• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kabupaten Sumenep Secara Topografi dan Geografi 41

Bab II Tinjauan Pustaka

2.8. Tinjauan Kabupaten Sumenep Secara Topografi dan Geografi 41

Secara geografis Kabupaten Sumenep memiliki Luas Wilayah 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan, tegalan, semak belukar, ladang seluas 1.130,190914 km², kolam, pertambakan, air payau, danau, waduk, rawa seluas 59,07 km² , dan lain-lainnya seluas 63,413086 km². Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas + 50.000 km². Secara administratif Kabupaten Sumenep berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan yang merupakan Kabupaten-Kabupaten yang berada di pulau madura

42 2.8.1 Peta Lokasi Kabupaten Sumenep

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kabupaten Sumenep Sumber : Google Earth, diakses 20 November 2012

2.8.2 Tinjauan Aspek Historis Kabupaten Sumenep

Sumenep terletak di ujung timur konteks masyarakat lokal Madura) dibawah pengaruh kerajaan kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa. Adipati pertama di Sumenep adalah Prabu Kertanegara Raj Hindia Belanda dan Inggris posisi kepala pemerintahan di Sumenep selalu berubah-ruabah, mulai dari Kerajaan, Kepangerananan Hingga Kesultanan. Pemerintahan kerajaan di Sumenep berakhir secara resmi pada tahun 1883 dengan diangkatnyaPangeran Pakunataningrat bergelar Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat sebagai Bupati Sumenep akibat dampak dihapuskannya sistem keswaprajaan di Sumenep oleh

43 pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu pula, wilayah kabupaten Sumenep dibawah pemerintahan langsung Nederland Indische Regening, sehingga Sumenep lebih dikenal dengan sebutan regent. Namun Perlu diketahui, dari tahun 1883 - 1929 para Bupati yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda tetap dari keturunan bangsawan dalem

Kabupaten Sumenep memiliki sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata serta memiliki kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya sebuah perencanaan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata dan pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya yang tertera pada Buku Peraturan Daerah Kab. Sumenep No:06 Thn 2007 Ttg Perubahan Atas Peraturan Daerah Kab.Sumenep Nomor:07 Thn 2006 Ttg Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumenep Thn 2006-2010. Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur, mangatakan bahwa Sumenep merupakan salah satu daerah wisata terlengkap di Jawa Timur. Potensi pariwisata ini bukan hanya wisata alam, namun juga wisata budaya, wisata sejarah serta wisata religi.

2.8.3 Arti Lambang Kabupaten Sumenep Bentuk Lambang :

Berbentuk Perisai dengan mempunyai 5 (lima) sudut. Makna Perisai melambangakan senantiasa kesiapsediaan dan keberanian masyarakat dan daerah tingkat II Sumenep untuk mempertahankan diri dari setiap gangguan kedzoliman serta mempertahankan keunggulan dan kemakmuran daerah.

Makna dan Kemakmuran daerah :

Makna dari 5 (lima) sudut perisai melambangkan dasar yang akan ditaati dan akan dipertahankan oleh masyarakat daerah tingkat II Sumenep, ialah falsafah dasar Negara Kita Pancasila. Karena itu maka sudut 5 (lima) yang melingkari dan merupakan bentuk dari perisai tersebut.

44   Versiering isi perisai :

Terdapat gambar kuda bersayap yang berwarna kuning emas, diambil dari lambang kepahlawanan terkenal di daerah tingkat II Sumenep yang ada hubungannya dengan cerita kuno yaitu kuda Skati dari Pahlawan Putra Sumenep Djoko Tole (Aria Panole) dengan lukisan kuda itu melambangkan jiwa keberanian dan patriotisme mesyarakat daerah Tingkat II Sumenep, dan sayap dari kuda itu melambangkan jiwa penuh dinamika. Sedang warna kuning melambangkan dasar mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa yang menyoroti setiap gerak dan usaha Daerah Tingkat II Sumenep. Selaras pula dengan dasar pertama dari Pancasila. Selain gambar lukisan kuda bersayap berwarna kuning emas tersebut, ditetapkan pula adanya pita yang berisikan tulisan Sumekar (nama sebelum Sumenep).

Makna dari kata Sumekar itu ialah senantiasa berkembang (mekar) yang sesuai sekali dengan perkembangan revolusi nasional kita yang terus berkembang "in the rising deman" mencapai terwujudnya cita-cita Pancasila amanat penderitaan rakyat yang terkenal dengan sosialisme Indonesia.

• Sikap dan bentuk Kuda :

Ditetapkan dalam keadaan beraksi menentang, kepalanya sedikit tunduk menoleh ke kiri (gigih, bahasa Madura "nyoronteng"). Sayap kuda berdiri tegak sesuai dengan keadaan kuda yang siap sedia mengemban amanat Penderitaan Rakyat Daerah Tingkat II Sumenep. Bulu ekor kuda keriting 8, mengingatkan kita pada tahun 1945 dan keritingan dari bulu-bulu itu kita harus bersatu.

• Pita di dalam :

Pita dalam perisai ditetapkan berwarna dasar putih dan tulisan dengan warna dasar berwarna merah, melambangkan sang merah putih bendera kita Negara Republik Indonesia.

45 • Dasar Hijau dari :

Warna hijau ialah berarti yang akan datang (harapan) terhadap cita-cita yang diperjuangkan.

• Warna Hitam :

Sebagai batas tertentu yang melingkari perisai dengan arti dari lingkaran termaksud menyatukan cita-cita (http://www.sumenep.go.id/ diakses 2 maret 2013).

Gambar 2.3. Lambang Kabupaten Sumenep Sumber: www.sumenep.go.id, diakses 20 Februari 2013

2.8.3 Tinjauan Kehidupan Masyarakat Kabupaten Sumenep

Dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan berbagai narasumber baik secara personal atu telepon, diketahui bahwa kehidupan masyarakat di Kabupaten Sumenep sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan selain itu banyak juga masyarakat Sumenep yang menjadi TKI diluar negeri. Untuk petani sendiri kebanyakan petani di madura menanam tembakau, jagung, ataupun singkong selain petani sawah ada pula petani garam yaitu yang sangat terkenal produksi hasil garamnya sampai ke penjuru negeri. Petani garam sampai saat ini masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan tambak sebagai tempat pembuatan kristal-kristal garam secara manual, baru setelah itu garam dikirim ke berbagai perusahaan garam ataupun perusahaan bahan makanan untuk diolah lebih lanjut.

Sedangkan nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Sumenep mempunyai pola kerja dalam mencari ikan yang bervariasi, ada yang

46 mencari ikan atau melaut hanya satu hari, satu minggu dan satu bulan. Namun para nelayan yang melaut kebanyakan satu minggu. Para nelayan umumnya turun kelaut sekitar jam 6 pagi. Nelayan di dalam memasarkan ikannya tidak menggunakan perantara tengkulak, mereka kebanyakan langsung menjual sendiri ke gudang yang telah lama menjadi mitra kerja para nelayan. Gudang yang menampung ikan hasil tangkapan para nelayan Pangerungan Besar juga bermitra dengan PT. Larosso dan PT. Mitra Jaya yang ada di Surabaya dan Banyuwangi. Kedua PT. ini nanti yang mengekspor ikan tersebut ke Thailand dan Singapura. Gudang yang ada di Pangerungan Besar mengirim ikan ke pada dua PT mitranya rata-rata 2 sampai 2,5 ton/ satu kali kirim atau berlayar.Modal merupakan salah satu hal penting di dalam melakukan aktifitas usaha.

Gambar 2.4. Ladang Garam Salah Satu Mata Pencaharian Masyarakat Sumenep Sumber: Ahmad Fitroni 2012.

47 2.8.4 Potensi Wisata dan Kunjungan Wisatawan Dalam Beberapa Tahun

Terakhir

Kabupaten Sumenep berada di ujung paling Timur Pulau Madura yang dapat ditempuh dari pelabuhan Janjung Perak, Surabaya. Dari pelabuhan Kamal, Madura Anda dapat melanjutkan perja lanan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau travel yangbanyak ditawarkan disana. Perjalanan ke Kabupaten Sumenep memakan waktu sekitar 4 jam. Pulau Madura yang dikelilingi laut, menghadirkan keindahan pantai yang menakjubkan. Pantai Lombang, di Desa Lombang Kecamatan Batang-batang 30 km sebelah timur Sumenep, berombak tenang dan jernih airnya. Hamparan pasir putihnya terasa bersih dan lembut di kaki, cocok sebagai tempat berjemur dan menikmati panorama terbit dan terbenamnya matahari. Menggunakan pasir sebagai kasur tidur adalah kebiasaan turun temurun penduduk sekitar. Disekeliling pantai sepanjang 12 km ini, berjajar tanaman cemara udang membentuk pohon cemara udang raksasa. Cemara udang yang khas di pantai ini, budidaya nya adalah yang terbesar untuk seluruh Indonesia, bahkan di dunia. Kabupaten Sumenep yang terdiri dari 126 buah pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni, 104 buah pulau bernama dan 22 buah pulau tanpa nama. Terbagi menjadi beberapa jenis pariwisata yaitu : pariwisata alam, pariwisata budaya, dan pariwisata agama (religi ).

• Wisata alam, yang terdiri dari Taman Pemandian (TSI) di Desa Torbang Kecamatan Batuan, Taman Pemandian Srikandi, Waduk Larangan Perreng, Gua Jeruk dan Sungainya, Pantai Slopeng, Kampung Kasur Pasir, Sumber Air Kirmata, Gunung Payudan, Gua Kandalia, Pantai Lombang, Pantai Dara Tua, Pegunungan Bluto, Penggalian Batu Bukit Panjalin;

• Wisata budaya, yang terdiri dari Museum dan Keraton Sumenep, Klenteng Pau Sian Lin Kong, Asta Sayyid Yusuf, Asta Majapahit, Asta Ponjuk, Masjid Agung, Taman Adipura, Kompleks Asta Katandur dan Paddusan, Seni Tayyub, Asta Panaongan, Seni

48 Topeng, Seni Macopat, Asta Juruan “Raden Patah”, Saronen, Upacara Petik Laut, Karapan Sapi.

• Wisata minat khusus, yang terdiri dari Pembuatan Garam, Batik Tulis Madura, Kerajinan Keris, Kerajinan Ukir Kayu, Ayam Bekisar, Pengusaha Kerupuk, Pengusaha Genting, Pengusaha Keripik Singkong, Pengusaha Petis dan Terasi.

Gambar 2.5 Wisata Alam Pantai Lombang Sumber : Ahmad Fitroni, 2012

49

Gambar 2.6 Wisata Religi Asta Tinggi Sumber : Ahmad Fitroni 2012

Jumlah kunjungan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumenep tiap tahunnya rata-rata 500 orang. Jumlah ini sangatlah minim bila dibandingkan dengan Kabupaten-kabupaten lain di propinsi Jawa Timur. Penyebab minimnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sumenep, dimana adalah terbatasnya sarana transportasi umum dan lamanya waktu perjalanan untuk menjangkau Kabupaten Sumenep. Selain itu berdasar penelitian awal mengenai fenomena minimnya jumlah wisatawan luar Pulau Madura, penulis menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada 30 responden di Surabaya. Hasil kuisioner ini membuktikan bahwa penyebab minimnya jumlah kunjungan tidak hanya disebabkan oleh akses transportasi, tetapi juga karena minimnya tingkat pengetahuan masyarakat di luar Pulau Madura akan objek-objek wisata di Sumenep.

50

Gambar 2.7 Data Wisatawan Kabupaten Sumenep 2008 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabuaten Sumenep, 2012

Dokumen terkait