• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Istilah Tindak Pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu “Strafbaar feit” dan tidak ditemukan penjelasan secara rinci mengenai apa yang dimaksud dengan Strafbaar feit di dalam KUHP maupun diluar KUHP.

Dalam bahasa Belanda, strafbaarfeit itu terdiri dari tiga kata yaitu straf, baar dan feit. Straf diartikan sebagai pidana atau hukum, baar diartikan sebagai dapat atau boleh, dan feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.11 Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni kata Delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:

      

11Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1 ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 69.

“ Delik adalah perbuatan yang dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.”

Adapun unsur-unsur dari tindak pidana adalah sebagai berikut: 12

1. Unsur Subjektif, yaitu unsur yang ada dalam diri si pelaku itu sendiri, yaitu: kesalahan dari orang yang melanggar aturan-aturan pidana, artinya pelanggaran itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pelanggar.

2. Unsur Objektif, terdiri dari:

a. Perbuatan manusia, yaitu perbuatan yang positiv, atau suatu perbuatan yang negativ yang menyebabkan pidana.

b. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusakkan atau membahayakan kepentingan-kepentingan hukum, yang menurut norma hukum itu perlu ada supaya dapat dihukum.

c. Keadaan-keadaan sekitar perbuatan itu, keadaan-keadaan ini bisa jadi terdapat pada waktu melakukan perbuatan.

d. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidanakan perbuatan itu melawan hukum, jika bertentangan dengan Undang-Undang

Keragaman pendapat di antara para Sarjana Hukum mengenai defenisi strafbaar feit telah melahirkan beberapa rumusan atau terjemahan mengenai strafbaar feit itu sendiri, yaitu13:

1. Perbuatan Pidana,digunakan oleh Mulyatno menerjemahkan isitilah strafbaar feit dengan perbuatan pidana. Menurut pendapat beliau istilah “perbuatan pidana” menunjuk kepada makna adanya suatu kelakuan       

12M. Hamdan, Tindak Pidana Suap dan Money Politics, Medan: Pustaka Bangsa Pers, 2005, hal.10.

manusia yang menimbulkan akibat tertentu yang dilarang hukum dimana pelakunya dapat dikenakan saknsi pidana. Dapat diaritkan demikian karena kata “perbuatan” tidak mungkin berupa kelakuan alam, karena yang dapat berbuat dan hasilnya disebut perbuatan itu adalah hanya manusia.

2. Peristiwa Pidana, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Wirjono Prodjodikoro dalam perundang-undangan formal Indonesia, istilah “peristiwa pidana” pernah digunakan secara resmi dalam UUD sementara 1950, yaitu dalam Pasal 14 ayat (1). Secara substantif, pengertian dari istilah “peristiwa pidana” lebih menunjuk kepada suatu kejadian yang dapat ditimbulkan baik oleh perbuatan manusia maupun oleh gejala alam. Oleh karena itu, dalam percakapan sehari-hari sering didengar suatu ungkapan bahwa kejadian itu merupakan peristiwa alam.

3. Tindak pidana, dalam hukum Indonesia dewasa ini, istilah ini yang paling lazim digunakan dan bisa dikatakan istilah resmi dalam hukum pidana Indonesia. Dikatakan resmi karena beberapa peraturan perundang-undangan Indonesia menggunakan istilah tindak pidana tersebut, seperti dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Pemakaian istilah tindak pidana ini secara resmi telah membuatnya mendapat posisi yang sangat kuat dalam kesadaran hukum masyarakat Indonesia. Namun pemakaian isitiah tindak pidana ini

juga mendapat kritikan dari beberapa ahli dikarenakan istilah tidak menggambarkan suatu tindakan yang aktif secara jasmaniah oleh manusia, sementara dalam hukum pidana Indonesia terdapat delik pasif (Ommisionis) seperti yang diatur dalam Pasal 164 KUHP.

Dalam skripsi ini penulis menggunakan istilah “tindak pidana” karena istilah ini telah mendapat posisi yang sangat kuat dalam kesadaran dan budaya hukum masyarakat Indonesia akibat dari penggunaannya secara resmi dengan berkala dan berulang-ulang dalam berbagai peraturan perundang-undangan pidana di Indonesia terlebih dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Mengenai pengertian tindak pidana pencucian uang maka terlebih dahulu mengetahui Istilah Pencucian Uang yang pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, yang menggunakan istilah Money Laundering yaitu ketika mafia membeli perusahaan-perusahaan pencucian pakaian (laundry) sebagai salah satu strategi yang digunakan oleh para mafia untuk melakukan pencucian uang yang diperoleh dari hasil dari hasil kejahatan seperti uang hasil minuman keras ilegal, hasil perjudian, dan hasil usaha pelacuran.

Menurut Black’s law dictionary, Money Laundering adalah:

“ Term used to describe investment or other transfer of money flowing from racketeering, drug transaction, and other illegal sources into legitimate channels so that it’s sources can not be traced. Money Laundering is a federal crime (18 USCA 1956)”14

      

Istilah ini menggambarkan bahwa pencucian uang (money laundering) adalah penyetoran/penanaman uang atau bentuk lain dari pemindahan/pengalihan uang yang berasal dari pemerasan, transaksi narkotika, dan sumber-sumber lain yang ilegal melalui saluran legal, sehingga sumber asal tersebut tidak dapat diketahui/dilacak.15

Pengertian money laundering secara komprehensif di dalam Konvensi PBB Pasal 3 yaitu sebagai berikut:16

”Money laundering” berarti setiap tindakan yang dilakukan dengan sengaja dalam hal sebagaimana disebutkan di bawah ini:

1. Konversi atau pengalihan barang, yang diketahui bahwa barang tersebut berasa;l dari suatu kegiatan kriminal atau ikut berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut, dengan tujuan untuk menyembunyikan sifat melawan hukum dari barang tersebut, ataupun membantu seseorang yang terlibat sebagai perantara dalam kegiatan tersebut untuk menghilangkan konsekuensi hukum dari kegiatan tersebut.

2. Menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, sumbernya, lokasi, pengalihan, penggerakan, hak-hak yang berkenaan dengan kepemilikan atau barang-barang, dimana yang bersangkutan mengetahui bahwa barang tersebut berasal dari kegiatan kriminal atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

3. Perolehan, penguasaan, atau pemanfaatan dari barang-barang di mana pada waktu menerimanya yang bersangkutan mengetahui bahwa barang       

15Ibid.

16Munir Faudy, Bisnis Kotor Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 85.

tersbut berasal dari tindakan kriminal atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

4. Segala tindakan partisipasi dalam kegiatan untuk melaksanakan percobaan untuk melaksanakan, membantu, bersekongkol, memfasilitasi dan memberikan nasehat terhadap tindakan-tindakan tersebut di atas.

Istilah pencucian uang berasal dari bahasa inggris, yakni “money laundering”. Apa yang dimaksud dengan “money laundering” memang tidak ada defenisi yang universal karena, baik Negara-negara maju maupun Negara-negara dari dunia ketiga masing-masing mempunyai defenisi sendiri-sendiri berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda. Namun para ahli hukum di Indonesia telah sepakat mengartikan money laundering dengan pencucian uang.17

Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 mendefenisikan tindak pidana pencucian uang adalah:

1. Menempatkan harta kekayaan ke dalam penyedia jasa keuangan baik atas nama sendiri atau atas nama orang lain, padahal diketahui atau patut diduga bahwa harta tersebut diperoleh melalui tindak pidana.

2. Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana pencucian uang, dari suatu penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain. Baik atas nama sendiri maupun atas nama orang lain.

3. Membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana. baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain.

4. Menitipkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain.

5. Membawa ke luar negeri harta yang diketahuinya atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana.

      

17Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2008, hal. 13.

6. Menukarkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya; atau

7. Menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang perubahan atas undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

“Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbang- kan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan yang sah.”

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tidak menyebutkan pengertian tindak pidana pencucian uang namun hanya mencantumkan pengertian dari pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini disebutkan dalam Pasal 1 angka (1). Dengan Hasil tindak pidana berupa harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana asal sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 angka (1) seperti :

a. korupsi; b. penyuapan; c. narkotika; d. psikotropika;

e. penyelundupan tenaga kerja; f. penyelundupan migran; g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal; i. di bidang perasuransian; j. kepabeanan;

k. cukai;

l. perdagangan orang;

n. terorisme; o. penculikan; p. pencurian; q. penggelapan; r. penipuan; s. pemalsuan uang; t. perjudian; u. prostitusi; v. di bidang perpajakan; w. di bidang kehutanan; x. di bidang lingkungan hidup;

y. di bidang kelautan dan perikanan; atau

z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.

Dari beberapa defenisi dan penjelasan mengenai money laundering karena penelitian di Indonesia maka selanjutnya digunakan istilah pencucian uang, dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pencucian uang adalah:

“Rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara dan terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal”18

2. Faktor-faktor Penghambat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak

Pidana Pencucian Uang

Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut "orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota" .

      

18Sutan Remy Sjhadeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, hal. 36.

Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.19

Secara teoritis pengertian mengenai polisi tidak ditemukan, tetapi penarikan pengertian polisi dapat dilakukan dari pengertian Kepolisian sebagaimana yang dicantumkan menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: “Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Selanjutnya Pasal 1 angka (2) menerangkan bahwa “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada KepolisianNegara Republik Indonesia.” Selanjutnya Pasal 1 angka (3) ” Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian.”

Polisi dalam menjalankan tugasnya adalah untuk menjaga kepentingan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi terjaminnya keamanan dan ketertiban dan tertegaknya hukum. Dimana dalam pelaksanaan penegakan hukum terdapat hambatan-hambatan.

Faktor-faktor Penghambat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencucian Uang antara lain :

Faktor-faktor Penghambat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencucian Uang antara lain :

      

1. Faktor internal meliputi Faktor kuantitas penegak hukum, penegakan hukum yang kurang professional.

2. Faktor eksternal meliputi Faktor hukumnya sendiri termasuk di dalamnya belum sempurnanya perangkat hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat termasuk di dalamnya masih rendahnya tingkat kesadaran hukum, dan faktor kebudayaan. masih rendahnya penghasilan aparat penegak hukum.

3. Peran Kepolisian dalam Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Pencucian Uang

Tugas pokok Kepolisian sebenarnya sebenarnya paling besar terletak di luar kebijakan hukum pidana (non penal). Dimana tugas Polisi lebih ke aspek pelayanan dan pengabdian di bandingkan tugas sebagai penegak hukum dalam bidang peradilan hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia:

“Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.”

Mengenai tugas pokok Kepolisian yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat dibandinkan tugas penegakan hukum sejalan dengan salah satu laporan Kongres PBB Ke V tentang The Prevention of Crime the Treatment of Offenders, khususnya dalam laporan agenda masalah mengenai “The Emerging Roles of the Police and Other Law Enforcement Agencies”, yakni:

“The Police were a part of and not separate from the community and that the majority of policeman’s time was spent on “service oriented” task rather than on law enforcement duties”

Terjemahan bebas:

“Polisi merupakan bagian dari masyarakat dan tidak terpisahkan dari masyarakat, dan sebagian besar waktu Polisi dihabiskan guna tugas yang berorientasi pada pelayanan bukan pada tugas-tugas penegakan hukum.” Untuk mencari jalan keluar dalam rangka mencegah dan menanggulangi tindak pidana pencucian uang oleh Kepolisian terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:

a. Upaya Pre-entif b. Upaya Preventif c. Upaya Represif

Upaya Pre-Entif disini adalah upaya-upaya awal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-entif adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga nilai-nilai/norma-norma-nilai-nilai/norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-entif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan.20

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya Pre-Entif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam

      

upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan.21

Tindakan Represif ialah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana. Telah dikemukakan di atas, bahwa tindakan represif sebenarnya juga dapat dipandang sebagai preventif dalam arti luas. Termasuk tindakan represif adalah penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakannya.22

Dokumen terkait