• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi langsung dan dokumentasi. Secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam

Moleong menjelaskan, “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu” (2010: 186). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

commit to user

wawancara yang tidak terstruktur atau lebih dikenal dengan wawancara mendalam (in dept interviewing). Peneliti dalam hal ini mengajukan pertanyaan yang bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan secara tidak terstruktur. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menggali pandangan subjek yang diteliti secara mendalam tentang fokus masalah dalam penelitian ini yaitu tentang strategi adaptasi ekonnomi pengusaha kerajinan logam dusun Tumang sehingga dapat disajikan data secara lengkap mengenai pemikiran, motivasi, serta persepsi dari informan.

Wawancara dilakukan dengan bebas dengan suasana informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah pada fokus masalah penelitian.

Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap tahu tentang topik permasalahan dalam penelitian ini dengan mengacu pada kriteria pemilihan informan yang telah peneliti tentukan di atas. Peneliti mencatat informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan yang belum jelas tanpa memberikan pengaruh terhadap informan mengenai jawaban yang diberikan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan para pengusaha kerajinan logam dusun Tumang, tenaga kerja industri kerajinan logam dusun Tumang serta staff Dinas Koperasi dan UMKM Boyolali. Wawancara dipilh karena untuk memperoleh informasi sesuai fokus penelitian yaitu strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam dusun Tumang dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

b. Observasi Langsung

Sutopo menjelaskan bahwa, “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman gambar” (2002: 64).

Spradley (1980) membagi dua bentuk observasi yaitu observasi tak berperan dan observasi berperan, penjelasannya sebagai berikut:

Dalam observasi tak berperan, peneliti sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh subjek yang diamati. Sedangkan observasi berperan dilakukan dengan mendatangi subjek penelitian dan objek penelitian mengetahui hal tersebut. Observasi berperan bertujuan untuk mendapatkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu

commit to user

dengan lingkungan mereka. Observasi berperan dibagi menjadi tiga yaitu: berperan pasif, berperan aktif dan berperan penuh (Sutopo, 2002:

65).

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi berperan pasif dimana peneliti hanya berperan sebagai pengamat dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan, namun pengamatan yang dilakukan peneliti bersifat terbuka sehingga hal ini memungkinkan peneliti untuk secara bebas mengamati situasi dan peristiwa yang terjadi di lapangan

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi untuk melihat tempat maupun benda yang ada dalam obyek penelitian. Selain itu melalui observasi, peneliti dapat melihat peristiwa, penampilan fisik informan, tingkah laku, ekspresi dan tindakan yang dilakukan subjek penelitian pada saat penelitian dilakukan. Peneliti mengamati hal-hal yang dikerjakan informan dan orang-orang di sekitarnya serta mendengarkan apa yang diucapkan mereka. Dalam hal ini peneliti hanya bertugas untuk menangkap makna dari perilaku informan untuk menjawab fokus persoalan tentang strategi adaptasi ekonomi pengusaha kerajinan logam dusun Tumang.

c. Dokumen

Teknik pengumpulan data berikutnya adalah dengan dokumen.

Moleong mengemukakan bahwa, “Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik” (2010 : 216). Pada penelitian ini dokumen dijadikan salah satu teknik pengumpulan data karena dokumen dapat memberikan deskripsi mengenai kondisi lokasi penelitian pada saat ini. Dokumen dalam penelitian ini adalah publikasi tentang kerajinan logam dusun Tumang di berbagai media massa, dokumen terkait program atau kebijakan terkait dengan kerajinan logam dusun Tumang yang ada di website Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, foto dan catatan lapangan.

commit to user F. Uji Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, validitas data tidak dapat ditangkap secara pasti. Untuk itu perlu digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Menurut Sutopo, “Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu cara pandang”

(2002: 78). Terkait dengan triangulasi sumber, Sutopo menjelaskan:

Cara ini mengarahkan peneliti agar di mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Di sini tekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain (2002: 79).

Cara-cara yang ditempuh dalam melaksanakan triangulasi sumber pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Menggali informasi tentang strategi adaptasi ekonomi pengusaha kerajinan logam melalui berbagai informan yang berbeda yaitu pengusaha kerajinan logam, tenaga kerja industri kerajinan logam dan pemerintah pada dinas terkait.

2. Membandingkan jawaban informan yang satu dengan informan yang lain mengenai strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan untuk kelangsungan usaha kerajinan logam.

3. Membandingkan data observasi yang bersumber dari aktivitas yang menggambarkan strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam dusun Tumang maupun dari aktivitas lain seperti aktivitas tenaga kerja industri kerajinan logam dusun Tumang dalam bekerja dengan data hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan.

4. Menggali informasi dari sumber yang berupa dokumen seperti publikasi

commit to user

terkait program atau kebijakan terkait dengan kerajinan logam dusun Tumang yang ada di website Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, foto dan catatan lapangan yang berkaitan dengan data yang dimaksud peneliti.

G. Analisis Data

Salim menjelaskan, “Proses analisis data pada penelitian kualitatif berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses analisis mengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasil studi” (2006: 22). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis interaktif yang dikumukakan Milles & Huberman. Pertimbangan menggunakan model analisis ini karena dengan menggunakan model analisis ini, proses analisis data dapat dilakukan secara menyeluruh (holistik) sehingga kesimpulan hasil studi dapat teruji validitasnya. Adapun uraian model analisis interaktif sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Salim mengemukakan bahwa, “Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar dari field note” (2006:

22). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Reduksi data ini dapat dikatakan sebagai bagian dari proses analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal-hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Pada saat reduksi data, peneliti menentukan beberapa informan untuk mengidentifikasikan strategi adaptasi ekonomi pengusaha kerajinan logam dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Di dalamnya dibahas tentang persoalan internal yang dihadapi pengusaha kerajinan logam dalam menjaga kelangsungan usahanya, persoalan eksternal yang dihadapi pengusaha kerajinan logam dalam menjaga kelangsungan usahanya dan strategi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam dalam menghadapi persoalan internal dan eksternal tersebut

commit to user 2. Penyajian Data (Data Display)

Salim menjelaskan bahwa, “Penyajian data yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan” (2006: 23). Penyajian data dilakukan dengan merangkai data atau informasi yang telah direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar atau skema, maupun tabel yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Penyajian data dalam penelitian ini diperoleh dari observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Adapun penyajian data adalah untuk mendeskripsikan tentang persoalan internal yang dihadapi pengusaha kerajinan logam dalam menjaga kelangsungan usahanya, persoalan eksternal yang dihadapi pengusaha kerajinan logam dalam menjaga kelangsungan usahanya dan strategi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam dalam menghadapi persoalan internal dan eksternal tersebut. Dari berbagai indikator tersebut maka strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam dusun Tumang dapat terindentifikasi melalui analisis data yang telah penulis dapatkan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan yang telah dicatat, dilihat, ditemui serta didengar yang berdasarkan pada konfigurasi yang telah dirancang. Kesimpulan yang dihasilkan memerlukan verifikasi agar benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenar-benarannya. Dari hasil verifikasi ini dapat diperoleh data yang telah teruji validitasnya. Untuk itu peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali, melihat lagi fieldnote sehingga penelitian menjadi lebih bisa dipercaya.

commit to user

Gambar 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif (Interactive Model) Sumber: Matthew B. Milles & A. Michael Huberman (1992: 20) dalam Agus

Salim (2006: 22)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian kualitatif tidaklah bersifat pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Prosedur sangatlah penting bagi peneliti untuk dijadikannya sebagai kerangka acuan dalam melakukan tahap-tahap penelitian. Dengan prosedur yang pasti inilah dapat mengarahkan dan memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Menurut Sutopo, “Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap demi tahap kegitan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah dari persiapan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian” (2002: 187-190). Lebih jelasnya diuraikan sebagai berkut:

1. Persiapan

a. Menyusun proposal penelitian yang meliputi pengajuan judul dan tulisan proposal penelitian kepada dosen pembimbing.

b. Membuat desain penelitian yaitu dengan mengumpulkan bahan atau sumber materi penelitian yang berasal dari lapangan berupa data dan pengamatan awal serta menyiapkan instrumen penelitian atau alat observasi.

c. Mengurus perizinan penelitian.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan dan Verifikasi

commit to user 2. Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta atau observasi partisipan.

b. Membuat fieldnote (catatan lapangan) dan transkrip hasil wawancara.

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.

3. Analisis Data.

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai desain penelitian yang meliputi reduksi data (pembuatan matriks hasil penelitian lapangan), penyajian data (pembuatan matriks hasil lapangan dengan matriks teori) dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

b. Mengembangkan hasil interpretasi data dengan analisis lanjut kemudian disesuaikan dengan hasil temuan di lapangan.

c. Melakukan pengayaan dalam menganalisis data yang sudah ada dengan dosen pembimbing.

d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian a. Penyusunan laporan awal

b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan dosen pembimbing

c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi d. Penyusunan laporan akhir

commit to user

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum dusun Tumang

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan, salah satu kecamatannya adalah Kecamatan Cepogo. Kecamatan Cepogo terbagi atas 15 kelurahan (desa) yakni salah satunya adalah Desa Cepogo. Desa Cepogo berada di ketinggian 800 mdpl1 dengan suhu maksimum 40 derajad Celcius dan suhu minimum 20 derajad Celcius. Desa Cepogo memiliki curah hujan sebesar 9,000 mm/tahun dengan jumlah hari dengan jumlah curah hujan terbanyak adalah 50 hari. Jarak Desa Cepogo dari pusat pemerintahan kecamatan yakni Kecamatan Cepogo adalah sekitar 3 KM. Sedangkan jarak Desa Cepogo dari ibukota kabupaten yakni Kabupaten Boyolali adalah 13 KM. Dan jarak Desa Cepogo dari Ibukota provinsi yakni Jawa Tengah adalah 110 KM. Secara administratif Desa Cepogo terbagi atas empat dusun yaitu dusun Wonosegoro, dusun Wates, dusun Tumang dan dusun Wonosari dengan jumlah 16 RW dan 49 RT.

Dusun Tumang sebagai Sentra Industri Kerajinan Logam dipilih sebagai lokasi penelitian karena berkaitan dengan fokus persoalan dalam penelitian ini yaitu tentang strategi adaptasi adaptasi ekonomi pengusaha kerajinan logam.

Secara administratif dusun Tumang terbagi menjadi 4 RW dengan 19 RT. Secara geografis sebelah utara dusun Tumang berbatasan dengan dusun Kembang Kuning, sebelah timur berbatasan dengan dusun Cabean Kunti, sebelah selatan berbatasan dengan dusun Wonosari, dan sebelah barat berbatasan dengan dusun Banaran.

1 mdpl adalah kepanjangan dari meter di atas permukaan laut. Biasanya dipakai sebagai satuan baku untuk mengukur ketinggian suatu tempat atau kenampakan geogfrafis tertentu dari permukaan laut.

commit to user

Dusun Tumang terletak di kaki lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, sehingga suasana dusun ini lekat dengan suasana alam pegunungan yang berhawa dingin dan sejuk. Aktivitas pertanian di dusun ini adalah jenis pertanian tegalan dengan komoditas utamanya seperti tanaman sayuran, buah-buahan maupun berbagai jenis tanaman palawija lain.

Untuk mengakses menuju dusun ini cukup mudah. Dari Kecamatan Cepogo bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor kurang lebih selama 10 menit. Ketika memasuki wilayah dusun ini, kita akan langsung melihat papan nama pada pintu masuk yang bertuliskan „Sentra Industri Kerajinan Logam‟. Setelah masuk kemudian kita akan melihat berbagai papan nama di sudut-sudut wilayah yang bertuliskan nama usaha kerajinan logam masing-masing.

Dusun Tumang telah lama dikenal sebagai sentra industri kerajinan logam. Mayoritas pekerjaan masyarakat dusun Tumang adalah pekerjaan yang bergerak di bidang industri kerajinan logam. Selain bergerak di bidang industri, sebagian masyarakat berprofesi sebagai petani, peternak, buruh bangunan dan pegawai kantor atau perusahaan. Kebanyakan masyarakat yang bergerak di bidang industri berprofesi sebagai pengusaha kerajinan logam, pedagang bahan baku dan barang bekas logam maupun sebagai tenaga kerja pada industri tersebut.

Berdasarkan data dari FEDEP (Forum For Economic Development and Employment Promotion) BAPPEDA Boyolali tahun 2009 tercatat ada 76 pengusaha kerajinan logam, 48 pedagang bahan baku dan barang bekas logam dengan jumlah total tenaga kerja sebanyak 716 orang tenaga kerja. Secara spesifik, pengusaha kerajinan logam dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pengusaha ukir logam, kelompok pengusaha kerajinan aluminium dan kelompok pengusaha kerajinan tembaga. Pengusaha ukir logam di dusun Tumang tercatat ada sebanyak 46 pengusaha. Komoditas utama mereka diantaranya produk hiasan interior, patung dari logam, hiasan dinding, lukisan mozaik logam tempa, kap lampu dan ornamen arsitektur lainnya. Pengusaha kerajinan aluminium di dusun Tumang tercatat ada sebanyak 21 pengusaha. Komoditas utama mereka

commit to user

dandang, irus, erok-erok dan lainnya. Sementara untuk pengusaha kerajinan tembaga di dusun Tumang tercatat ada sebanyak 9 pengusaha. Komoditas utama mereka adalah sama dengan pengusaha kerajinan aluminium, hanya saja mereka membuat perkakas rumah tangga dengan berbahan dasar tembaga seperti kenceng, dandang, kuali, ceret, kendil dan lainnya. Dan untuk pedagang bahan baku dan barang bekas logam tercatat ada 48 pedagang.

2. Sejarah Perkembangan Industri Kerajinan Logam dusun Tumang Sejarah perkembangan industri kerajinan logam dusun Tumang tidak lepas dari sejarah asal mula dusun Tumang itu sendiri. Menurut informasi dari masyarakat setempat, dusun Tumang memiliki semacam cerita rakyat yang dipercaya kebenarannya, dan diyakini sebagai kepercayaan yang harus tetap dipertahankan. Kira-kira pada abad XVIII lahirlah seorang anak dari Kerajaan Mataram Kuno yang diberi nama Rogosasi. Rogosasi merupakan anak raja yang sangat malang, karena ia memiliki tubuh cacat dan muka yang sangat buruk, dan ayahnya, Raja Mataram saat itu, menganggap Rogosasi tidak pantas hidup di Mataram, karena akan berpengaruh pada kedudukannya sebagai raja. Maka, sang Raja pun mengasingkan putera kandungnya. Tempat pengasingan yang dirasa sesuai untuk Rogosasi adalah di Lereng Gunung Merapi. Maka Rogosasi pun diasingkan oleh raja ke Lereng Gunung Merapi, dan dititipkan pada seorang Kyai yang bernama Kyai Wonosegoro.

Setelah mampu mandiri, Pangeran Rogosasi memisahkan diri dan merintis membangun sebuah dusun, yang kemudian diberi nama dusun Tumang. Saat merintis dusun Tumang, Pangeran Rogosasi dibantu oleh para abdi keraton yang terdiri dari empat orang utusan. Utusan pertama dari keraton mengajari masyarakat dusun Tumang membuat keris dan kerangkanya. Selang beberapa tahun kemudian, datanglah utusan kedua yang mengajari cara membuat pakaian keraton dari perak. Sedangkan utusan ketiga mengajarkan cara membuat alat-alat dapur dari tembaga, dan utusan keempat mengajari cara menjahit. Keempat kerajinan tersebut sampai saat ini, masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Sampai saat ini, Pangeran Rogosasi dipercaya sebagai pelindung dusun Tumang,

commit to user

dan pada hari-hari tertentu seperti sadranan, terdapat ritual untuk menghormati arwah Pangeran Rogosasi.

Sejak zaman Kerajaan Mataram, dusun Tumang telah dikenal sebagai sentra industri tembaga khususnya untuk pembuatan peralatan dapur dan peralatan berperang pada zaman itu. Pada saat itu, dusun Tumang menjadi penyuplai peralatan tembaga baik dalam lingkup Keraton maupun diluar lingkup Keraton Mataram. Dalam perkembangannya hingga akhir tahun 1986, para pengrajin tembaga di dusun Tumang masih memproduksi produk kerajinan rumah tangga yang berupa dandang dan kenceng sebagai produk andalan mereka. Seiring perkembangan zaman, ketika produk-produk alat rumah tangga tergantikan dengan produk-produk berbahan baku dari plastik, maka produk rumah tangga dari tembaga pun mulai surut. Maka dimulailah inovasi baru dalam penciptaan produk mereka, tidak hanya sebatas produk rumah tangga. Sejak saat itulah banyak masyarakat dusun ini yang secara mandiri menekuni profesi sebagai pengrajin kerajinan logam ini.

Dalam perkembangannya, karena keinginan pasar yang terus berkembang, khususnya dalam variasi produk, maka para pengrajin dusun Tumang mulai mengkombinasikan produknya dengan logam lain, seperti kuningan. Bahkan saat ini, beberapa pengrajin mulai mengujicobakan produk tembaga mereka dengan mengkombinasikannya dengan aluminium. Para pengusaha mulai menggunakan variasi baik dalam penggunaan bahan baku, pengolahan produk, penggunaan teknologi hingga proses pemasarannya. Mereka telah menciptakan inovasi produk dengan sentuhan „ukir‟ disamping mendiversifikasikan bahan bakunya. Di antara produk-produk yang diciptakan tersebut di antaranya washtafel, bathtub, baki (nampan), wadah buah-buahan segar, tempat lilin dan lain-lain hingga produk hiasan interior, patung dari logam, hiasan dinding, lukisan mozaik logam tempa, asbak, paidon, vas bunga, lampu gantung, kendi, bokor, kap lampu dan ornamen arsitektur lainnya. Meskipun telah mengalami perkembangan usaha, masih ada beberapa pengusaha yang tetap concern pada pemproduksian perlengkapan rumah tangga baik dari tembaga maupun aluminium.

commit to user

Saat ini, banyak di antara pengusaha kerajinan logam tempa hand made di dusun ini yang sudah memiliki konsumen tetap di berbagai kota besar di tanah air.

Bahkan sejumlah pengusaha telah memiliki pelanggan tetap di luar negeri.

Banyak di antara mereka yang telah memiliki show room untuk memamerkan hasil karya mereka. Letak show room mereka tidak hanya baik di wilayah dusun Tumang namun juga di wilayah lain. Pangsa pasar pengusaha kerajinan logam dusun ini telah menembus pasar domestik bahkan internasional. Berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Slovenia, Australia, Malaysia, Singapura dan berbagai negara lainnya menjadi negara tujuan ekspor bagi pengusaha kerajinan logam di dusun ini. Dalam proses transaksinya, mereka telah menggunakan sistem pemasaran secara online. Untuk pasar internasional, andalan produk ini adalah bunga, lampu dinding, kaligrafi, dan produk aksesoris rumah tangga dengan kisaran harga dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Kini kehadiran industri ini telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan peluang usaha lain bagi masyarakat sekitar.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Deskripsi hasil analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan data yang dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji pada penelitian ini yaitu strategi adaptasi ekonomi pengusaha kerajinan logam dusun Tumang. Dalam rumusan masalah yang diajukan pada Bab I terdapat tiga rumusan masalah terkait dengan strategi yang dilakukan oleh pengusaha kerajinan logam dusun Tumang dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Persoalan Internal yang Dihadapi Pengusaha Kerajinan Logam Dalam Menjaga Kelangsungan Usaha

Persoalan internal yang dimaksud disini adalah persoalan yang muncul dalam lingkup pengusaha itu sendiri. Kategori persoalan internal meliputi strategi yang dilakukan pengusaha kerajinan logam di dusun Tumang dalam melakukan manajemen sumber daya manusia yang dimilikinya, jaringan usaha

commit to user

yang terbentuk di antara sesama pengusaha kerajinan logam dan iklim persaingan usaha yang terbentuk di antara pengusaha kerajinan.

Dalam menjalankan usahanya, seorang pengusaha tidak lepas dari berbagai persoalan baik persoalan internal maupun persoalan eksternal.

Berbagai persoalan tersebut yang seringkali menjadi faktor penghambat bagi seorang pengusaha untuk menjaga eksistensi usahanya maupun dalam

Berbagai persoalan tersebut yang seringkali menjadi faktor penghambat bagi seorang pengusaha untuk menjaga eksistensi usahanya maupun dalam