• Tidak ada hasil yang ditemukan

Herbisida

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman (Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992).

Direktorat Pupuk dan Pestisida (2011) menyatakan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian- bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan atau

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Herbisida merupakan salah satu dari jenis pestisida. Herbisida dapat didefinisikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma atau menghambat pertumbuhan tanaman untuk melindungi tanaman yang dibudidayakan. Herbisida memberikan aplikasi yang mudah, ekonomis dan efektif dalam mengelola gulma (Lingenfelter dan Hartwig 2013)

Hance (1987) dalam Djojosumarto (2008), Herbisida bersifat mematikan gulma dengan berbagai macam cara. Efek herbisida terhadap gulma (site of action) antara lain :

1. Herbisida mempengaruhi respirasi gulma

2. Hebisida yang mempengaruhi proses fotosintesis gulma 3. Herbisida menghambat perkecambahan

4. Herbisida yang memiliki efek terhadap sintesa asam amino 5. Herbisida yang mempengaruhi metabolism lipida

Herbisida dibagi dua berdasarkan pada gulma sasaran (Djojosumarto 2008) yaitu :

1. Herbisida kontak (non sistemik) yaitu hebisida yang membunuh jaringan gulma yang terkena langsung oleh herbisida tersebut. Herbisida ini tidak ditranslokasikan di dalam jaringan tumbuhan. Contoh : paraquat, diquat dan propanil

2. Herbisida sistemik (translocated herbicides) yaitu herbisida yang bias masuk ke dalam jaringan tumbuhan dan ditranslokasikan ke bagian tumbuhan lainnya. Oleh karena bersifat sistemik, herbisida ini mampu

7 membunuh jaringan gulma yang berada di dalam tanah (akar, rimpang, umbi). Contoh : 2,4D, glifosat dan glufosinat.

Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan ke dalam jaringan tumbuhan sehingga akan mematikan jaringan sasaran seperti daun, tunas, dan perakaran. Glifosat adalah salah satu jenis herbisida yang bersifat sistemik. Herbisida non selektif ini digunakan untuk membunuh tumbuhan baik berdaun lebar dan rumput baik tanaman pangan dan non pangan (Beyond Pesticides 2003; NPIC 2010).

Glifosat

Herbisida berbahan aktif glifosat [N-(phosphonomethyl)glysin] adalah salah satu herbisida dari golongan phosphono amino acid yang memiliki sifat non selektif dan efektif untuk rerumputan daripada gulma daun lebar. Herbisida glifosat bersifat sistemik, mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses sintesis asam amino (Spectrum Laboratories 1998). Glifosat sangat cocok untuk mengendalikan gulma-gulma jenis rumput, teki-tekian dan daun lebar yang bersifat semusim (annual), dwi tahunan (biennial), dan tahunan (perennial).

Mekanisme Kerja Glifosat

Cara kerja glifosat adalah menyerang enzim 5- enoylpyruvate shikimicacid-3-phosphate synthase (EPSP synthase) yang terdapat di kloroplas. Enzim ini berperan dalam biosintesis asam amino aromatik seperti triptopan, fenilalanin, dan tirosin (Spectrum Laboratories 1998). Asam amino ini sangat penting pada proses sintesa protein sebagai penghubung metabolisme primer dan sekunder (Carlisle dan Trevors 1988 dalam Tu et al. 2001). Senyawa EPSPS berada pada bagian kloroplas tumbuhan (Tu et al. 2001).

Glifosat juga dapat bertindak sebagai inhibitor kompetitif fosfoenolpiruvat (PEP), yang merupakan salah satu prekursor untuk sintesis asam amino aromatik. Hal ini juga mempengaruhi proses biokimia lainnya, meskipun efek ini dianggap sekunder, akan tetapi proses tersebut penting sebagai efek dari glifosat (Tu et al. 2001). Glifosat dan metabolit utama glifosat berupa (2-amino-3-(5-methyl- 3-oxo-1,2-oxazol-4-yl)propanoic acid (AMPA) berfungsi sebagai produk utama pendegrasi glifosat di dalam tanah, tidak dapat hancur bertahun-tahun setelah aplikasi. AMPA berupa racun dalam membunuh tanaman non target (Helander et al. 2012). Proses Mekanisme penghambatan glifosat ditunjukan pada Gambar 2.

8

Gambar 2 Mekanisme Glifosat dalam menghambat enzim EPSPS Sifat-Sifat Bahan Aktif IPA Glifosat

Glifosat merupakan nama kimia umum dari bahan aktif ini dan sifat-sifat kimia dan fisikokimia dari glifosat/IPA glifosat disajikan pada Tabel 1 dan 2 : Tabel 1 Sifat Kimia Glifosat

Nomenklatur Keterangan

 Nama Umum (ISO) Glifosat

( dalam bentuk garam isopropilamin)  Tatanama IUPAC N-(phosphonometil)-glicin

Garam N-(fosfonometil)-glicin IPA  Tatanama CAS N-(phosphonometil)-glycine

Garam N-(fosfonometil)-glycine IPA  Nomer Registrasi CAS 1071-83-6

38641-94-0  Formula Molekuler C3H8NO5P

C6H17N2O5P  Berat Molekul 169.1 g/mol

228.19 g/mol  Struktur Kimia

 Kelompok Kimia Asam fosfonik asiklat; Organofosfonat. Sumber : FAO (2001); Tu et al. (2001) dan Dost (2003)

9 Tabel 2 Sifat Fisikokimia Glifosat

Parameter Keterangan

Warna Putih

Bau Tidak berbau

Bentuk Fisik Bubuk Kristal

Titik Leleh 184.5 °C; Dekomposisi pada

187°C

Formulasi SL, EC

Titik Didih Tidak terdata

Berat Jenis pada 20oC 1.704 g/Ml Tekanan Uap pada 25oC < 1 x 10-5 Pa Kelarutan dalam Air pada 20oC 10 - 100 mg/liter Konstanta Henry Law < 7 x 10-11 Octanol – Koefisiensi Partisi Air -2.8

Tegangan Permukaan 0.5%

(berat/volume) pada suhu sekitar 25 °C 0.072 N/m

pH pada larutan 1% 2.5

Nilai pKa < 2, 2.6, 5.6, 10.6

Keterserapan Mol pada at 295 nm 0.086 litre/mol per cm Kemampuan untuk terbakar Tidak mudah terbakar

Sifat Eksplosif Tidak meledak

Sumber : Mensink dan Janssen (1994)

Akumulasi dan Penyebaran Glifosat

Glifosat yang diaplikasikan pada daun gulma sebagai tanaman target, masuk kedalam seluruh bagian tanaman terutama di meristem apikal dan perakaran. Glisofat kontak langsung dengan akar dan berasosiasi dengan mikroba tanah. Glifosat tidak dapat terdegradasi baik di tanaman, dimana pada sistem perakaran utama gulma berperan dalam menyebarkan glifosat kedalam lapisan tanah dimana aktivitas mikroba relatif rendah. Semakin banyak bukti kuat mengungkapkan bahwa penggunaan glifosat dapat mengubah fungsi keanekaragaman hayati dan ekosistem. Glifosat selain menargetkan tanaman (gulma), melakukan interaksi ke tanaman non sasaran (tanaman dan tanaman lain), dan organisme lain (mikroba dan hewan) baik di lingkungan darat dan perairan (Helander et al. 2012).

10

Gambar 3 Penyebaran dan Akumulasi Glifosat di Lapang Dampak Residu Herbisida pada Tanah

Keberadaan dan penyebaran glifosat di dalam tanah dipengaruhi oleh komposisi tanah, kondisi iklim dan aktivitas mikroba. Glifosat yang tidak hancur dan bersifat inaktif secara instan terserap melalui partikel tanah dan berkurang dalam penyebarannya pada matrik tanah atau tercuci dalam bentuk terlarut (Tu et al. 2001; Watts 2009; Helander et al. 2012). Glifosat dapat dipecah oleh bakteri dalam tanah (NPIC 2010).

Gambar 4 Interaksi Glifosat di dalam Tanah (Huber 2010a)

Senyawa glifosat tidak mungkin masuk kedalam air bawah tanah karena glifosat mengikat erat tanah. Dalam sebuah penelitian, setengah glifosat ditemukan pada daun-daun kering yang telah mati dalam 8 atau 9 hari. Studi lain menunjukkan bahwa glifosat terbawa oleh tanaman wortel dan selada setelah tanah diolah dengan menggunakan glifosat (NPIC 2010).

Dampak Residu Herbisida terhadap Manusia

Pengaruh glifosat pada manusia tidak boleh diabaikan. Manusia dapat terkontaminasi oleh glifosat melalui interaksi secara langsung saat pemakaian glifosat atau saat glifosat diaplikasikan ke tanaman, dan glifosat memasuki rantai makanan melalui tanaman tanaman terkena glifosat baik residu dari tanah, atau melalui air minum yang telah terkontaminasi. Glifosat sangat

11 menpengaruhi kesehatan manusia. Dosis glifosat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit yang dapat berakibat kematian. Tes laboratorium menunjukan bahwa glifosat dapat mempengaruhi umbilikal, sel embrio dan plasenta pada manusia (Helander et al. 2012). Tabel 3 memperlihatkan pengaruh glifosat pada manusia.

Tabel 3 Pengaruh Glifosat pada terhadap Manusia Dosis

(ppm) Sistem tubuh yang dipengaruhi Referensi

0.5 Gangguan sel endokrin pada manusia Toxicology 262:184-196 2009

0.5 Anti adrogenik Gasner et al. 2009

1.0 Gangguan pada enzim aramatase Gasnier et al. 2009 1-10 Menghambat LDH, AST, ALF pada enzim Malatesta et al. 2005 1-10 Kerusakan hati, mitokondria Malatesta et al. 2005 2.0 Anti Oestrogenik Gasnier et al. 2009

5.0 Kerusakan DNA Toxicology 262:184-196 2009 5.0 Placenta, eumbilikal dan embrio Chem.Res.Toxicol. J. 22:2009

10 Citotoksik Toxicology 262:184-196 2009

10 Kerusakan banyak sel Seralini et al. 2009 10 Seluruh sel mati Andon et al. 2009 1-10 Menekan respirasi mitokondria Peixoto et al. 2005 1-10 Penyakit Parkinson Demerdash et al. 2001 Sumber : Huber (2011)

12

3 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman padi sawah di Desa Cijujung, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus hingga Nopember 2013. Analisis residu herbisida untuk sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras) dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Bogor yang telah memiliki akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LP-556-IDN pada bulan Agustus hingga Nopember 2013 (Gambar 5).

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian di Cijujung Kecamatan Ciampea Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas Mekongga, sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras), pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan anjuran, herbisida berbahan aktif IPA Glifosat konsentrasi 480 g l-1 (setara dengan Glifosat 356 g l-1 ) dengan dosis anjuran 3 l ha-1.

Alat yang digunakan antara lain sprayer knapsack semi otomatis bertekanan 1 kg cm-2 (15-20 psi) dan nozel T-jet warna biru, gelas ukur, oven dan timbangan, kantung plastik, bor tanah, perangkat HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dengan merk Shimadzu tipe LC-20AB dan dilengkapi kolom VPODS 250L x 4.6, serta kamera digital.

13 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor tunggal yaitu dosis herbisida berbahan aktif IPA Glifosat. Percobaan terdiri dari 5 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 15 petak percobaan. Volume semprot yang digunakan adalah 400 l ha-1. Perlakuan yang diberikan untuk petak percobaan terdiri atas:

 Dosis perlakuan herbisida : 1.5 l ha-1, 3 l ha -1 dan 4.5 l ha-1.

 OTS (Olah Tanah Sempurna) dilakukan menurut cara yang dilakukan di lokasi setempat.

 Kontrol adalah perlakuan pembanding tidak dilakukan pengolahan tanah, tanpa penyiangan dan penyemprotan herbisida.

Tabel 4 Jenis Perlakuan dan Dosis Herbisida

Herbisida Dosis formulasi

G-m (OTS) G-0 Kontrol

G-1 IPA Glifosat 1.5 l ha-1

G-2 IPA Glifosat 3 l ha-1

G-3 IPA Glifosat 4.5 l ha-1

Model rancangan yang digunakan adalah : Yijk = μ + τi + βj + εij

Keterangan :

Yijk = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pengolahan data mengunakan metode analisis ragam (Anova) dengan program SAS 9.1. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut terhadap perbedaan nilai rata-rata pada taraf 5 % dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Penelitian Lapangan

Tanaman Padi Pengolahan Tanah

Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan pemetakan dengan luas 3 m x 3 m sebanyak 5 petak perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh petakan percobaan sebanyak 15 petak. Pengolahan tanah tidak dilakukan pada petak percobaan kecuali pada 3 petak dengan perlakuan Gm yang dilakukan pengolahan tanah secara sempurna (OTS) disesuaikan dengan kebiasan petani di lapang. Masing-masing petakan diberi batas

14

pematang antar perlakukan dengan satu titik pintu masuk air irigasi. Sistem irigasi di lokasi percobaan menggunakan sistem non teknis dengan pengairan yang cukup baik.

Aplikasi Herbisida

Penyemprotan herbisida glifosat dilakukan satu kali sebelum ditanam padi. Penyemprotan herbisida dilakukan masing-masing pada petak sampel perlakuan pada saat cuaca terang. Aplikasi herbisida disemprot pada petak perlakuan secara merata diluar petak kontrol dengan tepat dosis yang telah ditentukan. Gulma dan singgang padi mati 3 MSA maka dilakukan pemasukan air irigasi pada petak perlakuan untuk memudahkan dalam melakukan penanaman padi baik pada petak perlakuan dan kontrol.

Pesemaian dan Penanaman Bibit

Benih disemai dengan menggunakan benih padi varietas Mekongga. Pesemaian disesuaikan dengan perlakuan yang dilakukan oleh petani. Bibit siap tanam berumur 25 Hari Setelah Sebar (HSS) dan ditanam di petak percobaan. Penananam bibit dilakukan dengan cara ditugal pada petak perlakuan kontrol dan aplikasi herbisida yang tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan batang kayu yang ujungnya telah diruncing untuk memudahkan penanaman di lahan sawah. Penanaman di petak olah tanah sempurna (OTS) dilakukan seperti biasa tanpa ditugal.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan dengan menggunakan pupuk urea sebanyak 200 kg ha-1, SP36 100 kg ha-1 dan NPK Phonska 100 kg ha-1 untuk 2 kali pemupukan. Pemupukan pupuk kimia dengan cara disebar secara merata pada pertanaman padi. Penyiangan dilakukan pada petak perlakuan Gm sebanyak 2 kali pada padi umur 30 dan 60 hari setelah tanam. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan apabila tanaman terserang hama walang sangit.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur ± 4 bulan dimana tanaman padi yang siap panen dengan ciri – ciri tanaman menguning dengan malai padi yang merunduk. Pemanenan dilakukan pada petak sampel yang diamati dengan melakukan pengubinan dengan ukuran 1 m x 1 m pada setiap petakan. Pemanenan pada petak sampel dilakukan dengan hati-hati. Sampel masing-masing perlakuan diambil gabah dan ditimbang. Sampel jerami dan tanah masing-masing perlakuan diambil dipetak yang telah diubin.

Analisis Laboratorium

Pengambilan Sampel Tanah, Jerami dan Hasil Panen (Beras)

Pengujian residu herbisida dilakukan pada tiga jenis sampel yaitu pada tanah, jerami dan hasil panen (beras). Pengambilan sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras) dilakukan di 5 titik sampel. Penentuan titik sampel ini berdasarkan 5 perlakuan. Tiap lokasi terdiri dari 3 titik ulangan kemudian dari masing-masing titik tersebut diambil satu komposit. Sampel tanah dari petak

15 sawah diambil pada kedalaman 10-20 cm dengan menggunakan sekop, sampel tanah diambil sebanyak 500 gram, kemudian disimpan dalam plastik. Pengambilan sampel jerami dan hasil panen (beras) dilakukan pada lokasi. Sampel tanah dan beras dikeringanginkan lalu digerus hingga halus (Balingtan 2007).

Analisis Residu Glifosat

Tahap analisis residu adalah suatu cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang komposisi residu suatu pestisida dalam suatu contoh bahan, sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi komposisi residu pestisida bahan tersebut. Cara tersebut meliputi tahap pembuatan larutan standar, tahap ekstraksi yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang homogen, tahap pembersihan (clean up) bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu proses analisis, tahap penetapan, dan tahap evaluasi data (Balingtan 2007 ; Komisi Pestisida 2006).

a. Tahap Pembuatan Larutan Standar

Larutan standar yang digunakan adalah larutan yang dibuat dari bahan aktif herbisida. Jenis bahan aktif herbisida yang digunakan adalah IPA glifosat 480 g l-1 (setara dengan glifosat 356 g l-1). Kemudian dibuat larutan stok standar dengan konsentrasi 100 ppm dan untuk larutan kerja digunakan konsentrasi sebesar 1 ppm. Larutan standar dibuat dengan melarutkan 480 g IPA glifosat dalam 10 ml metanol, kemudian diencerkan hingga volume larutan 100 ml sehingga diperoleh larutan standar 100 ppm.

b. Tahap Ekstraksi dan Pemurnian

Ekstraksi sampel tanah dilakukan setelah sampel tanah dikeringanginkan selama kurang lebih satu hari. Ekstraksi untuk sampel jerami dilakukan dengan cara mencacah menjadi bagian-bagian kecil. Sedangkan sampel beras dilakukan ekstaksi dengan menghaluskan beras. Masing-masing sampel tanah diambil sebanyak 25 g sedangkan sampel jerami diambil sebanyak 25 g. Kemudian masing-masing sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan diklorometan : aseton dengan perbandingan 1:1 sebanyak 100 ml. Ekstrak tanah, jerami dan beras kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam labu rotavapor, kemudian dilakukan penguapan dengan menggunakan alat rotavapor hingga tersisa ± 50 ml.

Pada tahap pemurnian (clean up), hasil ekstrak tanah, jerami dan beras yang telah dilakukan penguapan kemudian disaring dengan menggunakan buret yang berisi Florisil dan Na2SO4 anhidrat. Sampel hasil pemurnian kemudian diuapkan kembali dengan menggunakan alat rotavapor hingga dihasilkan sisa larutan di dalam labu rotavapor ± 1 ml. Sisa larutan tersebut merupakan residu herbisida. Dinding labu dibilas dengan metanol 60%, dan disaring ke dalam tabung reaksi 10 ml menggunakan kertas saring, kemudian ditera hingga 10 ml dengan metanol 60%.

Penghitungan Konsentrasi Residu Herbisida dan Batas Maksimum Residu Konsentrasi residu herbisida ditentukan berdasarkan hasil rekaman yang tercatat dalam kromatografi yaitu berupa kromatogram. Cara membaca kromatogram tersebut yaitu dengan membandingkan data retensi waktu dan area puncak (peak area) dari herbisida sampel yang dihasilkan dalam

16

kromatogram dengan nilai yang mendekati data retensi waktu dan peak area herbisida standar. Penentuan konsentrasi residu herbisida dihitung menggunakan rumus sesuai dengan rumus dari Komisi Pestisida (2006) :

Residu R = Ac x Ks x FPAs x Bc

Keterangan : R = Konsentrasi residu (ppm); Ac = Area contoh; As = Area standar; Ks = Konsentrasi standar (ppm); FP = Faktor Pengencer (ml) dan Bc = Bobot contoh (g)

Konsentrasi residu glifosat yang dihasilkan dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai batas maksimum residu (BMR) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia yaitu 0.1 mg kg-1 (BSN 2008).

Analisis Biaya Budidaya Padi

Pengambilan data untuk analisis ekonomi ini dilakukan antara lain melalui wawancara langsung dengan petani disekitar lahan penelitian, wawancara langsung dengan penjual alat dan sarana produksi pertanian, serta data produksi bobot gabah kering giling (GKG). Perbandingan analisis dilakukan dari masing-masing perlakuan yang diuji. Parameter yang akan dibandingkan secara ekonomi antara lain adalah: biaya benih, biaya pupuk, biaya herbisida, biaya tenaga kerja.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan (Soekartawi 2002) sebagai berikut:

a = R/C Keterangan: a = R/C ratio R = penerimaan (revenue) C = biaya (cost) Kriteria keputusan:

R/C>1, usahatani menguntungkan (tambahan penerimaan lebih besar dari tambahan biaya)

R/C<1, usahatani rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan penerimaan), R/C= 1, usahatani impas (tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya).

17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Produksi Pertanaman Padi

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot gabah kering giling (GKG) ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil ubinan pada masing-masing petak perlakuan diperoleh rata-rata bobot gabah kering giling (GKG) total yang dipanen sebesar 6.608 ton ha-1 .

Tabel 5 Hasil Analisis Uji Lanjut Bobot Gabah Kering Giling (GKG) Perlakuan Bobot Gabah (ton ha-1)

Gm (OTS) 9.380c

G0 (Kontrol) 3.920a

G1 (Glifosat dosis 1,5 l/ha) 7.280bc G2 (Glifosat dosis 3 l/ha) 6.440ab G3 (Glifosat dosis 4,5 l/ha) 6.020ab

Angka-angka sekolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F.05.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan cara pengolahan tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi gabah kering giling (GKG). Perlakuan tertinggi diperoleh pada perlakuan Gm dengan bobot gabah sebesar 9.380 ton ha-1 sedangkan antara perlakuan G1, G2, dan G3 tidak berbeda nyata. Perlakuan terendah ditemukan pada perlakuan G0 dengan bobot kering giling sebesar 3.920 ton ha-1 . Walaupun hasil produksi Gm lebih tinggi, namun secara statistik hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1. Tingginya produksi gabah perlakuan Gm dibanding perlakuan G1, G2, dan G3 diduga dipengaruhi oleh pengolahan tanah yang dilakukan olah tanah sempurna sehingga perakaran padi lebih berkembang dan lebih mudah menyerap unsur hara dibanding tanpa olah tanah. Menurut Taslim et al. (1989), keuntungan olah tanah sempurna yaitu mengendalikan gulma pada stadia awal pertumbuhan tanaman, memperbaiki aerasi tanah, mencampur sisa gulma dan tanaman dengan tanah, membantu pembentukan tapak bajak, menyeragamkan tingkat kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan hara, terutama fosfor (P), dan memudahkan tanam. Selain itu, penggunaan bibit unggul merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi padi.

Tingginya produksi gabah kering giling pada perlakuan Gm sebesar 9.380 ton ha-1 gabah kering giling didukung dengan penggunaan benih padi varietas Mekongga. Padi varietas Mekongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970 dengan varietas IR 64. Umur tanam Mekongga cukup singkat yaitu berkisar antara 116 hingga 125 hari. Bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm dengan jumlah anakan produktif sebanyak 13-16 batang. Bentuk gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23 persen. Bobot 1000 butir gabah Mekongga yaitu 28 gram sehingga kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 6 ton hektar -1 gabah kering giling, bahkan lebih apabila diterapkan dengan teknologi budidaya yang tepat (BBPADI 2009). Perlakuan G1, G2, dan G3 tanpa olah tanah diperoleh

18

produksi gabah kering giling sebesar 7.280 ton ha-1, 6.440 ton ha-1 dan 6.020 ton ha-1. Sejalan dengan Lamid (2001) yang membuktikan bahwa peningkatan produksi pada tanpa olah tanah sebesar 8-22% lebih tinggi dibanding olah tanah sempurna. Peningkatan produksi dilihat dari jumlah gabah, gabah bernas, dan bobot 1.000 butir gabah yang dihasilkan tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa gabah yang dihasilkan lebih banyak, lebih bernas, dan relatif lebih besar sehingga berkontribusi terhadap peningkatan hasil padi. Oleh karena itu, penerapan tanpa olah tanah dengan perlakuan glifosat dengan dosis 1.5 l ha-1 dapat diterapkan di lapang dibanding perlakuan G2 dan G3.

Perlakuan Gm dengan sistem penerapan olah tanah sempurna menghasilkan pertanaman padi dengan pertumbuhan morfofisiologi perakaran vertikal, ramping dan panjang sehingga mampu menyerap unsur hara lebih efektif dibandingkan penerapan sistem tanpa olah tanah yang pertumbuhan akarnya horizontal dan pendek. Penerapan herbisida glifosat mampu mempercepat pelapukan gulma dan singgang tanaman padi. Materi lapuk tersebut tertinggal secara in situ dan menyumbang terhadap kandungan C-organik tanah. Pada tanpa olah tanah, nilai total hara N, P, dan K dalam tanah selalu lebih rendah dibanding olah tanah sempurna. Artinya hara tersebut banyak terabsorpsi oleh tanaman sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman (Lamid 2001). Penerapan OTS dengan menggunakan tenaga ternak dan cangkul memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih baik, tetapi indeks pertanaman lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan mesin pengolah tanah (hand tractor) karena memerlukan waktu yang lebih panjang (De Datta 1981 dalam Lamid 2011).

Analisis Biaya Budidaya Padi Tanpa Olah Tanah

Budidaya padi akan memberikan hasil optimal bila pengelolaan sumberdaya yang ada dilakukan suatu analisis biaya agar petani dapat mengetahui usaha budidaya yang dilakukannya menguntungkan, efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Analisis usaha tani yang dilakukan menunjukkan bahwa perhitungan R/C Ratio dihitung dengan membandingkan antara jumlah penerimaan dan biaya. Berdasarkan hasil analisis ragam data rata-rata bobot gabah kering giling (GKG) pada tiap perlakuan kemudian dilakukan perbandingan masing-masing analisis ekonomi budidaya padi sawah pada tiap perlakuan. Perbandingan

Dokumen terkait