• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM IMPERFECT. Skripsi. Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM IMPERFECT. Skripsi. Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

DINI YUNITASARI HOLIS NIM: 11170510000207

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM IMPERFECT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dini Yunitasari Holis NIM. 11170510000207

Di bawah bimbingan:

Thalitha Sacharissa Rosyidiani, M. I. Kom NIP. 199102172018012004

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(3)

ii Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dini Yunitasari Holis NIM : 11170510000207

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif idayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Mei 2021

Dini Yunitasari Holis

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM IMPERFECT disusun oleh Dini Yunitasari Holis 11170510000207 diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 17 Juni 2021 di hadapan dewan penguji.

Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Juni 2021 Tim Penguji Sidang Munaqasah

Ketua Penguji Sekertaris Penguji

Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. H. Edi Amin, S.Ag, MA.

NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010 Penguji I Penguji II

Dr. H. M. Yakub, M.A. Dr. Rochimah Imawati, M.Psi.

NIP. 196210181993031002 NIP. 196612032014112001 Pembimbing

Thalitha Sacharissa Rosyidiani M. I.Kom.

NIP. 199102172018012004

(5)

iv

Dini Yunitasari Holis, 11170510000207

Analisis Semiotika Pesan Moral Islami dalam Film Imperfect Film merupakan media komunikasi yang memiliki kekuatan persuasi yang besar pengaruhnya kepada penonton atau masyarakat yang menyaksikannya. Selain menjadi alat penghibur, film dapat digunakan sebagai penyampaian pesan-pesan moral.

Film Imperfect adalah film drama komedi yang menceritakan kisah hidup seorang wanita yang memiliki bentuk tubuh yang tidak ideal mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sekitarnya sehingga merubah penampilannya serta sikapnya. Walaupun film ini tidak mengandung unsur Islam, namun dalam film ini mengandung pesan moral Islami didalamnya.

Penelitian ini menggunakan teori Semiotika Charles Sanders Peirce yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana representamen (ikon, indeks, simbol), object, dan interpretan dalam film Imperfect dan apa saja pesan moral Islami yang terkandung dalam film Imperfect. Metode yang digunakan adalah kualitaif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan bersumber dari DVD film dengan observasi pada setiap scene, wawancara, serta dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah adanya representament (bentuk tanda) memunculkan gambaran sifat tokoh. Object memunculkan pada apa yang dilakukan oleh tokoh. Interpretant menunjukan adanya pesan moral Islami yang disampaikan. Pesan moral Islami yang terkandung dalam film ini terdiri dari sepuluh scene diantaranya tentang menjauhi perilaku berburuk sangka, sabar, jauhilah perkataan buruk, saling tolong menolong, toleransi antar umat beragama, anjuran untuk berkata baik, jauhilah perbuatan riya, saling memaafkan dan juga bersyukur.

Kata kunci: Semiotika, Pesan Moral Islami, Film Imperfect.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil’alamin, penulis panjatkan segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmat-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah menjadi rahmatan lil’alamin bagi umatnya.

Tidak ada yang sempurna selain Allah SWT, karena keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman serta kesempatan yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan baik dari segi materi, maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, segala kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang jauh lebih baik lagi.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari keridhoan dan berkah dari Allah SWT, serta doa, saran, arahan, dan bantuan dari beberapa pihak kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terimaksih kepada:

(7)

vi

sayang, perhatian, dukungan dan tidak pernah bosan untuk memberikan semangat kepada penulis serta selalu menjadi garda terdepan untuk mendukung penulis baik secara moral maupun materi kepada penulis.

2. Kakak, adik, dan nenek tercinta, Nugraha Pratama Holis, Mia Cempaka Holis dan Ibu Nasah. Terima kasih selalu memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dan selalu mendoakan penulis.

3. Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti Napsiyah, BSW, MSW, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Bapak Kemahasiswaan.

4. Ibu Armawati Arbi, M. Si, selaku Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Bapak Dr. Edi Amin, M.A, selaku Sekertaris Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Ibu Thalitha Sacharissa Rosyidiani, M. I.Kom, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

6. Prof. Andi M. Faisal Bakti, M. A, Ph. D selaku Dosen Penasihat Akademik yang selalu meluangkan

(8)

vii

waktunya untuk memberikan bimbingan kepada anak didiknya dan memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Dr. H. M. Yakub, M.A selaku Dosen dan konsultan agama yang sudah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis melakukan penelitian agar mendapatkan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

9. Girls Generation alias CAPEK. Faiqah Gempi, Shania Sunny, Shafa Owie, Aurelia oreli, Raisa Yayak, Halwa Wawak, Alifia Pya, Mega Memew, dan Maoizah Mojiy yang selalu memberikan dukungan, dan berbagi keluh kesah bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini.

10. Ericsson Adrian yang selalu menjadi penyemangat dan menyemangati serta menghibur penulis. Terima kasih telah menemani berjuang.

11. Shasameilia, Angela, Salshabila, Rinita, Melisya yang selalu memberikan semangat, dan mendengarkan keluh kesah penulis.

12. Teman-teman Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya KPI D atas dukungan dan bantuannya selama ini.

(9)

viii

mendapatkan balasan dari Allah SWT. dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 05 Mei 2021

Dini Yunitasari Holis

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Review Kajian Terdahulu ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Semiotika ... 17

1. Pengertian Semiotika ... 17

2. Semiotika Charles Sanders Peirce ... 19

B. Pesan Moral Islami ... 24

C. Tinjauan Tentang Akhlak... 28

1. Akhlak Baik (mahmudah) ... 29

1. Akhlak Buruk (mazmumah) ... 32

D. Tinjauan Tentang Film ... 35

(11)

x

3. Jenis-Jenis Film ... 37

2. Klasifikasi Film ... 39

3. Struktur Film ... 40

E. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM FILM IMPERFECT ... 43

A. Sekilas Tentang Film Imperfect ... 43

B. Sinopsis Film Imperfect ... 45

C. Profil Sutradara Film Imperfect ... 49

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 52

A. Temuan Data Penelitian ... 52

B. Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Film Imperfect 54 BAB V PEMBAHASAN ... 63

A. Makna Representament, Object, dan Interpretant dalam film Imperfect ... 63

B. Pesan Moral Islami Dalam Film Imperfect ... 89

BAB VI PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 99

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Table 1. 1 Penelitian Terdahulu ... 9

Table 2. 1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol Model Peirce ... 22

Table 4.1 scene 1 ... 55

Table 4.2 Scene 2 ... 55

Table 4.3 Scene 3 ... 56

Table 4.4 Scene 4 ... 57

Table 4.5 Scene 5 ... 58

Table 4.6 Scene 6 ... 59

Table 4.7 Scene 7 ... 59

Table 4.8 Scene 8 ... 60

Table 4.9 Scene 9 ... 61

Table 4.10 Scene 10 ... 62

(13)

xii

Gambar 3.1 Poster Film Imperfect ... 43 Gambar 3.4 Foto Ernest Prakasa ... 50

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. 1

Media komunikasi juga dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam islam atau yang secara umum. Pesan moral merupakan suatu pesan yang disampaikan seseorang baik tersirat maupun tersurat. Moral sendiri merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.2 Pesan moral sering kali kita jumpai dalam berbagai media komunikasi, seperti salah satunya penyampaian pesan melalui media film. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan

1 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis semiotic, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2004, h. 127.

2 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja;

Perkembangan Peserta Didik, 2012. (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.136.

(15)

oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).3

Film mengangkat realitas sosial yang ada disekitar kita dengan sentuhan alur cerita yang menarik, fungsi edukasi berupa kritik sosial mengenai keadaan sekitar.

Film juga mengandung muatan moral yang menjadi sebuah pembelajaran bagi penonton. Pesan yang termuat dalam film dapat membawa dampak positif maupun negatif.

Sebagian orang atau penonton mampu menangkap pesan dalam sebuah film dengan mudah, namun tidak sedikit pula ada yang kesulitan mengenai hal tersebut.4

Pesan-pesan yang terdapat dalam film, salah satunya yaitu pesan moral jika kita mencoba memahami suatu film tersebut, maka itu akan membantu kita dalam menghadapi permasalahan yang ada di dalam kehidupan kita dengan mencoba mencari kesamaan diri kita terhadap karakter yang diperankan oleh pemain atau tokoh dalam sebuah film, sehingga kita dapat memilah dan memilih sikap yang benar untuk dilakukan dan yang salah untuk dihindari.

Film yang menjadi perhatian penulis untuk penelitian analisis ini adalah film Imperfect: Karier, Cinta dan

3 Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi:

Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta:

Jalasutra,2011), h. 190.

4 Jaquiline Melissa Renyoet, Pesan Moral dalam Film To Kill A Mockingbird (Analisis Semiotika pada Film To Kill A Mockingbird). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar. 2014.

(16)

3

Timbangan adalah film drama komedi percintaan Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Ernes Prakarsa dan dialihwahanakan dari novel Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, istri Ernest sendiri. Film ini dibintangi Jessica Mila dan Reza Rahardian. Film ini ditayangkan pada 19 Desember 2019.5

Film tersebut menceritakan tentang perjalanan seorang perempuan untuk dapat menerima ketidaksempurnaan diri, setelah ia yang dikenal sebagai seorang yang baik, sederhana, sabar dan apa adanya mengalami perubahan karena adanya tekanan dan pengaruh dari lingkungan sekitarnya sehingga mengacu pada perubahan perilakunya.

Dimulai dari seorang perempuan (tokoh utama) yang sedari kecil sudah terbiasa diejek karena penampilan tubuhnya dan seringkali dibanding-bandingan membuat ia sabar dan tidak perduli dengan perkataan orang lain, dan lebih mementingkan kemampuannya dibandingkan dengan penampilannya. Namun, ketidakperduliannya hilang ketika bosnya menawarkan posisi yang lebih tinggi di kantornya dengan sebuah syarat mengubah penampilannya. Ketika ia mendapatkan keinginannya, sikapnya pun berubah.

Perlahan orang-orang disekelilingnya menjauh. Sadar akan hal itu ia mengintropeksi diri dan memperbaiki kesalahannya.

5https://id.wikipedia.org/wiki/Imperfect:_Karier,_Cinta_%26_Timban gan diakses pada 16 November 2020.

(17)

Selain itu, film Imperfect memperlihatkan bagaimana para tokoh-tokoh lainnya memerankan perilaku yang beragam, dimulai dari perilaku terpuji, hingga perilaku tercela. Banyak pesan yang terkandung dalam film tersebut, yang terinspirasi dari kisah nyata tentang fenomena yang dekat dengan realita yang terjadi pada saat ini karena maraknya bullying dan body shaming.

Film ini mendapatkan sambutan positif dari kalangan penonton. Sambutan positif dari pandangan penonton bahwa melalui film ini kita dapat banyak belajar soal bersyukur dengan keadaan fisik yang kita miliki, dan bersyukur memiliki orang-orang disekitar kita yang mau menerima bagaimanapun keadaannya.6 Ini berdampak pada menggelembungnya jumlah penonton Imperfect:

Karier, Cinta dan Timbangan. Jumlah penonton film Imperfect dikabarkan telah melibas Habibie dan Ainun 3.

Bahkan, mendepak Danur 3: Suayuri dari posisi 3 besar.

Hasil penonton Imperfect sampai dengan 11 Januari 2020 totalnya, 2.452.935.7

Film ini disutradarai oleh Ernest Prakarsa yang merupakan seorang non muslim, namun dalam film ini mengajarkan kebaikan serta bersinggungan dengan nilai- nilai akhlak berupa akhlak yang terpuji dan akhlak yang

6 https://www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/review-film- imperfect/4 diakses pada 20 Februari 2021.

7 https://www.liputan6.com/showbiz/read/4153949/imperfect- kalahkan-habibie-amp-ainun-3-dan-danur-3-sunyaruri-berapa-penontonnya.

Diakses pada 20 Februari 2021.

(18)

5

tercela. Dimana dalam hal ini dapat diambil pesan-pesan yang baik berupa akhlak yang terpuji dan menghindari akhlak yang buruk. Sebagaimana terdapat dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 90:

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Dari banyaknya film yang ditayangkan, peneliti tertarik menjadikan film Imperfect ini sebagai bahan penelitian, karena cerita yang dikemas menarik untuk diteliti dan banyak makna yang terkandung dalam film ini, terutama makna dari adegan-adegan serta tanda-tanda lainnya, yang dapat dikaji melalui teori semiotika Charles Sanders Peirce.

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan memilih judul “Analisis Semiotika Pesan Moral Islami dalam Film Imperfect.”

(19)

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah yang muncul ialah:

1. Adanya pesan moral Islami yang disampaikan melalui film Imperfect yag berkaitan dengan nilai- nilai akhlak.

2. Pada film Imperfect terdapat makna dari suatu tanda dan simbol didalamnya.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka skripsi ini dibatasi dengan beberapa aspek di bawah ini:

a. Segi Konsep: Penulis menggunakan teori semiotika Charles Sander Peirce yang memfokuskan pada pesan moral Islami yang terdapat dalam film Imperfect.

b. Periode: Film Imperfect: Karier, Cinta, dan Timbangan ditayangkan perdana di bioskop pada 19 Desember 2019.

c. Geografi: Jakarta, Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut terdapat sejumlah masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini.

(20)

7

Maka dari itu, penulis akan merumuskan pertanyaan yaitu:

a. Bagaimana representamen, object, dan interpretant dalam film Imperfect?

b. Apa saja pesan moral Islami yang terkandung dalam film Imperfect?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Sesuai dengan pendeskripsian rumusan permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menemukan representamen, object, dan interpretan serta pesan moral Islami dalam film Imperfect.

b. Sejalan dengan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti juga bertujuan untuk mengetahui dan menemukan apa pesan moral Islami yang ingin disampaikan yang dalam film Imperfect dilihat dari teori semiotika Charles Sanders Peirce.

2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan komunikasi khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dalam

(21)

mengembangkan penelitian menganalisis film dalam kajian semiotika.

2) Penelitian ini dapat meningkatkan minat kajian ilmu komunikasi khususnya film dan sejenisnya.

b. Segi Praktis

1) Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memahami dan membaca makna yang terkandung dalam sebuah film melalui kajian semiotika. Serta dapat memberikan manfaat bagi praktisis perfilman terutama utuk memberikan sudut pandang lain dalam melihat sebuah film.

2) Bagi kalangan umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur kepustakaan tentang kajian film menggunakan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce.

E. Review Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagaimana tinjauan pustaka merupakan sebuah langkah awal dari penyusunan skripsi yang diteliti guna mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kajian yang diangkat dengan kajian lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi.

Penelitian ini mengacu pada buku, jurnal, dan skirpsi sebelumnya membahas tentang ilmu komunikasi. Maka

(22)

9

dalam hal ini, mengacu pada skripsi-skripsi seperti dibawah ini:

Table 1. 1 Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Terdahulu

Persamaan Perbedaan

1 Analisis Semiotika Pesan Moral Islam Dalam Film

“Dalam Mihrab Cinta” skripsi milik Jery Alpian, jurusan ilmu komunikasi,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau 2014.

Meneliti pesan moral Islami yang terdapat dalam film.

Menggunakan teori semiotika Roland Barthes, sedangkan

peneliti akan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce.

2. “Analisis

Semiotika Pesan Moral dalam Film Parasite” skripsi milik Rifa Alya, jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Menggunakan metode

kualitatif dan paradigma konstruktif.

Menggunakan teori semiotika Roland Barthes, sedangkan

peneliti akan menggunakan teori semiotika Charles Sander Peirce.

(23)

Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan 2020.

3 “Analisis

Semiotika Body Shaming Dalam Film Imperfect”

skripsi milik Sheila Melinda, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Gunadarma 2020.

Objek penelitian adalah film Imperfect dan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini memfokuskan

pada body

shaming yang terdapat dalam film tersebut, sedangkan

peneliti akan memfokuskan pada pesan moral Islami.

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Harmon mendefinisikan paradigm sebagai cara mendasar untuk mempresepsi, berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan

(24)

11

dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.8 Pada penelitian ini paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme yang beranggapan bahwa dunia empiris tidaklah independen, melainkan presepsi dan interpretasi peneliti, itulah yang memengaruhi apa yang dilihat peneliti pada saat meneliti.9

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Krik dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.10 Dengan menggunakan pendekatan ini, dapat mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian tentang bagaimana pesan moral Islam yang terdapat didalam sebuah film.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

8 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Remaja Rosadakarya, 2007), h. 8.

9 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), ce,1, h. 28.

10 Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.

(25)

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli pertama. Pada penelitian ini data primer yang akan dikumpulkan bersumber dari tayangan Film Imperfect yang ditonton melalui DVD.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini untuk memperoleh informasi terkait objek yang akan diteliti, diperoleh melalui studi kepustakaan berupa buku, jurnal, artikel, website sebagai penunjang data primer untuk melengkapi penelitian ini.

4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Tayangan dalam film Imperfect.

b. Objek penelitian

Adegan atau potongan gambar dan dialog yang terdapat dalam film Imperfect yang berkaitan dengan pesan moral Islami.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.11 Maka, dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan

11Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial, (Jakarta: Prenda Media Group, 2009), h.

115.

(26)

13

secara mendalam dengan menonton berulang kali film Imperfect. Kemudian peneliti mencatat dan memilih beberapa adegan atau scene penting yang merupakan inti dari permasalahan yang telah dirumuskan kemudian dianalisis menggunakan teori dan metode yang telah ditentukan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.12 Pada penelitian ini penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan film Imperfect, diantaranya adalah salinan video dalam bentuk softcopy, dan beberapa review atau dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian yang diteliti, guna melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

c. Wawancara

Teknik wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpulan data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat

12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 330.

(27)

perekam.13 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. M. Yakub, M.A yang juga sebagai konsultan agama. Wawancara dilakukan sebagai data penunjang pada penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data bener-bener terkumpul.14

Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam Film Imperfect yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce yaitu mencari makna suatu tanda bahasa dari masing-masing adegan atau cuplikan yang sesuai dengan penelitian yang diteliti.

13 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 68.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013), h. 243-252.

(28)

15

G. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini akan disusun secara sistematis sesuai ketentuan dan aturan yang ditetapkan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Skripsi ini dimulai dengan BAB I, yaitu pendahuluan. Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Metodologi Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

Selanjutnya di BAB II, pembahasan tentang kajian pustaka yang membahas landasan teori, semiotika, teori semiotika Charles Sanders Peirce, pesan moral islam, tinjauan tentang akhlak, tinjauan tentang film.

Sebagai gambaran umum, subjek dan objek penelitian penulis tempatkan pada BAB III. Pada bab ini ini berisi gambaran umum film Imperfect, sekilas tentang film Imperfect, sinopsis film Imperfect, profil sutradara film.

Sebagai inti skripsi, penulis mengelaborasi data dan temuan penelitian yang dibahas pada BAB IV. Pada bab ini berisi hasil temuan dan analisis penelitian dan juga analisis pada adegan scene yang terdapat dalam film Imperfect, yang kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya.

(29)

Sebagai layaknya tradisi karya ilmiah, maka mesti ada analisis dan pembahasan yang di elaborasi pada BAB V. Pada bab ini berisi uraian yang berkaitan dengan latar belakang, teori dan rumusan masalah yang telah ditentukan dalam penelitian.

Akhrinya skripsi ini ditutup dengan BAB VI yang berisi kesimpulan, saran-saran peneliti, beserta bagian terakhir memuat tentang daftar pustaka.

(30)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Secara etimologis, isilah semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri dikatakan sebagai suatu yang atas dasar dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.1

Semiotika didefinisikan sebagai studi tentang tanda, atau produksi sosial makna dan kesenangan dengan sistem tanda, atau studi tentang bagaimana sesuatu menjadi penting. Dalam versi yang lebih baru, aspek sosial ini ditekankan dengan menyebut studi tersebut “semiotik sosial”. Ini menarik Sebagian besar karya ahli bahasa Saussure, ahli logika Peirce dan sastrawan ahli teori Barthes.2

1 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 7.

2 Gill Branthson dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, (London dan New York: Routledge, 2010), h. 12.

(31)

Menurut Charles S. Peirce, semiotika yakni

“doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs). Sementara bagi Ferdinan De Saussure semiologi adalah ilmu umum tentang tanda,

“suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a sience that studies the life is sisgns within society). Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang filsafat; sedangkan bagi Saussure semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial.1

Semiotika dapat dikatakan sebagai landasan untuk manusia memaknai hal-hal. Dalam semiotika ini mempelajari bagaimana aturan-aturan maupun konveksi yang memungkinkan tanda-tanda didalamnya memiliki makna ataupun arti. Karena pada dasarnya semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda.2

Analisis semiotika dapat digunakan untuk mencari tahu makna-makna dari teks yang berupa tanda-tanda (sign). Maka pemaknaan tanda-tanda dalam teks maupun visual ialah hal yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.3

1 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra; 2011), h. 3.

2 Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006) cet ke-2, h. 261.

3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 11.

(32)

19

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

Yang paling terpenting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar- gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakan tanda- tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.4

2. Semiotika Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce dikenal sebagai salah satu seorang ahli filosof Amerika yang juga dikenal sebagai ahli logika dengan pemahamannya terhadap manusia dan penalaran (ilmu pasti). Logika yang mengakar pada manusia ketika berpikir melibatkan tanda sebagai keyakinan manusia. Baginya sinonim dengan logika membuat ia mengatakan bahwasanya manusia berpikir dalam tanda, yang juga menjadi unsur komunikasi. Tanda akan menjadi tanda apabila difungsikan sebagai tanda.5

4 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya.

2006), h. 128.

5 Ambarani Asriningsari dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori Dan Aplikasi Pada Karya Sastra, (Semarang: Ikip PGRI Semarang Press, 2010), h. 73.

(33)

Sebab menurut Peirce, semiotika merupakan sebuah logika. Dimana dalam hal ini Peirce berpendapat bahwa ketika manusia melakukan penalaran dan berfikir, manusia hanya bisa lewat tanda saja.6

Charles Sanders Peirce dikenal dengan model triadic dan konsep trikotominya yang terdiri atas berikut ini:

1. Representamen adalah bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda.

2. Object merupakan sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili oleh representamen yang berkaitan dengan acuan.

3. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.7

6 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2013). h. 12.

7 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 22.

(34)

21

Teori Triadik Charles Sanders Peirce

Peirce membagi tiga tahapan tanda, dimulai dari penyerapan aspek tanda atau representamen melalui pancaindra. Tahapan kedua, mengaitkan secara representamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang disebut objek. Tahap ketiga menafsirkan objek sesuai dengan keinginannya yang disebut interpretan.8 Dalam hal ini, model segitiga yang terdapat tiga elemen (representament, interpretant, object) dari Peirce tersebut dapat dikatakan saling berhubungan agar dapat membentuk makna yang telah digambarkan oleh tanda yang telah ditangkap dengan pancaindra.

8 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdkarya, 2012), h. 115.

Representamen (X)

Interpretant (X=Y) Object (Y)

Gambar 1. 1 Model Semiotika

(35)

Table 2. 1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol Model Peirce9

Jenis Tanda Teori Charles Sanders Peirce Jenis

Tanda

Ditandai dengan

Contoh Proses Kerja

Ikon - Persamaan (kesamaan) -Kemiripan

Gambar, foto, dan patung.

-Dilihat

Indeks -Hubungan sebab akibat -Keterkaitan

-Asap- api, -Gejala- penyakit.

-Diperkirakan

Simbol -Konveksi atau -Kesepakatan sosial

-Kata- kata -Isyarat

-Dipelajari

Tanda-tanda yang menjadi dasar Peirce untuk dapat menguraikan makna dibagi menjadi 3 model utama berdasarkan objeknya, menjadi: ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya, sebagai berikut:

9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 19.

(36)

23

(1) Ikon

Ikon adalah tanda yang mendukung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya Sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena

‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.

(2) Indeks

Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’

di rumah kita.

(3) Simbol

Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.

tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah

(37)

simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana ini.10

B. Pesan Moral Islami 1. Pesan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesan diartikan sebagai perintah, nasihat, permintaan, dan amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.11 Pengartian pesan menurut Onong Uchana Effendy dapat diartikan sebagai seperangkat lambang bermakna yang disampaikan komunikator. Lambang yang dimaksud adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.12

Menurut Harold Laswell, pesan adalah sesuatu yang dapat dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan nilai, gagasan ataupun maksud dari sumber tadi.13

10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 18.

11 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.

12 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek. (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1994), cet. Ke-8, h. 18.

13 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008), h. 70.

(38)

25

Pesan dapat dibedakan menjadi dua jenis secara garis besar, sebagai berikut:

a) Pesan Verbal

Merupakan pesan yang disampaikan lisan melalui kata-kata dan simbol-simbol verbal yang sudah disepakati oleh individu, kelompok, dan negara.14

b) Pesan Nonverbal

Merupakan pesan yang disampaikan tidak dengan kata-kata, melainkan menggunakan isyarat. Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh terhadap komunikasi.15

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pesan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia terutama untuk dapat melakukan komunikasi kepada sesama manusia dengan menggunakan bahasa atau kata-kata yang mudah dimengerti agar tujuan penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dapat dimengerti.

2. Moral Islam

Secara etimologi kata “etika” dengan kata “moral”

mempunya arti yang sama yaitu adat kebiasaan.16 Akan

14 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009), cet. Ke-1, h. 110.

15 Desak Putu Yuli Kurniati, Modul Komunikasi Verbal dan Non verbal.

(Denpasar, Bali. 2016), h. 12.

16 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja:

Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 136.

(39)

tetapi bahasa asalnya berbeda, yang pertama berasal bahasa Yunani, dan yang kedua berasal dari bahasa latin. Arti kata “moral” adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.17

Ajaran moral memuat tentang nilai dan norma yang terdapat diantara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia. Norma moral tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagaimana manusia.18 Dalam hal ini sebagai manusia yang beragama, kita harus bertingkah laku yang baik dan menolak yang buruk. Moral juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan agama, agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Moral Islami sebenarnya memuat dua segi yang berbeda yaitu segi batiniah dan segi lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin dan perbuatan yang baik. Ajaran pesan moral memuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara sekelompok manusia. Adapun nilai moral Islami adalah kebiasaan manusia sebagai manusia.19

17 H. Moh Toriquddin, Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 12.

18 Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung: PT. Replika Aditama, 2007), h. 45.

19 Purwahdi Wardoyo, Moral dan Masalahnya, (Cet ke-9: Jogjakarta:

Kanisius 1990), h. 13.

(40)

27

Tentunya dalam sebuah agama mengandung ajaran moral. Ajaran tersebut harus diterapkan didalam kehidupan kita sehari-hari, agar senantiasa mempunyai akhlak yang mulia dan sifat yang terpuji.

Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 20

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

Kewajiban manusia sebagai makhluk Allah SWT adalah beriman kepada-Nya. wujud iman itu diimplementasikan melalui penegakan dan pengalaman seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 21

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

Setiap anak harus memiliki landasan moral yang kuat, dan tumbuh menjadi pribadi dengan moral yang baik. Dengan memiliki moral yang baik maka kemudahan dalam meraih kebahagiaan hidup, kesuksesan dan kemajuan.

Al-quran, menunjukkan beberapa perilaku yang menggambarkan kepribadian seseorang yaitu:

sabar, sederhana dalam tingkah laku, jujur,

20 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1998), h. 323.

21 Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 227-228.

(41)

berhati lembut, bertawakal kepada Allah, sopan, adil, menepati janji dan memelihara amanat.22 c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain

dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam.

Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, yang berarti tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Hubungan baik dengan masyarakat sangat diperlukan, bermasyarakat sudah merupakan fitrah manusia.

Moral memiliki kesamaan kedudukan dengan istilah akhlak dan etika yang megajarkan kebaikan dan keburukan tingkah laku seseorang dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.23

C. Tinjauan Tentang Akhlak

Dalam ensiklopedia Islam, akhlak mencakup hal- hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sasarannya dengan makhluk-makhluk lain, dan bahkan dengan tuhannya.24 Menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang

22 Suhaimi, Membangun Moralitas Ummat Menurut Konsep Al- Quran, (Pekanbaru: Pustaka UIN, 2001), h. 64.

23 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis (Jakarta: Penerbit Plus, 2012), h.

17.

24 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Departemen Agama RI, 1998), h. 81.

(42)

29

dengan mudah. Dengan demikian, bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya baik.25 Akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak baik (mahmudah) dan akhlak buruk (mazmumah).

1. Akhlak Baik (mahmudah)

Akhlak mahmudah menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji “menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik.26

Perilaku manusia yang baik ditunjukkan oleh sifat dan gerak kehidupannya sehari-hari. Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah).

Tingkah laku yang membuat orang lain senang dan nyaman serta tidak merasa terganggu. Akhlak yang baik berasal dari sifat-sifat yang baik pula. Sehingga jiwa manusia dapat menghasilkan perbuatan- perbuatan lahiriah yang baik27 kebaikan adalah sesuatu yang berjalan sesuai dengan tuntunan atau ajaran agama. Dalam perbuatan yang baik akan melahirkan

25 M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Akhlak, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1996), cet ke-3, h. 47.

26 Zahrudin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 158.

27 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an (Jakarta Amzah, 2007), ed-1, cet-1, h. 38.

(43)

sifat-sifat yang dapat dengan mudahnya untuk diterima oleh masyarakat dalam berinteraksi.

Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah ialah segala tingkah laku yang terpuji (baik) untuk dikerjakan dan diusahakan, yang termuat dalam Al- Quran dan As-Sunnah.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al -Azab [33]:

21)

Dalam ayat diatas, menjelasakan bahwa perilaku Rasulullah sebagai contoh teladan yang baik bagi orang-orang yang mengharapkan kasih sayang Allah dan mengingat Allah, agar dapat melakukan perbuatan yang baik.

Adapun yang termasuk dalam kategori akhlak mahmudah diantaranya sebagai berikut:

1) Bersifat sabar, berarti menahan diri dalam amarah, tahan menghadapi cobaan, tidak mudah putus asa

(44)

31

dan senantiasa menerima keadaan. Lawan dari sifat sabar yaitu putus asa.

2) Bersifat benar, yaitu memberitahukan sesuatu dengan apa yang terjadi. Betapa akhlaqul mahmudah menimbulkan ketenangan batin, yang dapat melahirkan kebenaran. Benar ialah memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan.28 3) Memelihara amanah, yang berarti kepercayaan,

kesetiaan, kejujuran. Lawan dari sifat Amanah yaitu khianat atau kemunafikan.

4) Bersifat adil, memberikan hak kepada yang mempunyai hak tanpa mengurangi haknya.

5) Bersifat kasih sayang (ar-rahman) yaitu belas kasih dan lemah lembut. Dapat menimbulkan berbagai sikap seperti: pemurah, tolong- menolong, pemaaf, damai, persaudaraan, silaturahmi.

6) Al-Ikhwan dan Al-Ishlah, yaitu persaudaraan atau perdamaian; menciptakan perdamaian persaudaraan dan mencegah terjadinya konflik.

7) At-Taawun, yaitu tolong-menolong merupakan akhlak yang terpuji yang mencerminkan kesucian jiwa.

28 Hafidh Hasan Al-Masidi, Bimbingan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h. 46).

(45)

8) Al-Afwu, yaitu sifat pemaaf. Tidak ada manusia yang tidak punya salah. Apabila seseorang khilaf berbuat salah, maka hendaknya membukakan pintu hatinya dan berlemah lembut.

9) Ikhlas, merupakan syarat untuk diterimanya ibadah kita kepada Allah SWT yang tujuannya semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

10) Bersyukur, yaitu bentuk terima kasih dan menyadari bahwa semua nikmat yang dimiliki selama menjalani kehidupan di dunia adalah rezeki dan karunia dari Allah SWT.

1. Akhlak Buruk (mazmumah)

Akhlak mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap yang tidak baik.29 Akhlak mazmumah merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku, sesuatu yang tercela dan lawan dari akhlak yang baik.

Akhlak yang buruk (sifat tercela) dapat dilihat dari perbuatan yang tidak menyenangkan, tidak sopan dan dapat merugikan orang lain. Dalam Islam sifat tercela merupakan perbuatan yang tidak diridhoidan dibenci oleh Allah SWT. Allah berfirman:

29 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an (Jakarta Amzah, 2007), h. 55.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian promosi jabatan yang ada di Giant Ekstra nangka Pekanbaru tergolong dalam kategori baik, namun begitu kesempatan promosi jabatan yang

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Kesimpulan Pada jurnal kelas rendah dan tinggi ditemukan bahwa sikap ketaatan beribadah peserta didik tergolong kategori tahapan mulai berkembang, karena dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nama-nama panggilan unik remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas sebanyak 50 data, dengan perincian: Jenis penamaan

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

Maka pelu dilakukan penelitian mengenai : keanekaragaman jenis, serta kelimpahan teripang dan kondisi lingkungan pendukung kehidupan teripang di pesisir desa

• Sesuai dengan pandangan positif mereka terhadap pertumbuhan perekonomian 6 bulan mendatang, mayoritas UKM di Indonesia berencana untuk mempertahankan investasi modal serta