• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas

Penggerek batang padi kuning masuk ke dalam ordo Lepidoptera famili Pyralidae. Imago betina S. incertulas dewasa berwana kuning keputih-putihan dan memiliki ciri khas yaitu titik hitam yang jelas pada sayap bagian depan, sedangkan imago jantan berwarna abu kecoklatan dengan titik hitam yang kurang jelas pada sayap depan (Kalshoven 1981).

Telur merupakan sebuah tempat perkembangan embrio, lengkap dengan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya (Vinson 1994). Telur-telur serangga S. incertulas diletakkan berkelompok, tiap kelompoknya tidak sama jumlahnya, dan dibungkus sangat rapat guna melindungi kerusakan akibat faktor luar (Yunus 2012). Kelompok telur berbentuk bulat atau lonjong dan ditutupi oleh rambut-rambut dari ujung abdomen imago betina. Kelompok telur yang pertama diletakkan cenderung berukuran lebih besar dari pada yang diletakkan berikutnya (Umar 1991). Kelompok telur terdiri dari 50–150 butir telur yang diletakkan di pemukaan daun mendekati ujung yang ditutupi oleh sisik (bulu) berwarna coklat keabuan. Imago S. incertulas betina mampu menghasilkan 200–300 butir telur. Waktu inkubasi untuk penetasan telur 4–5 hari, setelah menetas larva tetap berada pada cangkang penutup selama 1 atau 2 hari, larva keluar dari cangkang langsung menggerek pelepah daun padi, atau menyebar lewat udara dengan menggunakan benang sutra yang dihasilkannya, atau dengan cara terapung di atas permukaan air dengan menggunakan potongan daun dari tanaman (Kalshoven 1981). Penambahan telur menetas ternyata sesuai dengan pola penambahan telur diletakkan, hal ini berarti kematian oleh parasit meningkat sesuai dengan kenaikan inangnya (Soehardjan 1976).

Gejala Sundep dan Beluk

Larva keluar dari kelompok telur dengan cara menggigit dan membuat lubang untuk keluar pada daun bagian bawah atau di permukaan atas kelompok telur (Umar 1991). Larva yang keluar dari cangkang masuk melalui pelepah daun padi untuk menggerek batang padi. S. incertulas dapat menyerang tanaman pada

fase vegetatif maupun generatif. Gejala serangan S. incertulas dikenal sebagai sundep dan beluk. Gejala sundep terjadi pada tanaman padi fase vegetatif disebabkan oleh larva yang menggerek di dalam pangkal batang sehingga menyebabkan daun menggulung tidak membuka kemudian mengering, dan batang yang terserang mati tetapi tanaman masih dapat mengkompensasi serangan ini dengan munculnya anakan baru, gejala beluk terjadi pada tanaman padi fase generatif disebabkan oleh larva yang menggerek pangkal malai sehingga bulir menjadi hampa dan tidak menghasilkan beras (Pathak 1968).

Gambar 1 Gejala sundep tanaman padi terjadi pada fase vegetatif (a) dan beluk pada fase generatif (b)

Musuh Alami

Populasi S. incertulas di alam dikendalikan oleh musuh alami. Musuh alami dapat berupa patogen, predator, dan parasitoid. Parasitoid merupakan serangga yang pada fase pradewasa (larva) hidup menumpang pada inang tetapi pada fase dewasa (imago) hidup bebas di luar inang (Kartohardjono 2011). Parasitoid telur dapat menekan pertumbuhan serangga hama sejak stadia telur.

Menurut Yasumatsu dan Torii (1968) spesies dari genus Telenomus yang telah teridentifikasi sebagai parasitoid telur pada penggerek batang padi yaitu

Telenomus dignus dan Telenomus rowani. Inang spesifik dari Tetrastichus

schoenobii yaitu Typoryza incertulas dan T. innotata. Soehardjan (1976)

melaporkan bahwa di Ciberes, kabupaten Subang ditemukan 4 parasitoid telur penggerek batang padi kuning (PBPK), yaitu Tertrastichus schoenobii Ferriere (Hymenoptera: Eulophidae), Telenomus rowani Gahan (Hymenoptera: Scelionidae), Trichogramma japonicum (Hymenoptera: Trichogrammatidae), dan satu spesies lainnya yang belum terdentifikasi. Parasitoid T. schoenobii paling besar menekan kepadatan populasi pada stadium telur, sedangkan T. japonicum

dan T. rowani peranannya berganti-ganti. Parasitoid T. schoenobii rata-rata dapat

memangsa tiga butir telur. Kematian pada stadium telur berkisar 18.9-57.6%, dan kematian pada stadium larva 11-98%.

Hasil penelitian Yunus (2012) menunjukkan bahwa di Kabupaten Klaten umumnya ditemukan 3 parasitoid telur S. incertulas yaitu T. schoenobii, T.

rowani, dan T. japonicum. Pada saat kelimpahan parasitoid tinggi muncul satu

spesies yang merupakan hiperparasitoid yaitu Trichomalopsis apanteloctena.

Pestisida

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973, tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia, dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian;

2. Memberantas rerumputan;

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; 4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk;

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak;

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air;

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pesitida kimia memiliki beberapa kegunaan antara lain dapat diaplikasikan dengan mudah, dapat diaplikasikan hampir disetiap waktu dan tempat, hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat, dapat diaplikasikan dalam areal yang luas namun dalam waktu yang singkat, mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama dalam jangka pendek. Namun pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme penggangu tanaman (OPT) tidak hanya bersifat racun terhadap OPT tetapi juga dapat memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap organisme bukan sasaran, termasuk manusia serta lingkungan hidup. Dampak negatif pestisida yaitu keracunan pada manusia baik secara akut maupun kronis, keracunan terhadap hewan ternak, keracunan terhadap biota air, keracunan terhadap satwa liar, kematian musuh alami, kenaikan populasi OPT, timbulnya resistensi, residu penggunaan pestisida, dan menghambat perdagangan seperti penolakan masuknya suatu produk pertanian karena terdapat residu pestisida di dalam produk tersebut (Suprapti 2011).

Penanaman tanpa pestisida sangat penting untuk keamanan pangan manusia. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama telah dilarang, dan pengendalian hama yang efektif yang sering digunakan yaitu dengan menggunakan Trichogramma baik secara tunggal maupun digabungkan dengan parasitoid lain, cara ini akan memberi kebaikan baik bagi manusia maupun lingkungan (Li 1994).

Dokumen terkait