Kegemukan
Kegemukan atau obesitas adalah suatu penyakit yang diakibatkan timbunan lemak abnormal baik secara absolut maupun relatif. Ukuran abnormal tergantung keadaan penduduk/populasi di suatu daerah atau berdasarkan uji epidemiologi. Tingkat kegemukan dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT ini dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) terhadap kuadrat tinggi tubuh (m2).
2 2 Bobot Badan ( ) IMT Tinggi badan ( ) kg m =
Berdasarkan harga IMT ini tingkat kegemukan digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu bobot badan kurang (IMT<18.5), bobot badan normal (IMT 18.5-24.5), bobot badan berlebih (IMT 25-29.9), obesitas I (IMT 30-34.9), obesitas II (IMT 35-39.9) dan sangat obesitas (IMT>39.9) (WHO 1999).
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung, kanker, diabetes dan metabolic syndrome (Lean et al. 2006). Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan pengeluaran energi oleh tubuh menjadi faktor utama pada obesitas (Raharjo et al. 2005). Selain itu kegemukan dapat terjadi karena beberapa faktor lainnya yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (kebiasaan makan). Kegemukan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria, penyebab utamanya adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh wanita dan lebih lambatnya proses metabolisme tubuh wanita dibandingkan pria.
Aromaterapi
Pengobatan alternatif merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Beberapa pengobatan alternatif diantaranya: akupuntur, yoga, refleksiologi, aromaterapi, hipnotis, t'ai chi, prana, dan meditasi.
Aromaterapi merupakan bagian dari pengobatan herbal yang menggunakan bau-bauan atau wewangian yang berasal dari senyawa-senyawa aromatik, biasanya berasal dari bahan cairan tanaman mudah menguap (minyak
esensial). Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan senyawa yang larut dalam lipida, karena kelarutannya dalam lipida ini, komponen-komponen minyak esensial mampu dengan cepat memasuki daerah yang kaya lemak didalam tubuh (Buchbauer 1993), seperti mielin yang menutupi medullated nerve fiber. Selain itu, karena kelarutannya dalam lipida, molekul-molekul kecil dari minyak esensial ini mampu melewati blood-brain barrier, hal ini menunjukkan bahwa komponen-komponen minyak atsiri dapat digunakan sebagai obat yang sistem kerjanya melalui sistem syaraf.
Manfaat dari aromaterapi, umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional dan spiritual (Maniapoto 2002). Komponen aroma dari minyak atsiri berinteraksi saat dihirup, dan menstimulasi sistem olfactory, kemudian sistem ini mengirimkan signal pada sistem limbik pada otak yang di dalamnya terdapat amygdala dan hippocampus yang berperan penting dalam memproses aroma dan respons emosi (Buckle 2003).
Kajian etnofarmakologi secara empiris tentang tumbuhan aromaterapi menunjukan bahwa Indonesia memiliki 49 jenis tumbuhan aromatik dari 22 jenis suku, 12 diantaranya digunakan secara empirik sebagai aromaterapi dengan efek menenangkan dan menyegarkan tubuh (Sangat dan Roematyo 1996). Menurut Harrison (2003), salah satu jenis potensi obat berbahan baku minyak atsiri adalah sebagai obat yang penggunaanya berkaitan dengan aromaterapi seperti pelangsing aromaterapi. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelangsing aromaterapi diantaranya adalah penelitian Anggraeni (2010) yang melaporkan bahwa β -elemenona yang merupakan senyawa dominan pada minyak atsiri temulawak memiliki potensi menjadi pelangsing aromaterapi, Assaat (2011) mengemukakan bahwa inhalasi senyawa etil-p-metoksisinamat pada tikus Sprague dawley mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, kemudian Wulandari (2011) melaporkan bahwa inhalasi fraksi dengan rendemen terbanyak senyawa sabinena dan fraksi dengan rendemen terbanyak senyawa 4-Terpineol minyak atsiri bangle pada tikus Sprague dawley berpengaruh terhadap penurunan berat badan.
Sirih Merah
Sirih merah (Piper cf. fragile. Benth) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan
berbagai jenis penyakit. Tanaman ini termasuk pada famili piperaceae dan biasanya tumbuh merambat di pagar atau pohon. Ciri khas sirih merah adalah batangnya bulat, berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung hati dan bagian atasnya meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata. Daun berukuran 10 cm dan 5 cm (Gambar 1). Bila dipegang, daun terasa tebal, dan kaku. Sirih merah cenderung tumbuh di tempat teduh, misalnya, di bawah pohon besar yang rindang. Bila tanaman ini tumbuh di tempat teduh, daunnya akan melebar dan bagian bawah daun berwarna merah marun. Sirih merah memiliki aroma yang lebih wangi dibandingkan dengan sirih hijau. Sirih merah merupakan tanaman herba yang secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit (Manoi 2007).
Berdasarkan beberapa penelitian komposisi minyak atsiri yang terdapat di dalam daun sirih merah adalah
Gambar 1. Daun sirih merah
, kavikol, eugenol, transkariofillen, eugenol asetat
dan beta-selinen (Sulistyani et al. 2007). Ngaisah (2007) melaporkan bahwa
kadar minyak atsiri daun sirih merah dengan metode pemisahan destilasi stahl
adalah sebesar 0.727% (v/b). Komponen yang teridentifikasi dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu monoterpena dan sesquiterpena. Golongan monoterpena terdiri dari senyawa pinena, tuhyena, sabinena, mirsena, serta kamfena sedangkan sesquiterpena terdiri dari senyawa trans-kariofillena.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak daun sirih merah telah dilakukan, diantaranya adalah Safithri dan Fahma (2008) menyimpulkan bahwa ekstrak air daun sirih merah mampu menurunkan kadar gula darah pada tikus sebanyak 10-38%. Wicaksono et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak daun sirih merah mampu menghambat proliferasi sel kanker payudara (T47D). Hasil penelitian Sulistiyani et al. (2007) menunjukkan bahwa
minyak atsiri daun sirih merah memiliki aktivitas antimikroba terhadap C.
albicans, S. aureus dan E. coli. Juliantina et al. (2009) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif (Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
ATCC 35218). Dalam penelitian lainnya, Batubara et al. (2011) melaporkan bahwa monoterpena dan sesquiterpena minyak atsiri sirih merah mampu meningkatkan aktivitas monofenolase dan difenolase pada enzim tirosinase.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor sejak bulan Januari sampai dengan Juni tahun 2011.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah daun sirih merah (Piper cf. fragile) yang diperoleh dari BALITTRO Bogor, pakan standar dan pakan kolesterol dibuat di PT Indofeed, tikus jantan galur Sprague dawley serta kandang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka IPB, dan bahan kimia untuk fraksinasi diperoleh dari laboratorium Kimia Analitik IPB. Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, oven, distilator stahl, kromatografi kolom, pelat KLT (kromatografi lapis tipis), pelat KLTP (kromatografi lapis tipis preparatif), timbangan berat badan tikus, dan instrument GC-MS (Gas Chromatograph-Mass Spectrometer)
Agilent Technologies 6890.
Metode
Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan bahan, isolasi minyak atsiri daun sirih merah dengan alat distilator stahl dan fraksinasi minyak atsiri dengan kromatografi kolom. Pada tahap ini penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik IPB.
Tahap kedua menguji aktivitas minyak atsiri dan fraksinya secara in vivo
pada hewan uji selama 5 minggu dan dilakukan analisis uji profil lipid dari serum darah hewan uji. Selain itu juga dilakukan pengukuran bobot badan setiap seminggu sekali dan pengukuran bobot feses dilakukan dua kali dalam satu minggu serta penimbangan jumlah pakan dan sisa pakan tikus dilakukan setiap hari. Tahap kedua penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka dan Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata, LPPM-IPB.
Adapun rangkaian penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan alir penelitian
Preparasi dan Identifikasi Bahan Tanaman (Muchtaridi et al. 2004)
Sampel daun sirih merah yang digunakan adalah sampel sirih merah segar dari BALITRO Bogor. Bahan tanaman yang akan diteliti diambil bagian ranting, daun, dan akar. Selanjutnya spesimen ini diidentifikasi di Laboratorium Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong Bogor (hasil determinasi disajikan pada Lampiran 5). Sampel ditentukan kadar air dan kadar abunya. Setelah itu, bahan sampel basah didestilasi dengan distilator Stahl.
Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi (Anggraeni 2010)
Bahan daun segar yang telah diiris halus ditimbang sebanyak 250 g dan ditambahkan 1250 mL akuades (perbandingan sampel : akuades; 1 : 5) kemudian didestilasi selama 3 jam dengan distilator Stahl, pada suhu berkisar antara 95-105oC. Distilat minyak atsiri yang diperoleh disimpan di dalam refrigerator, diuji KLT untuk mencari eluen terbaik dan diidentifikasi dengan GC-MS. Selanjutnya distilat kasar disimpan untuk diuji aktivitas secara in vivo terhadap tikus putih galur Sprague dawley.
Fraksinasi Minyak atsiri dengan Kromatografi Kolom
Fraksinasi dilakukan setelah penentuan eluen terbaik dengan menggunakan KLT. Setelah diperoleh eluen terbaik, selanjutnya dilakukan
Pengumpulan bahan dan determinasi
Isolasi minyak atsiri dengan destilasi air
Fraksinasi dengan kromatografi kolom
Inhalasi Penentuan komposisi senyawa minyak atsiri
(distilat kasar, fraksi 1, fraksi 2) dg GC-MS Uji aktivitas pelangsing secara in vivo
pemisahan minyak atsiri secara bertahap. Sebanyak 2.24 gram ekstrak minyak atsiri, difraksinasi dengan kromatografi kolom dengan menggunakan metode elusi gradien (heksana-kloroform-metanol). Setiap eluat ditampung dalam tabung reaksi dengan volume masing-masing 3 mL dan diuji dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen terbaik hasil penentuan dengan KLT yaitu heksana : kloroform, 7:3. Eluat dengan pola spot yang sama digabungkan menjadi satu fraksi. Fraksi 1 dan 2 diidentifikasi dengan GC-MS. Selanjutnya fraksi 1 dan fraksi 2 diuji aktivitas secara in vivo terhadap tikus putih galur Sprague dawley.
Pengujian Aktivitas Pelangsing Aromaterapi terhadap Tikus Putih dengan Metode Inhalasi (Anggraeni, 2010).
Sebanyak 40 ekor tikus Sprague dawley dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor tikus. Kelompok I (kelompok normal) diberi pakan standar dengan dosis 18 g/ekor/hari dan diberi akuades sebagai air minum. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi pakan kolesterol tinggi dengan dosis 18 g/ekor/hari dan diberi akuades sebagai air minum (tanpa perlakuan). Sedangkan untuk kelompok III, IV dan V diberi pakan yang sama dengan kelompok II dan diberi perlakuan yang berbeda (komposisi pakan standar dan pakan kolesterol tinggi untuk tikus pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 1 dan 2). Kelompok III diinhalasi minyak atsiri kasar, kelompok IV diinhalasi fraksi 1 dan kelompok V diinhalasi fraksi 2 hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah. Perlakuan ini dilakukan selama 5 minggu. Bobot pakan dan sisa pakan masing-masing kelompok ditimbang setiap hari bobot feses ditimbang 2 kali per minggu dan bobot badan ditimbang setiap minggu .
Pada akhir minggu ke-5, dilakukan analisis profil lipida darah meliputi kadar kolesterol total, trigliserida dan kolesterol HDL. Kemudian dilakukan pembedahan terhadap hewan uji, untuk dianalisis warna hati dan ditimbang bobot hati serta deposit lemaknya.
Secara umum pengujian aromaterapi secara in vivo dengan metode inhalasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan alir pengujian aktivitas pelangsing aromaterapi secara in vivo
Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Darah tikus diambil dengan memotong ujung ekor tikus dan ditampung dengan lubang sentrifus. Darah didiamkan selama 2 jam dan disentrifuga selama 5 menit dengan kecepatan 3424 g ( 3500 rpm dengan jari-jari sentrifuse 1 cm).
Hewan uji (40 ekor)
Masa adaptasi selama 1 minggu
I (n=8)
Pakan standar
II (n=8) III (n=8) IV (n=8) V (n=8)
Pakan kolesterol tinggi
Masa perlakuan selama 5 minggu
I II III Inhalasi destilat kasar IV Inhalasi Fraksi 1 V Inhalasi Fraksi 2 Tanpa inhalasi Tahap Analisis
Bobot pakan ditimbang tiap hari
Bobot badan ditimbang tiap 1 minggu
Minggu ke-6
Penentuan bobot feses Setiap 2 kali per minggu
Analisis warna, bobot hati dan penentuan bobot deposit lemak hewan uji
Analisis darah ( TC, TG, HDL)
Sebanyak 10 µl serum dimasukan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1000 µl lalu dicampur dengan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blangko. Sebagai blangko digunakan pereaksi kolesterol 1000 µl dan akuades 10 µl.
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut: A Sampel C x Cst A Standar = Keterangan : C = kadar kolesterol (mg/dl), A = Serapan,
Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
Pereaksi kolesterol diperoleh dari PT. Rajawali Nusindo, terdiri dari buffer fosfat pH 6.5, 4-aminofenazon, fenol, peroksidase, kolesterol esterase, kolesterol oksidase, natrium azida dan kolesterol.
Pengukuran Kadar Trigliserida
Serum diambil sebanyak 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebanyak 1000 µl lalu larutan dicampur dengan vortex, kemudian biarkan 20 menit pada suhu kamar dan diukur serapan pada panjang gelombang 500 nm terhadap blangko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran serapan sampel.
Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: A Sampel C x Cst A Standar = Keterangan : C = kadar trigliserida (mg/dl) A = Serapan
Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl)
Pereaksi trigliserida diperoleh dari PT rajawali Nusindo terdiri dari buffer pH 7.5, 4-klorofenol, gliserolkinase, peroksidase, lipase, ATP, 4-aminoantipirin, gliserol-3-fosfat oksidase, trigliserida.
Pengukuran Kadar Kolesterol HDL
Sejumlah 200 µl serum dalam tabung reaksi ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap (reagen pengendap yang digunakan adalah asam fosfotungstat dan magnesium klorida), dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar dan disentrifuga selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 g atau 10 menit pada 4000 g. Kemudian supernatan diambil sebanyak 100 µl dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 1000 µl. Selanjutnya campuran ini dihomogenkan dengan vortex, diinkubasi selama 5 menit pada suhu
kamar dan diukur serapan pada = 500 nm. Hasil serapan yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus:
( )
A Sampel C x Cst 175 mg/dl A Standar = Keterangan: C = serapan kolesterol HDL (mg/dl) A = serapanCst = kadar kolesterol standar (175 mg/dl)
Pereaksi kolesterol diperoleh dari PT. Rajawali Nusindo, terdiri dari buffer fosfat pH 6.5, 4-aminofenazon, fenol, peroksidase, kolesterol esterase, kolesterol oksidase, natrium azida dan kolesterol.
Analisis Warna Hati, Penentuan Bobot Hati dan Penentuan Bobot Deposit Lemak Pada Hewan Uji
Pada minggu ke-5 masa perlakuan, masing-masing tikus kelompok I, II, III, IV dan V dibedah dan dikeluarkan hati serta deposit lemaknya. Warna hati dari masing-masing kelompok tikus diamati. Warna hati merah gelap menunjukkan bahwa hati tikus tersebut sehat sedangkan warna hati pucat menunjukkan bahwa hati tikus tersebut rusak. Setelah diamati warnanya, masing-masing hati tikus tersebut ditimbang bobotnya. Deposit lemak yang diambil adalah deposit lemak pada testis dan perut. Deposit lemak ini kemudian ditimbang untuk ditentukan bobot deposit lemaknya.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat
kepercayaan λ5% (taraf α 0.05). Nilai P<0.05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap respon yang diukur. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air dan Kadar Abu
Penentuan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada daun segar sirih merah dan untuk mengetahui ketahanannya terhadap penyimpanan. Kadar air daun segar sirih merah yang diperoleh pada penelitian ini adalah 80.16% (Lampiran 3).
Kadar abu daun sirih merah segar yang diperoleh pada penelitian ini adalah 1.87% berdasarkan bobot basah (Lampiran 4). Analisis kadar abu digunakan untuk mengetahui kandungan mineral suatu bahan, mineral yang terkandung dalam suatu bahan bisa merupakan garam anorganik atau pun garam organik. Analisis kadar abu dilakukan dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu tinggi yaitu sekitar 500-6000oC dan kemudian dilakukan penimbangan pada abu sebagai sisa proses pembakaran.
Isolasi dan Fraksinasi Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
Pada penelitian ini, isolasi minyak atsiri dari daun segar sirih merah dilakukan dengan menggunakan destilasi air pada suhu 95-105o
Alat destilasi yang digunakan pada penelitian ini adalah destilator stahl
dengan perbandingan daun sirih dan akuades sebesar 1:5. Menurut Sumarni et al.
(2010) perbandingan volume air dan bahan baku pada destilasi akan mempengaruhi jumlah minyak atsiri yang diperoleh, berdasarkan penelitiannya pada penyulingan minyak atsiri nilam dengan perbandingan 1:5 ( bahan baku : akuades) memberikan hasil minyak atsiri yang optimum.
C. Pada metode destilasi ini, bahan yang akan disuling berkontak langsung dengan air yang mendidih dan uap air akan membawa komponen minyak atsiri keluar melalui kondensor dan menetes dalam alat pemisah. Alat destilasi air ini bekerja dengan proses hidrodifusi sehingga agar lebih efektif bahan yang akan disuling harus dirajang terlebih dahulu.
Minyak atsiri yang dihasilkan pada penelitian ini berwarna sedikit kuning hingga tidak berwarna (Gambar 4). Rendemen minyak atsiri yang diperoleh adalah 0.24% (v/b) berdasarkan bobot basah dengan bobot jenis 0.78 g/ml. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilaporkan Batubara et al.
(2011) yang menyebutkan bahwa sirih merah mengandung 0.21% minyak atsiri berdasarkan bobot basah.
Gambar 4 Minyak atsiri daun sirih merah
Fraksinasi minyak atsiri sirih merah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom. Fase diamnya adalah silika G60F254
Tabel 1 Hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah dengan kromatografi kolom dan proses elusinya dilakukan secara gradien (peningkatan kepolaran) dengan eluen n-heksana, kloroform dan metanol. Eluen terbaik yang digunakan untuk pemisahan fraksi-fraksi pada penelitian ini adalah n-heksana:kloroform (7:3) karena menghasilkan jumlah noda terbanyak yaitu 7 noda dan terpisah (Lampiran 6). Pemilihan eluen terbaik berdasarkan pengembangan informasi dari Harborne (1987) bahwa eluen yang umum digunakan dalam pemisahan minyak atsiri adalah campuran n-heksana : kloroform (3:2), klorofom : metanol (99:1) atau dietileter : kloroform: etil asetat (2:2:1). Data hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
(elusi gradien)
Jenis eluen Fraksi ke Bobot (g) Jumlah noda Rendemen(%)
H 1 1.165 2 52.00
C:H 2 0.195 2 8.71
C 3 0.234 3 10.45
M 4 0.204 1 9.12
H = n-heksana; C:H = kloroform:n-heksana; C = kloroform; M = metanol
Fraksi dengan rendemen terbanyak (fraksi 1) dan fraksi dengan jumlah rendemen paling sedikit (fraksi 2) bersama distilat kasar dari minyak atsiri sirih merah kemudian diidentifikasi komponen senyawa kimianya dengan
menggunakan GC-MS dan diuji aktivitasnya secara in vivo. Pemilihan fraksi 1 dan 2 didasarkan kepada rendemen dan aroma yang terbentuk. Fraksi 1 memiliki rendemen terbanyak dan aroma yang khas, sedangkan fraksi 2 meskipun memiliki rendemen yang paling sedikit tetapi aroma yang dihasilkan lebih wangi dan tajam dibandingkan fraksi 3 dan fraksi 4.
Analisis Komponen Kimia Penyusun Minyak Distilat Kasar dan Fraksi-Fraksi Terpilih Berdasarkan Hasil Analisis GC-MS
Identifikasi kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 dari minyak atsiri sirih merah dilakukan dengan instrumen GC-MS menggunakan kolom kapiler HP WAX dimensi 25 m x 0.25 mm, dengan kondisi laju alir 0.6 l/menit, gas pembawa Helium, suhu injektor 250oC, suhu interface 280oC, program suhu 60oC selama 1 menit, kemudian suhu ditingkatkan 150oC selama 2 menit dan terakhir laju ditingkatkan 15oC/menit hingga 240o
Tabel 2 Perbedaan kandungan senyawa dalam destilat kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 C selama 20 menit, kondisi spektrofotometer massanya adalah energi ionisasi 70 eV, metode ionisasinya adalah Electron Impact. Perbedaan senyawa-senyawa yang terkandung dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 disajikan pada Tabel 2.
minyak atsiri sirih merah berdasarkan hasil analisis GC-MS
Golongan Nama senyawa Rendemen (%)
Distilat kasar Fraksi 1 Fraksi 2
Monoterpena Alpha tuhyena 2.83 - - Beta pinena 2.13 - - Sabinena 36.64 38.27 13.2 Beta mirsena 11.22 22.94 7.46 Alpha terpinena 2.45 6.38 2.51 Beta felandrena - 2.93 1.54 Gamma terpinena 3.44 11.4 4.30 Alpha terpinolena 0.90 2.83 1.10
Monoterpena alkohol Linalool 8.27 - 20.36
4-terpineol 4.67 - 31.67
Sesquiterpena
Trans kariofilena 2.91 4.48 1.48
Germakrena D 5.6 3.18 -
Berdasarkan komponen yang teridentifikasi, komponen minyak atsiri sirih merah terbagi menjadi 3 golongan terpena yaitu monoterpena, monoterpena alkohol dan seskuiterpena. Komponen yang termasuk golongan monoterpena adalah sabinena, beta mirsena, alpha tuhyena, beta pinena, alpha terpinena dan gamma terpinena. Sedangkan yang termasuk ke dalam golongan monoterpena alkohol adalah linalol dan 4-terpineol dan yang termasuk golongan sesquiterpena adalah trans-kariofilena, alpha kopaena dan germakrena D (Gambar 5).
Kromatogram ion total dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 dapat dilihat pada Lampiran 7.
Alpha tuhyena Pinena Sabinena Beta mirsena
Alpha terpinena Gamma terpinena Linalol 4-Terpineol
Trans-Kariofilena Germakrena D
Gambar 5 Struktur senyawa-senyawa utama dalam minyak atsiri sirih merah
Perbedaan komponen yang terdapat pada fraksi 1 dan fraksi 2 terletak pada adanya komponen monoterpena alkohol seperti linalool dan 4-terpineol pada fraksi 2, dan tidak adanya alpha kopaena dan germakrena D pada fraksi 2.
Perbedaan komponen yang terdapat pada distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 ini berpengaruh terhadap aktivitasnya terhadap hewan uji.
Analisis Bobot Badan, Konsumsi Pakan dan Bobot Feses
Penelitian ini menggunakan hewan model, tikus jantan Sprague dawley
berjumlah 40 ekor, dengan usia ±7 minggu dan berat antara 160 – 185 g. Sebelum masa perlakuan, seluruh tikus diadaptasikan selama 7 hari dengan diberi pakan standar, masa adaptasi ini dilakukan untuk mengkondisikan fisiologis, nutrisi dan lingkungan kandang tikus tersebut. Pakan kolesterol tinggi yang digunakan merupakan campuran pakan standar dan 12.5% kuning telur dari total pakan yang dicampur secara homogen dan dibentuk pellet (Darusman et al. 2007). Jumlah pakan standar dan pakan kolesterol tinggi yang diberikan adalah 18 g/hari per ekor secara ad libitum.
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok normal, kontrol, inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2. Pemberian inhalasi dilakukan selama 5 minggu dengan alat inhalator (Gambar 6). Penentuan dosis inhalasi yang digunakan didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggraeni (2010) yaitu 1 ml minyak atsiri dalam 100 ml akuades.
Gambar 6 Tabung inhalator untuk inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 minyak atsiri sirih merah.
Selama masa penelitian tidak terdapat tikus yang mati ataupun drop out
karena mengalami cacat fisik atau kelainan yang diakibatkan perlakuan inhalasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa inhalasi minyak atsiri sirih merah dengan konsentrasi 1% dapat digunakan sebagai aromaterapi yang sangat aman karena tidak toksik.
Peningkatan bobot badan, merupakan salah satu analisis fisik dari penderita obesitas sehingga pada penelitian ini dilakukan pengukuran bobot badan tikus setiap satu minggu sekali untuk memonitor perubahan berat badan tikus, diikuti pengukuran bobot feses setiap 2 kali seminggu dan sisa konsumsi