• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Manajerial

Kinerja Manajerial merupakan kemampuan seorang pemimpin yang diukur dari tercapainya tanggungjawab yang diembannya. Kinerja manajerial merupakan hasil upaya yang dilakukan manajer dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam organisasi (Pareke, 2003). Bagi organisasi itu sendiri kinerja manajerial dapat menjadi tolak ukur sejauh mana manajer melaksakanan fungsi manajemen. Mahoney (1963) dalam Panangaran (2008) mengukur kinerja manajerial dengan indikator :

a. Perencanaan, yaitu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mempersiapkan informasi dalam bentuk laporan-laporan. Catatan dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil pelaksanaannya.

c. Koodinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

d. Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan atau kinerja yang diamati dan dilaporkan. e. Supervisi, yaitu mengarahkan, memimpin dan mengembangkan potensi

f. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unit lainnya.

g. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

h. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Pemimpin atau seorang manajer merupakan pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu (Pareke, 2003). Ada ilmuwan - ilmuwan yang cenderung mengemukakan sederetan kualitas – kualitas unggul dan sifat – sifat utama yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, misalnya dia harus memiliki intergritas tinggi, mampu mengambil kebijaksanaan yang tepat, mempunyai rasa humor, mampu memikul tanggung jawab, bisa bertindak adil dan jujur, memiliki keterampilan teknis tinggi, kepribadian imbang (Pareke, 2003).

Usaha – usaha yang sistematis membuahi teori yang disebut sebagai the traitist theory of leadership (teori sifat/ kesifatan dari kepemimpinan). Diantara para penganut teori ini dapat disebutkan Terry, (1990) menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu :

Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu - waktu yang lama serta tidak teratur dan di tengah – tengah situasi – situasi yang sering tidak menentu.

2. Stabilitas Emosi

Pemimpin yang baik memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan dan tidak meledak – ledak secara emosional. Pemimpin menghormati martabat orang lain, toleran terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan – kesalahan yang tidak terlalu prinsipil. Semua dilakukan untuk mencapai lingkungan sosial yang rukun damai, harmonis dan menyenangkan.

3. Pengetahuan tentang relasi insani

Salah satu tugas pokok pemimpin ialah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak buah, untuk bisa bersama–sama maju dan mengecap kesejahteraan. Karena itu pemimpin diharapkan memiliki pengetahuaan tentang sifat, watak dan perilaku anggota kelompoknya.

4. Kejujuran

Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya). Pemimpin juga selalu menepati janji, dapat dipercaya dan berlaku adil pada semua pegawainya.

5. Obyektif

Pertimbangan pemimpin harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya obyektif (tidak subyektif, dan berperasangka buruk). Dia akan selalu mencari

bukti–bukti nyata dan sebab musabab setiap kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya.

6. Dorongan Pribadi

Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasyrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak. 7. Keterampilan berkomunikasi

Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain serta mudah memahami maksud para anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia dan mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda–beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

8 Kemampuan mengajar

Pemimpin yang baik diharapkan menjadi guru yang baik. Mengajar itu adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran–sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan keterampilan/ kemahiran teknis tertentu dan menambah pengalaman yang dituju ialah agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.

9. Keterampilan sosial

Pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengelola manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Pemimpin dapat mengenali segi–segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotannya, agar dapat

ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok dengan pembawaanya masing – masing.

10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial

Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisa keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol dan memperbaiki situasi yang tidak mapan. Tujuannya adalah tercapainya efektivitas kerja, keuntungan masksimal dan kebahagian – kesejahteraan anggota sebanyak – banyaknya.

2.1.2 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat keterikatan perasaan

dan kepercayaan terhadap organisasi tempat mereka bekerja (George, 2008). Menurut Mathieu dan Zajac, (1990) dalam Supriyono, (2004) komitmen organisasi adalah ikatan keterkaitan individu dengan organisasi sehingga individu tersebut “merasa memiliki" organisasi tempatnya berkerja. Indikator dari komitmen organisasi terdiri dari : Lama Bekerja (Time), Kepercayaan (Trust), Rasa percaya diri (Confident), Kredibilitas (Credibility),

Komitmen organisasi dideskripsikan dalam dua tipe yaitu komitmen affective dan komitmen continuance. Penelitian sebelumnya melibatkan komitmen organisasi yang fokus pada komitmen afektif. Dengan demikian, pada penelitian selanjutnya, termasuk pada penelitian ini juga menguji pengaruh komitmen afektif terhadap hubungan komitmen organisasi, keadilan prosedural dan partisipasi Pertanggungjawaban (Accountability).

anggaran terhadap kinerja manajerial. Komitmen affective didefinisikan sebagai kesediaan melakukan upaya secara terus-menerus untuk mencapai kesuksesan organisasi. Karakteristik komitmen afektif antara lain kepercayaan yang kuat dan keterterimaan nilai dan tujuan organisasi (Ahmad dan Fatima, 2008).

2.1.3 Keadilan Prosedural

Teori tentang keadilan prosedural berkaitan dengan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk mendistribusikan hasil-hasil dan sumber daya – sumber daya organisasi kepada para anggotanya. (Taylor dalam Pareke, 2003). Para peneliti umumnya mengajukan dua penjelasan teoritis mengenai proses psikologis yang mendasari pengaruh keadilan prosedural, yaitu: kontrol proses atau instrumental dan perhatian-perhatian relasional atau komponen structural (Taylor dalam Pareke, 2003). Perspektif kontrol instrumental atau proses berpendapat bahwa prosedur-prosedur yang digunakan oleh organisasi akan dipersepsikan lebih adil manakala individu yang terpengaruh oleh suatu keputusan memiliki kesempatan-kesempatan untuk mempengaruhi proses-proses penetapan keputusan atau menawarkan masukan (Taylor dalam Pareke, 2003).

Gilliland dalam Pareke (2003), menyatakan bahwa perspektif komponen- komponen struktural mengatakan bahwa keadilan prosedural merupakan suatu fungsi dari sejauh mana sejumlah aturan-aturan prosedural dipatuhi atau dilanggar. Aturan-aturan tersebut memiliki implikasi yang sangat penting karena dipandang sebagai manifestasi nilai-nilai proses dasar dalam organisasi. Jadi individu dalam organisasi akan mempersepsikan adanya keadilan prosedural manakala aturan prosedural yang ada dalam organisasi dipenuhi oleh para

pengambil kebijakan. Sebaliknya apabila prosedur dalam organisasi itu dilanggar maka individu akan mempersepsikan adanya ketidak adilan. Serangkaian prosedur yang dibuat oleh manajer antara lain digunakan untuk : mengevaluasi kinerja, menentukan promosi, mengkomunikasikan umpan balik tentang kinerja dan menentukan kenaikan gaji serta menentukan golongan Gilliland dalam Pareke (2003)

2.1.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran

Penyusunan anggaran merupakan penyusunan yang dilakukan terhadap anggaran atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berguna untuk jangka panjang perusahaan, di mana rencana jangka panjang yang dituangkan dalam anggaran memberikan arah kemana kegiatan perusahaan ditujukan dalam jangka panjang. (Renti, 2008) Anggaran merinci pelaksanaan program sehingga anggaran yang disusun memiliki arah seperti yang telah ditetepkan dalam jangka panjang. Agar penyusunan anggaran berjalan dengan baik dan lancar, perlu diterapkan suatu pedoman penyusunan anggaran.

Penyusunan anggaran dibuat secara terperinci dan jelas sehingga setiap bagian dapat mengikuti pedoman tersebut sesuai dengan kebutuhan tiap bagian. Pedoman yang telah disusun ini akan didistribusikan kepada setiap manajer bagian dan setiap manajer bagian akan memberikan informasi kepada bawahannya mengenai hal-hal yang belum jelas sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan.

Dalam penyusunan anggaran suatu perusahaan haruslah ditempuh suatu prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Prosedur penyusunan anggaran

dimulai dari pengumpulan data-data dari masing-masing bagian. Data ini akan dianalisa selanjutnya, dari hasil analisa tersebut maka disusunlah suatu rancangan anggaran.

Menurut Shim (2002) langkah-langkah yang harus diikuti dalam penyusunan anggaran yaitu : a. Penetapan tujuan, b. Pengevaluasian sumber- sumber daya yang tersedia, c. Negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka-angka anggaran, d. Pengkoordinasian dan peninjauan komponen, e. Persetujuan akhir, f. Pendistribusian anggaran yang disetujui.

Menurut Munandar (2000) menyatakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran antara lain :

1. Faktor intern yaitu data informasi dan pengalaman yang terdapat pada perusahaan itu sendiri yang berupa: a. Data-data penjualan tahun sebelumnya, b. Kebijakan perusahaan menyangkut kegiatan operasi perusahaan, c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan, d. Model kerja yang dimiliki perusahaan, e. Kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, akuntansi dan pembelanjaan.

2. Faktor ekstern yaitu informasi dan pengalaman yang terdapat diluar perusahaan yang mempunyai rupa dan pengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, faktor-faktor tersebut antara lain : Tingkat keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat penghasilan masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat penebaran penduduk, berbagai kebijakan pemerintah baik dibidang ekonomi, sosial budaya maupun keamanan, Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kamajuan teknologi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor intern merupakan faktor yang dapat dikendalikan sampai pada batas-batas tertentu sesuai dengan batas kebutuhan (contrable), sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan adalah faktor ekstern yang menyesuiakan kebijakannya sesuai dengan kebutuhnnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Renty Prasiska Sari (2009)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo”. Adapun hasil dari penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, dan partisipasi penyusunan anggaran secara parsial terhadap berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo.

2. Cosvanta Isama (2001)

Judul penelitiannya adalah “Pelimpahan wewenang dan komitmen organisasi dalam hubungan antara pertisipasi penyusunan penganggaran dan kinerja manajerial pada perguruan tinggi swasta.” Kesimpulan yang didapat adalah terdapat hubungan yang signifikan anatar pelimpahan wewenang dan komitmen organisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial pada Perguruan Tinggi Swasta.

3. Maisyarah (2008)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komunikasi dan komitmen sebagai moderating variabel pada PDAM Provinsi Sumatera Utara”. Kesimpulannya adalah partisipasi dalam penyusunan anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Interaksi antara partisipasi dengan komunikasi secara parsial maupun simulatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Interaksi antara partisipasi, komunikasi dan komitmen organisasi secara parsial maupun simultan menunjukan pengaruh negative terhadap kinerja manajerial. 4. Ritonga (2008)

Judul penelitiannya adalah “Partisipasi dalam penyusunan anggaran, budaya pateralistik dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial”. Hasil penelitian ini menunjukan secara simultan budaya paternalistik dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Budaya paternalistik dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial budaya paternalistik dan komitmen organisasi secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada PDAM Tirtanadi Provinsi SUMUT

5. Achmad Badarudin Latif (2007)

Judul penelitiannya adalah “Hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial dengan Partisipasi Anggaran sebagai Variabel Intervening” . Kesimpulannya hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial

berpengaruh signifikan, dengan melalui partisipasi anggaran menyebabkan dua efek yaitu pertama pengaruh langsung dengan nilai 0,523 dan pengaruh tidak langsung dengan nilai 0,149.

Dari beberapa penelitian diatas secara ringkas hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 1. Renty Prasiska Sari Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo (2009) Dependen variabel : Kinerja Manajerial Independen variabel: Partisipasi anggaran, motivasi dan komitmen organisasi Partisipasi anggaran berpengaruh secara parsial

terhadap kinerja manajerial. Sedangkan partisipasi anggaran, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial pada PDAM Tirta Delta Sidoarjo. 2. Cosyanata Isama (2001) Pelimpahan wewenang dan komitmen organisasi dalam hubungan antara pertisipasi penyusunan penganggaran dan kinerja manajerial pada perguruan tinggi swasta

Dependen variabel : Kinerja Manajerial Independen varaiabel : partisipasi penyusunan penganggaran Variable moderating : pelimpahan wewenang dan komitmen organisasi

Terdapat hubungan yang signifikan antara

pelimpahan wewenang dan komitmen organisasi terhadap partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada PTS 3. Maisyarah (2008) Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komunikasi dan komitmen sebagai moderating variabel pada PDAM Provinsi Sumatera Utara Variabel dependen : kinerja manajerial Variable independen : partisipasi dalam penyusunan anggaran Variable moderating : komunikasi dan komitmen organisasi

Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Interaksi antara partisipasi dengan komunikasi secara parsial maupun simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial Interaksi antara partisipasi dengan komunikasi secara partial maupun simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja manajerial

Interaksi antara partisipasi, komunikasi, dan komitmen organisasi secara partial

maupun simultan menunjukkan pengaruh negative terhadap kinerja manajerial pada PDAM

Provinsi Sumut.

4. Ritonga

(2008)

Partisipasi dalam penyusunan anggaran, budaya pateralistik dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial Variabel dependen : kinerja manajerial Variable independen : partisipasi dalam penyusunan anggaran Variable moderating : budaya paternalistic dan komitmen organisasi Partisipasi penyusunan anggaran, budaya paternalistik dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Budaya paternalistik dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan

kinerja manajerial

Komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan

kinerja manajerial

Budaya paternalistik dan

komitmen organisasi

secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PDAM Tirtanadi Provinsi SUMUT 5. Achmad Badarudin Latif (2007) Hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial dengan Partisipasi Anggaran sebagai Variabel Intervening Variabel dependen : kinerja manajerial dan vaiabel independen : Variable intervening : partisipasi anggaran

Hubungan antara keadilan prosedural dan kinerja manajerial berpengaruh signifikan dan melalui partisipasi anggaran menyebabkan dua efek yaitu pertama pengaruh langsung dengan nilai 0,523 dan pengaruh tidak langsunng dengan nilai 0,149.

Dokumen terkait