• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan. Lahan adalah matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan karena semua aspek kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan (Saefulhakim, 1997).

Lahan digunakan untuk berbagai kegiatan manusia di dalam memenuhi kebutuhannya. Fungsi utama lahan secara umum dapat dibagi dua yaitu lahan yang berfungsi untuk kegiatan budidaya dan lahan yang berfungsi untuk hutan lindung. Fungsi budidaya adalah suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan, perkebunan, hutan produksi. Lahan fungsi lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan kawasan budidaya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2000).

Sumberdaya lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan mengandung pengertian ruang atau tempat (Sitorus, 2004).

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian.

Pengunaan lahan pertanian dibedakan dalam macam pengunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut, seperti sawah, tegalan, kebun, padang rumput, hutan, dan sebagainya. Kemudian penggunaan lahan non pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Klasifikasi penggunaan lahan menurut Barlowe (1978) terdiri dari : 1). Lahan pemukiman, 2). Lahan perdagangan dan industri, 3). Lahan tanaman budidaya, 4). Lahan peternakan dan penggembalaan, 5). Lahan hutan, 6). Lahan mineral, 7). Lahan rekreasi, 8). Lahan transportasi, 9). Lahan jasa/pelayanan, dan 10). Lahan tandus dan kosong.

2.2 Wilayah dan Perkembangan Wilayah

Wilayah (region) dalam pengertian geografis merupakan kesatuan alam

yaitu alam yang serbasama atau homogen atau seragam (uniform) dan kesatuan

manusia yaitu masyarakat serta kebudayaannya yang serbasama yang mempunyai ciri (kekhususan) yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain (Jayadinata, 1992). Wilayah dibedakan antara konsep wilayah

homogen (homogeneous region), konsep wilayah nodal (nodal region), dan

konsep wilayah perencanaan (planning region).

Wilayah homogen (Rustiadi et all, 2003) adalah wilayah yang dibatasi

berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah wilayah- wilayah yang diidentifikasi berdasarkan faktor pencirinya yang menonjol.

Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam. Konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam :

1. Penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan daya dukung

utama yang ada (comparative advantage).

2. Pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan

masing-masing wilayah.

Wilayah nodal didasarkan atas pengertian bahw a tidak ada homogenitas antara wilayah dalam suatu perekonomian, wilayah nodal ini justru menekankan adanya perbedaaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah diumpamakan sebagai suatu sel hidup yang mempunyai inti dan plasma. Inti (pusat simpul) adalah pusat-pusat pelayanan sedangkan plasma adalah daerah

terbelakang (hinterland), yang punya sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan

fungsional.

Secara historik, pertumbuhan pusat-pusat atau kota ditunjang oleh

hinterland yang baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki

yang spesifik yang hirarkinya ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas

pelayanan (regional services capacity) yang dimaksud adalah kapasitas

sumberdaya suatu wilayah (regional resources), sumberdaya manusia (human

resources), sumberdaya sosial (social capital) dan sumberdaya buatan (man-made

resources/infrastructure).

Sumberdaya alam merupakan unsur-unsur lingkungan alam yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya,

misalnya sumberdaya lahan atau tanah. Sumberdaya manusia merupakan input dari proses produksi yang dijadikan sebagai suatu sarana bukan tujuan. Kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang baik. Sumberdaya infrastruktur meliputi transportasi, sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan perdagangan. Kapasitas pelayanan suatu wilayah

dicerminkan pula oleh magnitude (besaran) aktifitas sosial-ekonomi masyarakat

yang ada di suatu wilayah, misalnya dapat diukur oleh jumlah penduduk, perputaran uang, PDRB, dan lembaga formal maupun non formal.

Konsep wilayah perencanaan (regional planning) adalah wilayah yang

dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral. Sebagai contoh cara alamiah suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu yang terbentuk dengan matriks dasar kesatuan hidrologis, sehingga DAS sebagai suatu wilayah berdasarkan konsep ekosistem perlu dikelola dan direncanakan secara seksama.

Salah satu pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep ini didasarkan pada dua hipotesis dasar, yaitu :

1. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya

pada sejumlah pusat-pusat tertentu.

2. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat

pertumbuhan ini, secara nasional melalui hirarki kota-kota dan secara regional

dari pusat-pusat perkotaan (urban center) ke daerah belakang (hinterland)

Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller yang

kemudian dikenal sebagai teori tempat sentral (Central Place Theory) yang

selanjutnya dikembangkan oleh Losch, Berry, dan Garrisson (Hanafiah, 1985

dalam Irwansyah, 2003). Studi yang telah dilakukan Hanafiah (1985), bahwa

sistem pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu menurut suatu hirarki yang akan menciptakan suatu struktur dan organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia. Berkembangnya suatu wilayah akan memberikan dampak terhadap wilayah-wilayah lain yang secara spasial memiliki kedekatan wilayah. Kemudian terjadinya perkembangan dapat menyebabkan perubahan pola tata ruang (pola penggunaan lahan) serta aktivitas perekonomian masyarakat.

Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata

Pariwisata adalah suatu kegiatan dimana orang bepergian di dalam negerinya sendiri (pariwisata domestik) atau ke negara lain (pariwisata mancanegara) untuk berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang menarik dengan tujuan untuk bersantai atau tujuan lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Pariwisata berbeda dengan kegiatan jalan-jalan, karena pariwisata berkaitan dengan waktu bepergian yang lebih lama, penggunaan fasilitas wisata, adanya objek-objek wisata sesuai dengan maksud bepergian, serta faktor kenikmatan dan perasaan santai berekreasi. Faktor kenikmatan dan santai bukanlah faktor mutlak dalam pariwisata karena orang-orang yang bepergian untuk kegiatan konvensi (seminar, kongres) atau mengunjungi objek-objek budaya untuk meningkatkan pengetahuan akan tetap dianggap sebagai wisatawan.

Wisatawan (tourism) adalah setiap orang yang berwisata atau seseorang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dan berdiam di tempat itu lebih dari 24 jam dengan tujuan menggunakan waktu senggang untuk rekreasi, berlibur, olahraga, kunjungan keluarga, menghadiri

konferensi (Swarsi, et al 1996). Berdasarkan tempat asalnya wisatawan dibagi

menjadi dua golongan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah tertentu (Marpaung, 2002). Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan modal dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah tertentu maka kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Menurut

Swarsi, et al (1996), Objek dan daya Tarik pariwisata adalah segala sesuatu yang

terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Produk pariwisata merupakan produk komposit dari rangkaian berbagai jasa transportasi, akomodasi, usaha makan dan minum, toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan pelayanan lainnya kepada individu atau kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu :

1. Potensi Wisata yang Ditawarkan

Objek-objek wisata yang ditawarkan terbagi menjadi dua yaitu : objek wisata yang alami dan objek wisata buatan manusia. Objek wisata alami seperti iklim, pemandangan, wisata rimba, flora dan fauna, sumber air kesehatan,

sedangkan objek wisata buatan manusia seperti sejarah budaya, agama, prasarana, tempat rekreasi dan olahraga, sarana transportasi, pola hidup masyarakat (tradisi).

2. Besarnya Permintaan Wisata

Besarnya permintaan wisata merupakan permintaan akan jenis-jenis objek wisata serta fasilitas-fasilitas penunjangnya yang diinginkan oleh wisatawan.

Pengembangan wilayah pariwisata di Indonesia disesuaikan dengan intruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 (pasal 2) yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan

masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan lapangan kerja dan mendorong kegiata n-kegiatan industri sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia.

3. Meningkatkan persaudaraan dan persahabatan nasional dan internasional.

Hakekat kepariwisataan adalah terdapat suatu tatanan jaringan proses penelaah sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya dan teknologi serta kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan. Potensi tersebut berupa keunikan dan kekhasan ekosistem fenomena atau gejala alam serta termasuk juga flora dan fauna.

Dokumen terkait