• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi Sawah Sistem TOT terhadap Tanah dan Tanaman Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi Sawah Sistem TOT terhadap Tanah dan Tanaman Padi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

3

DAMPAK APLIKASI HERBISIDA IPA GLIFOSAT

PADA PERTANAMAN PADI SAWAH SISTEM TOT

TERHADAP TANAH DAN TANAMAN PADI

S DHARMA KESUMA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi Sawah Sistem TOT Terhadap Tanah dan Tanaman Padi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

S DHARMA KESUMA. Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi Sawah Sistem TOT terhadap Tanah dan Tanaman Padi. Dibimbing oleh HARIYADI dan SYAIFUL ANWAR.

Gulma merupakan faktor penting dalam penurunan produktifitas padi, sehingga upaya pengendalian gulma perlu menjadi perhatian serius. Pengaruh gangguan gulma terhadap penurunan produksi tanaman padi masih tinggi yaitu 6

– 87 %. Pengendalian gulma umumnya dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida berbahan aktif glifosat paling banyak digunakan di lahan pertanian di seluruh dunia. Herbisida ini merupakan jenis pasca tumbuh dan bersifat non selektif. Herbisida dinilai jauh lebih efisien, murah, dan cepat karena hemat tenaga kerja yang diperlukan untuk penyiangan. Aplikasi teknologi tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan herbisida dianggap jauh lebih efektif dan efisien. Namun, penggunaan herbisida secara terus menerus dapat mengakibatkan residu di dalam tanah, tanaman dan hasil panen. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh TOT dan kombinasinya dengan herbisida IPA Glifosat terhadap produksi padi dan nilai ekonominya dan konsentrasi residu herbisida IPA Glifosat di dalam tanah, jerami dan beras dan batas maksimum residu.

Penelitian ini dilakukan di lapang dengan lahan sawah yang dilakukan dengan pemetakan dengan luas 3 m x 3 m sebanyak 5 petak perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh petakan percobaan sebanyak 15 petak. Pengolahan tanah tidak dilakukan pada petak percobaan kecuali pada 3 petak dengan perlakuan Gm yang dilakukan pengolahan tanah secara sempurna (OTS) disesuaikan dengan kebiasan petani di lapang. Penyemprotan herbisida glifosat dilakukan satu kali sebelum ditanam padi dengan menggunakan herbisida berbahan aktif IPA glifosat dengan perlakuan olah tanah sempurna (Gm), G0 (tanpa penyemprotan herbisida), glifosat dengan dosis 1.5 l ha-1 (G1), 3 l ha -1 (G2) dan 4.5 l ha-1 (G3). Penyemprotan herbisida dilakukan masing-masing pada petak

(5)

pengubinan dengan ukuran 1 m x 1 m pada setiap petakan. Pemanenan pada petak sampel dilakukan dengan hati-hati. Sampel masing-masing perlakuan diambil gabah dan ditimbang. Sampel jerami dan tanah masing-masing perlakuan diambil dipetak yang telah diubin. Pengujian residu herbisida dilakukan pada tiga jenis sampel yaitu pada tanah, jerami dan hasil panen (beras). Pengambilan sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras) dilakukan di 5 titik sampel. Penentuan titik sampel ini berdasarkan 5 perlakuan. Tiap lokasi terdiri dari 3 titik ulangan kemudian dari masing-masing titik tersebut diambil satu komposit. Sampel tanah dari petak sawah diambil pada kedalaman 10-20 cm dengan menggunakan sekop, sampel tanah diambil sebanyak 500 gram, kemudian disimpan dalam plastik. Pengambilan sampel jerami dan hasil panen (beras) dilakukan pada lokasi. Analisis residu dilakukan pada sampel tanah, jerami dan beras dengan menggunakan metode HPLC (high performance liquid chromatography).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan Gm (OTS) dan G1 (1.5 l ha-1) menghasilkan produksi gabah yang paling tinggi dengan rerata produksi gabah kering giling masing-masing sebesar 9.380 ton hektar-1 dan 7.280 ton hektar-1. Perlakuan Gm lebih menguntungkan dengan R/C Ratio sebesar 1.84 dengan keuntungan Rp 13 714 000, tetapi penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak akan sulit dilakukan bila diterapkan pada daerah yang minim tenaga kerja. Perlakuan G1 merupakan alternatif pilihan yang dapat diterapkan pada wilayah yang kurang tenaga kerja. Glifosat terkandung pada sampel tanah, jerami dan beras. Hasil analisis residu glifosat pada sampel tanah kandungan residu berkisar 0.001-0.048 mg kg-1, sampel jerami berkisar 0.004-0.147 mg kg-1 dan sampel beras berkisar 0.009-0.272 mg kg-1. Kandungan residu glifosat paling tinggi ditemukan pada sampel beras perlakuan G3 (4.5 l ha-1) sebesar 0.272 mg kg-1,

nilai tersebut di atas ambang batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni sebesar 0.1 mg kg-1.

(6)

SUMMARY

S DHARMA KESUMA. Impacts of Glyphosate IPA Herbicide Application on Soil and Plant in No Tillage Paddy Cultivation. Supervised by HARIYADI and SYAIFUL ANWAR

Weeds are among factors in decreasing paddy production, therefore should be controlled. The effects of weeds in decreasing paddy ranging from 6-87%. Weed control is generally carried out chemically by using herbicides. The use of herbicide with active subtance glyphosate is very common in agricultural areas in the world. This herbicide is used for post-emergence of weeds and it is non-selective. Using herbicides to control weeds is more efficient, inexpensive, and faster. In fact, it is more practical and cost-saving because there is no need to hire many laborers to remove unwanted plants. Application of no-tillage technology (TOT) using herbicides is considered far more effective and efficient. However, continuous use of herbicides can result in residues in the soil, plants and harvest results. The objective of this study was to analyze the influence of TOT and its combination with Glyphosate IPA herbicide on paddy production and its economic value, and the concentration of the residues of Glyphosate IPA herbicide in soil, straw and rice, and the maximum residue limit.

This research was carried out in the paddy field with a plot size of 3 by 3 m as many as 5 treatment plots with 3 replications in order to total 15 experimental plots. The tillage was not performed on the experimental plots, except on the 3 plots with Gm treatment where conventional tillage (OTS) as farmer habits in the field. The spraying of herbicide was done once before paddy planting by using herbicide with active glyphosate IPA on perfect tillage treatment (Gm), G0 (without herbicide, control), with a glyphosate dose of 1.5 l ha-1 (G1), 3 l ha-1

(7)

consisted of 3 repeated points, and one composite was taken from each of these points. The soil samples of the rice fields as much as 500 grams were taken at a depth of 10-20 cm using a trowel, and then they were put in a plastic bag. The sampling of straw and rice harvest was done on location. The residual analysis was performed on the samples of soil, straw and rice by using a method of HPLC (high performance liquid chromatography).

The research results showed that treatments Gm (OTS) and G1 (1.5 l ha-1) produced the highest grain production with the average production of dried mill paddy by 9,380 tons ha-1 and 7,280 tons ha-1 respectively. Gm treatment was more profitable with R / C ratio of 1.84 with a profit of Rp 13 714 000. However, the use of more laborers would be difficult to realize when applied to areas that lack manpower. G1 treatment is an alternative treatment that can be applied to areas that have less labor. Glyphosate contained in soil, straw and rice. Results of the analysis of glyphosate residue in the soil samples ranging 0.001-0.048 mg kg-1, straw 0.004-0.147 mg kg-1 and rice 0.009-0.272 mg kg-1. The highest glyphosate

residue was found in rice samples of treatment G3 (4.5 l ha-1) as much as 0.272 mg kg-1, and the value was above the threshold of maximum residue set by the government (0.1 mg kg-1).

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

1

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

DAMPAK APLIKASI HERBISIDA IPA GLIFOSAT

PADA PERTANAMAN PADI SAWAH SISTEM TOT

TERHADAP TANAH DAN TANAMAN PADI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)

2

(11)

3 Judul Tesis : Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi

Sawah Sistem TOT terhadap Tanah dan Tanaman Padi Nama : S Dharma Kesuma

NIM : P052120301

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Hariyadi, MS Ketua

Dr Ir Syaiful Anwar, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(12)

4

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat pada Pertanaman Padi Sawah Sistem TOT Terhadap Tanah dan Tanaman Padi.

Bagian dari tesis ini telah diterima untuk diterbitkan di Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL) Vol 5 No 1 tahun 2015

dengan judul “Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat dalam Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) terhadap tanah dan Tanaman Padi Sawah”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Hariyadi, MS dan Dr Ir Syaiful Anwar, MSc yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir R A Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, M Appl Sc sebagai penguji luar komisi yang telah memberikan saran dan koreksi yang bersifat konstruktif. Terima kasih juga di sampaikan kepada Bupati Tanggamus yang telah memberikan ijin belajar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang S-2. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap tenaga pengajar dan pegawai Program Studi PSL SPS IPB.

Penulis menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada ayahanda (Alm) Soehaemi, ibunda (Alm) Soeliam, kakakanda Irianti dan Hamangku Siswanto; Kakanda Tamrin HS dan Asniatun dan para keponakanku dan sahabat sejatiku teman-teman PSL angkatan 2012, atas segala doa, dan kebersamaan selama ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam diskusi, saran, doa hingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

Semoga tesis ini bermanfaat.

(13)

5

Sifat-Sifat Bahan Aktif IPA Glifosat 8

Akumulasi dan Penyebaran Glifosat 9

Pengambilan Sampel Tanah, Jerami dan Hasil Panen (Beras) 14

Analisis Residu Glifosat 15

Penghitungan Konsentrasi Residu Herbisida dan Batas Maksimum Residu 15

Analisis Biaya Budidaya Padi 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Hasil Produksi Pertanaman Padi 17

Analisis Biaya Budidaya Padi Tanpa Olah Tanah 18

Residu Herbisida di Tanah, Jerami dan Hasil Panen (Beras) 19

(14)

6

DAFTAR TABEL

1 Sifat Kimia Glifosat 8

2 Sifat Fisikokimia Glifosat 9

3 Pengaruh Glifosat pada terhadap Manusia 11

4 Jenis Perlakuan dan Dosis Herbisida 13

5 Hasil Analisis Uji Lanjut Bobot Gabah Kering Giling (GKG) 17 6 Perbandingan Analisis Biaya pada Setiap Perlakuan 19 7 Deteksi Glifosat Pada Perlakuan Sampel Dengan Metode

Kromatografi 20

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir kerangka pemikiran 4

2 Mekanisme Glifosat dalam menghambat enzim EPSPS 8

3 Penyebaran dan Akumulasi Glifosat di Lapang 10

4 Interaksi Glifosat di dalam Tanah (Huber 2010a) 10 5 Peta Lokasi Penelitian di Cijujung Kecamatan Ciampea 12 6 Kandungan Residu Glifosat dalam Sampel Tanah Pada Tiap

10 Chromatogram Larutan Standar Glifosat 0.032 ppm 33 11 Chromatogram Sampel Tanah Perlakuan Kontrol (G0) 34

12 Chromatogram Sampel Tanah Perlakuan OTS (Gm) 35

13 Chromatogram Sampel Tanah Perlakuan Glifosat 1.5 l/ha (G1) 36 14 Chromatogram Sampel Tanah Perlakuan Glifosat 3 l/ha (G2) 37 15 Chromatogram Sampel Tanah Perlakuan Glifosat 4.5 l/ha (G3) 38 16 Chromatogram Sampel Jerami Perlakuan Kontrol (G0) 39 17 Chromatogram Sampel Jerami Perlakuan OTS (Gm) 40 18 Chromatogram Sampel Jerami Perlakuan Glifosat 1.5 l/ha (G1) 41 19 Chromatogram Sampel Jerami Perlakuan Glifosat 3 l/ha (G2) 42 20 Chromatogram Sampel Jerami Perlakuan Glifosat 4.5 l/ha (G3) 43 21 Chromatogram Sampel Beras Perlakuan Kontrol (G0) 44

22 Chromatogram Sampel Beras Perlakuan OTS (Gm) 45

(15)

7 25 Chromatogram Sampel Beras Perlakuan Glifosat 4.5 l/ha (G3) 48

26 Hasil Analisis Ragam Data Bobot Gabah 49

27 Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dengan Perlakuan Kontrol 50 28 Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dengan Perlakuan OTS 51 29 Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dengan Perlakuan Glifosat

1.5 l ha-1 52

30 Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dengan Perlakuan Glifosat 3 l

ha-1 53

31 Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dengan Perlakuan Glifosat

4.5 l ha-1 54

(16)
(17)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis karena lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras sebagai pangan pokok utama, sumber daya utama bagi pemantapan ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional bagi Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2004).

Kebutuhan bahan pangan terutama beras di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan. Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia (Balitan 2005). Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis karena merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Kecukupan pangan wajib terpenuhi dari produksi dalam negeri dan impor sebagai hak dan kelangsungan hidup bangsa. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan politik bangsa, pangan harus tersedia secara memadai, bahkan di saat menghadapi perubahan iklim global yang berdampak pada sistem usaha tani padi di semua negara produsen padi dunia, maka harus ada surplus beras sebagai cadangan pangan (Kementan 2011). Namun dilain pihak, upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (Climate anomaly), gejala kelelahan teknologi (Technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (Land degradation) yang berdampak terhadap penurunan produktivitas (Pramono et al. 2005).

Salah satu upaya meningkatkan produksi beras adalah intensifikasi. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan cara pemupukan yang baik, pemilihan benih unggul, pengendalian hama dan penyakit, dan juga pengendalian gulma. Pengaruh gangguan gulma terhadap penurunan produksi tanaman pangan sangat bervariasi tergantung keadaan yang mempengaruhinya. Pitoyo (2006) menyatakan bahwa penurunan produksi pangan khususnya padi yang diakibatkan oleh gulma masih tinggi yaitu 6 – 87 %. Secara nasional, penurunan produksi padi sawah mencapai 15 – 42 % dan padi gogo 47-87 %. Penurunan produksi tersebut dinilai sangat berarti sehingga upaya pengendalian gulma perlu memperoleh perhatian yang serius.

(18)

2

dan konjugasi asam aminonya diketahui untuk berinteraksi dengan albumin serum. IPA glifosat merupakan herbisida pasca tumbuh yang diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air yang dapat mengendalikan gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki-tekian serta mempunyai spektrum yang luas (Nufarm 2012 dalam Supawan 2013).

Kerangka Pemikiran

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1982).

Pencemaran terjadi pada tanah, air tanah, badan air atau sungai, udara, bahkan terputusnya rantai dari suatu tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang pada akhirnya akan menghancurkan ekosistem (Soemarwoto 1991). Tercemarnya tanah, air, udara dan unsur lingkungan lainnya oleh pestisida terjadi karena penanganan pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia pestisidanya dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan hidup (Direktorat Pupuk dan Pestisida 2011).

Kurnia et. al (2004) menyatakan penyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan kedalam: (1) kegiatan non pertanian, yaitu industri dan pertambangan dan (2) kegiatan pertanian, yaitu penggunaan bahan-bahan agrokimia. Pencemaran pada lahan sawah umumnya disebabkan oleh limbah industri, dan aktivitas budi daya yang menggunakan bahan-bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang kurang terkendali.

Salah satu program intensifikasi pertanian yang penting adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama gulma pada lahan pertanaman padi. Sebagian besar petani menggunakan herbisida karena dinilai lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Akan tetapi, pengaplikasian herbisida pada lahan persawahan secara terus menerus dikhawatirkan dapat meninggalkan residu didalam tanah, tanaman maupun hasil panen sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman.

(19)

3 Dampak residu herbisida terhadap kesehatan manusia disamping ditentukan oleh besarnya residu juga ditentukan oleh daya racun baik akut maupun kronik yang berbeda antara herbisida yang satu dengan yang lainnya. Residu herbisida tidak saja dijumpai sebagai akibat penggunaannya, tetapi dapat juga dijumpai pada benda-benda lainnya secara tidak sengaja atau karena kecelakaan terkontaminasi herbisida. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat pengangkutan ataupun penyimpanan herbisida yang tidak hati-hati. Residu tersebut menjadi sangat berbahaya apabila ditemukan pada bahan makanan yang terkontaminasi herbisida dengan konsentrasi yang tinggi (Direktorat Pupuk dan Pestisida 2011).

Beberapa kasus residu herbisida berbahan aktif glifosat di Propinsi Jawa Barat dengan kandungan sebesar 0.0009–0.00012 ppm, Jawa Tengah dengan residu glifosat sebesar 0.0004–0.0125 ppm dan di Jawa Timur ditemukan parakuat, glifosat, oksadiazon, DMA, metil metsulfuron. Residu parakuat ditemukan dalam beras sebesar 0,0024-0,0045 ppm dan tanah sawah sebesar 0,0031-0,0074 ppm (Adi 2003).

Teknologi pengolahan tanah mempunyai tujuan ganda, baik dalam penyiapan lahan dan pengelolaan air maupun pengendalian gulma. Penyiapan lahan lahan pada lahan budidaya padi sawah hanya diawali dengan pengolahan tanah sederhana, bahkan tanpa olah tanah hanya dengan menebas gulma kemudian membakarnya (Lamid 1993 dalam Lamid 2011). Pada era revolusi hijau dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengolahan tanah secara sederhana ditinggalkan oleh petani dan diganti dengan olah tanah sempurna (OTS) dengan menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan). Penerapan teknologi OTS awalnya berdampak positif terhadap efisiensi usaha tani padi karena menghemat biaya dan tenaga kerja untuk pengendalian gulma (Kasryno 1983; Ananto 1989 dalam Lamid 2011).

Balitan (2010) menyatakan teknologi tanpa olah tanah (TOT) merupakan salah satu cara pengolahan lahan yang prospektif dikembangkan untuk mengatasi beberapa kelemahan olah tanah sempurna (OTS). Tanpa olah tanah dikenal sebagai teknologi olah tanah konservasi (conservation tillage) karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain mencegah erosi, mempertahankan keanekaragaman biologi, menekan populasi beberapa jenis gulma dan hama invertebrata, memperbaiki efisiensi penggunaan pupuk, meningkatkan intensitas penanaman dan pendapatan (Effendi dan Utomo 1993; Lamid et al. 1996; Lamid 1998; Lamid 2011). Teknologi ini membuka peluang bagi penggunaan herbisida non selektif purna tumbuh yang bekerja secara sistemik atau secara kontak (Bangun 1995; Utomo 1995; Lamid 2011). Penggunaan herbisida dinilai jauh lebih efisien, murah, dan cepat karena hemat tenaga kerja yang diperlukan untuk penyiangan (Tjitrosoedirjo et al. 1984). Meskipun demikian, pengaplikasian herbisida pada lahan persawahan secara terus menerus dikhawatirkan dapat meninggalkan residu di dalam tanah, tanaman dan hasil panen.

(20)

4

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran Perumusan Masalah

Pengendalian gulma terutama pada lahan pertanian dengan menggunakan senyawa kimia yaitu herbisida sudah sangat berkembang saat ini. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaplikasian herbisida pada pertanaman padi perlu dilakukan pengamatan terhadap residu herbisida pada komponen lingkungan dan tanaman seperti tanah, jerami dan hasil panen (beras) yang berpotensi tercemar oleh herbisida. Oleh karena itu diperlukan penelitian di lokasi pertanaman padi sawah untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai residu herbisida yang mencemari lahan dan tanaman padi

(21)

5 serta mengetahui batas maksimum residu herbisida. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirangkum rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh TOT dan kombinasinya dengan herbisida IPA Glifosat terhadap produksi dan nilai ekonominya?

2. Bagaimana konsentrasi residu herbisida IPA Glifosat di dalam tanah, jerami dan beras dan batas maksimum residu (BMR)?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis pengaruh TOT dan kombinasinya dengan herbisida IPA Glifosat terhadap produksi dan nilai ekonominya.

2. Menganalisis konsentrasi residu herbisida IPA Glifosat di dalam tanah, jerami dan beras dan batas maksimum residu (BMR).

Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan memberikan manfaat :

1. Sebagai informasi resiko penggunaan herbisida yang diaplikasikan secara terus menerus akan berdampak negatif pada kesehatan pengguna dan lingkungan.

2. Sebagai bahan pertimbangan petani dalam penggunaan herbisida harus dilakukan secara tepat dosis, tepat waktu dan tepat sasaran sehingga intensifikasi pertanian dengan memperhatikan aspek lingkungan pun dapat tercipta dengan baik secara yang berkelanjutan.

Pengendalian gulma terutama pada lahan pertanian dengan menggunakan senyawa kimia yaitu herbisida sudah sangat berkembang saat ini. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaplikasian herbisida pada pertanaman padi perlu dilakukan pengamatan terhadap residu herbisida pada komponen lingkungan dan tanaman seperti tanah, jerami dan hasil panen (beras) yang berpotensi tercemar oleh herbisida. Oleh karena itu diperlukan penelitian di lokasi pertanaman padi sawah untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai residu herbisida yang mencemari lahan dan tanaman padi serta mengetahui batas maksimum residu herbisida. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirangkum rumusan masalah sebagai berikut:

3. Bagaimana pengaruh TOT dan kombinasinya dengan herbisida IPA Glifosat terhadap produksi dan nilai ekonominya?

4. Bagaimana konsentrasi residu herbisida IPA Glifosat di dalam tanah, jerami dan beras dan batas maksimum residu (BMR)?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(22)

6

2 TINJAUAN PUSTAKA

Herbisida

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman (Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992).

Direktorat Pupuk dan Pestisida (2011) menyatakan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian- bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan atau

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Herbisida merupakan salah satu dari jenis pestisida. Herbisida dapat didefinisikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma atau menghambat pertumbuhan tanaman untuk melindungi tanaman yang dibudidayakan. Herbisida memberikan aplikasi yang mudah, ekonomis dan efektif dalam mengelola gulma (Lingenfelter dan Hartwig 2013)

Hance (1987) dalam Djojosumarto (2008), Herbisida bersifat mematikan gulma dengan berbagai macam cara. Efek herbisida terhadap gulma (site of action) antara lain :

1. Herbisida mempengaruhi respirasi gulma

2. Hebisida yang mempengaruhi proses fotosintesis gulma 3. Herbisida menghambat perkecambahan

4. Herbisida yang memiliki efek terhadap sintesa asam amino 5. Herbisida yang mempengaruhi metabolism lipida

Herbisida dibagi dua berdasarkan pada gulma sasaran (Djojosumarto 2008) yaitu :

1. Herbisida kontak (non sistemik) yaitu hebisida yang membunuh jaringan gulma yang terkena langsung oleh herbisida tersebut. Herbisida ini tidak ditranslokasikan di dalam jaringan tumbuhan. Contoh : paraquat, diquat dan propanil

(23)

7 membunuh jaringan gulma yang berada di dalam tanah (akar, rimpang, umbi). Contoh : 2,4D, glifosat dan glufosinat.

Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan ke dalam jaringan tumbuhan sehingga akan mematikan jaringan sasaran seperti daun, tunas, dan perakaran. Glifosat adalah salah satu jenis herbisida yang bersifat sistemik. Herbisida non selektif ini digunakan untuk membunuh tumbuhan baik berdaun lebar dan rumput baik tanaman pangan dan non pangan (Beyond Pesticides 2003; NPIC 2010).

Glifosat

Herbisida berbahan aktif glifosat [N-(phosphonomethyl)glysin] adalah salah satu herbisida dari golongan phosphono amino acid yang memiliki sifat non selektif dan efektif untuk rerumputan daripada gulma daun lebar. Herbisida glifosat bersifat sistemik, mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses sintesis asam amino (Spectrum Laboratories 1998). Glifosat sangat cocok untuk mengendalikan gulma-gulma jenis rumput, teki-tekian dan daun lebar yang bersifat semusim (annual), dwi tahunan (biennial), dan tahunan (perennial).

Mekanisme Kerja Glifosat

Cara kerja glifosat adalah menyerang enzim 5- enoylpyruvate shikimicacid-3-phosphate synthase (EPSP synthase) yang terdapat di kloroplas. Enzim ini berperan dalam biosintesis asam amino aromatik seperti triptopan, fenilalanin, dan tirosin (Spectrum Laboratories 1998). Asam amino ini sangat penting pada proses sintesa protein sebagai penghubung metabolisme primer dan sekunder (Carlisle dan Trevors 1988 dalam Tu et al. 2001). Senyawa EPSPS berada pada bagian kloroplas tumbuhan (Tu et al. 2001).

(24)

8

Gambar 2 Mekanisme Glifosat dalam menghambat enzim EPSPS Sifat-Sifat Bahan Aktif IPA Glifosat

Glifosat merupakan nama kimia umum dari bahan aktif ini dan sifat-sifat kimia dan fisikokimia dari glifosat/IPA glifosat disajikan pada Tabel 1 dan 2 : Tabel 1 Sifat Kimia Glifosat

Nomenklatur Keterangan

 Nama Umum (ISO) Glifosat

( dalam bentuk garam isopropilamin)  Tatanama IUPAC N-(phosphonometil)-glicin

Garam N-(fosfonometil)-glicin IPA  Tatanama CAS N-(phosphonometil)-glycine

Garam N-(fosfonometil)-glycine IPA  Nomer Registrasi CAS 1071-83-6

38641-94-0  Formula Molekuler C3H8NO5P

C6H17N2O5P

 Berat Molekul 169.1 g/mol 228.19 g/mol  Struktur Kimia

(25)

9 Tabel 2 Sifat Fisikokimia Glifosat

Parameter Keterangan Octanol – Koefisiensi Partisi Air -2.8

Tegangan Permukaan 0.5%

(berat/volume) pada suhu sekitar 25 °C 0.072 N/m

pH pada larutan 1% 2.5

Nilai pKa < 2, 2.6, 5.6, 10.6

Keterserapan Mol pada at 295 nm 0.086 litre/mol per cm Kemampuan untuk terbakar Tidak mudah terbakar

Sifat Eksplosif Tidak meledak

Sumber : Mensink dan Janssen (1994)

Akumulasi dan Penyebaran Glifosat

(26)

10

Gambar 3 Penyebaran dan Akumulasi Glifosat di Lapang Dampak Residu Herbisida pada Tanah

Keberadaan dan penyebaran glifosat di dalam tanah dipengaruhi oleh komposisi tanah, kondisi iklim dan aktivitas mikroba. Glifosat yang tidak hancur dan bersifat inaktif secara instan terserap melalui partikel tanah dan berkurang dalam penyebarannya pada matrik tanah atau tercuci dalam bentuk terlarut (Tu et al. 2001; Watts 2009; Helander et al. 2012). Glifosat dapat dipecah oleh bakteri dalam tanah (NPIC 2010).

Gambar 4 Interaksi Glifosat di dalam Tanah (Huber 2010a)

Senyawa glifosat tidak mungkin masuk kedalam air bawah tanah karena glifosat mengikat erat tanah. Dalam sebuah penelitian, setengah glifosat ditemukan pada daun-daun kering yang telah mati dalam 8 atau 9 hari. Studi lain menunjukkan bahwa glifosat terbawa oleh tanaman wortel dan selada setelah tanah diolah dengan menggunakan glifosat (NPIC 2010).

Dampak Residu Herbisida terhadap Manusia

(27)

11 menpengaruhi kesehatan manusia. Dosis glifosat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit yang dapat berakibat kematian. Tes laboratorium menunjukan bahwa glifosat dapat mempengaruhi umbilikal, sel embrio dan plasenta pada manusia (Helander et al. 2012). Tabel 3 memperlihatkan pengaruh glifosat pada manusia.

Tabel 3 Pengaruh Glifosat pada terhadap Manusia Dosis

(ppm) Sistem tubuh yang dipengaruhi Referensi

0.5 Gangguan sel endokrin pada manusia Toxicology 262:184-196 2009

0.5 Anti adrogenik Gasner et al. 2009

1.0 Gangguan pada enzim aramatase Gasnier et al. 2009 1-10 Menghambat LDH, AST, ALF pada enzim Malatesta et al. 2005 1-10 Kerusakan hati, mitokondria Malatesta et al. 2005 2.0 Anti Oestrogenik Gasnier et al. 2009

5.0 Kerusakan DNA Toxicology 262:184-196 2009 5.0 Placenta, eumbilikal dan embrio Chem.Res.Toxicol. J. 22:2009

10 Citotoksik Toxicology 262:184-196 2009

(28)

12

3 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman padi sawah di Desa Cijujung, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus hingga Nopember 2013. Analisis residu herbisida untuk sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras) dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Bogor yang telah memiliki akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LP-556-IDN pada bulan Agustus hingga Nopember 2013 (Gambar 5).

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian di Cijujung Kecamatan Ciampea Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas Mekongga, sampel tanah, jerami dan hasil panen (beras), pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan anjuran, herbisida berbahan aktif IPA Glifosat konsentrasi 480 g l-1 (setara dengan Glifosat 356 g l-1 ) dengan dosis anjuran 3 l ha-1.

(29)

13 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor tunggal yaitu dosis herbisida berbahan aktif IPA Glifosat. Percobaan terdiri dari 5 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 15 petak percobaan. Volume semprot yang digunakan adalah 400 l ha-1. Perlakuan yang diberikan untuk petak percobaan terdiri atas:

 Dosis perlakuan herbisida : 1.5 l ha-1, 3 l ha -1 dan 4.5 l ha-1.

 OTS (Olah Tanah Sempurna) dilakukan menurut cara yang dilakukan di lokasi setempat.

 Kontrol adalah perlakuan pembanding tidak dilakukan pengolahan tanah, tanpa penyiangan dan penyemprotan herbisida.

Tabel 4 Jenis Perlakuan dan Dosis Herbisida

Herbisida Dosis formulasi

Yijk = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pengolahan data mengunakan metode analisis ragam (Anova) dengan program SAS 9.1. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut terhadap perbedaan nilai rata-rata pada taraf 5 % dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Penelitian Lapangan

Tanaman Padi Pengolahan Tanah

(30)

14

pematang antar perlakukan dengan satu titik pintu masuk air irigasi. Sistem irigasi di lokasi percobaan menggunakan sistem non teknis dengan pengairan yang cukup baik.

Aplikasi Herbisida

Penyemprotan herbisida glifosat dilakukan satu kali sebelum ditanam padi. Penyemprotan herbisida dilakukan masing-masing pada petak sampel perlakuan pada saat cuaca terang. Aplikasi herbisida disemprot pada petak perlakuan secara merata diluar petak kontrol dengan tepat dosis yang telah ditentukan. Gulma dan singgang padi mati 3 MSA maka dilakukan pemasukan air irigasi pada petak perlakuan untuk memudahkan dalam melakukan penanaman padi baik pada petak perlakuan dan kontrol.

Pesemaian dan Penanaman Bibit

Benih disemai dengan menggunakan benih padi varietas Mekongga. Pesemaian disesuaikan dengan perlakuan yang dilakukan oleh petani. Bibit siap tanam berumur 25 Hari Setelah Sebar (HSS) dan ditanam di petak percobaan. Penananam bibit dilakukan dengan cara ditugal pada petak perlakuan kontrol dan aplikasi herbisida yang tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan batang kayu yang ujungnya telah diruncing untuk memudahkan penanaman di lahan sawah. Penanaman di petak olah tanah sempurna (OTS) dilakukan seperti biasa tanpa ditugal.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan dengan menggunakan pupuk urea sebanyak 200 kg ha-1,

SP36 100 kg ha-1 dan NPK Phonska 100 kg ha-1 untuk 2 kali pemupukan. Pemupukan pupuk kimia dengan cara disebar secara merata pada pertanaman padi. Penyiangan dilakukan pada petak perlakuan Gm sebanyak 2 kali pada padi umur 30 dan 60 hari setelah tanam. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan apabila tanaman terserang hama walang sangit.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur ± 4 bulan dimana tanaman padi yang siap panen dengan ciri – ciri tanaman menguning dengan malai padi yang merunduk. Pemanenan dilakukan pada petak sampel yang diamati dengan melakukan pengubinan dengan ukuran 1 m x 1 m pada setiap petakan. Pemanenan pada petak sampel dilakukan dengan hati-hati. Sampel masing-masing perlakuan diambil gabah dan ditimbang. Sampel jerami dan tanah masing-masing perlakuan diambil dipetak yang telah diubin.

Analisis Laboratorium

Pengambilan Sampel Tanah, Jerami dan Hasil Panen (Beras)

(31)

15 sawah diambil pada kedalaman 10-20 cm dengan menggunakan sekop, sampel tanah diambil sebanyak 500 gram, kemudian disimpan dalam plastik. Pengambilan sampel jerami dan hasil panen (beras) dilakukan pada lokasi. Sampel tanah dan beras dikeringanginkan lalu digerus hingga halus (Balingtan 2007).

Analisis Residu Glifosat

Tahap analisis residu adalah suatu cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang komposisi residu suatu pestisida dalam suatu contoh bahan, sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi komposisi residu pestisida bahan tersebut. Cara tersebut meliputi tahap pembuatan larutan standar, tahap ekstraksi yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang homogen, tahap pembersihan (clean up) bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu proses analisis, tahap penetapan, dan tahap evaluasi data (Balingtan 2007 ; Komisi Pestisida 2006).

a. Tahap Pembuatan Larutan Standar

Larutan standar yang digunakan adalah larutan yang dibuat dari bahan aktif herbisida. Jenis bahan aktif herbisida yang digunakan adalah IPA glifosat 480 g l-1 (setara dengan glifosat 356 g l-1). Kemudian dibuat larutan stok standar dengan konsentrasi 100 ppm dan untuk larutan kerja digunakan konsentrasi sebesar 1 ppm. Larutan standar dibuat dengan melarutkan 480 g IPA glifosat dalam 10 ml metanol, kemudian diencerkan hingga volume larutan 100 ml sehingga diperoleh larutan standar 100 ppm.

b. Tahap Ekstraksi dan Pemurnian

Ekstraksi sampel tanah dilakukan setelah sampel tanah dikeringanginkan selama kurang lebih satu hari. Ekstraksi untuk sampel jerami dilakukan dengan cara mencacah menjadi bagian-bagian kecil. Sedangkan sampel beras dilakukan ekstaksi dengan menghaluskan beras. Masing-masing sampel tanah diambil sebanyak 25 g sedangkan sampel jerami diambil sebanyak 25 g. Kemudian masing-masing sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan diklorometan : aseton dengan perbandingan 1:1 sebanyak 100 ml. Ekstrak tanah, jerami dan beras kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam labu rotavapor, kemudian dilakukan penguapan dengan menggunakan alat rotavapor hingga tersisa ± 50 ml.

Pada tahap pemurnian (clean up), hasil ekstrak tanah, jerami dan beras yang telah dilakukan penguapan kemudian disaring dengan menggunakan buret yang berisi Florisil dan Na2SO4 anhidrat. Sampel hasil pemurnian kemudian

diuapkan kembali dengan menggunakan alat rotavapor hingga dihasilkan sisa larutan di dalam labu rotavapor ± 1 ml. Sisa larutan tersebut merupakan residu herbisida. Dinding labu dibilas dengan metanol 60%, dan disaring ke dalam tabung reaksi 10 ml menggunakan kertas saring, kemudian ditera hingga 10 ml dengan metanol 60%.

(32)

16

kromatogram dengan nilai yang mendekati data retensi waktu dan peak area herbisida standar. Penentuan konsentrasi residu herbisida dihitung menggunakan rumus sesuai dengan rumus dari Komisi Pestisida (2006) :

Residu R = Ac x Ks x FPAs x Bc

Keterangan : R = Konsentrasi residu (ppm); Ac = Area contoh; As = Area standar; Ks = Konsentrasi standar (ppm); FP = Faktor Pengencer (ml) dan Bc = Bobot contoh (g)

Konsentrasi residu glifosat yang dihasilkan dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai batas maksimum residu (BMR) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia yaitu 0.1 mg kg-1 (BSN 2008).

Analisis Biaya Budidaya Padi

Pengambilan data untuk analisis ekonomi ini dilakukan antara lain melalui wawancara langsung dengan petani disekitar lahan penelitian, wawancara langsung dengan penjual alat dan sarana produksi pertanian, serta data produksi bobot gabah kering giling (GKG). Perbandingan analisis dilakukan dari masing-masing perlakuan yang diuji. Parameter yang akan dibandingkan secara ekonomi antara lain adalah: biaya benih, biaya pupuk, biaya herbisida, biaya tenaga kerja.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan (Soekartawi 2002) sebagai berikut:

R/C>1, usahatani menguntungkan (tambahan penerimaan lebih besar dari tambahan biaya)

(33)

17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Produksi Pertanaman Padi

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot gabah kering giling (GKG) ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil ubinan pada masing-masing petak perlakuan diperoleh rata-rata bobot gabah kering giling (GKG) total yang dipanen sebesar 6.608 ton ha-1 .

Tabel 5 Hasil Analisis Uji Lanjut Bobot Gabah Kering Giling (GKG) Perlakuan Bobot Gabah (ton ha-1)

Dari hasil penelitian ini menunjukkan cara pengolahan tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi gabah kering giling (GKG). Perlakuan tertinggi diperoleh pada perlakuan Gm dengan bobot gabah sebesar 9.380 ton ha-1 sedangkan antara perlakuan G1, G2, dan G3 tidak

berbeda nyata. Perlakuan terendah ditemukan pada perlakuan G0 dengan bobot kering giling sebesar 3.920 ton ha-1 . Walaupun hasil produksi Gm lebih tinggi, namun secara statistik hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1. Tingginya produksi gabah perlakuan Gm dibanding perlakuan G1, G2, dan G3 diduga dipengaruhi oleh pengolahan tanah yang dilakukan olah tanah sempurna sehingga perakaran padi lebih berkembang dan lebih mudah menyerap unsur hara dibanding tanpa olah tanah. Menurut Taslim et al. (1989), keuntungan olah tanah sempurna yaitu mengendalikan gulma pada stadia awal pertumbuhan tanaman, memperbaiki aerasi tanah, mencampur sisa gulma dan tanaman dengan tanah, membantu pembentukan tapak bajak, menyeragamkan tingkat kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan hara, terutama fosfor (P), dan memudahkan tanam. Selain itu, penggunaan bibit unggul merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi padi.

Tingginya produksi gabah kering giling pada perlakuan Gm sebesar 9.380 ton ha-1 gabah kering giling didukung dengan penggunaan benih padi varietas Mekongga. Padi varietas Mekongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970 dengan varietas IR 64. Umur tanam Mekongga cukup singkat yaitu berkisar antara 116 hingga 125 hari. Bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm dengan jumlah anakan produktif sebanyak 13-16 batang. Bentuk gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23 persen. Bobot 1000 butir gabah Mekongga yaitu 28 gram sehingga kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 6 ton hektar -1 gabah

(34)

18

produksi gabah kering giling sebesar 7.280 ton ha-1, 6.440 ton ha-1 dan 6.020

ton ha-1. Sejalan dengan Lamid (2001) yang membuktikan bahwa peningkatan produksi pada tanpa olah tanah sebesar 8-22% lebih tinggi dibanding olah tanah sempurna. Peningkatan produksi dilihat dari jumlah gabah, gabah bernas, dan bobot 1.000 butir gabah yang dihasilkan tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa gabah yang dihasilkan lebih banyak, lebih bernas, dan relatif lebih besar sehingga berkontribusi terhadap peningkatan hasil padi. Oleh karena itu, penerapan tanpa olah tanah dengan perlakuan glifosat dengan dosis 1.5 l ha-1 dapat diterapkan di lapang dibanding perlakuan G2 dan G3.

Perlakuan Gm dengan sistem penerapan olah tanah sempurna menghasilkan pertanaman padi dengan pertumbuhan morfofisiologi perakaran vertikal, ramping dan panjang sehingga mampu menyerap unsur hara lebih efektif dibandingkan penerapan sistem tanpa olah tanah yang pertumbuhan akarnya horizontal dan pendek. Penerapan herbisida glifosat mampu mempercepat pelapukan gulma dan singgang tanaman padi. Materi lapuk tersebut tertinggal secara in situ dan menyumbang terhadap kandungan C-organik tanah. Pada tanpa olah tanah, nilai total hara N, P, dan K dalam tanah selalu lebih rendah dibanding olah tanah sempurna. Artinya hara tersebut banyak terabsorpsi oleh tanaman sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman (Lamid 2001). Penerapan OTS dengan menggunakan tenaga ternak dan cangkul memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih baik, tetapi indeks pertanaman lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan mesin pengolah tanah (hand tractor) karena memerlukan waktu yang lebih panjang (De Datta 1981 dalam Lamid 2011).

Analisis Biaya Budidaya Padi Tanpa Olah Tanah

(35)

19 Tabel 6 Perbandingan Analisis Biaya pada Setiap Perlakuan

Komponen Perlakuan

Keterangan : Gm : Pengolahan olah tanah sempurna dilakukan menurut cara yang dilakukan di lokasi setempat, G0 : perlakuan pembanding tidak dilakukan pengolahan tanah, tanpa penyiangan dan penyemprotan herbisida, G1 : Glifosat 1.5 l ha-1, G2 : Glifosat 3 l ha-1 dan G3 : Glifosat 4.5 l ha-1.

Berdasarkan perbandingan analisis biaya pada setiap perlakuan, bahwa perlakuan Gm memiliki nilai R/C Ratio sebesar 1.84 dan keuntungan yang tertinggi sebesar Rp 13 714 000. Hal ini menunjukkan perlakuan Gm sangat menguntungkan petani dalam melakukan budidaya padi sawah. Perlakuan glifosat 1.5 l ha-1 lebih menguntungkan dibanding perlakuan glifosat 3 l ha-1 dan 4.5 l ha-1. Perlakuan glifosat 1.5 l ha-1 memiliki R/C Ratio sebesar 1.62 dan keuntungan maksimal sebesar Rp 8 891 500. Perlakuan tersebut dinilai lebih menguntungkan secara ekonomi dan lebih menunjukkan keefektifan dari segi komponen tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan dalam budidaya padi tanpa olah tanah (TOT) dibandingakan budidaya padi sawah dengan perlakuan Gm (Tabel 6). Berdasarkan perbandingan analisis biaya perlakuan herbisida glifosat dan herbisida berbahan aktif sodium bispirak yang dilakukan Inayati (2013) diketahui bahwa perlakuan sodium bispiribak 0.5 l/ha memiliki nilai R/C Ratio tertinggi yaitu sebesar 2.16 dan keuntungan yang tertinggi pula yaitu sebesar Rp 15,441,810. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan perlakuan sodium bispiribak 0.5 l/ha sangat menguntungkan bagi petani dalam melakukan budidaya padi sawah karena selain hasil produksi padi yang dihasilkan paling banyak dan dosis herbisida yang dilakukan untuk pengendalian gulma dalam dosis rendah sehingga dampak residu yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga rendah.

Perlakuan glifosat 1.5 l ha-1 lebih hemat dalam penggunaan herbisida karena dilakukan satu kali aplikasi pada gulma sebelum tanam pada lahan tanpa olah tanah, karena penggunaan glifosat dengan dosis rendah diharapkan dampak residu yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga rendah. Biaya tenaga kerja dan herbisida yang dibutuhkan juga lebih rendah karena pengaplikasian herbisida dilakukan satu kali sebelum tanam. Pada budidaya padi sawah dengan perlakuan Gm, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak terutama untuk penyiangan gulma karena tidak menggunakan herbisida. Penggunaan tenaga kerja pada perlakuan Gm akan sulit dilakukan bila diterapkan pada daerah yang minim tenaga kerja. Perlakuan G1 merupakan alternatif pilihan yang dapat diterapkan pada wilayah yang kurang tenaga kerja.

Residu Herbisida di Tanah, Jerami dan Hasil Panen (Beras)

(36)

20

yang berbeda-beda (Tabel 7). Glifosat dapat terdeteksi pada semua perlakuan dengan waktu retensi yang diperlukan relatif sama antara 9.22 menit - 9.28 menit dengan peak berkisar antara 5 – 9 dan area berkisar antara 75350 – 20770666 (Tabel 7).

Tabel 7 Deteksi Glifosat Pada Perlakuan Sampel Dengan Metode Kromatografi

No Perlakuan Keterangan : Gm : Pengolahan olah tanah sempurna dilakukan menurut cara yang dilakukan di lokasi setempat, G0 : perlakuan pembanding tidak dilakukan pengolahan tanah, tanpa penyiangan dan penyemprotan herbisida, G1 : Glifosat 1.5 l ha-1, G2 : Glifosat 3 l ha-1 dan G3 : Glifosat 4.5 l ha-1.

Berdasarkan SNI 7313- 2008 batas residu maksimum glifosat yang ditetapkan pada komoditas beras adalah sebesar 0.1 mg kg-1 (BSN 2008). Umumnya penggunaan herbisida di tingkat petani di Desa Cibungbulang sangat tinggi. Herbisida berbahan aktif glifosat yang dibutuhkan dalam luasan 1 hektar sebanyak 2-3 liter ha-1 dimana standar penggunaan herbisida jenis glifosat sebesar 2 l ha-1. Penggunaan hebisida dilakukan dua kali musim sebelum tanam yaitu musim tanam gadu dan rendeng dalam satu tahun. Tingginya angka pemakaian herbisida di tingkat petani dipengaruhi oleh jenis dan populasi gulma dan tingkat pemahaman petani terhadap dosis herbisida yang rendah.

(37)

21 sawah dan gulma eceng gondok (Monochoria vaginalis Burn. F. Presl) secara laboratorium dengan menggunakan herbisida 2.4 D yang telah diberi radioaktif membuktikan bahwa radioaktivitas 2,4-D tertinggi pada minggu ke-0 terjadi pada akar dan daun gulma, pada minggu 2 pada akar padi, pada minggu ke-4 pada batang padi dan pada minggu ke-8 terjadi pada daun padi. Hal ini terjadi baik pada kondisi tanah normal maupun tanah dengan dengan kepadatan 30% di atas normal. Kandungan residu herbisida 2,4-D pada hasil panen padi adalah sebesar 4,24 x 10-3 ppb pada tanah normal dan 3,16 x 10-3 ppb pada tanah yang dipadatkan. Hasil ini masih berada dibawah ambang batas yang diizinkan oleh WHO/FAO sebesar 0,05 ppm

Hasil analisis laboratorium memperlihatkan bahwa konsentrasi residu glifosat terdapat pada semua perlakuan (Tabel 7). Konsentrasi glifosat tertinggi terdapat pada sampel beras dibandingkan dengan sampel tanah dan jerami. Tingginya konsentrasi glifosat di dalam beras diduga bahan aktif glifosat ikut pada saat terjadinya translokasi hara yang dibutuhan selama fase generatif tanamanan. Pada perlakuan kontrol juga ditemukan residu glifosat di dalam beras namun dalam jumlah relatif lebih kecil (0.009 mg kg-1). Tercemarnya glifosat di pertanaman padi pada perlakuan kontrol diduga akibat aplikasi herbisida glifosat sebelum penelitian ini dilakukan oleh petani atau cemaran yang ada dalam air irigasi. Residu herbisida glifosat diketahui dapat bertahan di dalam tanah dan jangka waktunya dipengaruhi oleh dosis yang digunakan, faktor iklim dan jenis tanah (NPIC 2010). Meskipun tidak menunjukan kecenderungan yang jelas, dosis herbisida yang lebih rendah dalam penelitian ini juga menunjukkan residu yang lebih rendah (Gambar 6).

Gambar 6. Kandungan Residu Glifosat dalam Sampel Tanah Pada Tiap Perlakuan

Aplikasi glifosat dilakukan 3 minggu sebelum tanam pada perlakuan G1, G2, dan G3. Berdasarkan hasil analisis laboratorium membuktikan perlakuan glifosat pada G2 dan G3 pada sampel tanah menunjukkan konsentrasi residu paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh persistensi dan akumulasi glifosat yang pada dosis 3 l ha-1 (G2) sebesar 0.048 mg kg-1 dan 4.5 l ha-1 (G3) sebesar 0.036

(38)

22

Sejalan dengan penelitian Bergstrom et al. (2011) membuktikan bahwa 59% glifosat yang diaplikasikan tetap bertahan selama 2 tahun di tanah liat, residu glifosat dan AMPA terbatas pada 12 inci bagian atas tanah (top soil).

Gulma yang tumbuh di atas permukaan tanah yang biasanya dikendalikan dengan cangkul, traktor atau alat mekanisasi lainnya digantikan dengan penyemprotan herbisida untuk mematikan gulma maupun sisa tanaman yang masih hidup, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai mulsa dan bahan organik (Sebayang et al. 2002). Sistem tanpa olah tanah berkaitan erat dengan penggunaan herbisida glifosat. Glifosat lebih banyak digunakan karena membunuh gulma secara menyeluruh. Penggunaan glifosat secara intensif dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah, tanaman dan meningkatkan serangan penyakit pada tanaman.

(39)

23

Gambar 7. Kandungan Residu Glifosat dalam Sampel Jerami Pada Tiap Perlakuan

Perlakuan glifosat G2 dan G3 pada sampel jerami memperlihatkan konsentrasi residu tertinggi yaitu masing- masing sebesar 0.106 mg kg-1 dan 0.147 mg kg-1 sedangkan perlakuan G0 dan Gm memperlihatkan kandungan residu terendah yaitu masing-masing sebesar 0.004 mg kg-1 dan 0.022 mg kg-1 (Gambar 7).

Glifosat yang terdeteksi di dalam jerami akan berpengaruh terhadap ternak. Hampir sebagian besar jerami digunakan sebagai pakan ternak. Akan tetapi, batas standar maksimum untuk jerami dan tanah belum ditetapkan. Jerami padi merupakan salah satu sumber pakan ternak sapi yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat (Makarim et al. 2007). Tercemarnya jerami pada padi akan berakibat residu herbisida glifosat terbawa ke dalam tubuh hewan ternak. Hal tersebut berbeda dengan komoditas jerami jagung segar dan jerami serealia segar sebagai pakan ternak yang telah ditetapkan batas maksimum residu (BMR) glifosat sebesar 1 mg kg-1 dan 100 mg kg-1 (BSN

2008).

Gambar 8. Kandungan Residu Glifosat dalam Sampel Beras Pada Tiap Perlakuan

(40)

24

G3 di atas ambang batas yang telah ditetapkan dapat berakibat terhadap kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara terus menerus. Tingginya kandungan glifosat pada beras diduga karena glifosat masuk melalui proses penyerapan unsur hara dan air oleh tanaman dan tertranslokasikan di dalam jaringan tanaman dan terakumulasi di dalam gabah sebagai produk akhir pada tanaman padi. Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan tersebut maka penggunaan dosis herbisida di atas 4.5 l ha-1 sebaiknya dihindari. Penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma pada tanaman padi dapat dilakukan jika penggunaannya sesuai dengan dosis anjuran yang telah direkomendasikan oleh produsen herbisida yaitu sebesar 1.5 sampai 3 l ha-1.

Batas Maksimum Residu Glifosat

Tingkat bahaya residu pestisida pada suatu bahan tanaman dapat diketahui dengan melihat batas maksimum residu (BMR). Batas maksimum residu ditentukan oleh pemerintah yang secara hukum diizinkan atau diketahui sebagai acuan dalam menentukan batas ambang konsentrasi senyawa residu yang dapat diterima pada hasil pertanian yang dinyatakan dalam satuan miligram residu pestisida per kilogram hasil pertanian (BSN 2008). Berdasarkan hasil analisis residu herbisida yang dilakukan di laboratorium menunjukkan kandungan residu glifosat pada beberapa sampel yang diuji sebagai berikut : pada sampel tanah kandungan residu berkisar 0.001-0.048 mg kg-1, sampel jerami berkisar 0.004-0.147 mg kg-1 dan sampel beras berkisar 0.009-0.272 mg kg-1.

Berdasarkan batas maksimum residu pada tiga perlakuan yang melewati ambang batas maksimum residu adalah sampel beras. Hal ini berarti bahwa residu glifosat yang terkandung di dalam beras tidak dalam batas aman untuk dikonsumsi dan dapat menimbulkan efek akut terhadap manusia apabila dikonsumsi setiap hari. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada manusia, residu yang terkandung dalam produk pangan dan pakan tidak boleh melebihi batas yang diijinkan (Djojosumarto 2008).

Standar keamanan pangan yang digunakan yaitu Acceptable Daily Intake (ADI). EFSA (2014) menyatakan bahwa Acceptable Daily Intake (ADI) adalah perkiraan jumlah zat dalam makanan yang dapat dicerna setiap hari selama seumur hidup tanpa risiko jangka panjang kronis yang cukup untuk setiap konsumen dinyatakan dalam mg/kg secara berat badan. Nilai ADI untuk glifosat di Indonesia belum ditetapkan, sehingga sebagai perbandingan menggunakan nilai ADI yang telah ditetapkan oleh European Commission yaitu 0.3 mg kg-1 (EC 2002). Dimana nilai ADI glifosat dibagi dengan faktor

keselamatan sebesar 100 maka hasilnya 0.003 mg kg-1 berat badan, artinya seseorang (diharapkan) tidak menampakan gejala gangguan kesehatan jika mengkonsumsi glifosat sebanyak 0.003 mg kg-1 berat badannya. Untuk

(41)

25 Angka MPL sebesar 0.15 mg ini menunjukkan bahwa orang Indonesia dewasa dengan berat badan 50 kg tidak akan menunjukkan gejalan keracunan atau menderita gangguan kesehatan jika mengkonsumsi 0.15 mg glifosat per hari.

Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh residu glifosat dalam makanan yaitu penyakit Celiac. Penyakit Celiac atau intoleransi gluten adalah masalah yang berkembang di seluruh dunia, terutama di Amerika Utara dan Eropa, di mana sekitar 5% dari populasi sekarang menderita penyakit ini. Penyakit ini mengganggu saluran pencernaan sehingga tak bisa menyerap nutrisi secara baik. Penderita tak bisa mengkonsumsi segala bentuk protein yang berasal dari gluten, yang banyak di temukan dalam gandum, roti, dan tepung. Gejala termasuk mual, diare, ruam kulit, anemia makrositik dan depresi. Ini adalah penyakit multifaktorial yang berhubungan dengan berbagai kekurangan gizi serta masalah reproduksi dan peningkatan risiko penyakit tiroid, gagal ginjal dan kanker. Penyakit celiac berhubungan dengan ketidakseimbangan bakteri di dalam usus yang disebabkan oleh pengaruh glifosat pada bakteri usus. Karakteristik penyakit celiac terjadinya penurunan banyak enzim sitokrom P450, dimana enzim ini berperan penting dalam detoksifikasi toksin lingkungan, mengaktifkan vitamin D3, mengkatabolis vitamin A, dan mempertahankan produksi asam empedu dan sulfat di dalam usus. Glifosat diketahui menghambat enzim sitokrom P450. Kekurangan zat besi, kobalt, molibdenum, tembaga dan mineral logam lainnya yang berhubungan erat dengan penyakit celiac dapat dikaitkan dengan kemampuan yang kuat glifosat untuk mengikat elemen-elemen tersebut. Kekurangan triptofan, tirosin, metionin dan selenomethionine terkait dengan penyakit celiac dimana terjadinya penurunan asam amino yang disebabkan oleh glifosat (Samsel dan Seneff 2013).

Pengendalian gulma terutama pada lahan pertanian dengan menggunakan senyawa kimia yaitu herbisida sudah sangat berkembang saat ini. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaplikasian herbisida pada pertanaman padi perlu dilakukan pengamatan terhadap residu herbisida pada komponen lingkungan dan tanaman seperti tanah, jerami dan hasil panen (beras) yang berpotensi tercemar oleh herbisida. Oleh karena itu diperlukan penelitian di lokasi pertanaman padi sawah untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai residu herbisida yang mencemari lahan dan tanaman padi serta mengetahui batas maksimum residu herbisida. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirangkum rumusan masalah sebagai berikut:

5. Bagaimana pengaruh TOT dan kombinasinya dengan herbisida IPA Glifosat terhadap produksi dan nilai ekonominya?

6. Bagaimana konsentrasi residu herbisida IPA Glifosat di dalam tanah, jerami dan beras dan batas maksimum residu (BMR)?

Tujuan Penelitian

(42)

26

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan :

1. Perlakuan Gm (OTS) dan G1 (1.5 l ha-1) menghasilkan produksi gabah yang paling tinggi dengan rerata produksi gabah kering giling masing-masing sebesar 9.380 ton ha-1 dan 7.280 ton ha-1. Perlakuan Gm (OTS) lebih

menguntungkan dengan R/C Ratio sebesar 1.84 dengan keuntungan Rp 13 714 000, tetapi penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak akan sulit dilakukan bila diterapkan pada daerah yang minim tenaga kerja. Perlakuan G1 (1.5 l ha-1) merupakan alternatif pilihan yang dapat diterapkan pada wilayah yang kurang tenaga kerja.

2. Glifosat terkandung pada sampel tanah, jerami dan beras. Hasil analisis residu glifosat pada sampel tanah mengandung residu berkisar 0.001-0.048 mg kg-1, sampel jerami berkisar 0.004-0.147 mg kg-1 dan sampel beras berkisar 0.009-0.272 mg kg-1. Kandungan residu glifosat paling tinggi terdapat pada sampel beras perlakuan G3 (4.5 l ha-1) sebesar 0.272 mg kg-1,

nilai tersebut diatas ambang batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni sebesar 0.1 mg kg-1.

Saran

Keamanan pangan terutama beras sangat penting, sehingga penggunaan herbisida berbahan aktif glifosat harus digunakan secara bijaksana dan tepat dosis. Penggunaan herbisida berbahan aktif glifosat dengan dosis 1.5 l ha-1

(43)

27

DAFTAR PUSTAKA

Adi A. 11 Juni 2003. Degradasi tanah pertanian Indonesia tanggung jawab siapa?. Sinar Tani.

[Balingtan] Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. 2007. Petunjuk teknis analisis residu pestisida. Pati: Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Departemen Pertanian.

[Balitan] Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan arah pengembangan agribisnis padi [Internet]. Departemen Pertanian. 22 hal. [diunduh 2013 Agustus 1]. Tersedia pada : http://www.pustaka. Litbang.deptan.go.idbppilengkapbpp05003.pdf

[Balitan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 102 hlm.

[BBPADI] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Mekongga [Internet]. Departemen Pertanian. [diunduh 2013 Agustus 1]. Tersedia pada : http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/public/18950c/mekongga

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. SNI 7313-2008. Jakarta.

Bangun P. 1995. Budidaya padi sawah dengan sistem tanpa olah tanah. hlm. 301-305. Di dalam: M. Utomo, F.X. Susilo, R.J. Dad, Sembodo, Sugianto, H. Susanto, dan A. Setiawan (Ed.). Prosiding Seminar Nasional V Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi, Universitas Lampung-Himpunan Ilmu Gulma Lampung-Himpunan Ilmu Tanah Indonesia-Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bandar Lampung.

Bergström L, Börjesson E, Stenströmet J. 2011. Laboratory and lysimeter studies of glyphosate and aminomethylphosphonic acid in a sand and a clay soil [Internet]. J. Environ. Qual. 40:98-108. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://www.soils.orgpublicationsjeqpdfs40...9... Beyond Pesticides. 2003. Glyphosate : chemical watch factsheet. [Washington]

[Internet]. [Diunduh 2013 Agust 1]. Tersedia pada : www.beyond pesticides.org... Glyphosate.pdf

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2011. Pedoman pembinaan penggunaan pestisida. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan aplikasinya. Jakarta : Agromedia Pustaka. Dost FN. 2003. Toxicology and potential health risk of chemicals that may be encountered by workers using forest vegetation management options [Internet]. Part IV, Risk to workers using glyphosate formulations. Forest Practices Branch, British Columbia Ministry of Forests, Victoria, B.C. Diunduh 2013 Mei 13]. Tersedia pada : www.for.gov.bc.cahfp...6-Dost-Glyphosate.pdf

(44)

28

Gulma Indonesia-Himpunan Ilmu Tanah Indonesia-Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bandar Lampung.

[EC] European Commission. 2002. Glyphosate. Health & Consumer Protection Directorate-General [Internet]. Food Safety: plant health, animal health and welfare. [diunduh 2013 Mei 13]. Tersedia pada : http://ec.europa. eufoodplant. ..list1_glyphosate_en.pd...

[EFSA] European Food Safety Authority. 2014. Scientific support for preparing an EU position in the 46th Session of the Codex Committee on Pesticide Residues (CCPR). EFSA Journal 2014;12(7):3737

[FAO] Food And Agriculture. 2001. Glyphosate (N-(phosphonomethyl) glycine). FAO Specifications And Evaluations For Plant Protection Products. [Rome] : 33 pp.

Gomes MP, Smedbol E, Chalifour A, Hénault-Ethier L, Labrecque M, Lepage L, Lucotte M, Juneau P. 2014. Alteration of plant physiology by glyphosate and its by-product aminomethylphosphonic acid: an overview [Internet]. J Exp Bot. 65(17): 4691–4703. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://www.geotop.ca...Gomes%20et %20al%202014.p... Helander M, Saloniemi I, Saikkonen K. 2012. Glyphosate in northern

ecosystems [Internet]. Trends in Plant Science xx (2012) 1–6. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://www.charcoalfinland .fi Helander%20et%20al.%2...

Huber D. 2010a. What’s new in ag chemical and crop nutrient interactions [Internet]. Fluid Journal (Official Journal of the Fluid Fertilizer Foundation). Vol. 18 No. 3, Issue #69. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://biodynamics2024.com.au...Glyphosate-101.pdf Huber D. 2010b. What’s new in ag chemical and crop nutrient interactions-

Current update [Internet]. Proceedings Fluid Fertilizer Forum, Scottsdale, AZ February 14-16, 2010. Vol. 27. Fluid Fertilizer Foundation, Manhattan, KS. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://www.soilcurse buster.comHuber_at_Fluid_Fert._...

Huber D. 2011. Glyphosate effects on crops, soils, animals, and consumers [Internet]. Presentation powerpoint [Europe]. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http:// www.netwerkvlv.nl...Powerpoint_presentatie _le...

Inayati UK. 2013. Dampak aplikasi herbisida sodium bispiribak (Bispyribac sodium) pada tanaman padi sawah terhadap residunya dalam tanah dan tanaman padi (jerami dan beras) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2011. Roadmap P2BN Kementerian Pertanian [internet]. [diunduh 2013 Agustus 1]. Tersedia pada : http://tanaman pangan.deptan.go.id /doc_upload/44_BAB%20I%20 dan%20II.pdf

Komisi Pestisida. 2006. Metode pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

(45)

29 Lamid Z, Adlis G, Hermawan W. 1996. Efikasi herbisida glifosat untuk

mengendalikan gulma padi sawah pasang surut tanpa olah tanah. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia XIII (2): 657-666.

Lamid Z. 1998. Kelayakan teknologi tanpa olah tanah (TOT) pada padi sawah. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari PPS Setdal Bimas, Departemen Pertanian, Jakarta, 6 Agustus 1998.

Lamid Z. 2001. Laporan Kemajuan Penggunaan Herbisida Polaris 240 AS/Polado 240/105 AS dengan Sistem Tanpa Olah Tanah Jangka [Internet]. Penn State College of Agricultural Sciences research and extension programs are funded in part by Pennsylvania counties, the Commonwealth of Pennsylvania, and the U.S. Department of Agriculture. The Pennsylvania State University. Diunduh 2013 Mei 13]. Tersedia pada : http://pubs.cas.psu.edufreepubspdfsuc175.pdf

Makarim AK, Sumarno, Suyamto. 2007. Jerami padi : pengelolaan dan pemanfaatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 53 hal.

Marsidi R, Said NI. 2005. Masalah polutan mikro di dalam air minum dan cara penanggulangannya [Internet]. Jurnal Air Indonesia. 1(2): 123-131. [diunduh 2013 Agustus 1]. Tersedia pada : http://ejurnal.bppt. go.id/index.php /JAI/article/ view/34

Mensink H, Janssen P. 1994. Glyphosate. International programme on chemical safety [Internet]. National Institute of Public Health and Environmental Hygiene. (Netherlands]. Published under the joint sponsorship of the United Nations Environment Programme, the International Labour Organisation, and the World Health Organization. Diunduh 2013 Agustus 1]. Tersedia pada : http://www.inchem.org /documents/ehc/ehc/ehc159.htm#SectionNumber:1.4

[NPIC] National Pesticide Information Centre. 2010. Glyphosate : General fact sheet [Internet]. NPIC is a cooperative agreement between Oregon State University and the U.S. Environmental Protection Agency. 3p [internet]. [diunduh 2013 Mei 13]. Tersedia pada : http://www.npic.orst.edufact sheetsglyphogen.pdf

Pitoyo J. 2006. Mesin penyiang gulma padi sawah bermotor. Sinar Tani.7: 5-11.

Pramono J, Basuki S, Widarto. 2005. Upaya peningkatan produktivitas padi sawah melalui pendekatan pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu [Internet]. Agrosains 7(1): 1-6, 2005. [diunduh 2015 Februari 13]. Tersedia pada : http://pertanian.uns.ac.id.../Upaya %20 Peningkatan% 20Produktivitas%20Padi

Gambar

Gambar 1  Diagram alir kerangka pemikiran
Gambar 2  Mekanisme Glifosat dalam menghambat enzim EPSPS
Tabel 2  Sifat Fisikokimia Glifosat
Gambar 3  Penyebaran dan Akumulasi Glifosat di Lapang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Sekolah SD Gambiran UPT Pengelola TK/SD Yogyakarta Timur. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah. Penelitian ini dilaksanakan selama dua

Laporan hasil penelitian wilayah ASEAN 2 menunjukan bahwa dari 26 komponen laporan terdapat 22 (84,6%) komponen laporan akhir penugasan tenaga pengajar BIPA masa tugas

Berikut merupakan kriteria yang dibutuhkan untuk Perancangan Sistem Seleksi Dosen Teladan Dengan Metode TOPSIS Pada STMIK STIKOM Bali.. Dari kriteria tersebut maka

Pada hari kedua peneliti memasuki kelas dan mulai mengajar, pada awal pelajaran peneliti memberikan angket pretest untuk mengukur tingkat minat belajar siswa pada

Hasil proses filter Radon diharapkan dapat memberikan resolusi yang lebih baik dibandingkan dengan data yang belum mengalami proses filter Radon, karena proses

The molecular mass cut-off (MMCO) value was determined using a set of reference solutes within the molecular range 150–600 Da, whereas streaming potential measurements

This test is used to test whether there is a corporate disclosure, Book Value to Debt of Equity, House of Representatives and Dividend Yield for the company grows and does