• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Mengenai Kemiskinan

Rahmawati (2006) melakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kabupaten Pacitan. Rahmawati juga menganalisis karakteristik rumah tangga miskin serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi suatu rumah tangga miskin berada pada kemiskinan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa variabel yang mempengaruhi karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Pacitan ialah jenis kelamin kepala keluarga, usia kepala keluarga, pendidikan formal kepala keluarga, jenis pekerjaan, curahan kerja, tingkat pendapatan setiap bulan, jumlah anggota rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga yang termasuk tenaga kerja. Dari hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa variabel jumlah anggota rumah tangga yang termasuk tenaga kerja, umur, pendidikan, jenis kelamin, dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap peluang suatu rumah tangga berada dalam kemiskinan pada taraf nyata 10 persen. Selain itu program BLT memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga miskin sebesar 31,63 persen.

Penelitian mengenai kemiskinan juga telah dilakukan oleh Nurhayati (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan digunakan model persamaan simultan 2SLS. Dari hasil estimasi diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ialah variabel lahan, tenaga kerja, investasi, serta dummy kotamadya. Variabel lahan dan tenaga kerja signifikan pada taraf nyata satu persen sedangkan variabel

investasi dan dummy kotamadya signifikan pada taraf nyata 10 persen. Model Persamaan Simultan juga digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Dari hasil analisis didapat bahwa variabel pendapatan dan pendidikan signifikan pada taraf nyata satu persen, sedangkan variabel jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen.

Penelitian mengenai kemiskinan oleh Usman pada tahun 2006 mencoba untuk menganalisis dampak dari desentralisasi fiskal terhadap distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Dalam menganalisis dampak desentralisasi fiskal ini, Usman menganalisis pertumbuhan ekonomi masyarakat ekonomi bawah (miskin) dibandingkan masyarakat ekonomi atas (tidak miskin) sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal. Kemudian dilakukan penentuan faktor-faktor determinan kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal diterapkan. Selanjutnya dilakukan analisis mengenai dampak desentralisasi fiskal terhadap perubahan distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Dari hasil analisis didapatkan bahwa desentralisasi fiskal berkorelasi positif terhadap kinerja fiskal dan perekonomian. Dari hasil analisis juga didapatkan bahwa diterapkannya desentralisasi fiskal mengakibatkan distribusi pendapatan semakin tidak merata. Selain itu, dampak dari diberlakukannya desentralisasi fiskal juga berpengaruh terhadap meningkatnya indeks kemiskinan.

Sumarya (2002) dalam penelitiannya mencoba untuk menganalisis hubungan kausalitas antara aspek distribusi penguasaan lahan usahatani dengan tingkat kemiskinan di pedesaan. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Nanggung dan Ciampea di Kabupaten Bogor ini juga menganalisis aspek-aspek

kelembagaan ekonomi dalam kaitannya dengan kemiskinan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer hasil wawancara dan observasi kepada responden serta data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan instansi lain yang terkait. Dari hasil analisis dengan indeks Gini didapatkan bahwa distribusi penguasaan lahan di Kecamatan Nanggung lebih merata dibandingkan dengan distribusi penguasaan lahan di Kecamatan Ciampea. Dengan indeks Gini juga diketahui bahwa distribusi pendapatan merata di kedua kecamatan. Dari analisis regresi berganda dan analisis multivariat didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan secara signifikan ialah variabel transfer (bantuan keuangan dari anak yang bekerja), variabel jenis pekerjaan sampingan, dan variabel-variabel yang didapatkan dari hasil analisis komponen utama dalam analisis multivariat (luas lahan sewa, hasil usahatani, jumlah anak, jumlah jiwa, dan umur kepala keluarga).

Penelitian tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap kemiskinan di kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat telah dilakukan oleh Hasugian (2006). Dalam penelitiannya, Hasugian mencoba untuk menganalisis tingkat kemandirian dan kinerja fiskal daerah serta menganalisis laju dan profil kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis hubungan faktor-faktor penerimaan keuangan daerah terhadap kemiskinan di kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan ialah data sekunder kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 1998 sampai tahun 2004. Untuk menganalisis tingkat kemandirian fiskal, laju, serta profil kemiskinan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat digunakan analisis deskriptif. Analisis regresi dengan panel data digunakan untuk menganalisis

kinerja fiskal daerah dan hubungan faktor-faktor penerimaan keuangan daerah terhadap kemiskinan. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa kinerja keuangan daerah dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Dari aspek penerimaan daerah, terlihat bahwa tingkat kemandirian semakin menurun sesudah desentralisasi fiskal karena rasio PAD terhadap penerimaan juga berkurang. Dari sisi pengeluaran daerah, pengeluaran rutin mengalami peningkatan 10 sampai 20 persen sesudah desentralisasi. Hasil lain didapatkan bahwa sempat terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumedang, dan Kota Bogor, namun meningkat kembali di akhir 2004. Analisis hubungan variabel penerimaan terhadap kemiskinan memperlihatkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal menurunkan kemiskinan namun masih terdapat ketergantungan yang tinggi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.

Dalam penelitiannya tentang dampak kebijakan pembangunan pertanian terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia, Nugroho (2006) mencoba untuk mendeskripsikan kebijakan pembangunan pertanian dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di perkotaan dan pedesaan serta dampak kebijakan pembangunan pertanian dan beberapa variabel ekonomi terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia juga dianalisis dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series Indonesia tahun 1984 sampai tahun 2003 yang bersumber dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan instansi lain yang terkait. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis kebijakan pembangunan pertanian dan pengentasan kemiskinan di Indonesia sedangkan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di perkotaan dan pedesaan serta dampak kebijakan pembangunan pertanian dan beberapa variabel ekonomi terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia digunakan model persamaan simultan 2SLS.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian terbukti mampu mengurangi tingkat kemiskinan karena mampu menampung limpahan pekerja dari sektor industri. Selain itu dari hasil estimasi dengan menggunakan model persamaan simultan didapatkan hasil bahwa variabel kebijakan tingkat upah riil, pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah di sektor jasa dan stok pangan nasional memiliki tanda parameter yang negatif terhadap peubah endogen kemiskinan di perkotaan. Variabel yang memiliki tanda parameter negatif terhadap peubah endogen kemiskinan di pedesaan ialah variabel kebijakan tingkat upah riil, pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah di sektor pertanian, harga komoditas pertanian, dan variabel produksi pertanian sedangkan variabel inflasi dan krisis ekonomi mempunyai tanda parameter yang positif.

Hasil analisis simulasi kebijakan yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan total ialah kebijakan peningkatan anggaran penelitian sebesar 20 persen, kebijakan pengurangan subsidi pupuk sebesar 25 persen, kebijakan penambahan luas areal irigasi sebesar 10 persen, kebijakan peningkatan mekanisasi pertanian sebesar 10 persen, kebijakan pengurangan impor komoditas pertanian sebesar 50 persen, kebijakan peningkatan investasi sektor pertanian sebesar 25 persen, kebijakan peningkatan belanja pemerintah di sektor pertanian sebesar 20 persen, kebijakan peningkatan pajak impor dan pajak ekspor masing- masing sebesar 25 persen, kebijakan peningkatan upah riil sebesar 10 persen, dan

kebijakan penurunan suku bunga domestik sebesar dua persen. Kombinasi kebijakan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap pengentasan kemiskinan ialah kombinasi kebijakan peningkatan luas areal dan kebijakan peningkatan kredit pertanian masing-masing 10 persen serta kebijakan penurunan suku bunga dua persen.

Astuti (2005) dalam penelitiannya mengenai dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian dan upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia. Salah satu tujuan dalam penelitian ini ialah menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yaitu data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 1995 dan 2000, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang bersumber dari Badan Pusat Statistik serta data lain yang mendukung. Analisis dampak investasi menggunakan pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) sedangkan analisis kemiskinan menggunakan indikator kemiskinan Foster Greer Thorbecke (FGT).

Hasil simulasi kebijakan menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan investasi di sektor pertanian maka memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sebaliknya jika terjadi kenaikan investasi di sektor pertanian maka berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia terutama terhadap peningkatan penerimaan pendapatan sektor produksi, peningkatan pendapatan neraca institusi penerimaan pemerintah, perusahaan dan rumahtangga, serta penerimaan balas jasa faktor produksi tenaga kerja dan modal. Hasil analisis kemiskinan menunjukkan apabila investasi di sektor pertanian menurun maka akan berdampak terhadap kenaikan insiden kemiskinan pada setiap

kelompok rumahtangga dan sebaliknya, peningkatan investasi di sektor pertanian akan berdampak terhadap penurunan insiden kemiskinan pada setiap kelompok rumahtangga.

Dokumen terkait