• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

4. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan di dalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikan kepada seorang siswa yang menempuh suatu jenjang pendidikan baik itu SD, SMP maupun di SMA serta perguruan

commit to user

tinggi karena pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara.

Menurut Syahrial Syarbaini dkk (2006:4), mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kulikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural, dan kajian ilmu kewarganegaraan.

Pendapat lain diungkapkan oleh Sumarsono S. (2002: 3) bahwa ”Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila”. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.

H.A Kosasih Djahiri (2008) mengemukakan bahwa PKN atau Civic

Education adalah program pendidikan/pembelajaran yang secara

programatik–prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudyakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan.

(http://gurupkn.wordpress.com/2008/05/13/esensi-pendidikan-nilai-moral-dan-pkn-di-era-globalisme/).

Sedangkan Suriakusumah dalam Dasim Dudimansyah (2007) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dapat dibagi 2, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pendidikan

kewarganegaraan membahas masalah hak dan kewajiban.

Sedangkan dalam arti luas, pendidikan kewarganegaraan membahas masalah: moral, etika, sosial, serta berbagai aspek kehidupan ekonomi (http://pustaka.ut.ac.id).

Maka dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa

commit to user

kebangsaan dan cinta tanah air, serta bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia menurut Winataputra (2007) terbagi dalam lima status yaitu:

1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah

2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi

3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru

4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas

dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Penataran P4)

5) Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Dalam statusnya yang pertama bisa disebut sebagai PKn

persekolahan. Dalam persekolahan di negara kita, Pendidikan

kewarganegaraan mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.

Sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civics (1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn (1994), Pelajaran Kewarganegaraan (2004) dan terakhir adalah keluarnya standar isi dan kompetensi mata pelajaran pada tahun 2006, Pelajaran Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (Winarno, 2006: 21)

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup Sesuai dengan rumusan tentang tujuan fungsi, visi misi, dan ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran yang wajib diajar di setiap jalur pendidikan, maka aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan setidaknya menyangkut tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau watak.

Menurut Branson dalam Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 55-61) ”Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan, terdapat

commit to user

tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge), Kecakapan Kewarganegaraan (civic

skill), Watak Kewarganegaraan (civic dispsition)”.

Pendapat lain diungkapkan oleh Dasim Budimansyah (2007) bahwa Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn mencakup 3 aspek, yaitu “memahami Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami Etika Kewarganegaraan (Civic Ethic). Pada aspek kompetensi tentang pemahaman

Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) khusus pada

subkompetensi pemahaman nilai, norma, dan moral”.

Kompetensi yang pertama yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 55) mengatakan ”Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaran) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara”. Pendapat lain diungkapkan oleh Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:78) ”Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan substansi atau informasi yang harus diketahui oleh warga negara, seperti pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewaraganegaraan (Civic Knowledge) berkaitan dengan pengetahuan yang harus dikuasai warga negara seperti tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”.

Kompetensi yang kedua yaitu Kecakapan Kewarganegaraan (civic

skill). Menurut Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 58) ”Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) mencakup kecakapan intelektual atau

kecakapan berpartisipasi”. Pendapat lain diungkapkan pleh Sri Wuryan dan Syaifullah (2008: 78) ” keterampilan kewarganegaraan berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan intelektual, sosial, dan psikomotorik”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan intelektual

commit to user

penting untuk terbentuknya warga negara yang berperpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab.

Selanjutnya kompetensi yang ketiga yaitu Watak Kewarganegaraan

(civic dispsition). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 61) mengatakan ”Civic disposition (watak kewarganegaraan) mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional” (Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, 2008: 61). Selanjutnya menurut Sapriya dalam Sri Wuryan dan Syaifullah (2008: 78) dijelaskan karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Sedangkan karakter publik seperti kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa watak kewarganegaraan mengisyaratkan pembentukan pada karakter bagi warga nergara.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, setelah itu memiliki keterampilan yaitu ketrampilan intelektual dan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang mapan yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

Dari aspek-aspek kompetensi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :

(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

commit to user

(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat

Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)

Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam Journal

International of Definition Civic Education as Subject dari

http//www.Geogle.com. bahwa, ” The first objective of civic education

is to teach thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students will know what a constitutional democracy is and what it is not

.”

Artinya bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di dalam mengajar sehingga siswa akan mengetahui apa yang termasuk konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan tidak demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara keduanya.

Sementara itu, menurut Dasim Budimansyah (2007) mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945” (http://pustaka.ut.ac.id/).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahan yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserata didik cerdas, terampil dan berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta bertindak sesuai denagn amanat pnacsila dan UUD 1945.

b) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran PKn memiliki visi, yaitu terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak

commit to user

bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara". Sedangkan misi mata pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan UUD 1945. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007).

Menurut Dasim Budimansyah (2007), menyebutkan misi mata pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral" (http://pustaka.ut.ac.id/).

Dari pendapat di atas jelas bahwa visi misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak bangsa serta untuk meweujudkan warga negara yang baik yakni warga neagara sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c) Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD-SMP-SMA-SMK meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) persatuan dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) HAM; (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasaan dan politik; (7) pancasila; (8) globalisasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2006 )

Pendapat senada diungkapkan Dasim Budimansyah (2007) bahwa:

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada bidang kajian dan aspek-aspeknya sebagai berikut persatuan bangsa; nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum); hak asasi manusia; kebutuhan hidup; kekuasaan dan politik; masyarakat demokratis; Pancasila dan konstitusi negara dan globalisasi. (http://pustaka.ut.ac.id/).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat perlu untuk diajarkan disetiap sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah

commit to user

menengah karena melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik dapat belajar untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas dan berkarakter.

b. Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Nilai Moral

Menurut Winarno (2008: 78) ”dalam klasifikasi filsafat, nilai moral (nilai kebaikan) adalah yang menjadi fokus dan bahan bagi pelajaran PKn”.

Pendapat lain diungkapkan Dasim Budimansyah (2007) mengatakan ”pentingnya mata pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar

baik yang berkaitan dengan masalah ideologi maupun budaya”. Selanjutnya,

Winarno (2008: 79) mengatakan ”...bahwa PKn adalah pendidikan nilai moral yang masih berkaitan dengan rujukan Pancasila dasar negara dan bahwa PKn merupakan pendidikan dasar berskala nasional yang berbasis nilai lokal”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral atau budi pekerti perlu diajarkan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik.

Menurut pendapat Winarno (2006: 19) dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pemndapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.

Pendapat lain diungkapkan Sjarkawi (2009:114) bahwa “Pendidikan moral terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran di sekolah, terutama dalam mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, dan Bahasa Indonesia”. Artinya pendidikan moral tidak hanya diajarkan melalui satu mata pelajaran saja, melainkan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran

commit to user

yang ada. Salah satu mata pelajaran yang menanamkan pendidikan moral yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegraan yang diajarkan di sekolah merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian yang baik dan peningkatan pertimbangan moral peserta didik.

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut;

a) Materi PPKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45

beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia. b). Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari. c). Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat afektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku) (Anonim:2007).

Dokumen terkait