribadi 106
Gambar 5-22 Layout isi buku wisata kuliner sumber gambar pribadi ... 107
Gambar 5-23 layout kamus madura inggris sumber gambar pribadi ... 107
Gambar 5-24 Peta seluruh lokasi wisata sumber gambar pribadi ... 108
Gambar 5-25 Peta wisata alam sumber gambar pribadi ... 109
Gambar 5-26 Peta wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 109
Gambar 5-27 Peta wisata minat khusus sumber gambar pribadi ... 109
Gambar 5-28 Format lipatan peta pada buku sumber gambar pribadi ... 110
Gambar 5-29 Layout pembagian bab lokasi wisata sumber gambar pribadi . 110 Gambar 5-30 Desain poster sumber gambar pribadi ... 111
Gambar 5-31 Desain X-Banner sumber gambar pribadi ... 112
Gambar 5-32 Desain pembatas buku sumber gambar pribadi ... 113
Gambar 5-33 Desain kaos hitam sumber gambar pribadi ... 114
xiv
Gambar 5-35 Capture video promosi ... ... 115
Gambar 5-36 Capture blog wordpress ... ... 116
Gambar 5-37 Capture blog wordpress ... ... 116
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1. Hasil observasi buku di toko buku ... 4Tabel 3-1. Kerangka berpikir ... 67
Tabel 4-1. Consumer journey ... 74
1 BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Sumenep adalah sebua provinsi 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan, tegalan, semak dan belukar, ladang seluas 1.130,190914 km², kolam, pertambakan, air payau, danau, waduk, rawa seluas 59,07 km², dan lain-lainnya seluas 63,413086 km² . Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas + 50.000 km². Secara administratif Kabupaten Sumenep berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan yang merupakan Kabupaten-Kabupaten yang berada di pulau madura. (www.sumenep.go.id diakses 21 November 2012)
Kabupaten Sumenep memiliki sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata serta memiliki kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya sebuah perencanaan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata dan pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya yang tertera pada Buku Peraturan Daerah Kab. Sumenep No:06 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kab.Sumenep Nomor:07 Tahun 2006 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2006-2010. Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur, mengatakan bahwa Sumenep merupakan salah satu daerah wisata terlengkap di Jawa Timur. Potensi pariwisata ini bukan hanya wisata alam, namun juga wisata budaya, wisata sejarah serta wisata religi (Utomo, wawancara, 20 November 2012).
2
pariwisata alam, pariwisata budaya, dan pariwisata agama atau religi (disbudparpora_online_
1. Wisata alam, yang terdiri dari Pantai Lombang, Pantai Slopeng, Kampung Kasur Pasir, Sumber Air Kirmata, Gunung Payudan, Kepulauan Kangean.
diakses 21 November 2012). Daerah tujuan wisata di Sumenep terdiri dari:
2. Wisata budaya, yang terdiri dari Museum dan Keraton Sumenep, Masjid Agung, Taman Adipura, Seni Tayyub, Saronen, Upacara Petik Laut, Karapan Sapi.
3. Wisata minat khusus, yang terdiri dari Pembuatan Garam, Batik Tulis Madura, Kerajinan Keris, Kerajinan Ukir Kayu, Ayam Bekisar.
Gambar 1.1. Wisata Alam Pantai Lombang dan Wisata Budaya Masjid Jamik Sumenep Sumber : Ahmad Fitroni, 2012.
3
Kabupaten Sumenep secara ekslusif. Buku yang diterbitkan oleh dinas pariwisata yang sekarang hanyalah buku panduan wisata yang membahas mengenai Kabupaten Sumenep dan pariwisata secara umum, tanpa adanya unsur kultur budaya yang diangkat dan informasi yang lengkap. Travel guidebook yang telah diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Sumenep sebelumnya juga belum secara efektif didistribusikan, hal ini terbukti dengan tidak ditemukannya travel guidebook tersebut di Surabaya atau di kota-kota besar di Jawa Timur. Hal ini menjadi kekurangan pada pendistribusian media-media tersebut untuk keperluan pariwisata yang juga tidak memiliki satu sistem grafis sehingga wajar apabila feedback program pariwisata di Kabupaten Sumenep tidak kunjung dirasakan. Menurut Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto, mengenai peta perjalanan dan buku panduan wisata, beliau menyadari bahwa jika hanya brosur maka kurang cukup, apabila seseorang memegang informasi yang lengkap mengenai objek wisata Sumenep maka seseorang itu akan lebih mudah untuk memutuskan pergi berwisata ke Sumenep (Irianto, wawancara 5 november 2012).
4
Menurut hasil observasi lapangan yang dilakukan dengan mendatangi beberapa toko buku buku besar yang ada di Surabaya didapatkan data sebagai berikut : 3 Gramedia Tunjungan
Plaza Tidak Ada Tidak Ada 4 Gunung Agung Delta
Plaza Tidak Ada 1 Buku 5 Togamas Pucang Tidak Ada Tidak Ada 6 Togamas Diponegoro Tidak Ada Tidak Ada
Tabel 1.1. Hasil Observasi Buku Wisata Di Toko Buku
5
Sebuah buku yang memberikan wawasan tentang budaya atau sejarah bukan dititikberatkan pada tulisan saja, namun perlu dilengkapi dengan elemen pendukung visual berupa fotografi yang dapat menggambarkan cerita atau isi buku. Kekuatan terbesar fotografi adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberikan kesan sebagai “yang dapat dipercaya”. Rustan (2008:10). Buku adalah kegiatan menulis dan menyimpan, serta buku itu memiliki nilai yang istimewa dibandingkan media lain karena buku bersifat everlasting, tahan lama tidak termakan zaman.
Buku yang digunakan termasuk dalam kategori buku panduan wisata atau travel guidebook. Travel guidebook adalah sebuah buku yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai beberapa hal yang spesifik.
travel guidebook memberikan gambaran suatu daerah yang ingin dikunjungi seseorang. Pada umumnya buku sudah dilengkapi dengan tempat-tempat menarik suatu daerah seperti tempat wisata, lokasi hotel, restoran, serta rute-rute kendaraan. Buku travel guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata. Sesuai dengan fungsinya buku travel guide ini haruslah memiliki informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya. Dari adanya travel guidebook dimana penjelasan dan pemberian informasi lebih jelas dan deskribtif. Pemilihan media travel
guidebook adalah dengan mempertimbangkan produk atau jasa yang
ditawarkan yaitu sebuah penawaran tujuan atau destinasi pariwisata (Kohdyat, 1996:10).
6
yang menarik. Pengemasan travel guidebook dikemas menjadi satu paket sehingga target audiens akan mendapatkan sebuah travel toolkit. Diharapkan setelah melihat dan membaca ulasan mengenai objek-objek wisata yang ditawarkan, target audiens akan dapat langsung membayangkan dan merencanakan bepergian ke Sumenep karena travel guidebook sudah ada di tangan mereka.
1.2 Identifikasi Masalah
• Pembangunan Jembatan Suramadu selesai pada bulan Juni 2009, sehingga mempermudah akses menuju Kabupaten Sumenep. (Jawa Pos– Metropolis, 17 Februari 2009)
• Sumenep merupakan Kabupaten yang memiliki potensi wisata sejarah budaya, religi, alam, bahari dan konservasi yang banyak, namun tidak banyak orang tahu bahwa di Kabupaten Sumenep memiliki potensi wisata yang sangat menarik dan tidak kalah dengan tempat pariwisata lain yang ada di Indonesia karena kurangnya publikasi. (Depth Interview dengan Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto/ 5/Nov/2012.)
• Tanpa adanya travel guidebook, wisatawan akan kesulitan meraih dan mendapatkan apa yang ditawarkan oleh Sumenep. Karena secara geografis, Sumenep merupakan tempat yang sangat jarang dikunjungi masyarakat luar Madura, serta minimnya fasilitas penunjuk arah di Madura dan Sumenep. (Depth Interview dengan Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur/20/Nov/2012.)
• Dengan adanya travel guidebook, para calon wisatawan akan lebih mengetahui secara visual kondisi alam dan sosial masyarakat yang ada di Kabupaten Sumenep.
1.3 Rumusan Masalah
7 1.4 Batasan Masalah
• Membuat media travel guidebook Kabupaten Sumenep dengan judul "The Epic Journey Of Sumenep".
• Travel guidebook ini menjelaskan wisata alam, sejarah dan budaya, wisata minat khusus, dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan pariwisata di Kabupaten Sumenep.
• Konten dalam buku ini berupa visual berupa fotografi digital.
• Target audience dari perancangan ini pada umumnya adalah wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
1.5 Tujuan
1. Memberikan informasi yang mendalam mengenai pariwisata di Kabupaten Sumenep.
2. Meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata ke Kabupaten Sumenep .
3. Membuat komunikasi visual yang menarik dan efisien untuk mempromosikan potensi dari Kabupaten Sumenep.
4. Membuat Kabupaten Sumenep menjadi pilihan tempat wisata yang dapat dipertimbangkan untuk dikunjungi baik dalam lingkup wisatawan domestik maupun mancanegara.
5. Mendukung promosi pariwisata Kabupaten Sumenep dari dalam.
1.6 Manfaat Perancangan
1. Manfaat Ilmiah
8
2. Manfaat Praktis
Hasil perancangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata kepada Kabupaten Sumenep selaku Kabupaten yang menjadi objek studi pembuatan buku panduan wisata dan video promosi wisata, diharapkan hasil yang didapat dalam proses studi ini dapat mengoptimalkan pemasaran pariwisata Kabupaten Sumenep kepada masyarakat luas khususnya kepada target konsumen yang dituju.
1.7 Ruang Lingkup
Penulis hanya akan memfokuskan perancangan pada aspek rancangan grafis (graphic aspect) serta visualisasinya.
1.8 Metode Perancangan
Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai konsep desain adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, karena kedua pendekatan ini memerlukan proses berpikir rasional. Untuk metode kualitatif menggunakan wawancara (depth interview) , dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Sumenep dan Wakil Bupati Daerah Kabupaten Sumenep.
Sistematika pengumpulan data baik berupa fenomena maupun teori untuk merumuskan permasalahan dan konsep diperoleh melalui:
1. Depth Interview
a. Wawancara pada pakar untuk menguatkan data yang didapat dari referensi, dan kemungkinan mendapat data baru.
b. Wawancara pada stakeholder untuk mendapatkan data-data yang berhubungan inti permasalahan.
9
2. Tinjauan pustaka
a. Tinjauan pustaka berguna sebagai landasan teori dan data untuk memperkuat pendapat peneliti.
b. Tinjauan pustaka juga digunakan peneliti untuk mendapatkan data dari konsumen yang tidak bisa dijangkau secara langsung.
3. Observasi lapangan
Metodologi penelitian yang dilakukan dalam pembuatan proyek ini adalah bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan terfokus. 4. Metode Analisis Data
10 BAB II
STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Pariwisata
Berikut merupakan beberapa definisi kepariwisataan berdasarkan
berbagai sumber antara lain :
Pariwisata menurut Anomius (1992:10)
• Usaha pariwisata adalah kegiataan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan
mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang
pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. • Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu
yang dibangun atau disedikan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan.
• Wisata adalah kegiatan untuk mencipatakan kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi.
• Pariwisata menurut Lundberg (1997:12)
• Pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya kembali ke masa yang lampau, dan definisi selalu berubah. Istilah touris
atau kepariwisataan mencakup orang-orang yang melakukan
perjalanan pergi dari rumahnya, dan perusahaan-perusahaan
yang memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka
atat membuat lebih menyenangkan.
• UU no. 9 tahun 1999 tentang kepariwisataan
• Wisata adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata ;
• Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
11 • Objek dan daya tarik wisata adalah perwujudan daripada
ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah
bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya
tarik untuk dikunjungi wisatawan.
• Atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam dan atau kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi,
disaksikan dan dinikmati wisatawan di suatu kawasan
wisata atau daerah tujuan wisata.Karyono (1997 : 14)
• Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di
dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan
tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor
penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau
masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. • Tim pariwisata LPP-ITB
• Wisatawan adalah seseorang yang memiliki banyak waktu luang yang bersifat sementara, yang sengaja mengunjungi
suatu tempat yang jauh dari rumahnya, dengan tujuan untuk
mencari pengalaman (“The Anthropology OF Tourism“ oleh
Valene Smith, University of Pensylvania, 1989).
• Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi tujuan kunjungan karena mempunyai sumber daya tarik secara
alamiah/ buatan serta faktor sosial budaya penduduk (BPS,1991).
2.1.2 Bentuk dan jenis Pariwisata
2.1.2.1 Bentuk Pariwisata
Bentuk pariwisata menurut Pendit (Ilmu pariwisata, sebuah
pengantar perdana, 1990), dapat dibagi menurut kategori antara lain:
menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran,
menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan dan menurut alat
12 2.1.2.2 Jenis Pariwisata
Definisi jenis-jenis pariwisata menurut Valene L. Smith (1991)
yang terdapat dalam kosakata kepariwisataan antara lain : • Pariwisata Pantai (Marine Tourism)
Kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasrana
untuk berenang, memancing, menyelam dan olah raga air lain
termasuk sarana prasana akomodasi, makan dan minum. • Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)
Kegiatan pariwisata yang mengamati perwujudan kebudayaan dan
gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. • Pariwisata Budaya (Culture Tourism)
Perjalanan untuk meresapi suatu gaya hidup yang hilang dari
ingatan manusia.
• Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism)
Kegiatan wisata yang berkisar pada olah raga, menghilangkan
ketegangan dan melakukan kontak sosial dalam suasana santai. • Pariwisata Alam (Ecotourism)
Perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih alami dengan
tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan,
tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/
pernah ada pada suatu tempat. • Pariwisata Kota (City Tourism)
Perjalanan dalam satu kota untuk melihat/ mempelajari/
mengalami objek, sejarah, dan daya tarik yang terdapat di kota
tersebut. • Resort City
Suatu kota yang memiliki tumpuan kehidupan pada penyediaan
sarana dan prasarana wisata, yaitu penginapan, restoran, olahraga,
hiburan dan penyedia jasa wisata lainnya. • Pariwisata Agro (Agro Tourism)
Merupakan kegiatan perjalanan untuk menikmati kegiatan
13 bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk lebih memperhatikan
sumber daya alam dan kelestariannya. • Urban Tourism
Bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota besar, dimana
pariwisata merupakan kegiatan kegiatan yang cukup penting,
namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut. • Pariwisata Sosial (Social Tourism)
Suatu pendekatan untuk menyelenggarakan liburan bagi
kelompok masyarakat berpengasilan rendah serta orang-orang
yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan. • Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)
Suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil,
memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial.
Dalam pariwisata ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari
kegiatan pariwisata langsung dirasakan oleh masyarakat setempat
sebagai pemilik dan penyelanggara jasa wisata.
2.2 Tinjauan Wisatawan
Pengertian wisatawan yang digunakan oleh Sukadijo (1996:
13) sesuai dengan ketetapan Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa,
bahwa wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih
mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat
tinggalnya yang biasa. Menurut pengertian tersebut, semua orang
yang melakukan kegiatan perjalanan wisata dinamakan
wisatawan apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan
untuk menetap dan untuk mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi.
Ciri-ciri wisatawan adalah :
• Melakukan suatu perjalanan di luar tempat tinggal, sehubungan dengan berbagai keperluan seperti rekreasi, liburan, kesehatan,
pendidikan, tugastugas, pekerjaan, usaha bisnis, kesenian, ilmu
14 • Melakukan perjalanan dan persinggahan di tempat lain untuk
sementara waktu tanpa bermaksud untuk memperoleh
pengasilan tetap ditempat yang dikunjungi.
Definisi berbeda dikemukan oleh Pendit bahwa wisatawan yaitu :
1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk
bersenang-senang,
2. untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan
sebagainya.
3. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk
maksud
4. menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di
dalam hubungan
5. sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu
pengetahuan, administrasi,
6. diplomatik, olahraga, keagamaan, dan sebagainya).
7. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan
maksud bisnis.
8. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta
keluarganya yang mengadakan perjalanan ke negeri lain.
(Pendit, 2002:36)
2.2.1 Jenis Wisatawan
Jenis wisatawan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(Musanef, 1995:14)
a. Wisatawan Mancanegara
Wisatawan adalah seorang yang mengadakan perjalanan untuk
melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengetahui bila ia
membayar sesuatu yang telah sesuai. Lebih jelasnya mengenai
definisi dari wisatawan mancanegara, Biro Pusat Statistik
Jakarta, untuk studi penelitian pengeluaran dan perdagangan
wisatawan mancanegara tahun 1991, mendefinisikan wisatawan
15 Indonesia yang melakukan perjalanan atau persinggahan
sementara ke wilayah geografis Indonesia untuk keperluan apa
pun kecuali mencari penghasilan atau nafkah. Maksud
kunjungan tersebut antara lain untuk berlibur, bisnis, menghadiri
pertemuan dan mengunjungi kerabat/ teman (Hadinoto,
1996:14).
b. Wisatawan Nusantara
Definisi wisatawan nusantara adalah seorang penduduk yang
melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal
menetap (Musanef, 1995:14). Menurut istilah Indonesia,
wisatawan luar negeri (internasional) dan dalam negeri
(domestik) sejak Departemen, Pos dan Telekomunikasi
(Depparpostel) dipimpin Menteri Susilo Sudarman (alm) di
tahun 1990-an diberi konotasi terpisah dengan istilah-istilah:
wisatawan luar negeri disebut wisatawan mancanegara
(wisman), wisatawan domestik dinamakan wisatawan nusantara (wisnus), (Pendit, 2002:51) Secara umum, wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Sumenep dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis wisatawan yaitu wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara. Teori mengenai jenis wisatawan dapat
membantu dalam menentukan jenis wisatawan yang melakukan
kunjungan wisata ke objek-objek wisata di Kabupaten Sumenep.
2.3 Tinjauan Motif Wisata
Schmidhauser (1989) mempelajari pola-pola perilaku wisatawan,
dimana berdasarkan hasil penelitiannya menyajikan 4 fungsi sosiologi
dalam kaitannya dengan motifasi, yaitu ;
1. Untuk mengimbangi semua kekurangan yang mau tidak
mau ditimbulkan masyarakat yang sibuk bekerja tiap hari.
2. Pulihnya fisik dan jiwa dari ketegangan, tekanan pekerjaan
16 kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan
mental.
3. memperluas wawasan, memuaskan ras ingin tahu,
mewujudkan jati diri, menambah rasa harga diri.
4. memberikan imbalan pada diri sendiri.menurut Dunn (1977)
yang dikutip oleh Glenn F.Ross (1998:31) bahwa dalam
motivasi terdapat dua faktor atau tahap dalam mengambil
keputusan melakukan perjalanan, yaitu :
a. Faktor pendorong yaitu faktor yang membuat kita ingin
bepergian
b. Faktor penarik, yaitu faktor yang mempengaruhi
kemana kita akan pergi setelah ada keinginan untuk
bepergian.
Motif wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata
seperti disebutkan oleh Kusudianto Hadinoto,
dibedakan menjadi 6 yaitu : a. Bisnis (Business)
b. Dinas Resmi (Official Mission)
c. Pertemuan, konvensi, pameran atau MICE
d. Berlibur
e. Pendidikan
f. Lainnya, seperti keunjungan keluarga, dan lainnya.
Adapun motivasi yang mendorong wisatawan untuk
mengadakan perjalanan wisata (Suswantoro:17) adalah sebagai
berikut :
- Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi
- Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian
- Dorongan kebutuhan keagamaan
- Dorongan kebutuhan kesehatan
- Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian
- Dorongan kebutuhan keamanan
17 Sedangkan menurut Pitana dan Gayatri (2005), wisatawan
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antar lain didorong oleh keinginan
untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari daerah dan kebudayan
masyarakat lokal. Adapun kegunaan dari teori diatas dalam penelitian untuk
mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Sumanep berdasarkan motif wisatanya atau tujuan wisatawan melakukan
perjalanan wisata di Kabupaten Sumenep.
2.4 Tinjauan Komponen Pariwisata
Kegiatan pariwisata mencakup dua komponen utama yaitu
sediaan/ penawaran (supply) dan permintaan (demand).
2.4.1 Komponen sediaan/ penawaran pariwisata (supply)
Komponen sediaan/ penawaran pariwisata meliputi segala sesuatu
yang ditawarkan kepada wisatawan, yaitu berupa produk wisata. Produk
wisata harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Produk wisata meliputi
keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai ke
daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumahnya (Yoeti,
1996:172).
Ditambahkan oleh Baud-Bovy (Yoeti, 2002:128) bahwa produk
wisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan
diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, fasilitas yang
terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata dan transportasi yang membawa
dari tempat asalnya ke suatu Daerah Tujuan Wisata tertentu. Masing-masing
komponen tersebut memiliki fungsi yang salingmendukung dalam
mewujudkan produk wisata yang siap untuk disajikan kepada wisatawan
guna memberikan pengalaman perjalanan serta kepuasan kunjungan yang
18 1. Atraksi ( obyek dan daya tarik wisata)
Atraksi atau obyek dan daya tarik wisata adalah.
Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena
seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan
tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Biasanya, seringkali
tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain
(Soekadijo,1996; French 1996:124)
Atraksi wisata dapat berupa atraksi alam (natural
attractions), seni budaya (cultural attractions), dan buatan (built
attractions). Atraksi atau daya tarik alam adalah “... attraction
that occur naturally and neither created by human being nor
exist for the purpose of tourism”. Atraksi atau daya tarik budaya
adalah daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti
kesenian (seni pertunjukkan dan seni kerajinan), peninggalan
bersejarah, cultural events atau special events, adat istiadat
masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari), museum, dan lain-lain. Sedangkan atraksi atau daya tarik buatan
adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia dan terdapat
kecenderungan diciptakan untuk kepentingan pariwisata.
Karyono dalam Anik (2005 : 38) menjelaskan supaya
suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, di samping
harus ada objek dan atraksi wisata, suatu Daerah Tujuan Wisata
(DTW) harus mempunyai tiga syarat daya tarik, yaitu sebagai
berikut:
· Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see);
· Ada sesuatu yang dapai dikerjakan (something to do); dan
· Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).
Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan
wisatawan sebanyak banyaknya, menahan mereka di tempat
atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan
kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai
19 1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu
sendiri harus dalam keadaan baik;
2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan wisatawan
maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat;
3. Atraksi wisata merupakan terminal suatu mobilitas spasial, suatu
perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua
determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi, dan
promosi serta pemasaran;
4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan
cukup lama;
5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi
wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.
Seorang wisatawan datang ke Daerah Tujuan Wisata
(DTW) dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan
kepuasan (satisfaction). Manfaat dan kepuasan tersebut dapat
diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata disebut juga dengan attractive
spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang mau datang
berkunjung ke tempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang
untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata antara lain:
1. Natural amanities/ benda yang terdapat di alam semesta,
meliputi iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar,
fauna dan flora serta pusat-pusat kesehatan.
2. Hasil ciptaan manusia, meliputi benda-benda bersejarah,
kebudayaan dan keagamaan.
3. The way of life/ tata cara hidup masyarakat, meliputi kebiasaan
hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat. 2. Amenitas
Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak
langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian
20 prasarana wisata yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan
kepada wisatawan demi kelancaran kegiatan pariwisata. Menurut
Yoeti (1992:184), sarana wisata dapat dibagi dalam tiga unsur
pokok yaitu:
1. Sarana pokok kepariwisataan, adalah perusahaan yang hidup
dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan
orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk dalam
kelompok ini adalah travel agent atau tour operator,
perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan jenis
akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya serta
obyek wisata dan atraksi wisata.
2. Sarana pelengkap kepariwisataan adalah
perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas
untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana
pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan
para wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini seperti sarana
olahraga dan lainnya.
3. Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang
menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi
tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu
daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah
agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau
membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain nightclub dan
steambath, casino dan entertainment, souvenir shop dan
lain-lain.
Yoety (1996:8) menyatakan baik prasarana maupun sarana
kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist supply yang
perlu dipersiapkan atau disediakan bila hendak mengembangkan
industri pariwisata. Prasarana (infrastrukture) adalah semua
21 dengan lancar sedemikin rupa, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah
melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan
pelayanan sebagaimana mestinya. Prasarana dasar yang melayani
komunitas penduduk lokal di suatu area seringkali dapat pula
melayani kegiatan pariwisata hanya dengan sedikit menambah
jumlah pelayanan. Demikian pula sebaliknya, prasarana yang
dibangun untuk kegiatan pariwisata dapat melayani kebutuhan
penduduk lokal secara umum (Inskeep, 1991:120). Prasarana
kegiatan pariwisata dapat meliputi jaringan jalan, listrik,
komunikasi, air bersih, drainase serta sanitasi dan pengelolaan
sampah.
2.4.2 Komponen permintaan pariwisata (demand)
Komponen permintaan pariwisata mencakup segala kegiatan serta
aspirasi wisatawan dan masyarakat di sekitar kawasan pariwisata. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk
lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata (Kelly,
1998; Gunn, 2002). 1. Wisatawan
Selain wisatawan, dikenal pula terminologi pengunjung.
World Tourism Organization (WTO) 2001 mendefinisikan
pengunjung sebagai satu atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan dan atau tinggal di suatu tempat di luar wilayah tempat
tinggalnya, baik negara, propinsi, kota, ataupun desa selama tidak
lebih daripada satu tahun, dengan tujuan bisnis, mengisi waktu luang
ataupun tujuan lainnya (Wood, 2002 : 9). Istilah pengunjung
memiliki perbedaan dalam pelaku perjalanan wisatanya yaitu :
wisatawan yaitu pengunjung sementara yang menetap sedikitnya 24
jam di lokasi kunjungan serta ekskursionis, yaitu pengunjung
sementara yang menetap kurang dari 24 jam di lokasi kunjungan,
22 2. Masyarakat setempat
Masyarakat lokal adalah pihak yang akan menerima
dampak paling besar dari kegiatan wisata yang dikembangkan
didaerahnya. Aspirasi masyarakat setempat merupakan komponen
permintaan yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
rangka pengembangan suatu kegiatan wisata sehingga kegiatan
wisata yang diselenggarakan tidak akan menimbulkan
kerugian-kerugian bagi masyarakat lokal. Industri pariwisata akan memberi
peluang bagi pemberdayaan sumber daya lokal dan menjadi stimulan
multiplier effects positif bagi perekonomian dan kemajuan
masyarakat lokal.
Supriana, (1997:23) mengemukakan bahwa dengan adanya
pengusahaan pariwisata alam, peran serta masyarakat dalam menjaga
kelestarian alam dan konservasi sumber daya alam dapat diharapkan
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat atau bersama-sama pengusaha
secara aktif maupun pasif. Peran serta aktif dilaksanakan secara langsung baik perorangan maupun bersama-sama secara terorganisir,
yang secara sadar ikut membantu program pemerintah dengan
inisiatif dan berkreasi melibatkan diri dalam suatu kegiatan yang
terdapat dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam atau melalui
pembinaan rasa memiliki sehingga tercipta hubungan timbal balik
antara pemanfaatan dan kesempatan usaha.
Faktor – faktor permintaan/ demand antara lain (Yoeti,1997 : 31) • Lama tinggal wisatawan
Semakin lama wisatawan tinggal dalam objek maka semakin
meningkat daya dukung kepariwisataan. • Tipe aktivitas wisatawan
Semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan di
dalam objek maka akan mempengaruhi semakin tingginya
kunjungan yang dilakukan wisatawan pada objek tertentu. • Tingkat kepuasan wisatawan
23 2.5 Studi Literatur Tentang fotografi Digital
Fotografi berasal dari kata photographie, yang juga berasal dari
bahasa yunani kuno phos yang berarti cahaya dan graphis/graphe yang
berarti arti dari fotografi adalah menggambar dengan cahaya. Fotografi
merupakan proses merekam gambar dengan pengertian menangkap cahaya
dengan cahaya dengan media yang peka terhadap cahaya seperti film dan
sensorelektronis. Pantulan cahaya dari objek mengekspos media peka
cahaya dalam waktu tertentu (exsposure), melalui lensa ke media peka
cahaya.
Fotografi digital berbeda dengan fotografi manual yang
menggunakan film, fotografi digital menggunakan alat elektrolis untuk
merekam gambar dan menyimpannya sebagai data dari gambar. Maka
gambar yang dihasilkan dapat ditampilkan di layar, dicetak dan disimpan
dalam media penyimpanan, serta bisa dipindah dan disusun menggunakan
perangkat digital lain atau komputer dan internet. Jadi fotografi digital
adalah sebuah media perekam cahaya yang menggunakan fungsi-fungsi elektrolis sebagai input, proses, penyimpanan, pengolahan hingga tampilan
akhir.
2.5.1 Studi Fotografi Untuk Keperluan Pariwisata
Foto dokumenter merupakan salah satu jenis fotografi yang lebih
menonjolkan muatan cerita atau berita ke dalam setiap gambar yang
dihasilkan. Kunci foto dokumenter terletak pada kekuatan momen,
kekuatan momen menjadi unsur utama dalam menciptakan bagaimana foto
yang mampu bercerita dan menyampaikan perasaan melalui gambar.
Kekuatan momen mampu membawa energi dalam kandungan cerita pada
fotografi dokumenter. Peranan fotografer sendiri diibaratkan sebagai
pencerita yang diharapkan mampu menghasilkan sebuah cerita dibalik
gambaran foto yang dihasilkan. (Kinghorn : 124)
Fotografi dokumenter juga memiliki kekuatan untuk
mempermainkan emosi dan psikologis dari yang melihat. Terkadang hanya
24 pengalaman yang sama dengan fotografer. Foto terkadang mampu
membawa kita untuk mengenang kembali dan mampu merasakan
bagaimana perasaan dan pengalaman yang dialami. Disinilah perlunya
fotografer jeli dalam melihat setiap objek yang akan dibidik. Usaha
fotografer benar-benar diuji untuk menghasilkan gambar yang bisa
membangkitkan kembali kenangan mengenai tempat-tempat yang
disinggahi serta akan semakin memiliki nilai tambah jika foto tersebut bisa
membangkitkan respon yang kuat dari yang melihat. Ingat foto yang baik
tidak sekedar menyalin apa yang dilihat mata ke dalam lensa. (Sugiarto :
68)
Teknis Pemotretan
Menurut Sugiarto (2008, 72-112) untuk menghasilkan sebuah foto
yang lebih berkesan dan bermakna, ada baiknya pemotret memperkirakan
sasaran apa yang akan diambil sebeleum meakukan perjalanan.
“Travelling light Is Travelling Smart” sebuah ungkapan yang disebutkan
dalam buku Perfect Digital Photography. Maksudnya adalah lebih baik kita membawa peralatan yang minim untuk keleluasaan gerak sehingga
fotografer bisa focus untuk memotret daripada dibingungkan oleh
pemilihan peralatan yang terlalu lama dan jumlah peralatan yang banyak
namun tidak efektif.
The key Essential Is Moment
Momen merupakan kunci penting dalam foto dokumenter. Momen
mampu menjadi suatu unsur dalam foto yang bisa menghubungkan antara
set nyata dan cerita dalam sebuah foto. Momen mampu nmempengaruhi
psikologis dan peranan seseorang serta mampu membuat orang yang
melihat mengerti bagaimana sebuah pariwisata itu berjalan (Kinghorn,
137).
Pencahayaan dalam fotografi merupakan suatu hal yang esensi.
Foto yang kita hasilkan merupakan asli perekaman cahaya yang masuk ke
dalam diafragma kamera. Sehingga mengontrol cahaya yang masuk dan
25 dasar dalam fotografi. Terdapat beberapa metode yang dapat membantu
seorang fotografer mengontrol cahaya yang dibutuhkannya.
1. Menggunakan Light meter kamera
Light meter yang dimiliki oleh kamera adalah salah satu cara
utama dalam mengetahui banyaknya cahaya yang masuk. alat
ini menghitung jumlah cahaya yang masuk dalam kamera dan
memberitahu apakah jumlah cahaya yang masuk kurang,
cukup atau berlebihan.
2. Aperture
Aperture adalah sebuah alat yang dapat membatasi atau
menambah cahaya yang masuk ke dalam kamera melalui lensa.
Aperture digunakan untuk mengontrol jumlah cahaya
maksimum yang dapat mencapai kedalam film/sensor.
3. Shutter speed
Shutter speed adalah alat yang mengontrol berapa lama jumlah
cahaya tersebut akan masuk ke dalam kamera. Selain itu shutter speed juga mengontrol lama waktu pada saat cahaya
mengenai film atau sensor
4. Exposure
Exposure adalah jumlah cahaya yang dibutuhkan secara tepat
pada sebuah pengambilan gambar. Eksposure yang tepat dapat
menghasilkan gambar dengan pencahayaan yang tinggi
sehingga gambar lebih terlihat jelas.
5. Fill flash
Fill flash atau cahaya tambahan digunakan saat terdapat
sumber cahaya yang memadai namun memiliki lokasi yang
salah. Sehingga flash digunakan untuk mengimbangi sumber
cahaya tersebut sehingga cahaya yang masuk akan sesuai
dengan yang dibutuhkan.
6. Reflektor
Dalam menambah cahaya terkadang penggunaan fill flash akan
26 itu digunakan reflektor agar biasa mendapatkan secara tepat
jumlah cahaya yang di butuhkan. Reflektor dapat di beli di
toko yang menjual alat-alat fotografi atau bisa di buat dengan
sederhana seperti menggunakan aluminium foil dan karton
tebal. Pada dasarnya semua media yang dapat memantulkan
cahaya dapat digunakan segai reflektor.
Efek fotografi dapat kita peroleh melalui sudut angle, kecepatan
rana dan jenis lensa. Efek – efek fotografi tersebut seperti :
1. Low angle : Derajat posisi kamera berada di bawah objek
(sejajar dengan mata kaki), sehingga objek terlihat lebih besar
atau lebih tinggi.
2. Wade angle : Derajat posisi kamera berada di ata objek
sehingga objek terlihat tampak bawah, efek yang di timbulkan
yaitu objek terlihat lebih kecil atau lebih kurus
3. Prespective : Derajat posisi kamera mendekati objek, sehingga objek terlihat lebih gemuk dari pada aslinya.
4. Ruang tajam : Efek ruang tajam yaitu, efek dimana membentuk
presepsi tentang kedalaman luar gambar yang di hasilkan, efek
ruang tajam ini di bagi menjadi 2, efek ruang takam sempit dan
efek ruang tajam luas.
5. Efek siluet : Efek ini di peroleh dengan posisi membelakangi
objek yang terkena cahaya dari depan, sehingga efek yang
diperoleh, yaitu objek terlihat seperti bayangan (lebih gelap).
6. Efek Freeze : Efek ini di peroleh dengan meninggikan
kecepatan sehingga objek yang bergerak dengan cepat dapat
tampak diam
7. Efek Difraksi : Efek difraksi yaitu penyebaran cahaya masuk
melalui lubang atau celah sehingga untuk objek yang bergerak
27 2.6 Studi warna
Menurut tingkatannya, warna dibagi menjadi warna primer
(merah-biru-kuning), warna sekunder (hijau-ungu-orange), dan warna tersier
(semua warna diluar warna primer dan skunder).
Gambar 2.1 Teori Warna Sumber : Ahmad Fitroni, 2012.
Contoh warna yang diambil untuk teori ini diambil dari warna yang
terdapat pada logo Kabupaten Sumenep yang nantinya akan dipakai
sebagai warna dalam layout dalam konsep desain. Warna kuning :
Warna ini melambangkan sifat spontan yang eksentrik. Sifatnya :
Toleran, Investigatif, Menonjol. Warna kuning yang terang, dapat menjadi
penarik perhatian, oleh karena itu rambu-rambu lalu lintas banyak
memakai warna kuning. Warna kuning tidak dapat menggambarkan
stabilitas dan kepercayaan. Contoh-contoh penggunaan warna kuning
dalam desain : Produk mainan anak-anak, produk-produk fastfood, dan
pada rambu-rambu lalu-lintas. Warna hijau :
Warna hijau merupakan warna kedua yang mempunyai efek
28 ketabahan, pembaharuan, dan juga kepercayaan diri. Contoh-contoh
pengggunaan warna hijau dalam desain: Produk-produk yang berhubungan
dengan alam dan relaksasi (teh, aromateraphy), dan warna-warna dalam
sistem identitas rumah sakit. Warna putih :
Warna suci dan bersih, natural, kosong, tak berwarna, netral, awal
baru, kemurnian dan kesucian. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan
warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna
background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk
membacanya.
Warna sebagai termasuk dalam ranah nirmana. Terkadang
pemakaian warna sangat membantu dalam pemilihan font dalam typografi.
Kemampuan penguasaan budaya dan warna sangat berpengaruh dalam
menentukan sebuah warna dalam pemakaian ke dalam produk desain, oleh
karenanya penguasan warna merupakan syarat penting untuk desainer
pemula. Meski demikian, arti warna bisa bergantung juga dengan bidang tertentu, budaya, agama, dan adat setempat. Warna kuning bisa
berasosiasi dengan partai politik tertentu kalau dalam politik;
sementara kalau dalam kehidupan sehari-hari, bendera kuning yang
dipasang di rumah seseorang, itu pertanda tengah terjadi peristiwa
berkabung. Sementara bank syariah hampir pasti selalu dihiasi dengan
warna hijau yang berasosiasi dengan agama tertentu.
2.6.1 Studi Desain Grafis
Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang
diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus
dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen
barang lewat kemasan yang diciptakan; baik informasi mengenai isi
maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk tersebut. Pemilihan
tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling
menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik
29 ataupun yang tidak langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan
nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik
tetapi terutama cerdas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang
keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas, singkat,
benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan.
Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk
menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis,
gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara
saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang
seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan
warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya
dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang
berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang juatru
lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam
akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan
bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih
mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf
yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang
dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca.
Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak
spasi antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua
pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada
konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan
sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah
dimengerti, tidak terlalu panjang, tidak berarti ganda, karena
kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan
bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga.
Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar
tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari
ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks,
30 untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Berdasarkan
kegunaannya, ilustrasi dengan gambar pada kemas dapat ditampilkan
berupa barang produknya secara penuh atau gambar detailnya ataupun
gambar yang berupa hiasan, atau ornamen yang simbolis saja.
2.6.2. Teori Layout
Sebuah layout yang baik dalam desain komunikasi visual adalah
menuangkan pengelolaan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi atau
gambar lainnya) pada suatu bidang kerja. Layout yang baik dapat
berfungsi dengan benar apabila ada perencanaan yang akan dilakukan,
penentuan tujuan dari karya, penentuan target audiens, perencanaan
dimana atau kemana akan ditempatkan dan bagaimana cara
pendistribusiannya. Layout yang baik dan benar dapat mengarahkan dan
menggambarkan rentetan informasi untuk dipahami.
Menurut Kusrianto (2007) ada beberapa dasar yang dapat ditemukan
dalam merancang sebuah layout, yaitu :
a) the law of unity, harus dirancang sedemikian rupa dari penyusunan
headline, subheadline, ilustrasi, teks, slogan, logo dan sebagainya.
Sehingga menghasilkan sebuah kesatuan komposisi yang baik dan
sedap dimata.
b) the law of variety, untuk menghindari kesan monoton, harus dibuat
beberapa variasi perancangan sebuah iklan. Misalnya tipis tebal dari
sebuah huruf yang digunakan, juga besar kecil dari ukuran huruf
yang digunakan.
c) the law of harmony, juga untuk menghilangkan kesan monoton dari
sebuah desain, maka desain harus dirancang hingga berkesan
harmonis.
d) the law of rhytm, sebaiknya mata pembaca dalam melihat sebuah
iklan diarahkan untuk bergerak wajar. Disamping itu sebaiknya
dimuli dengan Headline, subheadline, teks, ilustrasi hingga nama
31 e) the law of proportion, buku, majalah, koran, katalog akan terlihat
menarik apabila salah satu ukuran sisinya lebih panjang, jadi akan
berkesan tidak kaku.
f) the law of scale, perpaduan gelap terang pada warna akan
menghasilkan sesuatu yang kontras. Dapat digunakan untuk
memberikan penekanan pada layout agar terlihat lebih menarik.
g) the law of balance, suatu keseimbangan dapat dicapai bila
unsur-unsurnya diatur secara sepadan, serasi, dan selaras. Terdapat 2 jenis
keseimbangan, yaitu :
• Formal balance (simetris) apabila unsur-unsur bentuk sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout. • Informal balance (asimetris) apabila unsur-unsur bentuk
sedikit tidak sama persis pada kedua sisi dari garis poros
tengah ruang layout.
2.6.3. Margin dan Grid
Dalam buku Layout, dasar dan penerapannya dijelaskan tentang
sebuah kekuatan margin dan grid jika diterapkan pada proses melayout
sebuah bidang grafis yang berhubungan dengan komunikasi media cetak
seperti buku, majalah, tabloid, dan lain sebagainya. Margin dan grid
merupakan sebuah elemen penting yang tidak nampak pada hasil output
setiap jenis karya desain grafis namun tanpa adanya margin dan grid
sebuah hasil karya desain akan terlihat tidak seimbang dan itu
menyebabkan prinsip dasar dari sebuah desain yaitu keseimbangan hilang.
Sehingga nilai estetika dari sebuah output desain akan berkurang atau bahkan berakibat pada rusaknya pesan komunikasi yang terkandung dalam
karya tersebut.
Menurut Rustan (2009) margin menentukan jarak antara pinggir
kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout.
Margin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh kepinggir
halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau
32 percetakan. Namun ada juga yang memang disengaja meletakkan elemen
grafis keluar dari batas margin karena sudah dirancang untuk seperti itu
dan mendapat pertimbangan yang matang dari desainernya sendiri.
Menurut Rustan (2009) Grid merupakan sebuah alat bantu yang
sangat bermanfaat dalam me layout. Grid mempermudah kerja dari
seorang desainer untuk menentukan dimana harus meletakkan elemen
layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk
karya desain yang terdiri dari banyak atau beberapa halaman. Dalam
membuat sebuah grid seorang desainer harus membagi halaman menjadi
beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal.
Sedangkan dalam merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor
berikut : berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style
desainnya, berapa ukuran huruf yang dipakai, berapa banyak
isinya/informasi yang ingin dicantumkan, dan lain-lain. Kadangkala untuk
membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman
seperti company profile, katalog, majalah, newsletter atau surat kabar, boleh saja seorang desainer melakukan suatu improvisasi dengan
mengkombinasikan lebih dari satu sistem grid.
2.6.4. Elemen Teks
Pada umumnya layout dibagi menjadi 3 bagian yang menyusunnya
diantaranya adalah elemen teks, elemen visual, dan invisible elemen.
Elemen teks ini terdiri dari judul, deck, byline, bodytext, subjudul, pull
quotes, caption, callouts, kickers, initial caps, indent, lead line, spasi,
header & footer, running head, catatan kaki, nomor halaman (Rustan,
2009).
a. Judul
Judul atau head, heading, headline. Suatu artikel biasanya diawali
oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul
diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan
membedakannya dari elemen layout yang lain. Selain dari ukuran,
33 menarik perhatian, karena untuk judul segi estetis lebih
diprioritaskan. Misalnya judul dapat dibuat menggunakan
huruf-huruf yang bersifat dekoratif dan tidak terlalu formal.
b. Deck
Deck/blurb/lead/standfirst adalah gambaran singkat tentang topik
yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya
terletak diantara judul dan bodytext. Fungsi deck berbeda dengan
judul, yaitu sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext,
karena itulah perbedaan fungsi ini harus ditangkap oleh pembaca
dengan jelas, antara lain dapat dicapai melalui : 1. ukuran hurufnya
rata-rata lebih kecil dari judul, tapi tidak sekecil bodytext, 2.
jenis/style huruf dipakai berbeda dengan yang digunakan untuk
judul, 3. warna deck yang dibedakan dengan judul dan bodytext.
c. Byline
Byline berisi penulis, terkadang disertai dengan jabatan atau
keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakkannya diakhir naskah.
d. Bodytext
Isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang paling banyak
memberikan informasi terhadap topik bacaan tersebut.
Keberhasilan suatu bodytext ditentukan oleh beberapa hal antara
lain: dukungan judul dan deck yang menarik sehingga memancing
pembaca meneruskan keingintahuannya akan informasi yang
lengkap dan gaya penulisan yang menarik dari naskah itu sendiri.
e. Subjudul
Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa
segmen sesuai topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul
segmen-segmen tersebut.
f. Pull Quotes
Pada awalnya adalah cuplikan perkataan atau tulisan seseorang,
34 publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang
mengandung informasi penting yang ingin ditekankan.
g. Caption
Keterangan singkat yang menyertai elemen visual. Caption
biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis
hurufnya dengan bodytext dan elemen text lainnya.
h. Callouts
Pada dasarnya sama dengan caption, kebanyakan callouts
menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan,
misalnya pada diagram. Callouts biasanya memiliki garis-garis
yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen
visualnya.
i. Kickers
Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas
judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik
yang diinginkan dan mengingat lokasinya saat membaca artikel tersebut.
j. Initial Caps
Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf.
Karena lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu initial
caps didalam satu naskah.
k. Indent
Baris pertama paragraf yang menjorok masuk kedalam. Sedangkan
hanging indent adalah kebalikannya: baris pertama tetap pada
posisi, sedangkan baris-baris dibawahnya menjorok masuk
kedalam.
l. Lead Line
Beberapa kata pertama atau keseluruhan dibaris paling awal pada
tiap paragraf, yang dibedakan atribut hurufnya. Atribut yang
dibedakan bisa berupa jenis huruf, ukuran, letter spacing,