• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERANAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM

A. Tinjauan Tentang PPAT

BAB III

TANGGUNG JAWAB PPAT YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBUATAN AKTA PPAT

A. Tinjauan Tentang PPAT

1. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah

Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT) sudah dikenal sejak berlakunya PP 10/1961 dengan sebutan pelaksana jabatan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UUPA, sebagaimana ternyata dalam ketentuan Pasal 19 PP 10/196177 yang menyatakan bahwa :

Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria (selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Pejabat). Akta tersebut bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diatas, maka PPAT dikenal sebagai pejabat yang diberi kewenangan untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, pemberian sesuatu hak baru atas tanah, penggadaian tanah dan pemberian hak tanggungan atas tanah. Atau dengan kata lain menurut Bachtiar Effendie78, tugas pokok pejabat pada saat itu adalah membantu Menteri Agraria membuat akta yang bermaksud untuk memindahkan hak atas tanah; memberikan sesuatu hak baru atas

       77

Indonesia (a), Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 10, LN No. 28 Tahun 1961, TLN No. 2171, Pasal 19.

78

Bachtiar Effendie, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Cet. 3, (Bandung : Alumni, 1993), halaman 78.

tanah; menggadaikan tanah; dan meminjamkan uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan.

Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun (selanjutnya disebut UU 16/1985), istilah PPAT ini mendapat pengukuhan dengan sebutan Pejabat Pembuat Akta Tanah, sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 10 ayat (2) UU 16/1985 79 :

Pemindahan hak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dan didaftarkan pada Kantor Agraria Kabupaten dan Kotamadya yang bersangkutan menurut Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.

Pengertian PPAT sebagai pejabat umum ditegaskan pertama kali dalam UUHT, sebagaimana ternyata dalam Pasal 1 angka 4 UUHT 80 yang menyebutkan bahwa :

Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, pengertian PPAT sebagai Pejabat Umum ditegaskan pula dalam penjelasan atas UUHT pada angka 7 yang menyatakan bahwa :

PPAT adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka pembebanan hak atas tanah, yang

       79

Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Rumah Susun, UU No. 16, LN No. 75 Tahun 1985, TLN No. 3317, Pasal 10 Ayat (2).

80

Indonesia (c), Undang-Undang Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah, UU No. 4, LN No. 42 Tahun 1996, TLN No. 3632, Pasal 1

bentuk aktanya ditetapkan, sebagai bukti dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang terletak dalam daerah kerjanya masing-masing. Kemudian PP 24/1997 menegaskan kembali pengertian PPAT sebagai pejabat umum dimana dalam Pasal 1 Angka 24 PP 24/1997 81 dinyatakan bahwa :

Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu.

Terakhir, pengertian PPAT sebagai pejabat umum ditegaskan pula dalam Pasal 1 angka 1 PP 37/199882 yang menyatakan bahwa : Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas Satuan Rumah Susun.

Dalam hal mengenai perbuatan hukum mengenai hak atas tanah, maka PPAT terdiri dari :

a. PPAT

Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. 83

b. PPAT Sementara

Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT didaerah yang belum cukup terdapat

       81

Indonesia (d), Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 24, LN No. 59 Tahun 1

n Pejabat Pembuat Akta

Tanah, P un 1998, TLN No. 3746, Pasal 1 Angka 1.

997, TLN No. 3696, Pasal 1 Angka 24.

82

Indonesia (e), Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Jabata P No. 37, LN No. 52 Tah

83

PPAT84. Dalam hal ini PPAT sementara dalam menjalankan tugasnya terlebih dahulu harus diangkat sumpah jabatan sebagai PPAT (sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998). PPAT Sementara mempunyai kewenangan membuat akta tanah yang merupakan akta otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dengan daerah kerja di dalam wilayah kerja

c.

mengenai perbuatan hukum yang disebut seca

jabatannya.85 PPAT Khusus

Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu. 86Dalam hal ini PPAT khusus dalam menjalankan tugasnya tidak perlu nmengangkat sumpah jabatan PPAT (sebagaimana diaatur dalam Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998). PPAT khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukannya. PPAT Khusus hanya berwenang membuat akta

ra khusus dalam penunjukannya.87

PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya. Akta tukar       

84

Ibid, Pasal 1 angka 2.

85

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Pasal 3.

86

Ibid, Pasal 1 angka 3.

87

menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, dan akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seorang PPAT dapat dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya meliputi salah satu bidang tanah atau satuan rumah susun yang haknya

ngenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun juga

mpah jabatan sebagai PPAT.

nan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(1)

mentara yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan.

sa kepada orang yang tidak mampu, yang dibuktikan secara ecuali sedang melaksanakan cuti atau hari

       

menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998.

Sebagai Pejabat Umum, PPAT yang diberi kewenangan dalam membuat akta otentik me

mempunyai kewajiban sebagai seorang PPAT. Yang mana kewajiban PPAT tersebut adalah :88

1. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Mengikuti pelantikan dan pengangkatan su

3. Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangu

4. Menyerahkan protokol PPAT dalam hal :

a. PPAT yang berhenti menjabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat dan ayat (2) kepada PPAT di daerah kerjanya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan.

b. PPAT sementara yang berhenti sebagai PPAT sementara kepada PPAT se

c. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT khusus kepada PPAT khusus yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan.

5. Membebaskan uang ja sah.

6. Membuka kantornya setiap hari kerja k

libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan setempat.

  88

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Pasal 45.

7. Berkantor hanya 1 (satu) kantor dalam daerah kerja sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pengangkatan PPAT.

8. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan teraan , Ketua sangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah . Melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan.

10. Me

ditetapkan oleh Kepala Badan.

apat diangkat menjadi PPAT sebagaimana yang hun 1998 yaitu :

0 (tiga puluh) tahun.

njara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan

rakan oleh lembaga pendidikan tinggi. g. Lul

cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah, Bupati/Walikota

Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang ber

pengambilan sumpah jabatan. 9

masang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya 11. lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Adapun syarat-syarat untuk d

diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Ta a. Berkewarganegaraan Indonesia.

b. Berusia sekurang-kurangnya 3

c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh instansi Kepolisian setempat.

d. Belum pernah dihukum pe

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. e. Sehat jasmani dan rohani.

f. Lulusan program pendidikan spesialis notariat atau program pendidikan khusus PPAT yang diselengga

us ujian yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional.

Dalam hal pengangkatan PPAT, maka PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Yang mana harus terlebih dahulu lulus ujian PPAT yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Sebelum

mengikuti ujian PPAT, yang bersangkutan wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan PPAT yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang penyelenggaraannya dapat bekerja sama dengan organisasi profesi PPAT sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006.

anggung Jawab PPAT

bagai pelaksana pendaftaran tanah adalah

umah susun.

ta PPAT yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

ya perbuatan hukum yang bersangkutan, dengan antara lain mencocokkan data yang terdapat dalam sertifikat dengan daftar-daftar yang ada di kantor pertanahan.

Pokok dan Kewenangan PPAT 2. Fungsi dan T

Fungsi dan tanggung jawab PPAT se sebagai berikut :

a. Membuat akta yang berfungsi sebagai :

1. Bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan r

2. Dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

b. Wajib membuat akta-ak

dijadikan dasar yang kuat untuk pendaftaran pemindahan hak dan pembebanan hak yang bersangkutan.

c. PPAT bertanggung jawab untuk memeriksa syarat-syarat untuk sahn

Tugas pokok dan kewenangan PPAT diatur dalam PP 37/1998 sebagai berikut

sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengen

l beli, tukar menukar, hibah,

inbreng), pembagian hak bersama, pemberian Hak

Guna B

empunyai kewena

:

a. Tugas Pokok PPAT

PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta

ai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

Perbuatan hukum yang dimaksud adalah jua pemasukan ke dalam perusahaan (

angunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan dan Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.

b. Kewenangan PPAT

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut seorang PPAT m

ngan membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana telah disebutkan diatas mengenai hak atas tanah dan hak milik atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya.

Akan tetapi sesuai ketentuan perundangan pertanahan, sebagaimana diatur dalam ketentuan ini diuraikan secara rinci dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 6 peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan juga merupakan tindak lanjut dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997, dijelaskan tugas pokok dan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah yakni melaksanakan sebagian dari kegiatan pendaftaran tanah dengan tugas pembuatan akta (otentik) sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu di daerah kerjanya yang ditentukan oleh pemerintah (kompetensi absolute)

akni kabupaten atau kota satu wilayah dengan wilayah kerja kantor pertanahan. Sedangkan untuk PPAT Sementara (Camat) adalah wilayah jabatan camat saat

perkembangannya, etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum