TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Perhubungan transportasi merupakan mekanisme antara interaksi manusia
dengan jenis-jenis kendaraan guna mempermudah manusia dalam melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan jarak wilayah satu ke wilayah lainnya.
Dengan begitu perhubungan transportasi berfungsi dalam kegiatan manusia
untuk mempermudah aktifitas perpindahan benda ataupun manusia dari tempat
satu ke tempat yang lain.
Ada berbagai jenis perhubungan transportasi :
1. Transportasi darat
2. Transportasi udara
3. Transportasi air
4. Transportasi pipa
2.2. Data dan Informasi
Pencarian data disesuaikan dengan kebutuhan proses kegiatan penelitian
yang sedang dikerjakan. Data tersebut didapat dari informasi secara tertulis
maupun tidak tertulis. Data tertulis berupa data-data dari BPS ataupun data yang
Jumlah data yang diperlukan untuk penelitian harus dicari melalui
pencatatan langsung ke lapangan. Sebelum proses hasil sebelumnya kita mencari
data-data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi tersebut. Dua jenis data
yang dapat digunakan untuk mempresentasikan atau memodelkan
fenomena-fenomena yang terdapat di dunia nyata. Yang pertama adalah jenis data yang
mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan.
Data ini biasa disebut sebagai data posisi, koordinat, ruang, atau spasial. Sedang
yang kedua adalah data yang mempresentasikan aspek-aspek deskriptif dari
fenomena yang dimodelkannya. Data ini biasa disebut sebagai data atribut.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis di penelitian ini diutamakan
khususnya aplikasi di bidang transportasi dan perhubungan (seperti analisis
rawan kemacetan dan bahaya kecelakaan, manajemen pemeliharaan dan
perencanaan perluasan jaringan transportasi, analisis kesesuaian dan penentuan
rute-rute alternatif transportasi, dan aplikasi yang sejenis yang berhubungan
dengan transportasi dan perhubungan).
2.3. Parameter-Parameter Arus Lalu-Lintas
Parameter-parameter arus lalu-lintas dibuat dalam dua kelompok besar.
Parameter-parameter makro menggambarkan arus lalu-lintas secara keseluruhan.
Parameter-parameter mikro menggambarkan kebiasaan kendaraan secara
indivudual atau beberapa kendaraan dalam arus lalu-lintas.
Tiga parameter makro yang menggambarkan arus lalu-lintas, yaitu :
2. Kepadatan ( jumlah kendaraan per luas jalan)
3. Volume atau laju arus kendaraan
Dan parameter mikro arus lalu-lintas antara lain, yaitu :
1. Gerak maju kendaraan
2. Kecepatan masing-masing kendaraan
3. Jarak antara 2 kendaraan
Volume didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melalui satu titik
tertentu dijalankan pada jalur dan arah tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu.
Satuan pengukuran volume adalah kendaraan atau sering dituliskan kendaraan
per satuan waktu. Satuan waktu sering yang digunakan adalah per hari atau per
jam. Volume harian digunakan untuk membantu trend overtime dan untuk tujuan
perencanaan secara umum. Rancangan detail atau kontrol memerlukan
pengetahuan mengenal volume per jam untuk mendapatkan waktu puncak per
harinya. Laju arus secara umum dinyatakan satuan jumlah kendaraan per jam.
Volume harian, digunakan untuk tujuan dan hasil akhir perencanaan, tapi
untuk rancangan atau tujuan analisis operasional diperlukan faktor lain, tidak
hanya volume harian. Persediaan volume yang terjadi dalam 24 jam pada hari
itu, dengan periode maksimum arus lalu-lintas yang terjadi pada pagi dan malam
hari jam-jam sibuk. Satu jam tertentu dimana pada saat itu volume kendaraan
tertinggi maka dianggap sebagai jam puncak.
Desain jalan raya dan kontrolnya, harus dibuat sebisa mungkin mengatasi
volume lalu lintas pada jam puncak, karena volume lalu lintas pada jam tertentu
dengan puncak pada pagi hari maka akan terjadi puncak pada arah yang
berlawanan akan terjadi pada malam hari, kedua sisi jalur harus didesain untuk
memenuhi jumlah puncak kendaraan pada jam tertentu.
2.4. Macam-Macam Jalan
Sistem jaringan jalan di Indonesia sesuai dengan Undang – Undang jalan
raya No. 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, dibedakan
menjadi :
1. Jalan Primer
Adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota
yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat export. Jalan
primer harus direncanakan secara maksimal karena jalan ini melayani lalu
lintas yang cepat dan berat.
2. Jalan Sekunder
Adalah jalan raya yang melayani lalu lintas antara kota-kota besar hingga
kota-kota lebih kecil dan daerah disekitarnya.
3. Jalan Penghubung
Adalah jalan yang menghubungkan antara jalan-jalan penghubung dari
golongan jalan yang sama atau yang berlainan.
Jalan memiliki fungsi yang dapat dibedakan menjadi :
1. Jalan Arteri
Adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi secara
efisiensi.
2. Jalan Kolektor
Adalah jalan yang melayani angkutan lalu lintas dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sebidang kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Adalah jalan yang melayani angkutan lokal setempat dengan rute
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
2.5. Fungsi dan Kelas Jalan Dalam Rekayasa Jalan Raya Menurut Alik Ansyori Alamsyah
Definisi dari fungsi suatu kelas jalan dalam rekayasa jalan raya,dapat
dijelaskan menurut definisi Alik Ansyori Alamsyah sebagai berikut :
2.5.1 Fungsi Jalan
Berdasarkan fungsinya, jalan dapat dibagi dalam beberapa kategori
a. Jalan Arteri primer
Yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
b. Jalan Arteri Sekunder
Yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
c. Jalan Kolektor Primer
Yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
d. Jalan Kolektor Sekunder
Yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang kedua, atau antara
e. Jalan Lokal Primer
Yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada semua jenjang.
f. Jalan Lokal Sekunder
Yaitu jalan yang menghubungkan permukiman dengan semua kawasan
sekunder.
2.5.2 Kelas Jalan
Sesuai dengan daya dukungnya, jalan diatur dalam berbagai kelas sebagai
berikut :
a. Kelas Jalan I
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih
besar dari 10 ton.
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan,
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
sebesar 10 ton.
c. Jalan Kelas III
Yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
2.6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,
digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu-lintas pada suatu
simpang dan juga segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah
segmen jalan akan mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang
dinyatakan dalam smp/jam. Derajat kejenuhan digunakan untuk analisa perilaku
lalu-lintas. Rumus untuk menghitung derajat kejenuhan ialah :
... (2.1)
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Jumlah Volume Kendaraan (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
Q = MC + LV + HV ... (2.2)
Dimana :
MC = Motorcycle (smp/jam)
LV = Light Vehicle (smp/jam)
HV = Heavy Vehicle (smp/jam)
2.7. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang melintasi atau
bagian jalur tertentu dalam satu atau dua arah pada suatu periode waktu tertentu
pula. Untuk jalan tak terbagi, semua analisa (kecuali analisa kelandaian khusus)
dilakukan pada kedua arah. Sedangkan untuk jalan terbagi, analisa dilakukan
pada masing-masing arah dan seolah-olah masing-masing arah adalah jalan satu
arah yang terpisah.
1. Kapasitas Dasar (Basic Capasity) adalah jumlah maksimum volume
kendaraan yang dapat melalui suatu jalur dalam kondisi lalu lintas yang ideal
untuk tiap jalannya.
2. Kapasitas Mungkin (Possible Capasity) adalah jumlah volume kendaraan tiap
jam yang dapat dilayani pada kondisi lalu lintas yang sedang berlaku pada
ruas jalan yang bersangkutan.
3. Kapasitas Praktis (Practical Capasity ) adalah jumlah maksimum volume
kendaraan yang melewati kendaraan satu titik tiap jamnya tanpa melewati
gangguan.
2.8. Kapasitas Jalan Luar kota
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997 dari Direktorat
Jendral Bina Marga, persamaan dasar untuk menentukan kapasitas jalan luar
kota adalah sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf
... (2.4)
Dimana :
C = Kapasitas sebenarnya dari jalan luar kota yang ditinjau (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi (ideal) tertentu (smp/jam) FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan.
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah (jalan tak terbagi atau undevided) FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan atau kerb.
Nilai dari Co atau kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi (ideal) tertentu (smp/jam) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tipe Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam) Keterangan Empat lajur terbagi
- Datar - Bukit - Pegunungan 1900 1850 1800 Per lajur Per lajur Per lajur
Empat lajur tak terbagi
- Datar - Bukit - Pegunungan 1700 1650 1600 Per lajur Per lajur Per lajur
Dua lajur tak terbagi
- Datar - Bukit - Pegunungan 3100 3000 2900 Total 2 Arah Total 2 Arah Total 2 Arah Sumber : MKJI, 1997
Nilai dari faktor penyesuaian untuk lebar jalur lalu lintas (FCw) dapat ditentukan dari tabel di bawah ini :
Tabel 2.2. Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Lebar Jalan Lalu Lintas Pada Jalan Luar Kota (FCw)
Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif (WC) (m)
FCw
Empat Lajur terbagi atau Enam Lajur terbagi
Per lajur
3.75 1.03
Empat lajur tak terbagi Per lajur 3.00 3.25 3.50 3.75 0.91 0.96 1.00 1.03
Dua lajur tak terbagi Total dua arah 5 6 7 8 9 10 11 0.69 0.91 1.00 1.08 1.15 1.21 1.27 Sumber : MKJI 1997
Nilai dari faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) untuk jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2-UD) dan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2-UD) dapat
ditentukan dari tabel di bawah ini :
Tabel 2.3. Faktor penyesuaian Kapasitas untuk Pemisah Arah (FCsp) Pemisah arah SP 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
Dua lajur 2/2 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88
Empat lajur 4/2 1.00 0.975 0.95 0.925 0.90
Nilai dari faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan bahu
jalan (FCsf) dapat ditentukan dari tabel sebagai berikut :
Tabel 2.4. Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Hambatan Samping Dan Bahu Jalan (FCsf).
Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping Dan Bahu Jalan (FCsf)
Lebar Bahu Jalan (Ws) dalam meter (m) Tipe Jalan Kelas
Hambatan Samping ≤ 0.50 1.00 1.50 ≥ 2.00 (4/2-D) VL L M H VH 0.99 0.96 0.93 0.90 0.88 1.00 0.97 0.95 0.92 0.90 1.01 0.99 0.96 0.95 0.93 1.03 1.01 0.99 0.97 0.96 (4/2-UD) (2/2-UD) VL L M H VH 0.97 0.93 0.88 0.84 0.80 0.99 0.95 0.91 0.87 0.83 1.01 0.97 0.94 0.91 0.88 1.02 1.00 0.98 0.95 0.93 Sumber : MKJI 1997
2.9. Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan didefinisikan sebagai lebar dan jumlah lajur yang
dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan baik walaupun VJP/LHR telah
ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan
yang akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang
jalan dengan kebebasan samping yang memadai, tetapi hal tersebut tentu saja
menuntut daerah manfaat jalan yang lebih lebar pula. Adapun kategori nilai
tingkat pelayanan (V/C) sebagai berikut :
a. Tingkat pelayanan A mempunyai batas lingkup V/C 0,00 – 0,20
Ciri-ciri :
- Arus lalu-lintas bebas tanpa hambatan
- Volume dan keadaan lalu-lintas rendah
- Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi
b. Tingkat pelayanan B mempunyai batas lingkup V/C 0,20 – 0,44
Ciri –ciri :
- Arus lalu-lintas stabil
- Kecepatan mulai dipengaruhi keadaan arus lalu-lintas, tetapi tetap dapat
dipilih sesuai kehendak pengemudi
c. Tingkat pelayanan C mempunyai batas lingkup V/C 0,44 – 0,74
Ciri-ciri :
- Arus lalu-linta stabil
- Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi
besarnya volume lalu-lintas sehingga pengemudi tidak dapat memilih
- Arus lalu-lintas sudah mulai stabil
- Perubahan volume lalu-lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan
perjalanan
d. Tingkat pelayanan D mempunyai batas lingkup V/C 0,75 – 0,85
Ciri-ciri :
-Arus mendekati tidak stabil
-Kecepatan masih dapat dikendalikan
e. Tingkat pelayanan E mempunyai batas lingkup V/C 0,86 – 1,00
Ciri-ciri :
-Arus lalu-lintas sudah tidak stabil
-Volume kira-kira sama dengan kapasitas
-Sering terjadi kemacetan
f. Tingkat pelayanan F mempunyai batas lingkup V/C > 1,00
Ciri-ciri :
-Arus lalu-lintas tertahan pada kecepatan rendah
-Sering terjadi kemacetan
2.10. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem informasi dengan
tambahan unsur geografis yakni penekanan pada unsur informasi geografis
atau dikenal dengan istilah pemetaan. Guna mencapai suatu gambaran
visual untuk membantu proses kerja manusia dalam mengukur suatu
kegiatan atau pertumbuhan suatu objek.
Beberapa pengertian dan penjabaran dari Sistem Informasi Geografis,
yaitu :
1. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan
(capturing), menyimpan, memeriksa, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di
permukaan bumi.
2. SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
memungkinkan untuk mengolah (manage), menganalisa, memetakan
informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi
kartografi.
3. SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi.
4. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, mengintregasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang
2.11. Peta
Peta adalah suatu gambaran sebagian kecil permukaan bumi di atas bidang
datar (bidang yang dapat didatarkan) yang dibuat dalam skala tertentu, serta
dilakukan dengan metode tertentu pula. Di dalam pemilihan data, perlu
dipertimbangkan beberapa hal seperti : Skala peta yang dibuat, sumber data
pemetaan, serta jenis data yang akan disajikan. Berdasarkan ketiga
pertimbangan di atas, suatu peta dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis peta.
2.11.1 Peta berdasarkan sumber datanya
Peta dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan peta, yaitu peta induk
(basic map) dan peta turunan (drived map).
a. Peta induk
Adalah peta yang dihasilkan dari survey langsung di lapangan dan
dilakukan secara sistematis. Untuk melakukan pemetaaan secara sistematis,
diperlukan adanya pembakuan dalam metode pemetaan, system datum,
system proyeksi peta, ukuran lembar peta, skala peta, tata letak iformasi
b. Peta turunan
Adalah peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan peta yang sudah
ada, sehingga survey langsung kelapangan tidak diperlukan disini. Peta
turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan
topografi.
2.11.2 Peta berdasarkan jenis data yang disajikan
Peta dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu peta topografi
(topographic map) dan dan peta tematik (thematic map).
a. Peta topografi
Adalah peta yang menggambarkan semua unsur topografi yang nampak
dipermukaan bumi, baik unsur alam (sungai, garis pantai, danau, hutan,
gunung, dll) maupun unsur buatan manusia (jalan, pemukiman, pelabuhan,
pasar, tempat rekreasi, dll), serta menggambarkan pula keadaan relief
permukaan bumi.
b. Peta tematik
Adalah peta yang hanya menyajikan data-data atau informasi dari suatu
konsep yang tertentu saja, dalam hubungannya dengan detail topografi yang
spesifik, terutama yang sesuai dengan konsep peta tersebut.
2.11.3 Peta berdasarkan skalanya
Peta dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis peta, yaitu peta skala kecil,
antara panjang suatu objek atau jarak antara dua titik di peta, dengan panjang
atau jarak antara dua titik tersebut di lapangan. Skala peta dapat dinyatakan
dalam dua cara yaitu secara grafis dan numeris. Kedua jenis skala ini pada
umumnya di cantumkan secara bersama-sama dalam suatu peta, sehingga skala
yang satu dapat dijadikan pembanding untuk skala lainnya.
a. Skala grafis
Adalah suatu bentuk penyajian skala peta diatas garis lurus yang
mempunyai panjang tertentu, dan pada sisi garis yang satu dituliskan
panjang garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada sisi yang lain
dituliskan panjang garis tersebut dilapangan (dalam satuan km), sehingga
panjang garis tersebut mempunyai perbandingan yang sesuai dengan angka
perbandingan skala peta tersebut.
b. Skala numeris
Merupakan suatu cara penyajian skala peta dengan menuliskan langsung
besaran skala tersebut. Jadi dengan skala numeris ini pengguna peta dapat
langsung mengetahui besaran skala tersebut.
2.12. Alasan Penggunaan Sistem Informasi Geografis
oleh setiap orang. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang
interaktif, menarik, dan menantang di dalam usaha-usaha untuk meningkatkan
pemahaman, pengertian, pembelajaran, dan pendidikan mengenai ide atau
konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografis yang terdapat di
permukaan bumi.
Sistem Informasi Geografis juga memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam memvisualkan data spasial berikut atribut-atributnya. Modifikasi warna,
bentuk, dan ukuran simbol yang diperlukan untuk mempresentasikan
unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu, sistem ini
dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk interpretasi
secara manual terutama interpretasi secara visual dengan menggunakan mata
manusia. Dengan demikian, sistem ini dapat dengan mudah menghasilkan
peta-peta yang lain dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.
2.13. Subsistem pada Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang terdiri dari 4 subsistem dasar yang berkaitan erat hubungannya dalam penelitian.
Pengertian dari 4 subsistem dari sistem informasi geografis yaitu :
1. Data Input : Mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber serta mengkonversi format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output : Menghasilkan atau menampilkan keluaran basis data dalam bentuk softcopy atau hardcopy seperti tabel, grafik, dan peta.
3. Data Management : Mengorganisasikan baik data spasial maupun data ke dalam basis data sehingga mudah dipanggil, di update, dan di edit.
4. Data Manipulation dan Analysis : Menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan melakukan manipulasi serta permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diperlukan.
2,14, Definisi ArcView
Adalah salah satu perangkat lunak SIG yang paling popular dan paling banyak digunakan untuk mengolah data spasial. SIG memiliki macam-macam data, yaitu :
a. Data grafis
Adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek dipermukaan bumi. Data grafis dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Data grafis titik atau point biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, dll.
2. Data grafis garis atau line dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, dan sebagainya.
3. Data grafis area atau polygon untuk mewakili batas lahan, kemiringan lereng, dan sebagainya.
Adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis dan untuk menyimpan informasi tentang nilai atau besaran dari data grafis. Untuk data atribut tersimpan secara terpisah dalam bentuk tabel.
2.15. Project dalam ArcView
Adapun projek dalam ArcView adalah sebagai berikut : 1. Views
Berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan dibuat atau diolah.
2. Tables
Merupakan data atribut dari data spasial. Dimana atribut yang akan disertakan diatur dan disiapkan didalam tabel.
3. Charts
Merupakan alat penyaji data yang efektif atau membuat grafik yang bersumber dari data.
4. Lay outs
Tempat mengatur tata letak dan rancangan dari peta akhir