• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Mengenai Kebijakan

a). Kajian ilmu kebijakan dan pengertian kebijakan:

1). Secara harfiah ilmu kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy science, dikaitkan dengan keputusan pemerintah,karena pemerintah yang mempunyai wewenang kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum.

2). Kebijakan dalam arti yang luas

Sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan kebijakan.

3). Kebijakan menurut Thomas Dye

Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

4). Kebijakan menurut H.hugh Heglo

Kebijakan sebagai a course of action intended to accomlist some end atau sebagai tindakan yang dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu (Said Zainal, 2004, Buku Teori Kebijakan :vol.34 No.3).

b). Tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut William Dun yaitu; 1) Penyusunan agenda

Agenda setting adalah fase atau proses sangat strategis dalam realitas kebijakan publik.

2) Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.

commit to user

Memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan

4) Penilaian atau evaluasi kebijakan

Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak

c). Kebijakan Publik

Tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:

1). Analisis kebijakan prospektif Analisis, yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2). Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.

3). Analisis kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan

commit to user

mentransformasikan informasi setiap saat ( William N Dunn, 2000:117)

2. Tinjauan Mengenai Teori Efisiensi

Efisiensi secara umum tidak dapat dilepaskan dari kata efektivitas, dalam suatu kebijakan yang akan dilaksanakan secara efisien meliputi:

a. penyederhanaan prosedural; b. proses yang sederhana;

c. pengaturan yang efisien dapat dilaksanakan;

d. tahapan pelaksanaan dapat dilaksanakan secara sederhana berkaitan dengan proses; dan

e. dari segi logistik dan keterlibatan penyelenggara tidak memakan banyak sumber daya dan dana,tanpa menghilangkan esensi dan landasan konstitusi

(http://efisiensikebijakan.artf//pdf//legalgovernment.go.id )

Efisiensi berhubungan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis adalah perbandingan input dengan output value yang dinyatakan dalam moneter, yaitu menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas, pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan( cost of output) atau penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai, dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan( Mardiasmo, 2002:34)

3. Tinjauan Mengenai Tata Lahan dalam Lingkup Tata Ruang

Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan penerapan masing-masing teori.

a. teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local

commit to user

kemakmuran untuk hal-hal yang berkaitan dengan wilayah yaitu: masyarakat, flora, fauna.

b. menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok ini sering disebut sebagai sangat perduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development).

c. memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance

yang bisa bertanggung jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good). d. perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di

suatu lokasi (people prosperity).

Hukum Penataan Ruang dapat diberi batasan sebagai keseluruhan aturan hukum yang mengatur seluk-beluk dalam penataan ruang, balk bersifat heteronom maupun otonom. Pengertian seluk-beluk dalam penataan ruang tersebut adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wewenang, tugas, hak, kewajiban, tanggung jawab, kriteria, klasifikasi, dan aspek-aspek teknis penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan di bidang penataan ruang. Dari batasan pengertian hukum penataan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hukum tata ruang sepenuhnya memiliki bersifat publik atau menjadi bagian integral dari aspek yuridis kenegaraan maupun kemasyarakatan. Peran pengaturan hukum dalam penataan ruang secara teoritik dapat disandarkan pada pandangan Roscoe Pound sebagai tugas hukum sebagai “law as a tool of social engineering”, bahwa aturan dapat dipakai sebagai alat untuk merekayasa masyarakat dalam sistem tata ruang atau penataan lahan (Rijadi,2005:42).

Tata ruang tidak hanya terjadi pada satu negara, tetapi juga terdapat diberbagai negara.Sehubungan dengan penataan ruang kota telah timbul berbagai teori tentangnya. Sebagai bahan perbandingan patut disajikan teori-teori mengenai perkotaan di Amerika Serikat. Banyak penelitian dilakukan oleh ilmuwan terhadap kota-kota modern di Amerika Serikat untuk mencari dasar-dasar yang dapat membentuk model kota yang serasi dengan lingkungan daerahnya “the ecological pattern of modern city Ernest W.

commit to user

Burgess The Growth of the City: An Introduction to a Research Project Robert E. Park, Ernest W. Burgess, and Roderick D. Mekenzie, The City The global environment suffers. Important in the standard of living must pararallel anticipated growth,our goal continues to be the achievement of sustainable development with effective protection of the ecosystem, an equitable distribution of resourses an the achievement of cultural weel Chicakago The Concentric Zone Theory urban area concentric zone radially

business centre Zone The Loop downtown The Zone in Transition” (Zona d

Pemukiman adalah tempat manusia hidup dan berkehidupan, oleh karena itu suatu permukiman terdiri atas manusia dan alam yaitu tempat fisik manusia tinggal yang meliputi elemen alam dan buatan manusia.Permukiman tidak hanya digambarkan tiga dimensi saja tapi empat dimensi alam masyarakat terbagi atas zona Daerah-daerah lingkaran ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan berkembang radial dan pusat perdagangan sebagai sentrum pengembangan kota yang merupakan daerah pusat perdagangan sebagai daerah dalam transisi dan sentra industri (Journal America ernestw in journal of the American institute of planner vol.31 no 4

pp.burgess,twitterdel.icio.usstumbleuponreddit.journal urban area)

4. Tinjauan Mengenai Alih Fungsi Lahan

a. Konsep Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negative (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan memerlukan biaya, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, dan penyelenggara. Alih fungsi lahan dalam daerah Kabupaten dilaksanakan berdasar otonomi daerah yang diterima dari pemerintah pusat untuk pengolahan wilayah daerah tersebut. Dampak yang sering terjadi dari pengalihan fungsi lahan adalah dampak negatif. (http://www.wikipedia.alihfungsilahan//indo//?.com)

b. Konsep Lahan dan Fungsi Lahan 1). Secara Agraria

Pengertian agraria menurut UUPA 1960 (UU No.5 Tahun 1960) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

commit to user

(a). Jenis-jenis sumber agraria meliputi:

(1). Tanah atau permukaan bumi, yang merupakan modal alami utama dari pertanian dan peternakan.

(2). Perairan, yang merupakan modal alami dalam kegiatan perikanan.

(3). Hutan, merupakan modal alami utama dalam kegiatan ekonomi komunitas perhutanan.

(4). Bahan tambang, yang terkandung di “tubuh bumi” (5). Udara, yang termasuk juga materi “udara” sendiri.

2). Pengertian Lahan

Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan tanah sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang, ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai (Akbar, 2008: 12).

Utomo menyatakan bahwa lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:

1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.

2. Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.

commit to user

Sihaloho membedakan penggunaan tanah ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.

2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.

3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.

5. Tinjauan Mengenai Lahan Pertanian

a). Tinjauan tentang Tanah 1). Pengertian tanah

Sebutan tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti. Maka dalam penggunaannya perlu diberi batasan, agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut digunakan.

Dalam Hukum Tanah kata sebutan tanah dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertianyang telah diberi batasan resmi oleh UUPA.

Dalam Pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara....ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang...

Dengan demikian jelaslah, bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat 1). Sedang hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.

Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas

commit to user

hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya. Oleh karena itu dalam ayat (2) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut ”tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada

di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya.

Dengan demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi.

Tetapi wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan ”sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya”.

Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya. Dan itu pun ada batasnya seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2) dengan kata-kata: sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya sendiri, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Penggunaan tubuh bumi itu harus ada hubungannya langsung dengan gedung yang dibangun di atas tanah yang bersangkutan. Misalnya untuk untuk pemancngan tiang-tiang pondasi, untuk

basement, ruang parkir dan lain-lain keperluan yang langsung

berhubungan dengan pembangunan dan penggunaan gedung yang dibangun.

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (1994) tanah adalah: (a). Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali; (b). Keadaan bumi disuatu tempat;

commit to user

(c). Permukaan bumi yang diberi batas;

(d). Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal dan sebagainya);

2). Pengertian Hak Penguasaan Atas Tanah

Dalam tiap Hukum Tanah terdapat pengaturan mengenai berbagai ”hak penguasaan atas tanah”.

Dalam UUPA misalnya diatur dan sekaligus ditetapkan tata jenjang atau hirearki hak-hak penguasaan tanah dalam Hukum Tanah Nasional kita, yaitu:

(a). Hak Bangsa Indonesia yang disebut dala Pasal 1, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, beraspek perdata dan publik;

(b). Hak Menguasai sari Negara yang disebut dalam Pasal 2, semata-mata beraspek publik;

(c). Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dala Pasal 3, beraspek perdata dan publik;

(d). Hak-hak perorangan/individual, semuanya beraspek perdata, terdiri atas:

(1). Hak-hak atas Tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Bangsa, yang disebut dalam Pasal 16 dan 53.

(2). Wakaf, yaitu hak milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal 49.

(3). Hak jaminan atas Tanah yang disebut ”Hak Tanggungan” dalam pasal 25, 33, 39, dan 51.

Biarpun bermacam-macam, tetapi semua hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang, kewajiban dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang

commit to user

dihaki. ”Sesuatu” yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupkan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolak pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.

3). Pengertian Tanah Pertanian, Sawah dan Tanah kering

Dalam Undang-undang No.56 Prp Tahun 1960 tidak diberikan penjelasan apakah yang dimaksud dengan tanah pertanian, sawah dan tanah kering. Berhubungan dengan itu dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan Menteri Agraria tanggal 5 januari 1961 no. Sekra/9/12 diberikan penjelasan sebagai berikut:

”yang dimaksud dengan tanah pertanian ialah juga semua tanah perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah tempat penggembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan dan hutan yang menjadi tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Pada umumnya tanah pertanian adalah semua tanah yang menjadi hak orang, selainnya tanah untuk perumahan dan perusahaan. Bila atas sebidang tanah luas berdiri rumah tempat tinggal seorang, maka pendapat setempat itulah yang menentukan, berapa yang merupakan

tanah pertanian”. (Boedi Harsono, ibid, kode H 4).

Biasanya tidaklah sukar untuk menentukan apakah sebidang tanah itu termasuk golongan sawah atau tanah kering. Tambak untuk perikanan dimasukkan ke dalam golongan tanah kering, sesuai dengan praktek Instansi Pajak Hasil Bumi pada waktu itu.

Angka maksimum yang ditetapkan oleh Undang-undang No.56 Prp 1960 dan ditegaskan oleh Menteri Agraria tersebut mengenai sawah atau tanah kering. Bagaimanakah maksimumnya kalau yang dikuasai itu sawah dan tanah kering? Dalam hal yang demikian Pasal1 ayat 2 menetapkan, bahwa untuk menghitung luas maksimum tersebut luas sawah dijumlahkan dengan luas tanah kering dengan menilai tanah kering sama dengan sawah ditambah 30% didaerah

commit to user

daerah yang tidak padat dan 20% di daerah-daerah yang padat, tidak boleh lebih dari 20 hektar.

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1

1.Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 33 2.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

3.Perda No.2 Tahun 1999 jo No.6 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar

1.Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian

2.Efisiensi Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

1.Pencegahan Alih fungsi Lahan pertanian ke Non pertanian sudah terlaksana atau belum?

2.Efisiensi Alih fungsi Lahan Pertanian ke Non pertanian sudah terlaksana atau belum?

1.Alih fungsi lahan pertanian ke Non-pertanian di Kabupaten Karanganyar untuk memenuhi kebutuhan industi, teknomogi

2.Pencegahan Alih fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

commit to user

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33, kita berkewajiban untuk mengelola Sumber Daya Alam termasuk tanah untuk kemakmuran rakyat serta mempertahankan kelestarian lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, adalah bukti pelaksanaan Undang-Undang Dasar untuk pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan. Efisiensi adalah sistem dan metode untuk menekan pengeluaran secara dana, Efisiensi tidak lepas dari efektifitas yang juga merupakan ketepatan waktu.

Efisiensi berhubungan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis adalah perbandingan input dengan output value yang dinyatakan dalam moneter, yaitu menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas, pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan( cost of output) atau penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Sesuai Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1999 jo Nomor 6 Tahun 2003, yangmana di Daerah Kabupaten Karanganyar merencanakan Tata Ruang Wilayah Khususnya pengalihan fungsi lahan pertanian.

Berdasarkan rumusan masalah kebijakan Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan alih fungsi lahan difokuskan untuk efisiensi kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dengan tujuan dan arah sasaran yang tepat. Tujuan dan sasaran yang dimaksud adalah untuk mencapai efisiensi kebijakan pemerintah Kabupaten Karanganyar mencegah alih fungsi lahan pertanian ke Non Pertanian. Menginggat, di daerah Karanganyar khususnya yang mana masyarakatnya dahulu hidup dari sektor pertanian, sekarang sebagian telah beralih ke sektor industri. Lahan yang dialihkan tersebut harus melalui beberapa prosedur dan persyaratan. Dengan adanya peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian ini

commit to user

diharapkan dapat memberikan dampak posistif terhadap perkembangan daerah Karanganyar.

Dalam hal ini penelitian yang dilakukan dalam daerah kabupaten secara khusus terfokus kabupaten Karanganyar sebagai kawasan pertanian yang semakin hari semakin banyak pembangunan perumahan mengingat banyaknya lahan produksi bahan setengah jadi, dan bahan setengah jadi yang mendirikan pabrik-pabrik kawasan industri.

Kebijakan mencegah alih fungsi pertanian ke non pertanian merupakan upaya pencegahan tata ruang yang tidak terkontrol dan mempertahankan lahan pertanian dalam kawasan karanganyar. Akan tetapi, meskipun memberikan sisi positifnya pasti ada sisi negatif dari pelaksanaan peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian tersebut. Pelaksanaan kebijakan akan sangat menguras Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, dana dan tenaga, sehingga untuk pelaksanaan memperlukan efisiensi pelaksanaan kebijakan mencegah alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Dalam pelaksanaan efisiensi kebijakan tersebut penulis ingin mengetahui pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan efisiensi yang dimaksudkan apa belum atau telah mengarah pada tujuan dan sasaran utama untuk efisiensi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam mencegah alih fungsi lahan pertanian ke Non Pertanian.

commit to user

BAB III

Dokumen terkait