• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA

DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN

WILAYAH

(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

Rina Sutantie

A24101042

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA

DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN

WILAYAH

(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

Rina Sutantie

A24101042

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul : ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Rina Sutantie

NRP : A24101042

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir.H.R.Sunsun Saefulhakim, M.Agr. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc. NIP. 131 622 690 NIP. 130 536 697

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(4)

SUMMARY

RINA SUTANTIE Analyses of Land Use, Tourist Visits and Factors Supporting Regional Development. (Case Study of Ciamis Regency, West Java Province).

Under Supervisory of H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM and KOMARSA

GANDASASMITA.

Land use pattern of a region represents structure of natural resources,

culture, biodiversity and development level of economic activities in the region.

Ciamis Rege ncy has natural beauty, culture and biodiversity that can be utilize as

capital to attract tourists to come. Other important factors which determine tourist

attractiveness are accessibility, infrastucture, public facilities, and unique objects

of tourism. An increase of tourist coming directly can raise regional income, job

and business opportunities, and indirectly can promote regional growth.

Objectives of this research are to (1) analyze pattern of land use/cover and

it’s changes (2) analyze activity centers, (3) analyze pattern of tourist visits, (4)

analyze factors determining attractiveness for tourist visits, and (5) analyze

relationship between tourist visits and regional development.

Analytical techniques used in the research are (1) Descriptive analysis, (2)

Location Quotien (LQ) analysis, (3) Entropy analysis, (4) Principal Components

Analysis (PCA), (5) Spatial Auto Regression analysis, (6) Quanti fication Analysis

of Hayashi I. Data used for these analyses are land use, Gross Domestic Regional

Products (PDRB), facilities, socio-economic condition, hectarage and production

of crop commodities, number of tourist visits, growth of regional income, and

administrative map of Ciamis Regency.

During 2000-2003, Ciamis Regency experienced with an areal increase of

rice field at 1.3% (2134 ha) per annum; people owned forest at 9.5% (4241 ha) per

annum; manufacturing, commerce, and service at 1.9% (101 ha) per annum; and

housing at 1.7% (1234 ha) per annum; and an areal decrease of dry land field, at

0.9% (2333 ha) per annum and plantation at 3.1% (3319 ha) per annum. Whiles

hectarage of tourism land didn’t change.

Centers of agriculture activities located at several sub districts, i.e.:

(5)

Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng,

Cipaku and Panawangan. Centers of activities for manufacturing, trading,

restaurants and hotels located at several sub districts, i.e.: Parigi, Sidamulih,

Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis,

Jatinagara, Cipaku, Panawangan, and Kawali. Centers of tourism activities located

at Pangandaran, Kalipucang and Cijeungjing.

During 2000-2003, Ciamis Regency experienced a decrease of tourist visits

at 9.2% from 2.140.453 tourists in 2000 into 1.548.397 tourists in 2003, but with

increasing regional income from tourism sectors at 11% from Rp. 7.095.385.482

in 2000 into Rp. 9.522.422.055 in 2003. Average regional income per tourist

visits increased at 28.5% from Rp. 3.315 per tourist visits in 2000 into Rp. 6.150

per tourist visits in 2003.

Factors significantly determined attractiveness for tourist visits are (1)

tourism objects with significant level p < 0.05, specially natural objects; (2)

tourism attraction with significant level p < 0.1, specially natural conservation;

and (3) distance of tourism objects from capital city with significant level p < 0.1,

that is not too far from the capital city. Coefficient of determination of the model

(R2) is 99%.

Regional development rate (IPK) is significantly influenced by tourism

objects (K_Wis), human resource capacity index (KSDM), and governance

capacity index (KPD) with coefficient of determination (R2) 89% and significant

level p < 0.1. The largerst regression coefficient is for tourism objects (0.65), then

followed by regression coefficient for human resource capacity (0.49), and

regression coefficient for governance capacity (0.33).

Based on research findings explained above, in order to promote

development of Ciamis Regency, attention to the following actions should be paid

i.e.: (1) to increase tourist visits, (2) to develop human resource, and (3) to

develop governance capacity. In order to increase tourist visits, attention should

be paid to developing natural tourism objects, specially those that have natural

(6)

RINGKASAN

RINA SUTANTIE. Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan

Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi Kasus: Kabupaten Ciamis,

Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM

dan KOMARSA GANDASASMITA.

Pola penggunaan lahan suatu wilayah merupakan representasi dari struktur

sumberdaya alam, budaya, keanekaragaman hayati dan perkembangan aktifitas

ekonomi wilayah tersebut. Kabupaten Ciamis memiliki keindahan alam, budaya

dan keanekaragaman hayati yang dapat dijadika n modal untuk menarik

wisatawan. Faktor penting lain penentu daya tarik wisata adalah: aksesibilitas,

prasarana, fasilitas pelayanan publik, dan objek wisata yang unik. Meningkatnya

jumlah wisatawan yang datang, secara langsung dapat menambah pendapatan

daerah, kesempatan kerja dan berusaha, serta secara tidak langsung dapat

mendorong perkembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan: (1) analisis pola penggunaan

lahan dan perubahannya, (2) analisis pusat-pusat aktifitas, (3) analisis pola

kunjungan wisata, (4) analisis faktor penentu daya tarik wisata, dan (5) analisis

keterkaitan perkembangan wilayah dengan kunjungan wisata.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Analisis

Deskriptif, (2) Analisis Pemusatan (Location Quotien/LQ), (3) Analisis Entropi,

(4) Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis), (5) Analisis

Auto Regresi Spasial, dan (6) Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Data yang

digunakan adalah : penggunaan lahan, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto),

sarana-prasarana, kondisi sosial ekonomi, luas dan produksi komoditas tanaman,

jumlah kunjungan wisata, perkembangan penerimaan PAD (Pendapatan Asli

Daerah), serta peta batas administrasi wilayah Kabupaten Ciamis.

Selama periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penambahan luas

areal sawah 1.3% (2134 ha); hutan rakyat 9.5% (4241 ha); lahan industri,

perdagangan, dan jasa 1.9% (101 ha); dan perumahan 1.7% (1234 ha), serta

terjadi pengurangan luas areal ladang, huma, dan tegalan 0.9% (2333 ha) dan

perkebunan 3.1% (3319 ha). Adapun luas lahan pariwisata tidak mengalami

(7)

Pusat aktifitas pertanian berlokasi di kecamatan-kecamatan: Cijulang,

Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas,

Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku dan

Panawangan. Pusat aktifitas industri, perdagangan, hotel dan restoran berlokasi di

kecamatan-kecamatan: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang,

Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis, Jatinagara, Cipaku, Panawangan, dan

Kawali. Pusat aktifitas pariwisata berlokasi di kecamatan-kecamatan

Pangandaran, Kalipucang, dan Cijeungjing.

Dalam periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penurunan jumlah

kunjungan wisata sebesar 9.2% dari 2.140.453 jiwa pada tahun 2000 menjadi

1.548.397 jiwa pada tahun 2003, tetapi dengan peningkatan pendapatan sektor

pariwisata sebesar 11% dari Rp. 7.095.385.482 pada tahun 2000 menjadi Rp.

9.522.422.055 pada tahun 2003. Dengan demikian rataan pendapatan daerah per

kunjungan wisata meningkat sebesar 28.5% dari Rp. 3.315 per pengunjung wisata

pada tahun 2000 menjadi Rp. 6.150 per pengunjung wisata pada tahun 2003.

Faktor-faktor penentu daya tarik wisata yang paling berpengaruh nyata

terhadap kunjungan wisata adalah: (1) Jenis objek wisata dengan taraf nyata p <

0.05, khususnya wisata alam; (2) Atraksi wisata dengan taraf nyata p < 0.1,

khususnya konservasi alam; dan (3) jarak lokasi objek wisata ke pusat kota

dengan taraf nyata p < 0.1, yakni tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Koefisien

determinasi model (R2) sebesar 99%.

Tingkat perkembangan wilayah (IPK) paling signifikan dipengaruhi oleh

kunjungan wisata (K_Wis), indeks kapasitas sumberdaya manusia (KSDM), dan

indeks kapasitas pemerintahan daerah (KPD), dengan koefisien determinasi R2

sebesar 89% dan taraf nyata p < 0.1. Koefisien regresi kunjungan wisata adalah

paling besar yaitu 0.65, kemudian diikuti oleh koefisien regresi kapasitas

sumberdaya manusia sebesar 0.49, dan koefisien regresi kapasitas pemerintah

daerah sebesar 0.33.

Berdasarkan temuan-temuan di atas disimpulkan bahwa untuk mendorong

perkembangan wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ciamis, dapat

dilakukan antara lain melalui: (1) peningkatan kunjungan wisata,

(8)

pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan kunjungan wisata dapat dilakukan

antara lain melalui pengembangan objek wisata alam, khususnya yang memiliki

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada hari sabtu tanggal 11

Maret 1982, dari Ayahanda bernama H. Endang Sutarman

dan Ibunda H. Rusih Ruswati sebagai anak keempat dari

empat bersaudara: Endah Sumiarti, Ela Sulistiawati, dan

Diki Rustaman.

Riwayat pendidikan penulis dimulai saat penulis masuk SD Negeri IV

Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan

di SMP Negeri 3 Banjar di Kabupaten Ciamis pada tahun 1998 dan SMU Negeri 1

Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis

lulus seleksi menjadi mahasiswa Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor me lalui jalur

USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada

mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah di tahun 2004 dan

2005, dan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Permodelan Perencanaan

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan dan

kesabaran untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga

dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya yang

senantiasa setia terhadap ajaran-ajaran Islam yang mulia.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanaka n sejak bulan Mei

sampai dengan Januari 2006 dengan judul Analisis Penggunaan Lahan,

Kunjungan Wisata dan Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi

Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun

Saefulhakim, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc selaku

Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dan

pengertiannya selama penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Budi Tjahyono,

MSc penulis ucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi moderator dalam

seminar penulis. Dan kepada Bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, MSc penulis ucapkan

terima kasih yang bersedia menjadi dosen penguji.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Mama h tercinta atas doa, cinta, kasih sayang, bimbingan,

kesabaran, kepercayaan, pengorbanan dan perjuangan yang tulus dan tiada

henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S1 ini.

(11)

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA

DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN

WILAYAH

(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

Rina Sutantie

A24101042

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA

DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN

WILAYAH

(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

Rina Sutantie

A24101042

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Judul : ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Rina Sutantie

NRP : A24101042

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir.H.R.Sunsun Saefulhakim, M.Agr. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc. NIP. 131 622 690 NIP. 130 536 697

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(14)

SUMMARY

RINA SUTANTIE Analyses of Land Use, Tourist Visits and Factors Supporting Regional Development. (Case Study of Ciamis Regency, West Java Province).

Under Supervisory of H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM and KOMARSA

GANDASASMITA.

Land use pattern of a region represents structure of natural resources,

culture, biodiversity and development level of economic activities in the region.

Ciamis Rege ncy has natural beauty, culture and biodiversity that can be utilize as

capital to attract tourists to come. Other important factors which determine tourist

attractiveness are accessibility, infrastucture, public facilities, and unique objects

of tourism. An increase of tourist coming directly can raise regional income, job

and business opportunities, and indirectly can promote regional growth.

Objectives of this research are to (1) analyze pattern of land use/cover and

it’s changes (2) analyze activity centers, (3) analyze pattern of tourist visits, (4)

analyze factors determining attractiveness for tourist visits, and (5) analyze

relationship between tourist visits and regional development.

Analytical techniques used in the research are (1) Descriptive analysis, (2)

Location Quotien (LQ) analysis, (3) Entropy analysis, (4) Principal Components

Analysis (PCA), (5) Spatial Auto Regression analysis, (6) Quanti fication Analysis

of Hayashi I. Data used for these analyses are land use, Gross Domestic Regional

Products (PDRB), facilities, socio-economic condition, hectarage and production

of crop commodities, number of tourist visits, growth of regional income, and

administrative map of Ciamis Regency.

During 2000-2003, Ciamis Regency experienced with an areal increase of

rice field at 1.3% (2134 ha) per annum; people owned forest at 9.5% (4241 ha) per

annum; manufacturing, commerce, and service at 1.9% (101 ha) per annum; and

housing at 1.7% (1234 ha) per annum; and an areal decrease of dry land field, at

0.9% (2333 ha) per annum and plantation at 3.1% (3319 ha) per annum. Whiles

hectarage of tourism land didn’t change.

Centers of agriculture activities located at several sub districts, i.e.:

(15)

Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng,

Cipaku and Panawangan. Centers of activities for manufacturing, trading,

restaurants and hotels located at several sub districts, i.e.: Parigi, Sidamulih,

Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis,

Jatinagara, Cipaku, Panawangan, and Kawali. Centers of tourism activities located

at Pangandaran, Kalipucang and Cijeungjing.

During 2000-2003, Ciamis Regency experienced a decrease of tourist visits

at 9.2% from 2.140.453 tourists in 2000 into 1.548.397 tourists in 2003, but with

increasing regional income from tourism sectors at 11% from Rp. 7.095.385.482

in 2000 into Rp. 9.522.422.055 in 2003. Average regional income per tourist

visits increased at 28.5% from Rp. 3.315 per tourist visits in 2000 into Rp. 6.150

per tourist visits in 2003.

Factors significantly determined attractiveness for tourist visits are (1)

tourism objects with significant level p < 0.05, specially natural objects; (2)

tourism attraction with significant level p < 0.1, specially natural conservation;

and (3) distance of tourism objects from capital city with significant level p < 0.1,

that is not too far from the capital city. Coefficient of determination of the model

(R2) is 99%.

Regional development rate (IPK) is significantly influenced by tourism

objects (K_Wis), human resource capacity index (KSDM), and governance

capacity index (KPD) with coefficient of determination (R2) 89% and significant

level p < 0.1. The largerst regression coefficient is for tourism objects (0.65), then

followed by regression coefficient for human resource capacity (0.49), and

regression coefficient for governance capacity (0.33).

Based on research findings explained above, in order to promote

development of Ciamis Regency, attention to the following actions should be paid

i.e.: (1) to increase tourist visits, (2) to develop human resource, and (3) to

develop governance capacity. In order to increase tourist visits, attention should

be paid to developing natural tourism objects, specially those that have natural

(16)

RINGKASAN

RINA SUTANTIE. Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan

Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi Kasus: Kabupaten Ciamis,

Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM

dan KOMARSA GANDASASMITA.

Pola penggunaan lahan suatu wilayah merupakan representasi dari struktur

sumberdaya alam, budaya, keanekaragaman hayati dan perkembangan aktifitas

ekonomi wilayah tersebut. Kabupaten Ciamis memiliki keindahan alam, budaya

dan keanekaragaman hayati yang dapat dijadika n modal untuk menarik

wisatawan. Faktor penting lain penentu daya tarik wisata adalah: aksesibilitas,

prasarana, fasilitas pelayanan publik, dan objek wisata yang unik. Meningkatnya

jumlah wisatawan yang datang, secara langsung dapat menambah pendapatan

daerah, kesempatan kerja dan berusaha, serta secara tidak langsung dapat

mendorong perkembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan: (1) analisis pola penggunaan

lahan dan perubahannya, (2) analisis pusat-pusat aktifitas, (3) analisis pola

kunjungan wisata, (4) analisis faktor penentu daya tarik wisata, dan (5) analisis

keterkaitan perkembangan wilayah dengan kunjungan wisata.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Analisis

Deskriptif, (2) Analisis Pemusatan (Location Quotien/LQ), (3) Analisis Entropi,

(4) Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis), (5) Analisis

Auto Regresi Spasial, dan (6) Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Data yang

digunakan adalah : penggunaan lahan, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto),

sarana-prasarana, kondisi sosial ekonomi, luas dan produksi komoditas tanaman,

jumlah kunjungan wisata, perkembangan penerimaan PAD (Pendapatan Asli

Daerah), serta peta batas administrasi wilayah Kabupaten Ciamis.

Selama periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penambahan luas

areal sawah 1.3% (2134 ha); hutan rakyat 9.5% (4241 ha); lahan industri,

perdagangan, dan jasa 1.9% (101 ha); dan perumahan 1.7% (1234 ha), serta

terjadi pengurangan luas areal ladang, huma, dan tegalan 0.9% (2333 ha) dan

perkebunan 3.1% (3319 ha). Adapun luas lahan pariwisata tidak mengalami

(17)

Pusat aktifitas pertanian berlokasi di kecamatan-kecamatan: Cijulang,

Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas,

Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku dan

Panawangan. Pusat aktifitas industri, perdagangan, hotel dan restoran berlokasi di

kecamatan-kecamatan: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang,

Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis, Jatinagara, Cipaku, Panawangan, dan

Kawali. Pusat aktifitas pariwisata berlokasi di kecamatan-kecamatan

Pangandaran, Kalipucang, dan Cijeungjing.

Dalam periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penurunan jumlah

kunjungan wisata sebesar 9.2% dari 2.140.453 jiwa pada tahun 2000 menjadi

1.548.397 jiwa pada tahun 2003, tetapi dengan peningkatan pendapatan sektor

pariwisata sebesar 11% dari Rp. 7.095.385.482 pada tahun 2000 menjadi Rp.

9.522.422.055 pada tahun 2003. Dengan demikian rataan pendapatan daerah per

kunjungan wisata meningkat sebesar 28.5% dari Rp. 3.315 per pengunjung wisata

pada tahun 2000 menjadi Rp. 6.150 per pengunjung wisata pada tahun 2003.

Faktor-faktor penentu daya tarik wisata yang paling berpengaruh nyata

terhadap kunjungan wisata adalah: (1) Jenis objek wisata dengan taraf nyata p <

0.05, khususnya wisata alam; (2) Atraksi wisata dengan taraf nyata p < 0.1,

khususnya konservasi alam; dan (3) jarak lokasi objek wisata ke pusat kota

dengan taraf nyata p < 0.1, yakni tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Koefisien

determinasi model (R2) sebesar 99%.

Tingkat perkembangan wilayah (IPK) paling signifikan dipengaruhi oleh

kunjungan wisata (K_Wis), indeks kapasitas sumberdaya manusia (KSDM), dan

indeks kapasitas pemerintahan daerah (KPD), dengan koefisien determinasi R2

sebesar 89% dan taraf nyata p < 0.1. Koefisien regresi kunjungan wisata adalah

paling besar yaitu 0.65, kemudian diikuti oleh koefisien regresi kapasitas

sumberdaya manusia sebesar 0.49, dan koefisien regresi kapasitas pemerintah

daerah sebesar 0.33.

Berdasarkan temuan-temuan di atas disimpulkan bahwa untuk mendorong

perkembangan wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ciamis, dapat

dilakukan antara lain melalui: (1) peningkatan kunjungan wisata,

(18)

pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan kunjungan wisata dapat dilakukan

antara lain melalui pengembangan objek wisata alam, khususnya yang memiliki

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada hari sabtu tanggal 11

Maret 1982, dari Ayahanda bernama H. Endang Sutarman

dan Ibunda H. Rusih Ruswati sebagai anak keempat dari

empat bersaudara: Endah Sumiarti, Ela Sulistiawati, dan

Diki Rustaman.

Riwayat pendidikan penulis dimulai saat penulis masuk SD Negeri IV

Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan

di SMP Negeri 3 Banjar di Kabupaten Ciamis pada tahun 1998 dan SMU Negeri 1

Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis

lulus seleksi menjadi mahasiswa Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor me lalui jalur

USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada

mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah di tahun 2004 dan

2005, dan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Permodelan Perencanaan

(20)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan dan

kesabaran untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga

dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya yang

senantiasa setia terhadap ajaran-ajaran Islam yang mulia.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanaka n sejak bulan Mei

sampai dengan Januari 2006 dengan judul Analisis Penggunaan Lahan,

Kunjungan Wisata dan Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi

Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun

Saefulhakim, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc selaku

Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dan

pengertiannya selama penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Budi Tjahyono,

MSc penulis ucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi moderator dalam

seminar penulis. Dan kepada Bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, MSc penulis ucapkan

terima kasih yang bersedia menjadi dosen penguji.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Mama h tercinta atas doa, cinta, kasih sayang, bimbingan,

kesabaran, kepercayaan, pengorbanan dan perjuangan yang tulus dan tiada

henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S1 ini.

(21)

perhatian, dorongan semangat, kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

Hany, Nta, Ai yang lucu-lucu.

2. The Mia, Mba Dian serta seluruh Staf Pengajar di Laboratorium Perencanaan

dan Pengembangan Sumberdaya Lahan atas segala fasilitas yang telah

diberikan selama ini.

3. Temen-temen soil’38 yang imoet-imoet atas segala kebersamaannya. Tetep

NYATU teruez yach.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

membangun dan saran dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga

karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, April 2006

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan... 4

2.2. Wilayah dan Perkembangan Wilayah ... 5

2.3. Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata ... 8

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian... 11

3.3. Tahapan Penelitian ... 11

3.4. Teknik Analisis Data

3.4.1 Analisis Deskriptif. ... 14

3.4.2. Analisis Pemusatan (Location Quotien)... 14

3.4.3. Analisis Entropy ... 15

3.4.4.Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)... 15

3.4.5. Analisis Auto Regresi Spasial ... 17

(23)

IV.KARAKTERISTIK UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Komponen Fisik Lainnya

4.1.1. Letak Geografis ... 20

4.1.2. Komponen Fisik Lainnya ... 20

4.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 21

4.3. Wilayah Administratif ... 22

4.4. Kondisi dan Potensi Pariwisata... 22

4.5. Sarana dan Prasarana... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penggunaan Lahan dan Perubahannya

5.1.1 Penggunaan Lahan... 28

5.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003 ... 29

5.2. Pusat-pusat Aktifitas Ekonomi Wilayah ... 30

5.3. Pola kunjungan wisata... 38

5.4. Faktor-faktor Penentu Daya Tarik Wisata ... 43

5.5. Keterkaitan Perkembangan Wilayah dengan Kunjungan Wisata ... 47

5.6 Pembahasan Umum ... 59

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Format Umum Tabulasi Data Analisis Kuantifikasi Hayashi I ... 19

2. Jenis Tanah di Kabupaten Ciamis ... 21

3. Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Ciamis ... 21

4. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kabupaten Ciamis ... 22

5. Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan... 24

6. Pusat-pusat Aktifitas Pertanian ... 31

7. Pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 33

8. Rata-rata Pengeluaran Wisatawan Selama Oktober-Desember 2001 ... 37

9. Jumlah Pendapatan dan Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Ciamis ... 39

10.Pendapatan Daerah per Sektor Tahun 2000-2003 ... 42

11.Hasil Analisis Faktor-faktor Penentu Daya Tarik wisata ... 44

12.Jarak dan Waktu Tempuh ke Lokasi Objek Wisata Tahun 2003 ... 45

13.Nilai Factor Loading Variabel-variabel Perkembangan Wilayah ... 48

14.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Tingkat Perkembangan

Wilayah ... 50

15.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Kapasitas Pemerintahan

Daerah ... 52

16.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Kapasitas Sumberdaya

Manusia ... 54

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 12

2. Bagan Alir Penelitian ... 13

3. Grafik Penggunaan Lahan Tahun 2000 & 2003... 28

4. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003 ... 29

5. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas PertanianTahun 2003... 32

6. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan

RestoranTahun 2003 ... 34

7. Peta Pola Spasial Pengembangan PariwisataTahun 2003 ... 36

8. Grafik Kunjungan Wisata ke Objek Wisata Tahun 2000-2003 ... 38

9. Grafik Pendapatan Sektor Pariwisata Tahun 2000-2003 ... 40

10.Grafik Kunjungan Wisata per Bulan Tahun 2000... 40

11.Peta Pola Spasial Kunjungan Wisata Tahun 2003 ... 40

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Variabel-variabel Tingkat Perkembangan Kecamatan... 65

2. Variabel-variabel Penentu Tingkat Perke mbangan Kecamatan ... 65

3. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Ciamis Tahun 2000 & 2003 ... 66

4.a PDRB per Sektor di Kabupaten Ciamis Tahun 2000 & 2003 ... 67

4.b PDRB per Kapita Tahun 2000 & 2003 ... 68

5.a LQ Penggunaan Lahan ... 69

5.b Pusat-pusat Aktifitas Berdasarkan Penggunaan Lahan Tahun 2000&2003.. 69

6.a LQ PDRB per Sektor ... 70

6.b Pusat- pusat Aktifitas Berdasarkan PDRB Tahun 2000 & 2003... 70

7.a Jumlah Kunjungan Wisatawan per Objek Wisata Tahun 2000-2003 ... 71

7.b Jumlah Kunjungan Wisatawan per Kecamatan Tahun 2000-2003 ... 71

8.a Jumlah Pendapatan Tidak Langsung Tahun 2000-2003 ... 72

8.b Jumlah Pendapatan Langsung Tahun 2000-2003... 72

8.c Jumlah Pendapatan Langsung Per Bulan ... 72

9. Variabel-variabel Penentu daya Tarik Kunjungan Wisata ... 73

10a Nilai Indeks Diversifikasi Entropy Tahun 2000... 74

10b Nilai Indeks Diversifikasi Entropy Tahun 2003 ... 74

11 Nilai Factor Score Variabel-variabel tingkat Perkembangan ... 75

12.Nilai Factor Loading Variabel Penentu tingkat Perkembangan ... 77

13.Variabel-variabel untuk Analisis Auto Regresi Spasial ... 78

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya lahan (SDL) merupakan sumberdaya alam yang sangat penting

untuk kelangsungan hidup manusia karena SDL diperlukan dalam setiap kegiatan

manusia. Dengan peningkatan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan

meningkat untuk berbagai aktifitas. Adanya keterbatasan sumberdaya lahan dan

kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat, memerlukan suatu strategi

pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien agar lahan dapat digunakan seoptimal

mungkin dan tidak merusak lingkungan hidup manusia.

Secara konseptual, pembangunan merupakan proses perbaikan yang

berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara

keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Cara

pandang pembangunan yang berorientasi pada laju pertumbuhan ekonomi dengan

basis peningkatan investasi dan teknologi luar semata (perspektif materialistik),

telah bergeser ke arah pemikiran pembangunan yang menekankan pada

kemampuan masyarakat untuk mengontrol keadaan dan lingkungannya. Oleh

karena itu, pendekatan wilayah dalam pelaksanaan pembangunan sangat

diperlukan mengingat kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis antar wilayah

berbeda satu sama lain. Melalui pendekatan wilayah upaya pemb angunan dapat

dilaksanakan untuk mengarahkan pembangunan wilayah kepada terjadinya

pemerataan (equity) yang mendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan

keberlanjutan (sustainability) dalam pembangunan ekonomi sesuai dengan

(28)

dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya.

Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

berimplikasi luas dalam sistem perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah.

Otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis

pengembangan wilayah dibanding pendekatan sektoral. Pembangunan berbasis

pengembangan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antar sektoral,

antar spasial (keruangan) serta antar pelaku pembangunan di dalam dan antar

daerah. Sehingga setiap program-program pembangunan sektoral dilaksanakan

dalam kerangka pembangunan wilayah.

Salah satu program intensif yang dilakukan pemerintah adalah

pembangunan di bidang pariwisata. Pariwisata mempunyai peranan penting dalam

pembangunan baik sebagai sumber devisa negara maupun dalam memperluas

kesempatan kerja dan berusaha. Dalam dimensi nasional peningkatan peran sektor

pariwisata makin membuka peluang dalam pembangunan baik ekonomi maupun

sosial budaya. Secara ekonomi, pesatnya perkembangan pariwisata tersebut

memberi dampak yang menguntungkan karena terkait dengan penyediaan

lapangan pekerjaan di sektor non pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan

sumbangan sektor terhadap PDRB.

Tingkat perkembangan wilayah dengan kondisi sosial ekonomi yang maju

dari berbagai aspeknya seperti: aksesibilitas, prasarana, fasilitas pelayanan publik,

dan objek wisata yang unik merupakan faktor daya tarik tersendiri yang memicu

(29)

Kabupaten Ciamis mempunyai banyak potensi dan sumber daya alam yang

dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Daya tarik keindahan

alam, budaya dan keanekaragaman hayati merupakan modal dasar yang perlu

dikelola sebaik mungkin untuk mencapai keberhasilan pembangunan dibidang

pariwisata. Sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis dibentuk berdasarkan

peraturan daerah No. 5 tahun 1996 tentang organisasi dan tata kerja dinas

pariwisata Kabupaten Ciamis.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan:

1. Analisis pola penggunaan lahan dan perubahannya di Kabupaten Ciamis;

2. Analisis pusat-pusat aktifitas ekonomi wilayah di Kabupaten Ciamis;

3. Analisis pola kunjungan wisata di Kabupaten Ciamis;

4. Analisis faktor penentu daya tarik wisata di Kabupaten Ciamis; dan

5. Analisis keterkaitan perkembangan wilayah dengan kunjungan wisata di

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan. Lahan

adalah matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan karena semua aspek

kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan

dengan permasalahan lahan (Saefulhakim, 1997).

Lahan digunakan untuk berbagai kegiatan manusia di dalam memenuhi

kebutuhannya. Fungsi utama lahan secara umum dapat dibagi dua yaitu lahan

yang berfungsi untuk kegiatan budidaya dan lahan yang berfungsi untuk hutan

lindung. Fungsi budidaya adalah suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk

berbagai penggunaan seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan

maupun kawasan pedesaan, perkebunan, hutan produksi. Lahan fungsi lindung

adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang ada yang mencakup sumberdaya alam,

sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang

pemanfaatan kawasan budidaya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2000).

Sumberdaya lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,

relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada

pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan mengandung

pengertian ruang atau tempat (Sitorus, 2004).

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan

(31)

Pengunaan lahan pertanian dibedakan dalam macam pengunaan lahan berdasarkan

atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang

terdapat diatas lahan tersebut, seperti sawah, tegalan, kebun, padang rumput,

hutan, dan sebagainya. Kemudian penggunaan lahan non pertanian dapat

dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi,

pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Klasifikasi penggunaan lahan menurut Barlowe (1978) terdiri dari : 1).

Lahan pemukiman, 2). Lahan perdagangan dan industri, 3). Lahan tanaman

budidaya, 4). Lahan peternakan dan penggembalaan, 5). Lahan hutan, 6). Lahan

mineral, 7). Lahan rekreasi, 8). Lahan transportasi, 9). Lahan jasa/pelayanan, dan

10). Lahan tandus dan kosong.

2.2 Wilayah dan Perkembangan Wilayah

Wilayah (region) dalam pengertian geografis merupakan kesatuan alam

yaitu alam yang serbasama atau homogen atau seragam (uniform) dan kesatuan

manusia yaitu masyarakat serta kebudayaannya yang serbasama yang mempunyai

ciri (kekhususan) yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari

wilayah yang lain (Jayadinata, 1992). Wilayah dibedakan antara konsep wilayah

homogen (homogeneous region), konsep wilayah nodal (nodal region), dan

konsep wilayah perencanaan (planning region).

Wilayah homogen (Rustiadi et all, 2003) adalah wilayah yang dibatasi

berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut

bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam

(heterogen). Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah

(32)

Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi

sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam. Konsep wilayah

homogen sangat bermanfaat dalam :

1. Penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan daya dukung

utama yang ada (comparative advantage).

2. Pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan

masing-masing wilayah.

Wilayah nodal didasarkan atas pengertian bahw a tidak ada homogenitas

antara wilayah dalam suatu perekonomian, wilayah nodal ini justru menekankan

adanya perbedaaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan

fungsinya. Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah

diumpamakan sebagai suatu sel hidup yang mempunyai inti dan plasma. Inti

(pusat simpul) adalah pusat-pusat pelayanan sedangkan plasma adalah daerah

terbelakang (hinterland), yang punya sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan

fungsional.

Secara historik, pertumbuhan pusat-pusat atau kota ditunjang oleh

hinterland yang baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki

yang spesifik yang hirarkinya ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas

pelayanan (regional services capacity) yang dimaksud adalah kapasitas

sumberdaya suatu wilayah (regional resources), sumberdaya manusia (human

resources), sumberdaya sosial (social capital) dan sumberdaya buatan (man-made

resources/infrastructure).

Sumberdaya alam merupakan unsur-unsur lingkungan alam yang diperlukan

(33)

misalnya sumberdaya lahan atau tanah. Sumberdaya manusia merupakan input

dari proses produksi yang dijadikan sebagai suatu sarana bukan tujuan. Kualitas

manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang

baik. Sumberdaya infrastruktur meliputi transportasi, sarana pendidikan,

kesehatan, peribadatan, dan perdagangan. Kapasitas pelayanan suatu wilayah

dicerminkan pula oleh magnitude (besaran) aktifitas sosial-ekonomi masyarakat

yang ada di suatu wilayah, misalnya dapat diukur oleh jumlah penduduk,

perputaran uang, PDRB, dan lembaga formal maupun non formal.

Konsep wilayah perencanaan (regional planning) adalah wilayah yang

dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik

akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara

integral. Sebagai contoh cara alamiah suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)

merupakan suatu yang terbentuk dengan matriks dasar kesatuan hidrologis,

sehingga DAS sebagai suatu wilayah berdasarkan konsep ekosistem perlu dikelola

dan direncanakan secara seksama.

Salah satu pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata

ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep ini didasarkan pada dua

hipotesis dasar, yaitu :

1. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya

pada sejumlah pusat-pusat tertentu.

2. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat

pertumbuhan ini, secara nasional melalui hirarki kota-kota dan secara regional

dari pusat-pusat perkotaan (urban center) ke daerah belakang (hinterland)

(34)

Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller yang

kemudian dikenal sebagai teori tempat sentral (Central Place Theory) yang

selanjutnya dikembangkan oleh Losch, Berry, dan Garrisson (Hanafiah, 1985

dalam Irwansyah, 2003). Studi yang telah dilakukan Hanafiah (1985), bahwa

sistem pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan

wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam

masyarakat, yaitu menurut suatu hirarki yang akan menciptakan suatu struktur dan

organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia. Berkembangnya suatu wilayah

akan memberikan dampak terhadap wilayah-wilayah lain yang secara spasial

memiliki kedekatan wilayah. Kemudian terjadinya perkembangan dapat

menyebabkan perubahan pola tata ruang (pola penggunaan lahan) serta aktivitas

perekonomian masyarakat.

Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata

Pariwisata adalah suatu kegiatan dimana orang bepergian di dalam

negerinya sendiri (pariwisata domestik) atau ke negara lain (pariwisata

mancanegara) untuk berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang menarik dengan

tujuan untuk bersantai atau tujuan lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Pariwisata berbeda dengan kegiatan jalan-jalan, karena pariwisata berkaitan

dengan waktu bepergian yang lebih lama, penggunaan fasilitas wisata, adanya

objek-objek wisata sesuai dengan maksud bepergian, serta faktor kenikmatan dan

perasaan santai berekreasi. Faktor kenikmatan dan santai bukanlah faktor mutlak

dalam pariwisata karena orang-orang yang bepergian untuk kegiatan konvensi

(seminar, kongres) atau mengunjungi objek-objek budaya untuk meningkatkan

(35)

Wisatawan (tourism) adalah setiap orang yang berwisata atau seseorang

yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dan

berdiam di tempat itu lebih dari 24 jam dengan tujuan menggunakan waktu

senggang untuk rekreasi, berlibur, olahraga, kunjungan keluarga, menghadiri

konferensi (Swarsi, et al 1996). Berdasarkan tempat asalnya wisatawan dibagi

menjadi dua golongan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan

fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung

untuk datang ke suatu daerah tertentu (Marpaung, 2002). Objek dan Daya Tarik

Wisata merupakan modal dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di

suatu daerah tertentu maka kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Menurut

Swarsi, et al (1996), Objek dan daya Tarik pariwisata adalah segala sesuatu yang

terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau

datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Produk pariwisata merupakan produk komposit dari rangkaian berbagai jasa

transportasi, akomodasi, usaha makan dan minum, toko, hiburan, fasilitas kegiatan

dan pelayanan lainnya kepada individu atau kelompok yang melakukan perjalanan

jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), perkembangan pariwisata

dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu :

1. Potensi Wisata yang Ditawarkan

Objek-objek wisata yang ditawarkan terbagi menjadi dua yaitu : objek wisata

yang alami dan objek wisata buatan manusia. Objek wisata alami seperti

(36)

sedangkan objek wisata buatan manusia seperti sejarah budaya, agama,

prasarana, tempat rekreasi dan olahraga, sarana transportasi, pola hidup

masyarakat (tradisi).

2. Besarnya Permintaan Wisata

Besarnya permintaan wisata merupakan permintaan akan jenis-jenis objek

wisata serta fasilitas-fasilitas penunjangnya yang diinginkan oleh wisatawan.

Pengembangan wilayah pariwisata di Indonesia disesuaikan dengan intruksi

Presiden No. 9 Tahun 1969 (pasal 2) yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan

masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan lapangan kerja dan

mendorong kegiata n-kegiatan industri sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia.

3. Meningkatkan persaudaraan dan persahabatan nasional dan internasional.

Hakekat kepariwisataan adalah terdapat suatu tatanan jaringan proses

penelaah sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya dan teknologi serta

kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan.

Potensi tersebut berupa keunikan dan kekhasan ekosistem fenomena atau gejala

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan, Departemen Tanah, Fakultas pertanian, Institut Pertanian

Bogor. Penelitian dilakukanmulai bulan Mei sampai dengan Januari 2006.

Wilayah studi yang dikaji adalah 30 kecamatan yang berada di Kabupaten

Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

3.2 Jenis, Sumber Data, dan Alat Penelitian

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari Badan

Pusat Statistik (BPS) berupa penggunaan lahan, PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto), kependudukan, sarana-prasarana, sosial ekonomi, luas dan

produksi komoditas tanaman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud)

berupa jumlah kunjungan wisata. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) berupa

perkembangan penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah), serta peta batas

administrasi wilayah Kabupaten Ciamis yang di dapat dari Bakosurtanal.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer, alat

tulis, dan perangkat lunak (software). Perangkat lunak yang digunakan terdiri dari

Arc. View GIS 3.2, Microsoft Excel XP, Statistisa versi 5.5, dan QB45 (Quick

Basic).

3.3 Tahapan Penelitian

Secara umum penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan berikut ini :

1. Studi literatur. Studi literatur dilaksanakan dengan mengumpulkan tulisan

ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

(38)
[image:38.595.92.535.86.718.2]

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Kabupaten Ciamis

(39)

penduga untuk menjawab tujuan yang ditetapkan.

3. Pemasukan dan analisis data. Pemasukan dan analisis data dilakukan setelah

semua data yang diperlukan dalam penelitian telah terkumpul kemudian

dilakukan analisis data dengan teknis analisis data yang sesuai untuk mencapai

tujuan dalam penelitian ini.

4. Perumusan hasil analisis sebagai bahan menyusun laporan.

5. Penulisan laporan merupakan hasil kegiatan selama penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik analisis

antara lain: Analisis Deskriptif, Analisis Pemusatan (Location Quotien/LQ),

Analisis Entropi, Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis),

Analisis Auto Regresi Spasial, dan Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Bagan alir

[image:39.595.145.524.421.738.2]

metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

PCA

•Aksesibilitas

•Jumlah Penduduk

•Prasarana/fasilitas Pelayanan Publik

•Luas & Produksi Komoditas Tanaman •Pengeluaran PCA Penggunaan Lahan PDRB Analisis LQ

•Penggunaan Lahan & Perubahannya

•Pusat-Pusat Aktifitas ekonomi wilayah

•Analisis Deskriptif

•Analisis Kuantifikasi Hayashi I

•Tabel & Grafik

•Peta Pola Kunjungan Wisata

•Faktor Penentu Daya Tarik wisata

•IKSDM (Indeks Kapasitas Sumberdaya Manusia)

•IKPD (Indeks Kapasitas Pemerintahan Daerah)

•IKW (Indeks Kapasitas Wilayah)

•IK_Wis (Indeks Kapsitas Kunjungan Wisata)

Analisis Auto Regresi Spasial (Forward Stepwise) Jumlah Kunjungan

Wisata •

Pendapatan Daerah (PAD)

•Indikator Sosial Ekonomi

•In Komp Aksesibilitas

•In Komp Fasilitas Pendidikan Tingkat Tinggi

• In Komp Fasilitas Pendidikan Tingkat Rendah

•In Komp Fasilitas Kesehatan

•In Komp Fasilitas Tempat Hiburan & Objek Wisata

•In Komp Tempat Ibadah

•In Komp Fasilitas Ekonomi

•In Komp Areal Perkebunan

•In Komp Areal Persawahan

•In Komp Areal Industri, Perdagangan

•In Komp Areal Perumahan&Pariwisata

•In Komp Areal Tanaman Pangan & Hortikultur

•In Komp Areal Budidaya Ikan

•In Komp Produksi Tanaman Perkebunan & Hortikultur

•In Komp Produksi Tanaman Budidaya Ikan

•In Komp Pendapatan

(40)

3.4.1 Analisis Deskriptif

Perkembangan arus kunjungan wisata dilakukan dengan analisis deskriptif,

data yang digunakan yaitu kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan

mancanegara yang datang ke wilayah penelitian secara time series dari tahun

2000-2003 dan Penerimaan PAD tahun 2000-2003. Pengolahan data dapat

dilakukan pada software Microsoft Excel XP. Data disusun dan disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik, kemudian diplotkan pada peta dasar.

3.4.2 Analisis Pemusatan (Location Quotien)

Penggunaan lahan dan perubahannya menggunakan data penggunaan lahan

tahun 2000 & 2003 dilakukan dengan metode Location Quotien (LQ). Pusat-pusat

aktifitas menggunakan data PDRB tahun 2000 & 2003 dilakukan denga n metode

Location Quotien (LQ). Analisis ini dapat dilakukan pada software Microsoft

Excel XP. Dari hasil LQ ini diperoleh persentase luas areal penggunaan lahan dan

perubahannya serta lokasi pemusatan aktifitas di setiap wilayah kecamatan.

Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah bahwa (1). Kondisi geografis

relatif seragam, (2). Pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3). Setiap aktifitas

menghasilkan produk yang sama (Rustiadi et all, 2003). Persamaan LQ adalah :

.. .

.

/ /

X X

X X LQ

j i ij

=

Dimana :

ij

X = nilai aktifitas ke-j di sub wilayah ke-i

. i

X = nilai aktifitas total di sub wilayah ke-i

j

X. = nilai aktifitas ke-j di seluruh wilayah

X..

= nilai aktifitas total di seluruh wilayah

1. Jika nilai LQi > 1 maka terjadi konsentrasi suatu aktifitas di sub wilayah ke-i

secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan

(41)

2. Jika nilai LQi = 1 maka wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas

setara dengan pangsa total.

3. Jika nilai LQi < 1 maka wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas

relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan

di seluruh wilayah.

3.4.3 Analisis Entropy

Perkembangan suatu wilayah dapat dipahami dari semakin meningkatnya

kuantitas komponen wilayah serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen di

dalam wilayah maupun di luar wilayah. Artinya suatu wilayah dikatakan

berkembang jika jumlah dari komponen aktifitas wilayah tersebut bertambah atau

tersebar luas. Perluasan jumlah komponen aktifitas dapat dianalisis dengan

menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Semakin tinggi entropi

wilayah maka wilayah semakin berkembang (Rustiadi et all, 2003). Data yang

digunakan yaitu data PDRB tahun 2000 & 2003. Pengolahan data dilakukan di

software Microsoft Excel XP. Persamaan umum entropy sebagai berikut :

∑∑

= =

= n

i n

j

ij ij P P S

1 1

ln Dimana : Pij = Xij/∑Xij

3.4.4 Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

Analisis PCA merupakan salah satu teknik yang mentransformasikan secara

linier satu set peubah ke dalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan

ukuran lebih kecil namun representatif dan orthogonal (tidak saling berkorelasi)

(Saefulhakim, 2000). Pada dasarnya PCA dapat digunakan sebagai analisis antara

maupun analisis akhir. Sebagai antara, PCA dapat menghilangkan

multikollinearitas atau dapat menyederhanakan data yang berpeubah banyak

(42)

digunakan untuk mengelompokkan peubah-peubah penting dari satu bundel

peubah dasar penduga suatu fenomena, sekaligus memahami struktur dan melihat

hubungan antar peubah tersebut. Analisis ini dilakukan menggunakan software

Statistica versi 5.5. Variabel-variabel untuk Analisis Komponen Utama (PCA)

dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Format data untuk analisis PCA dapat disusun membentuk suatu matriks

yang berukuran n x p, dimana n : unit sample dan p : jumlah peubah (jumlah

kolom). Persamaan umum PCA yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Yk = ak1X1 + ak2X2 + ... + akpXp

Format data untuk PCA dapat digambarkan sebagai berikut :

X11 X12 X13 ... X1p

X21 X22 X23 ... X2p

Xn1 Xn2 Xn3 ... Xnp

Hasil analisis PCA antara lain :

• Akar ciri (eigen value) merupakan suatu nilai yang menunjukkan keragaman

dari peubah komponen utama dihasilkan dari analisis, semakin besar nilai

eigenvalue maka semakin besar pula keragaman data awal yang mampu

dijelaskan oleh data baru.

• Proporsi dan kumulatif akar ciri, nilai pembobot (eigen vector) merupakan

parameter yang menggambarkan hubungan setiap peubah dengan komponen

utama ke-i.

PC loading menggambarkan besarnya korelasi antar variabel pertama dengan

(43)

Component score adalah nilai yang menggambarkan besarnya titik-titik data

baru dari hasil komponen utama dan digunakan setelah PCA. PC scores inilah

yang digunakan jika terdapat analisis lanjutan setelah PCA.

3.4.5 Analisis Auto Regresi Spasial

Analisis auto regresi spasial digunakan untuk membuat model pendugaan

terhadap nilai dari parameter-parameter (variabel penjelas) lain yang diamati.

Persamaan model adalah :

n n

o Wy W y AX A X

A

Y = +∂1 1 +∂2 2 + 1 1+...+

Dimana :

Y : Fungsi tujuan/peubah yang diduga (dependent variable)

o

A : Nilai konstanta/koefisien fungsi regresi (intercept)

1

∂ : Nilai konstanta/koefisien matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan

berdasarkan kebalikan fungsi jarak

1

W :Matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan berdasarkan kebalikan

fungsi jarak.

2

∂ : Nilai konstanta/koefisien matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan

berdasarkan ketetanggaan batas wilayah administratif

2

W : Matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan berdasarkan ketetanggaan

batas wilayah administratif

• Elemen matriks 1, jika dua wilayah kecamatan berbatasan langsung

• Elemen matriks 0, jika dua wilayah kecamatan tidak berbatasan

langsung atau berbatasan dengan wilayah sendirinya

X: Variabel penjelas/ variabel yang diduga (independent variable)

n

(44)

Format matriks W               = 0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j d d d d d d W ÷             in i i d d d M 2 1 =               0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j wd wd wd wd wd wd ×             in i i IPK IPK IPK M 2 1 =             0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j w w w w w w

Pada penelitian ini digunakan metode Forward Stepwise, yang mana prinsip

dasarnya adalah mengurangi banyaknya peubah di dalam fungsi tujuan dengan

cara menyisipkan peubah penjelas satu per satu hingga diperoleh persamaan

regresi yang paling baik. Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan

software Statistica versi 5.5.

3.4.6 Analisis Kuantifikasi Hayashi I

Analisis faktor penentu daya tarik wisata dilakukan dengan analisis

kuantifikasi hayashi I. Pengolahan data menggunakan software QuickBasic

(QB45). Analisis kuantifikasi Hayashi I ini menganalisis keterkaitan antara

variabel terikat kuantitatif (objective variable/ external standard) dengan variabel

bebas kualitatif (qualitative factor/predictor item) (Saefulhakim, 2000). Format

data yang berkaitan dengan permasalahan Kuantifikasi Hayashi I dapat

(45)
[image:45.595.113.515.88.521.2]

Tabel 1. Format Umum Tabulasi Data Analisis Kuantifikasi Hayashi I

Individu(

sample

)

External Standard

Predictor item

1 2 …j… R

Categories

C11 C12 … C1 k C21 C22 … C2 k Cij…Cj k CR 1 CR 2 … CR k 1 Y1

2 Y2

… …

I Yi δi

( )

jk

… …

n Yn

Dimana :

n : Banyaknya sampel

R : Banyaknya predictor item

kj : Banyaknya kategori untuk item ke-j

Cjk : Kategori ke-k untuk item ke-j

i : Sampel ke-i

Yi : Objective variable untuk sampel ke-i

1, kalau sampel ke-i punya respon untuk item ke-j kategori ke-k

( )

jk i

δ :

0, kalau contoh ke-i tidak punya respon untuk item ke-j kategori

ke-k

Model matematisnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

a

Y = ∆

Dimana :

Y : Vektor data objective variable ukuran

( )

n×1

∆ : Matriks ukuran

(

n×R

)

yang elemennya δi

( )

jk

a : Vektor ukuran

(

×1

)

j

jk yang elemennya adalah ajkregresi untuk

(46)

IV. KARAKTERISTIK UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Komponen Fisik Lainnya

4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang

berjarak kurang lebih 121 km dari Ibukota Propinsi. Secara geografis wilayah

Kabupaten Ciamis berada pada 108020’-108040’ BT dan 7040’20”-7041’20’’ LS.

Dengan batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah :

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten

Kuningan

• Sebelah barat dengan Kabupaten Tasikmalaya

• Sebelah timur dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah

• Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia

Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah 2.279,93 km2 atau 227.993

hektar. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Cimerak yang meliputi

7,8% dari total luas Kabupaten Ciamis, sedangkan kecamatan yang luasnya

terkecil adalah Kecamatan Sadananya yang meliputi 1,1% dari total luas

Kabupaten Ciamis.

4.1.2 Komponen Fisik Lainnya

Suhu udara di Kabupaten Ciamis berkisar antara 200c sampai 320c dan curah

hujan rata-rata sebesar 114 ml (0-597 ml/bulan). Jenis tanah di Kabupaten Ciamis

meliputi tanah-tanah latosol, podsolik, alluvial, komplek renzina, dan Grumusol.

(47)
[image:47.595.119.511.95.224.2]

Tabel 2. Jenis Tanah di Kabupaten Ciamis

Jenis tanah Kecamatan

Latosol Panawangan, Kawali, Cipaku, Panumbangan, Panjalu, Cihaurbeuti, Ciamis, Cijeungjing, Rajadesa dan Rancah

Podsolik Langkaplancar, Cijulang, Parigi bagian Utara, Pangandaran bagian utara, Padaherang bagian Utara, kalipucang bagian Utara, Banjarsari bagian Utara, dan Cimaragas bagian selatan

Aluvial Parigi bagian Selatan, Pangandaran bagian Selatan, Padaherang bagian Selatan, kalipucang bagian Selatan, Banjar, Lakbok, sebagian Banjarsari, sebagian Pamarican dan Cisaga

Kompleks rezina

Cisaga, Cimerak, Cigugur, dan Sebagian Pangandaran

Grumusol Banjarsari, Pamarican, sebagian Padaherang

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (Ciamis dalam Angka 2000)

4.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2000 mencapai 1.429.803 jiwa,

dengan kepadatan penduduk sebesar 627,1 jiwa per km2 dan pada tahun 2003

meningkat menjadi 1.447.543 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 634,9

jiwa per km2 (BPS Kabupaten Ciamis, 2003). kecamatan yang memiliki jumlah

penduduk terbesar adalah Kecamatan Ciamis mencapai 118.582 jiwa dengan

kepadatan penduduk 1577,3 jiwa per km2, sedangkan kecamatan yang memiliki

jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Cimaragas mencapai 15.045 jiwa

dengan kepadatan penduduk 566,7 jiwa per km2.

Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Ciamis (Jiwa/tahun)

No Tahun

Sektor

Pertanian Pertamban

gan

Industri

Listrik,Gas ,Air Bersih Bangunan Perdaganga n, Hotel, Restoran Angkutan Keuangan

Jasa

lainnya

1 2001 1792 146 2933 160 182 944 641 522 3646

2 2002 711 46 2416 162 217 1200 1080 617 4777

3 2003 860 92 1816 309 421 1300 716 999 2977

Sumber : Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Ciamis

Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Ciamis untuk sektor pertanian, industri,

angkutan, dan jasa lainnya setiap tahun mengalami penurunan, sedangkan untuk

sektor pertambangan, listrik/gas/air, bangunan, perdagangan/hotel/restoran, dan

[image:47.595.114.514.97.223.2]
(48)

4.3 Wilayah Administratif

Secara administratif wilayah Kabupaten Ciamis terdiri dari 30 kecamatan

dan 340 desa. Mulai tahun 2003 wilayah administratif Banjar terpisah dari

wilayah Kabupaten Ciamis dan berubah statusnya menjadi Kota Banjar. Dengan

terpisahnya Kota Banjar tersebut luas wilayah Kabupaten Ciamis berkurang

dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu dari 245.591 hektar menjadi 227.993

hektar. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan dengan garis pantai

Samudra Indonesia yang membentang di enam kecamatan dengan panjang garis

pantai mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai tersebut maka Kabupate n

Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 hektar yang berada di 6 kecamatan

yaitu Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, dan Kalipucang.

4.4 Kondisi dan Potensi Pariwisata

Pengembangan objek daya tarik wisata di Kabupaten Ciamis diarahkan

sesuai dengan arah pengembangan SKW pada masing-masing objek dan daya

tarik wisata. Potensi kepariwisatan di Kabupaten Ciamis berdasarkan objek wisata

yang tersebar dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu : objek wisata budaya,

[image:48.595.113.510.558.680.2]

objek wisata alam, dan objek wisata minat khusus (Tabel 4).

Tabel 4. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kabupaten Ciamis

Jenis Objek Wisata Nama Objek Wisata

Objek Wisata Alam

Pantai Pangandaran, Cagar Alam Pananjung, Lembah Putri,

Karapyak, Palatar Agung, Majingklak, Karang Tirtawinaya, Batu

Hiu, Batu Karas, Madasari, Keusik Luhur.

Objek Wisata Budaya Situ Lengkong Panjalu, Astana Gede Kawali, Karangkamulyan, Kampung Kuta, Situs Gunung Susuru, Museum Fosil.

Objek Wisata Minat Khusus Curug Tujuh, Citumang, Karang Nini , Goa Donan, Cukang Taneuh.

(49)

Rencana pengembangan peningkatan kualitas objek dan daya tarik wisata di

Kabupaten Ciamis dibagi dalam beberapa wilayah pengembangan, salah satunya

Ciamis Selatan (Rencana Tata Rua ng Kabupaten Ciamis, 2002).

1. Pengembangan Pariwisata Ciamis Selatan

Penataan Pangandaran dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan

pariwisata Ciamis Selatan dengan prioritas untuk kegiatan untuk kegiatan wisata

alam dan pantai meliputi : Agro dan Eko wisata yaitu :

• Eko Wisata Pangandaran

Pembangunan tiga lokasi Taman Pantai Percontohan seluas 3 x 1000 m2 (di

ujung Toll Gate utama di depan hotel Percontohan dan Hotel Pananjung Sari)

• Agro wisata Pangandaran

Penghijauan pantai dengan penanaman pohon kelapa, sepanjang 3km x 20m =

60.000 m2 atau 6 hektar (mulai dari ujung Toll Gate utama sampai

Pamugaran). Penanaman pohon di sepanjang pembatas pantai dengan pohon

Cendrawasih.

• Agro Wisata Batu Karas

Penghijauan pantai dengan penanaman pohon kelapa dan Barington di objek

wisata Batu Karas Cijulang dengan luas 30.000 m2 (3 hektar).

2. Pengembangan Pariwisata Jangka Menengah

Untuk pencapaian program, pengembangan pariwisata sebagaimana

tercantum dalam SKW maka pemerintah Kabupaten Ciamis menyusun Program

Kerja dalam 5 tahun yang meliputi :

• Penyusunan pedoman teknik tentang usaha pariwisata

(50)

• Peningkatan kualitas usaha pariwisata

• Pengembangan atraksi wisata

4.5 Sarana dan Prasarana

Di Kabupaten Ciamis jumlah prasarana fisik yang diperuntukkan bagi

kegiatan sosial tersedia dari prasarana pendidikan, ibadah, dan pelayanan

kesehatan. Sebagian besar prasarana sosial ini diperuntukkan untuk bidang

pendidikan. Sedangkan prasarana fisik yang digunakan untuk umum adalah jalan

sebagai prasarana transportasi, penyediaan air bersih, listrik dan telekomunikasi,

serta prasarana pendukung lain seperti terminal angkutan darat, pelabuhan laut.

Transportasi

Prasarana transportasi di Kabupaten Ciamis sebagian besar menggunakan

prasarana transportasi darat berupa jalan dan rel kereta api. Panjang jalan

Kabupaten Ciamis 970 km. Informasi selengkapnya mengenai panjang jalan

[image:50.595.113.517.486.559.2]

menurut status dan kondisi jalan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Panjang Jalan Menurut Satus dan Kondisi Jalan (km2)

Status Pengawasan

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

Jalan Nasional 18,50 27

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Kabupaten Ciamis    Sumber : Bakosurtanal (Peta Rupa Bumi Kabupaten Ciamis 2003)
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Tabel 1. Format Umum Tabulasi Data Analisis Kuantifikasi Hayashi I
Tabel 2. Jenis Tanah di Kabupaten Ciamis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas mengenai fenomena yang terjadi di lapangan bahwa belum optimalnya lembaga pengelola zakat dalam manajemen zakatnya yang meliputi kegiatan

dinarnakan alat SMS Sirkulasi Mixing Sistem, alat ini diarahkan sebagai alat teknologi tepat guna yang diharapkan dapat digunakan bagi petani atau rnasyrakat sebagai

Crucial to critical international theory’s argument is that we must account for the development of the modern state as the dominant form of political community in modernity.. What

Dewi Setyorini, S.Psi, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan penulis dukungan dan motivasi baik dalam studi

From these results it can be concluded that by building a customer mapping to facilitate the determination of strategic decision-making process, especially in the

Apabila pada saat verifikasi berkas penyelia menemukan foto yang tidak sesuai dengan ketentuan maka peserta diberi kesempatan untuk mengganti foto di hari yang sama.. Foto yang

Salah satu sumber yang dapat dijadikan acuan, pentingnya pengetahuan yang benar dan diperoleh secara benar dapat dipahami pada Nitisatakam (Triguna, Direktur Jendral

Berdasarkan ungkapan kelima informan diatas merupakan penyebab kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif yaitu karena faktor pengetahuan dan kesadaran yang kurang