• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk

Menurut Tjiptono (2008), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Menurut tingkatan produk, terdapat lima unsur yang harus terkandung dalam suatu produk (Tjiptono 2008), antara lain :

1. Produk Inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

2. Produk Generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).

3. Produk Harapan, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

4. Produk Pelengkap, yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.

5. Produk Potensial, yaitu segala sesuatu macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.

Atribut Produk

Menurut Tjiptono (2008), atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, labeling, garansi, pelayanan. Merek, merupakan nama, istilah, tanda, symbol, desain, warna, gerak, atau kombinasi dari atribut-atribut lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan deferensiasi terhadap produk pesaing. Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk guna membeli kemudahan, sebagai pelindung, memberikan daya tarik, informasi dan lain-lain. Labeling, merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Jaminan, adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, di mana para konsumen akan diberi ganti rugi bila ternyata produknya tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.

Merek

Merek (Brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendeferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing” (Kotler & Keller 2007). merek adalah nama yang bersifat membedakan (logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang tau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok tertentu, dengan demikian membedakan dari barang-barang dan jasa dihasilkan oleh para kompetitor.

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan sesuatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan (Durianto dkk 2004). Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakan dengan produk yang di tawarkan oleh perusahaan pesaing. Merek merupakan nilai tangible dan itangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Menurut UU no.15 tahun 2001, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama (Kotler & Keller 2007). Dan juga pada Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler & Keller (2007), mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendeferensiasikannya dari produk barang atau jasa pesaing lainnya”. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa dengan penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendeferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud yang dikaitkan dengan kinerja produk dari merek. Mungkin juga lebih simbolik, emosional atau berwujud dikaitkan dengan apa yang digambarkan merek.

Menurut Durianto dkk (2004) terdapat beberapa faktor yang membuat merek menjadi sangat penting saat ini seperti ;

1. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji emosi konsumen menjadi konsisten dan stabil.

2. Merek mampu menembus pagar budaya dan pasar. Suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya.

3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut. 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek

yang kuat sanggup merubah perilaku konsumen.

5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun attribut lain yang melekat pada merek tersebut.

6

Sedangkan menurut Rangkuti (2002), merek dibagi dalam pengertian lainnya ;

1. Brand Name (Nama Merek)

Bagian merek yang dapat diucapkan 2. Brand Mark (Tanda Merek)

Bagian dari merek yang dapat dikenali namuntidak dapat diucapkan seperti lambang, desain huruf, atau warna khusus.

3. Trade Mark (Merek Dagang)

Bagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa.

4. Copyright (Hak Cipta)

Hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.

Perilaku Konsumen

Studi tentang bagaimana bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka adalah yang dinamakan perilaku konsumen (Kotler & Keller 2008). Menurut Hanna dan Wozniak dalam Umar (2003), perilaku konsumen ialah suatu bagian-bagian dari aktivitas kehidpan manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen. Suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan-kumpulan individu untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan yang dipengaruhi oleh aspek eksternal ataupun internal (Umar 2003). Sedangkan menurut Gordon Allport dalam Setiadi (2010), sikap atau perilaku adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.

Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya (Schiffman & Kanuk 2007). Perilaku konsumen terhadap suatu merek berarti mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian, konsumen mengevaluasi merek tertentu secara kelseluruhan dari yang paling jelek sampai yang paling bagus.

Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting dalam manajemen pemasaran. Menurut Setiadi (2010) hasil dari kajiannya akan membantu para pemasar untuk :

1. Merancang bauran pemasaran 2. Menetapkan segmentasi.

3. Merumuskan posisioning dan pembedaan produk. 4. Memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya. 5. Mengembangkan riset pemasarannya.

Studi tentang perilaku konsumen juga akan menghasilkan tiga informasi yang penting, yaitu :

1. Orientasi/arah/cara pandang konsumen (a consumer orientation).

3. Konsep/teori yang memberi acuan pada proses berpikirannya manusia dalam keputusan (theories to guide the thinking process)

Kotler & Armstrong (2008), konsumen merespon berbagai usaha pemasaran yang mungkin digunakan adalah model perilaku pembelian berupa rangsangan-tanggapan. Sedangkan menurut Kotler & Keller (2008), perilaku pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam ini, tetapi dapat mereka untuk memperhitungkan faktor-faktor ini.

Keputusan Pembelian

Proses dalam hal pengambilan keputusan merupakan proses yang rumit yang banyak melibatkan pertimbangan-pertimbangan guna mencapai suatu keputusan yang dapat membuat konsumen merasa puas setelah pasca pembelian produk atau jasa. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan (perilaku). Menurut Davis dalam Syamsi (2007), keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas, terutama keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam memperlakukan pengambilan keputusan, konsumen sebagai sesuatu masalah, diasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran yang hendak dicapai agar terpuaskan. Seseorang konsumen menganggap suatu ialah “masalah” karena konsekuensi yang diinginkan belum tercapai. Konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran mereka dan dengan demikian memecahkan masalahnya.

Menurut Kotler & Keller (2008) ataupun Kotler & Armstrong (2008), konsumen melibatkan keputusan pembelian guna memecahkan masalahnya ialah dengan melibatkan lima proses, yaitu pengenalan kebutuhan (need recogmition), Pencarian Informasi (information search), Evaluasi Alternatif (evaluation of alternatives), Keputusan Pembelian (purchase decision), dan Perilaku Pasca-pembelian (postpurchase behavior).

Konsumen tidak selalu bergerak dari melalui 5 tahap pembelian produk itu seluruhnya, mungkin ada yang yang dilewatkan atau membalik tahap tersebut. Beberapa bergerak dari kebutuhan akan suatu produk langsung menuju ke tahap keputusan pembelian dengan melewati tahap pencarian informasi dan tahap evaluasi alternatif. Namun demikian kerangka diatas merupakan refrensi yang baik, karena kerangka model itu menangkap kisaran penuh pertimbangan yang muncul ketika konsumen menghadapi pembelian baru yang memerlukan keterlibatan tinggi (Kotler & Armstrong 2008).

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pascapembeli an

8

METODE

Konsumsi kopi bubuk dari tahun ke tahun meningkat terutama di Kota Bogor sehingga banyak bermunculan produsen-produsen kopi terutama bubuk sachet dan mendistribusikan produk-produknya di Kota Bogor sehingga persaingan pada produk kopi sachet ketat. Penelitian ini bertujuan mencari informasi terkait produk kopi bubuk sachet seperti pada tujuan awal bab. Langkah pertama yaitu memperkirakan atribut yang mempengaruhi konsumen akhir Kota Bogor membeli kopi bubuk sachet dan kemudian dianalisis dengan analisis faktor setelah itu, kemudian dianalisis dengan analisis biplot sehingga didapat peta persaingan kopi bubuk sachet di Kota Bogor.

Karakteristik Konsumen Attribut Produk Analisis Deskriptif Analisis Faktor Peta Persaingan Analisis Biplot Komsumsi Kopi Bubuk Kota

Bogor Meningkat

Kebutuhan Mencari Informasi Kopi

Persaingan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kota Bogor yang dianggap memiliki wilayah yang strategis dan dekat dengan pusat ibukota Jakarta sehingga memiliki perkembangan dan pertumbuhan ekonomi potensial. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 – Oktober 2013 yang mengambil tempat di lokasi kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranang Siang, jalan malabar ujung, taman kencana, lapangan sempur dan daerah air mancur. Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan sebelumnya karena daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya masyarakat kota Bogor pada waktu tertentu.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dalam penelitian ini ialah konsumen akhir, dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada responden sebagai sumber informasi yang dicari. Menurut Kountur (2007), Data primer yang diperoleh dari penelitian ini melalui hasil;

1. Wawancara, ialah mendapatkan data yang dilakukan dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber data. Dalam penelitian ini saya melakukan wawancara dengan konsumen akhir tentang apakah orang tersebut pernah mengkonsumsi kopi terutama kopi instan sachet, apakah pernah mencoba merasakan beberapa merek kopi yang hendak diuji, dan variabel yang sekiranya dapat mempengaruhi konsumen membeli merek kopi tertentu.

2. Observasi, ialah alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis dengan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya (Nasution 2003). Observasi yang saya lakukan pada penelitian ini untuk menentukan unsur pertanyaan apa saja yang akan dijadikan point-point pertanyaan pada lembar kuesioner dengan mengamati perilaku konsumen akhir dalam mengkonsumsi kopi instan sachet.

3. Angket (kuesioner), merupakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab dan responden dapat memberikan jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan jawabannya pada lembar angket tersebut. Pada penelitian ini menggunakan kuisoner yang dapat digolongkan menjadi pertanyaan karakteristik konsumen, urutan keputusan pembelian, pengukuran atribut dan penilaian merek terhadap beberapa variabel dan juga menggunakan skala likert dengan skala 1 sampai 5.

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. Data Sekunder yang digunakan pada penelitian ini seperti data pertumbuhan atau jumlah penduduk pada kota Bogor, konsumsi kopi bubuk di kota Bogor, dan buku-buku panduan lainnya untuk membantu terselesainya penelitian ini.

10

Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas

Suatu alat dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu, yang artinya apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas adalah pengujian sejauh mana suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang ada. Koefisien validitas menggambarkan kemampuan instrument untuk mengungkap data atau informasi dari variabel yang diukur. Teknik pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi pearson product moment yang dilambangkan r, Angka korelasi yang diperoleh dengan angka table nilai r, jika r hitung > r table maka pertanyaan tersebut valid (Ridwan & Sunarto 2009). Pengujian validitas menggunakan alat ukur berupa program computer yaitu spss (Statistical Package for the Social Science).

Pada penelitian ini dilakukan validitas terhadap 14 variabel dengan tingkat signifikan sebesar 0.05. Pada 30 sampel yang diambil dengan tingkat signifikan 0.05 didapat nilainya r tabel sebesar 0.361. Berdasarkan r hitung yang didapat pada penelitian ini diperoleh hasil seperti pada lampiran 2 Item-Total Statistics, dan 14 variabel tersebut dinyatakan semua valid karena r hitung > 0.361.

Uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas, setelah alat ukur tersebut dinyatakan sahih. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas ialah dengan teknik Cronbach α (Alpha). Suatu alat dikatakan reliable apabila nilai Cronbach α diatas 0.6. Pada penelitian ini didapat nilai α sebesar 0.918 sehingga dinyatakan reliable.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah, teknik non probability sampling. Non probability sampling artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel dan yang digunakan ialah metode incidential sampling. Incidential sampling merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dalam hal ini ialah konsumen akhir entah dijalan atau suatu tempat. Setelah saya mendapatkan konsumen akhir yang ingin diminta bantuan mengisi kuisoner kemudian saya menggunakan purposive sampling dengan menanyakan terlebih dahulu apakah anda mengkonsumsi kopi sachet dan apakah anda pernah mengkonsumsi 4 atau 5 merek kopi yang hendak diuji. Purposive sampling merupakan menetapkan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria yang diinginkan. Jumlah responden menggunakan slovin sehingga didapat jumlah responden sebanyak 100 orang.

Pengolahan Data

Analisis Faktor

Analisis faktor adalah analisis statistik yang mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.

Tujuan analisis faktor antara lain adalah :

1. Data Sunnarization, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antar peubah dengan melakukan uji korelasi.

2. Data Reduction, yaitu setelah melakukan korelasi, dengan proses membuat kumpulan peubah baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah peubah tertentu.

Ada beberapa tahapan-tahapan proses dalam analisis faktor, yaitu ; 1. Menentukan peubah yang ingin atau akan dianalisis.

2. Menguji semua peubah yang diduga sebelumnya, dengan menggunakan Keiser Mayers Olin (KMO) and Bartlett’s Test. Apabila dengan KMO and Bartlett’s Test sudah diatas 0,5 dan signifikasi di bawah 0,05 maka atribut dan sampel bisa dianalisi lebih lanjut. Dan dengan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA), yang berkisar antara 0 sampai 1.

3. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yaitu factoring. Yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari peubah-peubah yang telah lolos pada uji peubah sebelumnya.

4. Melakukan proses factor Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuannya untuk memperjelas peubah yang masuk ke dalam faktor tertentu.

5. Interprestasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili peubah-peubah anggota tersebut.

Data yang akan dianalisis terdiri dari lima belas peubah, yang telah ditentukan sebelumnya, karena peubah tersebut diduga dapat mempengaruhi terhadap keputusan pembelian kopi instan sachet di daerah kota bogor. Peubah tersebut terdiri dari (X1) Rasa, (X2) Aroma, (X3) Warna, (X4) Variasi Produk, (X5) Kekentalan, (X6) Merek (kepopuleran), (X7) Isi Bersih, (X8) Kemasan, (X9) Expire date, (X10) Label Halal, (X11) Harga, (X12) Kemudahan Mendapatkan, (X13) Periklanan, (X14) Promosi Penjulan. Masing-masing terdiri dari lima kepentingan. Kelima penilaian diberi skor, antara lain;

1. Skor 5 untuk jawaban sangat penting. 2. Skor 4 untuk jawaban penting. 3. Skor 3 untuk jawaban cukup penting. 4. Skor 2 untuk jawaban tidak penting.

5. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak penting. Analisis Biplot

Dalam memecahkan suatu permasalahan agar suatu data yang telah didapatkan terlihat dengan mudah, maka digunakan grafik seperti diagram batang, diagram garis, diagram pencar, diagram lingkaran, histrogram dan alat analisis lain. Salah satu teknik penyajian data yang melibatkan banyak peubah adalah dengan cara menggunakan metode biplot.

Biplot adalah teknik statistika deskriptif yang disajikan secara visual guna menyajikan secara simultan n objek pengamatan dan p peubah dalam ruang bidang datar (dimensi 2). Penggabungan informasi (1) dan (2) dikenal dengan istilah bi-plot, awalan bi dalam biplot dikaitkan dengan peragaan bersama atau serempak berupa penumpangan tindihan antara vector-vektor yang mewakili baris. sehingga ciri-ciri peubah dan objek pengamatan serta posisi relative antar obyek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis. Dalam prosesnya analsis

12

biplot memerlukan data dari sejumlah objek dengan atribut-atribut yang diukur dengan skala interval dan rasio. Hasil akhir analisis ini akan diberikan dalam bentuk tampilan gambar dua dimensi yang berisi informasi tentang :

1. Posisi relative objek. Berdasarkan informasi dua objek yang memiliki jarak terdekat dikatakan memiliki tingkat kemiripan yang tinggi berdasarkan atribut-atribut yang diamati.

2. Hubungan antar atribut. Dari informasi ini akan diketahui mengenai hubungan linier (korelasi) antar atribut serta tingkat kepentingan suatu atribut yang didasarkan pada variannya.

3. Didalam gambar biplot akan terlihat panjang vector peubah yang akan sebanding dengan keragaman peubah. Semakin panjang vektor, maka semakin besar pula keragamannya.

Karakteristik Konsumen

Responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal pada daerah Kota Bogor. Pada penelitian kopi bubuk sachet ini karakteristik umum respondennya dibagi dalam beberapa kategori antara lain berdasarkan jenis kelamin; usia; pendidikan terakhir; status pekerjaan; dan rata-rata pendapatan. Tabel 2. Distribusi penyebaran berdasarkan karakteristik konsumen akhir

No Karakteristik Konsumen Persentase (%)

1 Jenis Kelamin  Laki – laki 70  Wanita 30 2 Usia  15 – 20 Tahun 4  21 – 30 Tahun 72  31 – 40 Tahun 15  41 – 50 Tahun 7  > 51 Tahun 2 3 Pendidikan Terakhir  SMP 1  SMA 23  Diploma 45  Sarjana 30  Pascasarjana 1 4 Status Pekerjaan  IRT 3  Pelajar 1  Mahasiswa 25  Guru 2  Dosen 1  Pegawai Swasta 43  Sekretaris 1  Reporter 1  Wirausaha 14  PNS 3  Analisis 5 5 Pendapatan  < Rp. 1 000 000 15  Rp. 1 000 001 – Rp. 2 499 000 28  Rp. 2 500 000 – Rp. 4 999 000 35  Rp. 5 000 000 – Rp. 9 999 000 18  > Rp. 10 000 000 4

14

Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada karakteristik konsumen akhir ini yang berdasarkan jenis kelamin, mayoritas yang mengkonsumsi produk ini ialah pria sebanyak 70% dan sisanya sebanyak 30% adalah wanita. Hal ini mungkin diduga karena kopi identik sebagai minuman para kaum pria, tetapi tidak menutup kemungkinan wanita juga mengkonsumsinya.

Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Usia

Pada karakteristik konsumen akhir ini yang berdasarkan usia menunjukan bahwa responden didominasi oleh yang berusia antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 72%. Kemudian yang berusia diantara 15 – 20 tahun sebanyak 4%, responden antara umur 31 – 40 tahun sebanyak 15%, responden antara umur 41 – 50 tahun sebanyak 7% dan yang berumur lebih dari 50 tahun sebanyak 2%. Responden yang mendominasi adalah antara umur 21 - 30 ini mungkin dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh dari internal maupun eksternal yang membuat konsumen pada umur antara ini masih ingin mencoba-coba.

Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Penelitian yang didapat untuk mengetahui karakteristik konsumen akhir berdasarkan pendidikan terakhir ialah konsumen mayoritas adalah berpendidikan terakhir D3 atao diploma sebesar 45%. Hal ini bukan mencerminkan bahwa hanya konsumen berpindidikan minimal diploma yang menjadi sasaran para produsen kopi bubuk sachet, tetapi dari hasil pertanyaan peneliti tentang tingkat pendidikan akhir hampir semua tingkat mewakili, hanya saja yang berpendidikan sebatas SD tidak ditemukan oleh peneliti, bukan berarti yang berpendidikan sebatas SD tidak meminum kopi melainkan peneliti tidak menemukannya. Tetapi dari gambaran konsumen yang didapat cukup mewakili bahwa semua konsumen mengkonsumsi kopi baik berpendidikan rendah maupun tinggi.

Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Status Pekerjaan

Pada penelitian yang didapat di lapangan, mayoritas konsumen berstatus pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 43%. Hal ini dikarenakan cukup banyak terdapat kantor-kantor swasta di daerah kota Bogor sehingga data yang didapat mayoritas ataupun bermukim di kota Bogor tetapi sebagai pegawai swasta di luar kota Bogor. Ada beberapa konsumen yang mempunyai status pekerjaan selain yang dicantumkan oleh peneliti antara lain sebagai analisis, pegawai BUMN, sebesar 6%.

Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Rata-rata Pendapatan

Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data jumlah konsumen berdasarkan status pekerjaan dan didominasi oleh konsumen yang berpendapatan sebesar Rp 2 500 000 – Rp 4 999 000 sebanyak 35 %. Terbanyak kedua dengan persentase 28% ialah yang pendapatannya sebesar Rp 1 000 001 – Rp 2 499 000, kemudian pendapatan antara Rp 5 000 000 – Rp 9 999 000 dengan persentase

Dokumen terkait