• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Tinjauan Tentang Film

Pengertian film menurut Undang-Undang No.

23 Tahun 2009 tentang perfilman pasal (1) menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa adanya suara dan dapat dipertunjukkan.34 Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.35

Film telah menjadi audio visual yang banyak dinikmati oleh masyarakat luas. Marcel Sumarno menyebut fungsi film memiliki nilai edukasi. Nilai edukasi dalam film mempunyai makna sebagai pesan-pesan moral yang semakin halus pembuatannya akan semakin baik.36

34 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 154.

35 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127.

36 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 1. No.1. 2011. h. 137.

Sebagai salah satu media hiburan, film memiliki kekuatan persuasi yang besar pengaruhnya kepada penonton atau masyarakat yang menyaksikannya. Pasalnya, film dapat menjadi alat penghibur sekaligus sebagai alat informasi serta dapat mengubah cara pandangan orang lain dan bisa memengaruhi sikap juga perilaku seseorang di dunia nyata setelah menonton sebuah film.

2. Unsur-unsur Pembentukan Film

Dalam pembentukan film, secara umum pembentukan film terbagi atas dua unsur yaitu, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah sebagai pencitraan dalam sebuah film, yang didalamnya terdapat unsur cerita dan plot. Kemudian secara umum naratif terbagi menjadi 3 tahap: yaitu pendahuluan, dimana dalam titik permulaan ini merupakan awal mula cerita film. Tahap kedua yaitu pertengahan, pada tahap ini berisi alur cerita oleh tokoh utama untuk menyelesaikan konflik yang ada dalam sebuah cerita dan tahap ketiga yakni penutup, disinilah klimaks dari konflik yang ada di tahap yang sebelumnya.

Sedangkan unsur sinematik adalah cara atau gaya seperti apa untuk mengolahnya. Yang terdiri dari empat elemen pokok yaitu, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Mise-en-scene adalah segala hal yang ada didepan kamera untuk

37

diambil gambarnya dalam proses produksi film.

Sinematografi merupakan aspek teknis dalam film yang berhubungan dengan objek yang diambil oleh kamera. Editing adalah transisi sebuah gambar lainnya dalam prosuksi film. Dan suara adalah segala hal yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran dalam produksi film. Dari kedua unsur tersebut, dapat membentuk sebuah maksud serta tujuan yang sama.37 3. Jenis-Jenis Film

Film merupakan hasil dari karya yang diolah secara kreatif untuk dapat dinikmati visualnya.

Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:38

a. Film Cerita

Film cerita adalah film yang sering kali kita temukan dibioskop yang menyajikan kepada publik sebuah cerita fiksi dapat berdasarkan dari kisah nyata maupun khayalan, yang kemudian dimodifikasi dan dioleh menjadi sebuah film. Film jenis ini terikat pada plot, adegan, konflik yang sudah dirancang dari awal.39

37 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1-2.

38 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 216.

39 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h.6.

b. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film yang menyajikan sebuah peristiwa ataupun fakta yang pernah terjadi yang harus mengandung nilai-nilai berita (newsvalue), karena pada dasarnya sifatnya berita. Dengan adanya televisi yang memiliki kesamaan sifat dengan film, dibandingan bioskop maka berita yang difilmkan lebih cepat dan luas ditayangkan melalui media televisi.40

c. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menyajikan fakta peristiwa yang benar-benar terjadi. Dalam film dokumenter tokoh, peristiwa, letak tempat berdasarkan kenyataan. Tujuan dari film ini agar publik atau penonton dapat melihat fakta akan sebuah peristiwa yang ada dalam masyarakat.

d. Film Kartun

Titik berat pembuatan film kartun adalah pada seni lukis.41 Lantaran dalam film kartun ini harus memerhatikan detail, menghidupkan gambar agar terlihat bergerak seolah-olah gambar seperti hidup sehingga dapat memengaruhi penonton. Film kartun seringkali

40 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 1993), h. 213.

41 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 216.

39

ditujukan sebagai konsumsi anak-anak, selain sebagai hiburan juga memiliki nilai edukasi seperti film kartun Pada Zaman Dahulu, Nussa, Upin dan Ipin, dan lain sebagainya.

e. Film Eksperimental

Film jenis ini tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang dipengaruhi gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film ini termasuk film yang tidak mudah dipahami karena pembuatannya menggunakan simbol yang diciptakan sendiri dan sifatnya abstrak.42 2. Klasifikasi Film

Berkembangnya perfilman, membuat semakin banyaknya film yang diproduksi dengan bermacam-macam gendre. Sejauh ini film diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu:43

1) Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan pemain. Film ini memiliki tujuan membuat penonton tertawa sehingga merasa terhibur.

2) Drama, film yang menggambarkan realita di sekeliling hidup manusia. Alur cerita film

42 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 7-9.

43 Ekky Iman Jaya, why Not: remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT.

Mizan Bunaya Kreativa, 2004), h. 104.

drama, terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata.

3) Horror, film ini diciptakan untuk membuat penontonnya takut dengan melibatkan hal-hal mistis, ghaib dan supernatural.

4) Musikal, film yang alur ceritanya seperti drama namun dipenuhi dengan nuansa musik. Adegan dalam film ini menampilkan para pemainnya berdialog dengan musik, bernyanyi, hingga menari.

5) Action, pada film laga atau action ini alur ceritanya sederhana, namun dengan menghadirkan aksi perkelahian, tembak-tembakan, hingga adegan berbahaya membuat film ini dapat membuat jantung berdebar-debar.

3. Struktur Film

Film memiliki struktur fisik yang dibagi kedalam tiga bagian, yaitu:44

a. Shot (gambar)

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dimatikan (0ff). Sekumpulan Shot dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan, satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, menit bahkan jam.

44 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

41

b. Scene (adegan)

Adegan adalah satu segmen yang pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, atau motif. Umumnya, satu adegan terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan. Dalam film biasanya terdiri dari 30-35 adegan.

c. Sequence (sekuen)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Biasanya dalam film bisa berisi 8-15 sekuen.

Dokumen terkait