• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksinasi senyawa aktif minyak atsiri daun sirih merah (Piper cf. fragile. Benth) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fraksinasi senyawa aktif minyak atsiri daun sirih merah (Piper cf. fragile. Benth) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKSINASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI DAUN

SIRIH MERAH (

Piper

cf.

fragile.

Benth) SEBAGAI

PELANGSING AROMATERAPI S ECARA

IN VIVO

MARSAH RAHMAWATI UTAMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini dengan judul Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile. Benth) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo adalah benar-benar karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun oleh perguruan tinggi manapun sebagai suatu karya tulis. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka yang disebutkan dibagian tesis ini.

(3)

MARSAH RAHMAWATI UTAMI. Fractionation of Active Components from

Piper cf. fragile. Benth Essential Oil as Aromatherapy for Antiobesity Using In Vivo Analysis. Under direction of LATIFAH KOSIM DARUSMAN and IRMANIDA BATUBARA.

Aromatherapy is one of alternative remedies which used odours from essential oil. Piper cf. fragile (sirih merah) is one of herb plants that contained essential oils and had been used as medicinal substances traditionally in Indonesia. The purposes of this research were to find constituents of sirih merah essential oil and evaluate their active components as aromatherapy for antiobesity using in vivo experiment. Fractionation of sirih merah essential oil with silica gel column chromatography produced 4 fractions. The activity of fraction 1, fractions 2 and crude oil were evaluated by in vivo experiment using male Sprague dawley

rats by aromatheraphy methods and inhalation technique. Forty male Sprague dawley rats were used and divided into five groups namely ; normal group which consume normal diet; negative control group which consume high cholesterol diet without treatment; crude oil, fraction 1, fraction 2 groups were treated with high cholesterol diet followed by inhalation of crude essential oil, fraction 1 and fraction 2, respectively. The result concluded that monoterpene (such as sabinene, mircene, Alpha tuhjene, Alpha terpinene, Gamma terpinene) and sesquiterpene (such as trans caryophillene and germacrene D) of crude oil and fraction 1 showed an effect to decrease body weight but alcohol monoterpene (such as linalool and 4-terpineol) of fraction 2 showed the reciprocal effect to the body weight of

Sprague dawley rats. In addition the crude oil group showed the lowest blood cholesterol and trygliseride level compared to the other groups significantly (p<0.05).

(4)

MARSAH RAHMAWATI UTAMI, Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile. Benth) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo. Di bimbing oleh LATIFAH KOSIM DARUSMAN dan IRMANIDA BATUBARA.

Dewasa ini 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekitar 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami

overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Obesitas dapat memicu beberapa penyakit lain seperti diabetes, penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, peningkatan resiko kanker dan hiperkolesterolemia (Giannessi et al. 2008). Salah satu penyebab obesitas adalah karena adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh (Raharjo et al. 2005).

Menurut Dachriyanus et al. (2007) salah satu cara menurunkan berat badan adalah dengan mengurangi penimbunan lemak dalam tubuh yang secara tidak langsung pengurangan ini dapat menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia. Selain olah raga dan mengatur pola makan, penggunaan obat pelangsing yang dapat meluruhkan lemak telah banyak dilakukan. Selain pemberian obat pelangsing secara oral, dewasa ini telah dikenal beberapa metode terapi untuk melangsingkan diantaranya adalah metode akupuntur dan aromaterapi. Metode aromaterapi merupakan suatu pengobatan alternatif menggunakan tanaman herba yang mengandung minyak atsiri. Menurut Harrison (2003), salah satu jenis potensi obat berbahan baku minyak atsiri adalah sebagai obat yang penggunaanya berkaitan dengan aromaterapi seperti pelangsing aromaterapi.

Salah satu tanaman herba Indonesia yang mengandung minyak atsiri adalah sirih merah. Sirih merah merupakan tanaman herba yang secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit (Manoi 2007). Kajian mengenai potensi sirih merah sebagai pelangsing aromaterapi belum diamati secara luas. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi minyak atsiri daun sirih merah sebagai pelangsing aromaterapi, mendapatkan fraksi dan menganalisis senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, serta aktivitasnya secara in vivo.

(5)

Komponen-komponen yang teridentifikasi dari minyak atsiri sirih merah dengan analisis GC-MS, terdiri dari 3 golongan terpena yaitu monoterpena (sabinena, mirsena, alpha tuhyena, alpha terpinena, gamma terpinena), monoterpena alkohol (linalool dan 4-terpineol) dan sesquiterpena (alpha kopaena, trans kariofillena dan germakrena D). Perbedaan komponen yang terdapat pada fraksi 1 dan fraksi 2 terletak pada adanya komponen monoterpena alkohol seperti linalool dan 4-terpineol pada fraksi 2, dan tidak adanya alpha kopaena dan germakrena D pada fraksi 2 Perbedaan komponen yang terdapat pada distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 ini berpengaruh terhadap aktivitasnya terhadap hewan uji.

Berdasarkan analisis in vivo, menunjukkan bahwa inhalasi distilat kasar dan fraksi 1 dengan kandungan komponen terbanyak golongan monoterpena dan sesquiterpena memberikan pengaruh terhadap penurunan bobot badan tikus dengan cara menekan nafsu makan dan termogenesis, hal ini sejalan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi kelompok distilat kasar dan fraksi 1 serta bobot deposit lemak kelompok ini lebih rendah dari kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian Batubara et al. (2011), melaporkan bahwa komponen monoterpena dan sesquiterpena minyak atsiri sirih merah memiliki aktivitas untuk meningkatkan aktivitas monofenolase dan difenolase tirosinase. Enzim ini akan mengubah tirosin menjadi L-Dopa, L-dopa adalah suatu asam amino yang berperan dalam pembentukan dopamin, sedangkan dopamin merupakan neurotransmiter sistem syaraf pusat yang berperan dalam penurunan berat badan (Laverie 2010). Inhalasi fraksi 2 dengan kandungan komponen terbanyak golongan monoterpena alkohol, memberikan pengaruh terhadap kenaikan bobot badan dengan cara menambah nafsu makan, hal ini sejalan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi dan bobot deposit lemak kelompok ini yang lebih besar dari kelompok kontrol.

Pada penelitian ini dilakukan analisis uji darah untuk mengetahui profil lipida darah yang meliputi kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida. Berdasarkan analisis profil lipida darah menunjukkan bahwa kelompok distilat kasar memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang lebih rendah dari kelompok kontrol dan berbeda secara signifikan. Sedangkan fraksi 1 dan fraksi 2 memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol. Meskipun terdapat perbedaan kadar kolesterol dan trigliserida dari semua kelompok perlakuan, namun menurut (Suckow et al. 2006) kadar kolesterol dan trigliserida pada kelompok tikus ini masih berada pada kisaran normal. Selain itu kelompok distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih tinggi dari kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil uji in vivo, menunjukkan bahwa monoterpena dan sesquiterpena distilat kasar dan fraksi 1 berpengaruh terhadap penurunan berat badan dan berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi, sedangkan monoterpena alkohol pada fraksi 2 berpengaruh terhadap kenaikkan bobot badan.

(6)

(C) Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutup sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

SIRIH MERAH (

Piper

cf.

fragile.

Benth) SEBAGAI

PELANGSING AROMATERAPI SECARA

IN VIVO

MARSAH RAHMAWATI UTAMI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Marsah Rahmawati utami NIM : G451090331

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS Dr. Irmanida Batubara, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Kimia

Prof. Dr. Purwantiningsih S, M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(9)
(10)

Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Ada pun tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS dan Dr. Irmanida Batubara, S.Si. M.Si selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan, saran dan meluangkan waktu selama berkonsultasi. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibunda, kakak, adik dan Muhammad Yusuf, S.Si. M.Si atas curahan doa dan dukungannya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pusat Studi Biofarmaka, dr. Aulia, Pak Mul, Pak Eman, Ibu Nunung dan seluruh staf bagian Kimia Analitik serta seluruh rekan-rekan mahasiswa pascasarjana kimia 2009 atas bantuannya selama penulis menjalani penelitian. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2011

(11)

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 26 Januari 1977 dari ayah Achmad Rachmat (Almarhum) dan ibu Watin Handiati. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Tahun 1995 Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Karawang Jawa Barat dan menyelesaikan Program Sarjana Sains bidang Kimia organik pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah dengan kromatografi kolom

(elusi gradient) ………..……….. 15

3

2 Perbedaan kandungan senyawa dalam destilat kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 minyak atsiri sirih merah berdasarkan hasil analisis GC-MS ………. 16 Rerata respons peningkatan bobot badan, jumlah pakan yang dikonsumsi dan bobot feses setiap kelompok Selma 5 minggu massa perlakuan

uji in vivo ………. 19

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Sirih Merah………... 5

2 Bagan alir penelitian……….. 8 3 Bagan alir pengujian aktivitas pelangsing aromaterapi secara in vivo….. 10 4 Minyak atsiri daun sirih merah ………. 15 5 Struktur senyawa-senyawa utama dalam minyak atsiri sirih merah ……. 16 6 Tabung inhalator untuk inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2

minyak atsiri sirih merah ………... 18 7 Reaksi pembentukan dopamin dari L-tirosin ………. 20 8 Rerata jumlah konsumsi pakan hewan selama masa perlakuan ………... 22 9 Perbandingan rerata kenaikan bobot badan tikus terhadap bobot badan

awalnya pada masing-masing kelompok selama masa perlakuan uji in

vivo ……… 22

10 Perbandingan (a) hati dan (b) deposit lemak tikus kelompok normal,

kontrol, distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 ……….. 23 11 Perbandingan rerata kadar kolesterol total serum darah tikus pada setiap

kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-5 perlakuan ……….. 25 12 Perbandingan rerata kadar kolesterol HDL serum darah tikus pada setiap

kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-5 perlakuan ………… 26 13 Perbandingn rerata kadar trigliserida serum darah tikus pada setiap

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pakan standar di Pusat Studi Biofarmaka (dari PT Indofeed) ………..…. 33 2 Pakan koleterol tinggi untuk 50 kg ……….…….….. 33 3 Penentuan kadar air daun sirih merah ……….... 33 4 Kadar abu berdasarkan bobot basah ………....….. 5 Hasil determinasi tanaman ……….…....

33 34 6 Profil KLT eluen tunggal, eluen campuran dalam penentuan eluen

terbaik ……… 35

7 Komatogram ion total hasil GC-MS ……….… 36 8 Uji normalitas, statistik deskriptif, homogenitas, ANOVA, dan uji post

hoc Duncan persen kenaikan bobot badan, bobot pakan yang dikonsumsi

dan bobot feses ……….. 37

9 Uji normalitas, statistik deskriptif, homogenitas, ANOVA, dan uji Duncan data kolesterol total, Kolesterol HDL, trigliserida, bobot hati

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini 1.6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekitar 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2.3 miliar orang dewasa akan mengalami

overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi obesitas nasional pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 10.3%. Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9.5% dan pada perempuan 6.4% (Depkes 2008). Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah dan mempunyai kadar HDL yang lebih rendah (Dachriyanus et al. 2007) sehingga obesitas ini dapat memicu beberapa penyakit lain seperti diabetes, penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, peningkatan resiko kanker dan hiperkolesterolemia (Giannessi et al. 2008; Lean et al. 2006 ). Salah satu penyebab obesitas adalah karena adanya ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh (Raharjo et al. 2005).

(17)

obat yang penggunaannya berkaitan dengan aromaterapi seperti pelangsing aromaterapi.

Salah satu tanaman herba Indonesia yang mengandung minyak atsiri adalah sirih merah. Sirih merah merupakan tanaman herba yang secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit (Manoi 2007). Kajian mengenai potensi sirih merah sebagai pelangsing aromaterapi belum diamati secara luas. Berdasarkan penelitian Batubara et al. (2011) monoterpena dan sesquiterpena minyak atsiri sirih merah meningkatkan aktivitas monofenolase dan difenolase enzim tirosenase. Enzim ini berperan dalam metabolisme tirosin menjadi L-dopa, sedangkan L-dopa merupakan prekursor terbentuknya dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter pada sistem syaraf pusat yang berperan dalam penurunan berat badan (Laverie 2010). Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi minyak atsiri daun sirih merah sebagai pelangsing aromaterapi, mendapatkan fraksi dan menganalisis senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, serta aktivitasnya secara in vivo.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi minyak atsiri daun sirih merah sebagai pelangsing aromaterapi, mendapatkan fraksi dan mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, serta aktivitasnya secara in vivo.

Hipotesis

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kegemukan

Kegemukan atau obesitas adalah suatu penyakit yang diakibatkan timbunan lemak abnormal baik secara absolut maupun relatif. Ukuran abnormal tergantung keadaan penduduk/populasi di suatu daerah atau berdasarkan uji epidemiologi. Tingkat kegemukan dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT ini dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) terhadap kuadrat tinggi tubuh (m2).

2 2

Berdasarkan harga IMT ini tingkat kegemukan digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu bobot badan kurang (IMT<18.5), bobot badan normal (IMT 18.5-24.5), bobot badan berlebih (IMT 25-29.9), obesitas I (IMT 30-34.9), obesitas II (IMT 35-39.9) dan sangat obesitas (IMT>39.9) (WHO 1999).

Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit

jantung, kanker, diabetes dan metabolic syndrome (Lean et al. 2006).

Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan pengeluaran energi oleh tubuh

menjadi faktor utama pada obesitas (Raharjo et al. 2005). Selain itu kegemukan

dapat terjadi karena beberapa faktor lainnya yaitu faktor genetik dan faktor

lingkungan (kebiasaan makan). Kegemukan lebih banyak terjadi pada wanita

dibandingkan pria, penyebab utamanya adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh

wanita dan lebih lambatnya proses metabolisme tubuh wanita dibandingkan pria.

Aromaterapi

Pengobatan alternatif merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Beberapa pengobatan alternatif diantaranya: akupuntur, yoga, refleksiologi, aromaterapi, hipnotis, t'ai chi, prana, dan meditasi.

(19)

esensial). Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan senyawa yang larut dalam lipida, karena kelarutannya dalam lipida ini, komponen-komponen minyak esensial mampu dengan cepat memasuki daerah yang kaya lemak didalam tubuh (Buchbauer 1993), seperti mielin yang menutupi medullated nerve fiber. Selain itu, karena kelarutannya dalam lipida, molekul-molekul kecil dari minyak esensial ini mampu melewati blood-brain barrier, hal ini menunjukkan bahwa komponen-komponen minyak atsiri dapat digunakan sebagai obat yang sistem kerjanya melalui sistem syaraf.

Manfaat dari aromaterapi, umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional dan spiritual (Maniapoto 2002). Komponen aroma dari minyak atsiri berinteraksi saat dihirup, dan menstimulasi sistem olfactory, kemudian sistem ini mengirimkan signal pada sistem limbik pada otak yang di dalamnya terdapat amygdala dan hippocampus yang berperan penting dalam memproses aroma dan respons emosi (Buckle 2003).

Kajian etnofarmakologi secara empiris tentang tumbuhan aromaterapi menunjukan bahwa Indonesia memiliki 49 jenis tumbuhan aromatik dari 22 jenis suku, 12 diantaranya digunakan secara empirik sebagai aromaterapi dengan efek menenangkan dan menyegarkan tubuh (Sangat dan Roematyo 1996). Menurut Harrison (2003), salah satu jenis potensi obat berbahan baku minyak atsiri adalah sebagai obat yang penggunaanya berkaitan dengan aromaterapi seperti pelangsing aromaterapi. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelangsing aromaterapi diantaranya adalah penelitian Anggraeni (2010) yang melaporkan bahwa β -elemenona yang merupakan senyawa dominan pada minyak atsiri temulawak memiliki potensi menjadi pelangsing aromaterapi, Assaat (2011) mengemukakan bahwa inhalasi senyawa etil-p-metoksisinamat pada tikus Sprague dawley mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, kemudian Wulandari (2011) melaporkan bahwa inhalasi fraksi dengan rendemen terbanyak senyawa sabinena dan fraksi dengan rendemen terbanyak senyawa 4-Terpineol minyak atsiri bangle pada tikus Sprague dawley berpengaruh terhadap penurunan berat badan.

Sirih Merah

(20)

berbagai jenis penyakit. Tanaman ini termasuk pada famili piperaceae dan biasanya tumbuh merambat di pagar atau pohon. Ciri khas sirih merah adalah batangnya bulat, berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung hati dan bagian atasnya meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata. Daun berukuran 10 cm dan 5 cm (Gambar 1). Bila dipegang, daun terasa tebal, dan kaku. Sirih merah cenderung tumbuh di tempat teduh, misalnya, di bawah pohon besar yang rindang. Bila tanaman ini tumbuh di tempat teduh, daunnya akan melebar dan bagian bawah daun berwarna merah marun. Sirih merah memiliki aroma yang lebih wangi dibandingkan dengan sirih hijau. Sirih merah merupakan tanaman herba yang secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit (Manoi 2007).

Berdasarkan beberapa penelitian komposisi minyak atsiri yang terdapat di dalam daun sirih merah adalah

Gambar 1. Daun sirih merah

, kavikol, eugenol, transkariofillen, eugenol asetat

dan beta-selinen (Sulistyani et al. 2007). Ngaisah (2007) melaporkan bahwa

kadar minyak atsiri daun sirih merah dengan metode pemisahan destilasi stahl

(21)

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak daun sirih merah telah dilakukan, diantaranya adalah Safithri dan Fahma (2008) menyimpulkan bahwa ekstrak air daun sirih merah mampu menurunkan kadar gula darah pada tikus sebanyak 10-38%. Wicaksono et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak daun sirih merah mampu menghambat proliferasi sel kanker payudara (T47D). Hasil penelitian Sulistiyani et al. (2007) menunjukkan bahwa

minyak atsiri daun sirih merah memiliki aktivitas antimikroba terhadap C.

albicans, S. aureus dan E. coli. Juliantina et al. (2009) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif (Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli

(22)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor sejak bulan Januari sampai dengan Juni tahun 2011.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan adalah daun sirih merah (Piper cf. fragile) yang diperoleh dari BALITTRO Bogor, pakan standar dan pakan kolesterol dibuat di PT Indofeed, tikus jantan galur Sprague dawley serta kandang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka IPB, dan bahan kimia untuk fraksinasi diperoleh dari laboratorium Kimia Analitik IPB. Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, oven, distilator stahl, kromatografi kolom, pelat KLT (kromatografi lapis tipis), pelat KLTP (kromatografi lapis tipis preparatif), timbangan berat badan tikus, dan instrument GC-MS (Gas Chromatograph-Mass Spectrometer)

Agilent Technologies 6890.

Metode

Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan bahan, isolasi minyak atsiri daun sirih merah dengan alat distilator stahl dan fraksinasi minyak atsiri dengan kromatografi kolom. Pada tahap ini penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik IPB.

Tahap kedua menguji aktivitas minyak atsiri dan fraksinya secara in vivo

pada hewan uji selama 5 minggu dan dilakukan analisis uji profil lipid dari serum darah hewan uji. Selain itu juga dilakukan pengukuran bobot badan setiap seminggu sekali dan pengukuran bobot feses dilakukan dua kali dalam satu minggu serta penimbangan jumlah pakan dan sisa pakan tikus dilakukan setiap hari. Tahap kedua penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka dan Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata, LPPM-IPB.

(23)

Gambar 2. Bagan alir penelitian

Preparasi dan Identifikasi Bahan Tanaman (Muchtaridi et al. 2004)

Sampel daun sirih merah yang digunakan adalah sampel sirih merah segar dari BALITRO Bogor. Bahan tanaman yang akan diteliti diambil bagian ranting, daun, dan akar. Selanjutnya spesimen ini diidentifikasi di Laboratorium Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong Bogor (hasil determinasi disajikan pada Lampiran 5). Sampel ditentukan kadar air dan kadar abunya. Setelah itu, bahan sampel basah didestilasi dengan distilator Stahl.

Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi (Anggraeni 2010)

Bahan daun segar yang telah diiris halus ditimbang sebanyak 250 g dan ditambahkan 1250 mL akuades (perbandingan sampel : akuades; 1 : 5) kemudian didestilasi selama 3 jam dengan distilator Stahl, pada suhu berkisar antara 95-105oC. Distilat minyak atsiri yang diperoleh disimpan di dalam refrigerator, diuji KLT untuk mencari eluen terbaik dan diidentifikasi dengan GC-MS. Selanjutnya distilat kasar disimpan untuk diuji aktivitas secara in vivo terhadap tikus putih galur Sprague dawley.

Fraksinasi Minyak atsiri dengan Kromatografi Kolom

Fraksinasi dilakukan setelah penentuan eluen terbaik dengan menggunakan KLT. Setelah diperoleh eluen terbaik, selanjutnya dilakukan

Pengumpulan bahan dan determinasi

Isolasi minyak atsiri dengan destilasi air

Fraksinasi dengan kromatografi kolom

Inhalasi Penentuan komposisi senyawa minyak atsiri

(distilat kasar, fraksi 1, fraksi 2) dg GC-MS

Uji aktivitas pelangsing secara in vivo

(24)

pemisahan minyak atsiri secara bertahap. Sebanyak 2.24 gram ekstrak minyak atsiri, difraksinasi dengan kromatografi kolom dengan menggunakan metode elusi gradien (heksana-kloroform-metanol). Setiap eluat ditampung dalam tabung reaksi dengan volume masing-masing 3 mL dan diuji dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen terbaik hasil penentuan dengan KLT yaitu heksana : kloroform, 7:3. Eluat dengan pola spot yang sama digabungkan menjadi satu fraksi. Fraksi 1 dan 2 diidentifikasi dengan GC-MS. Selanjutnya fraksi 1 dan fraksi 2 diuji aktivitas secara in vivo terhadap tikus putih galur Sprague dawley.

Pengujian Aktivitas Pelangsing Aromaterapi terhadap Tikus Putih dengan Metode Inhalasi (Anggraeni, 2010).

Sebanyak 40 ekor tikus Sprague dawley dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor tikus. Kelompok I (kelompok normal) diberi pakan standar dengan dosis 18 g/ekor/hari dan diberi akuades sebagai air minum. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi pakan kolesterol tinggi dengan dosis 18 g/ekor/hari dan diberi akuades sebagai air minum (tanpa perlakuan). Sedangkan untuk kelompok III, IV dan V diberi pakan yang sama dengan kelompok II dan diberi perlakuan yang berbeda (komposisi pakan standar dan pakan kolesterol tinggi untuk tikus pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 1 dan 2). Kelompok III diinhalasi minyak atsiri kasar, kelompok IV diinhalasi fraksi 1 dan kelompok V diinhalasi fraksi 2 hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah. Perlakuan ini dilakukan selama 5 minggu. Bobot pakan dan sisa pakan masing-masing kelompok ditimbang setiap hari bobot feses ditimbang 2 kali per minggu dan bobot badan ditimbang setiap minggu .

Pada akhir minggu ke-5, dilakukan analisis profil lipida darah meliputi kadar kolesterol total, trigliserida dan kolesterol HDL. Kemudian dilakukan pembedahan terhadap hewan uji, untuk dianalisis warna hati dan ditimbang bobot hati serta deposit lemaknya.

(25)

Gambar 3. Bagan alir pengujian aktivitas pelangsing aromaterapi secara in vivo

Pengukuran Kadar Kolesterol Total

Darah tikus diambil dengan memotong ujung ekor tikus dan ditampung dengan lubang sentrifus. Darah didiamkan selama 2 jam dan disentrifuga selama 5 menit dengan kecepatan 3424 g ( 3500 rpm dengan jari-jari sentrifuse 1 cm).

Hewan uji (40 ekor)

Masa adaptasi selama 1 minggu

I (n=8)

Pakan standar

II (n=8) III (n=8) IV (n=8) V (n=8)

Pakan kolesterol tinggi

Masa perlakuan selama 5 minggu

I II III

Inhalasi destilat kasar

IV Inhalasi Fraksi 1

V Inhalasi Fraksi 2 Tanpa inhalasi

Tahap Analisis

Bobot pakan ditimbang tiap hari

Bobot badan ditimbang tiap 1 minggu

Minggu ke-6

Penentuan bobot feses Setiap 2 kali per minggu

Analisis warna, bobot hati dan penentuan bobot deposit lemak hewan uji

(26)

Sebanyak 10 µl serum dimasukan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1000 µl lalu dicampur dengan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blangko. Sebagai blangko digunakan pereaksi kolesterol 1000 µl dan akuades 10 µl.

Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.

Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut: A Sampel

Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)

Pereaksi kolesterol diperoleh dari PT. Rajawali Nusindo, terdiri dari buffer fosfat pH 6.5, 4-aminofenazon, fenol, peroksidase, kolesterol esterase, kolesterol oksidase, natrium azida dan kolesterol.

Pengukuran Kadar Trigliserida

Serum diambil sebanyak 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebanyak 1000 µl lalu larutan dicampur dengan vortex, kemudian biarkan 20 menit pada suhu kamar dan diukur serapan pada panjang gelombang 500 nm terhadap blangko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran serapan sampel.

Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: A Sampel

Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl)

(27)

Pengukuran Kadar Kolesterol HDL

Sejumlah 200 µl serum dalam tabung reaksi ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap (reagen pengendap yang digunakan adalah asam fosfotungstat dan magnesium klorida), dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar dan disentrifuga selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 g atau 10 menit pada 4000 g. Kemudian supernatan diambil sebanyak 100 µl dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 1000 µl. Selanjutnya campuran ini dihomogenkan dengan vortex, diinkubasi selama 5 menit pada suhu

kamar dan diukur serapan pada = 500 nm. Hasil serapan yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus:

(

)

A Sampel

C x Cst 175 mg/dl

A Standar

=

Keterangan:

C = serapan kolesterol HDL (mg/dl) A = serapan

Cst = kadar kolesterol standar (175 mg/dl)

Pereaksi kolesterol diperoleh dari PT. Rajawali Nusindo, terdiri dari buffer fosfat pH 6.5, 4-aminofenazon, fenol, peroksidase, kolesterol esterase, kolesterol oksidase, natrium azida dan kolesterol.

Analisis Warna Hati, Penentuan Bobot Hati dan Penentuan Bobot Deposit Lemak Pada Hewan Uji

(28)

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air dan Kadar Abu

Penentuan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada daun segar sirih merah dan untuk mengetahui ketahanannya terhadap penyimpanan. Kadar air daun segar sirih merah yang diperoleh pada penelitian ini adalah 80.16% (Lampiran 3).

Kadar abu daun sirih merah segar yang diperoleh pada penelitian ini adalah 1.87% berdasarkan bobot basah (Lampiran 4). Analisis kadar abu digunakan untuk mengetahui kandungan mineral suatu bahan, mineral yang terkandung dalam suatu bahan bisa merupakan garam anorganik atau pun garam organik. Analisis kadar abu dilakukan dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu tinggi yaitu sekitar 500-6000oC dan kemudian dilakukan penimbangan pada abu sebagai sisa proses pembakaran.

Isolasi dan Fraksinasi Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

Pada penelitian ini, isolasi minyak atsiri dari daun segar sirih merah dilakukan dengan menggunakan destilasi air pada suhu 95-105o

Alat destilasi yang digunakan pada penelitian ini adalah destilator stahl

dengan perbandingan daun sirih dan akuades sebesar 1:5. Menurut Sumarni et al.

(2010) perbandingan volume air dan bahan baku pada destilasi akan mempengaruhi jumlah minyak atsiri yang diperoleh, berdasarkan penelitiannya pada penyulingan minyak atsiri nilam dengan perbandingan 1:5 ( bahan baku : akuades) memberikan hasil minyak atsiri yang optimum.

C. Pada metode destilasi ini, bahan yang akan disuling berkontak langsung dengan air yang mendidih dan uap air akan membawa komponen minyak atsiri keluar melalui kondensor dan menetes dalam alat pemisah. Alat destilasi air ini bekerja dengan proses hidrodifusi sehingga agar lebih efektif bahan yang akan disuling harus dirajang terlebih dahulu.

(30)

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilaporkan Batubara et al.

(2011) yang menyebutkan bahwa sirih merah mengandung 0.21% minyak atsiri berdasarkan bobot basah.

Gambar 4 Minyak atsiri daun sirih merah

Fraksinasi minyak atsiri sirih merah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom. Fase diamnya adalah silika G60F254

Tabel 1 Hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah dengan kromatografi kolom dan proses elusinya dilakukan secara gradien (peningkatan kepolaran) dengan eluen n-heksana, kloroform dan metanol. Eluen terbaik yang digunakan untuk pemisahan fraksi-fraksi pada penelitian ini adalah n-heksana:kloroform (7:3) karena menghasilkan jumlah noda terbanyak yaitu 7 noda dan terpisah (Lampiran 6). Pemilihan eluen terbaik berdasarkan pengembangan informasi dari Harborne (1987) bahwa eluen yang umum digunakan dalam pemisahan minyak atsiri adalah campuran n-heksana : kloroform (3:2), klorofom : metanol (99:1) atau dietileter : kloroform: etil asetat (2:2:1). Data hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

(elusi gradien)

Jenis eluen Fraksi ke Bobot (g) Jumlah noda Rendemen(%)

H 1 1.165 2 52.00

C:H 2 0.195 2 8.71

C 3 0.234 3 10.45

M 4 0.204 1 9.12

H = n-heksana; C:H = kloroform:n-heksana; C = kloroform; M = metanol

(31)

menggunakan GC-MS dan diuji aktivitasnya secara in vivo. Pemilihan fraksi 1 dan 2 didasarkan kepada rendemen dan aroma yang terbentuk. Fraksi 1 memiliki rendemen terbanyak dan aroma yang khas, sedangkan fraksi 2 meskipun memiliki rendemen yang paling sedikit tetapi aroma yang dihasilkan lebih wangi dan tajam dibandingkan fraksi 3 dan fraksi 4.

Analisis Komponen Kimia Penyusun Minyak Distilat Kasar dan Fraksi-Fraksi Terpilih Berdasarkan Hasil Analisis GC-MS

Identifikasi kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 dari minyak atsiri sirih merah dilakukan dengan instrumen GC-MS menggunakan kolom kapiler HP WAX dimensi 25 m x 0.25 mm, dengan kondisi laju alir 0.6 l/menit, gas pembawa Helium, suhu injektor 250oC, suhu interface 280oC, program suhu 60oC selama 1 menit, kemudian suhu ditingkatkan 150oC selama 2 menit dan terakhir laju ditingkatkan 15oC/menit hingga 240o

Tabel 2 Perbedaan kandungan senyawa dalam destilat kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 C selama 20 menit, kondisi spektrofotometer massanya adalah energi ionisasi 70 eV, metode ionisasinya adalah Electron Impact. Perbedaan senyawa-senyawa yang terkandung dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 disajikan pada Tabel 2.

minyak atsiri sirih merah berdasarkan hasil analisis GC-MS

Golongan Nama senyawa Rendemen (%)

Distilat kasar Fraksi 1 Fraksi 2

Monoterpena

Monoterpena alkohol Linalool 8.27 - 20.36

4-terpineol 4.67 - 31.67

Sesquiterpena

Trans kariofilena 2.91 4.48 1.48

Germakrena D 5.6 3.18 -

(32)

Berdasarkan komponen yang teridentifikasi, komponen minyak atsiri sirih merah terbagi menjadi 3 golongan terpena yaitu monoterpena, monoterpena alkohol dan seskuiterpena. Komponen yang termasuk golongan monoterpena adalah sabinena, beta mirsena, alpha tuhyena, beta pinena, alpha terpinena dan gamma terpinena. Sedangkan yang termasuk ke dalam golongan monoterpena alkohol adalah linalol dan 4-terpineol dan yang termasuk golongan sesquiterpena adalah trans-kariofilena, alpha kopaena dan germakrena D (Gambar 5).

Kromatogram ion total dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Alpha tuhyena Pinena Sabinena Beta mirsena

Alpha terpinena Gamma terpinena Linalol 4-Terpineol

Trans-Kariofilena Germakrena D

Gambar 5 Struktur senyawa-senyawa utama dalam minyak atsiri sirih merah

Perbedaan komponen yang terdapat pada fraksi 1 dan fraksi 2 terletak pada adanya komponen monoterpena alkohol seperti linalool dan 4-terpineol pada fraksi 2, dan tidak adanya alpha kopaena dan germakrena D pada fraksi 2.

(33)

Perbedaan komponen yang terdapat pada distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 ini berpengaruh terhadap aktivitasnya terhadap hewan uji.

Analisis Bobot Badan, Konsumsi Pakan dan Bobot Feses

Penelitian ini menggunakan hewan model, tikus jantan Sprague dawley

berjumlah 40 ekor, dengan usia ±7 minggu dan berat antara 160 – 185 g. Sebelum masa perlakuan, seluruh tikus diadaptasikan selama 7 hari dengan diberi pakan standar, masa adaptasi ini dilakukan untuk mengkondisikan fisiologis, nutrisi dan lingkungan kandang tikus tersebut. Pakan kolesterol tinggi yang digunakan merupakan campuran pakan standar dan 12.5% kuning telur dari total pakan yang dicampur secara homogen dan dibentuk pellet (Darusman et al. 2007). Jumlah pakan standar dan pakan kolesterol tinggi yang diberikan adalah 18 g/hari per ekor secara ad libitum.

Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok normal, kontrol, inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2. Pemberian inhalasi dilakukan selama 5 minggu dengan alat inhalator (Gambar 6). Penentuan dosis inhalasi yang digunakan didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggraeni (2010) yaitu 1 ml minyak atsiri dalam 100 ml akuades.

Gambar 6 Tabung inhalator untuk inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 minyak atsiri sirih merah.

Selama masa penelitian tidak terdapat tikus yang mati ataupun drop out

(34)

Peningkatan bobot badan, merupakan salah satu analisis fisik dari penderita obesitas sehingga pada penelitian ini dilakukan pengukuran bobot badan tikus setiap satu minggu sekali untuk memonitor perubahan berat badan tikus, diikuti pengukuran bobot feses setiap 2 kali seminggu dan sisa konsumsi pakan tikus setiap hari. Data rerata persen peningkatan bobot badan tikus, jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dan bobot feses per minggu selama 5 minggu masa perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rerata respon peningkatan bobot badan, jumlah pakan yang dikonsumsi dan bobot feses setiap kelompok selama 5 minggu masa perlakuan uji in vivo.

Kelompok Respon peningkatan bobot badan tikus (%)

Rerata jumlah pakan

(Huruf a,b, menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan P<0.05, analisis data ditampilkan pada Lampiran 8)

(35)

kelompok kontrol, yaitu sebesar 44.67% dan 42.48%. Hal ini sejalan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh kedua kelompok tersebut, yaitu sebesar 14.94 g/hari dan 14.54 g/hari lebih kecil dari konsumsi pakan kelompok kontrol yaitu 15.57 g/hari. Hal ini bisa disebabkan pemberian inhalasi distilat kasar dan fraksi 1 yang memiliki komponen monoterpena dan seskuiterpena, dengan sabinena sebagai rendemen terbanyak memberikan pengaruh terhadap penurunan bobot badan dengan cara menekan nafsu makan, hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2011) melaporkan bahwa inhalasi fraksi minyak atsiri Zingiber purpureum Roxb dengan rendemen terbanyak sabinena dan fraksi dengan rendemen terbanyak 4-terpineol berpengaruh terhadap penurunan bobot badan tikus Sprague dawley. Berdasarkan penelitian Batubara et al. (2011), komponen monoterpena dan seskuiterpena minyak atsiri sirih merah memiliki aktivitas untuk meningkatkan aktivitas monofenolase dan difenolase tirosinase. Enzim tirosinase akan mengubah tirosin menjadi L-Dopa, L-dopa adalah suatu asam amino yang berperan dalam pembentukan dopamin (Eisenhofer et al. 2003) (Gambar 7).

L- Tirosin L-Dopa

Dopamin

Gambar 7 Reaksi pembentukan dopamin dari L-tirosin (Eisenhofer et al. 2003)

Menurut Laverie (2010) dopamin merupakan neurotransmiter pada sistem syaraf pusat yang mengendalikan pergerakan tubuh, merangsang metabolisme dan penurunan berat badan, rendahnya dopamin akan menurunkan aktivitas metabolisme yang menyebabkan kenaikan berat badan dan rendahnya energi.

Berdasarkan pengamatan aktivitas fisik tikus, tikus-tikus kelompok fraksi 1 dan

distilat kasar memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan kelompok

(36)

kontrol dan dan kelompok fraksi 2, hal ini menunjukkan bahwa penurunan bobot badan kelompok fraksi 1 dan distilat kasar terjadi karena adanya proses termogenesis. Berdasarkan sumber lain mengatakan bahwa L-dopa merupakan bentuk dopamin yang mampu melewati aliran darah dan jaringan otak. Ketika L-dopa diubah menjadi L-dopamin di otak, L-dopamin akan menstimulasi pelepasan hormon dari GHRH (growth hormone releasing hormone). Yang secara tidak langsung GH (growth hormone) akan memobilisasi lemak dari sel-sel lemak dan mengurangi laju masuknya glukosa dan metabolisme. GH memobilisasi lemak melalui regulasi HSL (hormone sensitive lipase) dimana HSL ini membantu proses termogenesis melalui pelepasan asam lemak yang dibakar menjadi energi. Sehingga hal ini akan membantu dalam pengurangan lemak dalam tubuh. Berlainan dengan kelompok fraksi 2, inhalasi fraksi 2 dengan rendemen terbanyak 4-terpineol (31.67%) dan linalool (20.36%) pada hewan uji memberikan pengaruh pada peningkatan bobot badan, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Wulandari (2011) yang melaporkan bahwa inhalasi fraksi dengan rendemen terbanyak 4-terpineol (82.22%) pada hewan uji memberikan pengaruh terhadap penurunan berat badan, perbedaan ini disebabkan interaksi komponen monoterpena alkohol yaitu linalool dan 4-terpineol sebagai rendemen terbanyak dengan komponen lainnya pada minyak fraksi 2 sirih merah, berpengaruh terhadap penghambatan aktivitas enzim tirosinase, sehingga menghambat produksi L-Dopa dan dopamin. Berdasarkan penelitian Naderi et al. (2004) linalool merupakan salah satu senyawa minyak atsiri yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Adanya antioksidan akan menghambat aktivitas enzim tirosinase, sehingga akan menghambat terbentuknya dopamin dari L-Dopa. Menurut Laverie (2010) rendahnya dopamin akan menurunkan aktivitas metabolisme sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan.

(37)

perbedaan rerata kenaikan bobot badan antara kelompok distilat kasar, fraksi 1 dan kelompok kontrol terlihat jelas pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 perlakuan. Hal ini sejalan dengan menurunnya jumlah pakan yang dikonsumsi tikus kelompok distilat kasar dan fraksi 1 pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 perlakuan.

Gambar 8 Rerata jumlah konsumsi pakan hewan selama masa perlakuan

Berdasarkan data bobot feses pada Tabel 3, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan bobot feses dari masing-masing kelompok. Kelompok normal memiliki bobot feses yang paling banyak. Distilat kasar dan Fraksi 1 memiliki bobot feses lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan kelompok fraksi 2, meskipun konsumsi pakannya lebih besar dari kelompok kontrol, namun bobot fesesnya pun lebih besar dari kelompok kontrol.

(38)

Analisis Warna Hati, Bobot Hati, dan Bobot Deposit Lemak pada Hewan Uji Pada akhir masa perlakuan semua tikus dikorbankan dan dibedah untuk diambil organ hati dan deposit lemaknya. Deposit lemak yang diambil adalah lemak di bagian perut dan testis. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 terhadap organ hati dan bobot deposit lemak tikus yang kemudian dibandingkan dengan organ hati dan bobot deposit lemak kelompok kontrol dan kelompok normal. Perbandingan warna hati dan deposit lemak dari perwakilan setiap kelompok tikus dapat dilihat pada Gambar 10.

Berdasarkan Gambar 10 (a), hati kelompok normal berwarna merah paling gelap, sedangkan hati kelompok kontrol berwarna merah pucat, fraksi 1 dan fraksi 2 memiliki warna mendekati kelompok normal namun bercak-bercak lemak masih terlihat cukup banyak di sekitar permukaan hatinya. Kelompok distilat kasar memiliki warna hati yang lebih gelap dari kelompok fraksi 1 dan fraksi 2, dapat dikatakan bahwa kelompok distilat kasar ini memiliki warna hati yang sehat dan mendekati warna hati kelompok normal.

Normal Kontrol Distilat kasar Fraksi 1 Fraksi 2 (a)

Normal Kontrol Distilat kasar Fraksi 1 Fraksi 2

(b)

Gambar 10 Perbandingan (a) hati dan (b) deposit lemak tikus kelompok normal, kontrol, distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2

(39)

Namun dari Tabel 4 terlihat bahwa bobot hati kelompok distilat kasar dan kelompok fraksi 2 memiliki bobot hati yang lebih besar dibandingkan kelompok lainnya. Menurut Wresdiyati et al. (2006), bobot hati yang tinggi menunjukkan kemampuan hati di dalam tubuh bekerja dengan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa inhalasi distilat kasar dan fraksi 2 minyak atsiri sirih merah dengan konsentrasi 1% pada tikus mampu menjaga organ hati tikus tetap bekerja dengan baik di dalam tubuh.

Perbedaan bobot deposit lemak antar kelompok dapat dilihat pada Gambar 10 (b). Meskipun tidak menunjukkan perbedaan secara statistik, pada Tabel 4 dapat terlihat jelas perbedaan bobot deposit lemaknya. Kelompok fraksi 2 memiliki bobot deposit lemak paling tinggi yaitu 5.16 g, sedangkan kelompok distilat kasar dan fraksi 1 memiliki bobot deposit lemak lebih rendah daripada kelompok kontrol yaitu 4.26 g dan 3.93 g, dan kelompok normal memiliki bobot deposit lemak paling rendah yaitu 3.69 g.

Tabel 4 Rata-rata bobot hati dan deposit lemak setiap kelompok perlakuan setelah 5 minggu masa perlakuan uji in vivo

Kelompok Bobot hati (g/ekor) Bobot deposit lemak (g/ekor)

Analisis profil lipida ini meliputi kadar kolesterol total, trigliserida dan kolesterol HDL. Analisis dilakukan pada semua kelompok tikus pada akhir minggu ke-5 masa perlakuan. Data yang diperoleh diuji normalitasnya dengan dengan Kolmogorov-Sminov, sedang perbedaan hasil analisis dengan uji ANOVA dan uji lanjut Post hoc Duncan.

(40)

Kadar kolesterol.

Penentuan kadar kolesterol total dilakukan dengan metode enzimatis menggunakan alat spektrofotometer. Reaksi yang terjadi yaitu : enzim kolesterol esterase menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak, kolesterol yang terbentuk dioksidasi dengan enzim kolesterol oksidase menjadi kolesten-3-on dan hidrogen peroksida, senyawa hidrogen peroksida ini dengan adanya 4-aminofenazon dan fenol membentuk kompleks quinoneimina yang

berwarna merah warna yang terbentuk ini diukur serapannya pada 500 nm.

Hasil analisis kadar kolesterol darah tikus pada semua kelompok perlakuan disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Perbandingan rerata kadar kolesterol total serum darah tikus pada setiap kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-5 perlakuan. (Huruf a,b,c menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan P<0.05, analisis

data ditampilkan pada Lampiran 9)

Menurut Suckow et al. (2006) kisaran normal kolesterol total pada tikus adalah 47-88 mg/dL, berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa semua rerata kadar kolesterol tikus berada dalam kisaran normal. Walaupun berada dalam kisaran normal, hasil uji beda nyata menunjukkan bahwa kadar kolesterol total antara kelompok perlakuan normal dan kelompok kontrol berbeda nyata, yaitu 68.37 mg/dl dan 81.75 mg/dl, perbedaan nyata ini disebabkan pemberian pakan kolesterol tinggi pada kelompok kontrol meningkatkan kadar kolesterol total darah, hal ini sesuai dengan Yamada (2001) bahwa diet yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi serta kurang serat akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida. Rerata kadar kolesterol total kelompok fraksi 1 dan fraksi 2 lebih tinggi dari kelompok kontrol, namun nilai ini tidak berbeda nyata,

(41)

artinya bahwa inhalasi minyak atsiri fraksi 1 dan fraksi 2 tidak mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus. Rerata kadar kolesterol total kelompok distilat kasar lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu 75.75 mg/dl sehingga dapat dikatakan bahwa inhalasi distilat kasar berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total.

Kadar HDL

Hasil analisis kadar kolesterol HDL disajikan pada Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat bahwa rerata kadar kolesterol HDL kelompok distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 memiliki nilai yang lebih besar dan berbeda nyata dengan rerata kadar kolesterol kelompok kontrol dan lebih tinggi dari kelompok normal. Rerata kadar kolesterol HDL distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 secara berturut-turut yaitu 76.37 mg/dL, 80 mg/dL dan 82.25 mg/dL. Sehingga dapat dikatakan bahwa inhalasi distilat kasar, fraksi 1 dan fraksi 2 minyak atsiri daun sirih merah pada konsentrasi 1% (v/v) mampu meningkatkan kolesterol HDL serum darah tikus yang diuji.

Gambar 12 Perbandingan rerata kadar kolesterol HDL serum darah tikus pada setiap kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-5 perlakuan. (Huruf a,b,c

Kadar trigliserida

menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan P<0.05, analisis data ditamplkan pada Lampiran 9)

Kadar trigliserida ditentukan melalui reaksi hidrolisis enzimatik trigliserida oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam lemak, gliserol yang terbentuk diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserolkinase. Oksidasi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserol-3-fosfat oksidase membentuk dihidroksiaseton fosfat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida membentuk

(42)

kompleks quinoneimine yang berwarna merah dengan adanya 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol. Selanjutnya warna yang terbentuk diukur serapannya pada

=500 nm. Hasil analisis kadar trigliserida disajikan pada Gambar 13.

Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa rerata kadar trigliserida serum darah tikus kelompok normal berbeda nyata dengan kelompok kontrol, berturut-turut yaitu 66.25 mg/dL dan 108.3 mg/dL. Rerata kadar trigliserida pada kelompok fraksi 1 dan fraksi 2 adalah 113.5 mg/dL dan 107.13 mg/dL, nilai ini tidak berbeda nyata dengan rerata kadar trigliserida kelompok kontrol, hal ini menunjukan bahwa inhalasi fraksi 1 dan fraksi 2 tidak mampu menurunkan kadar trigliserida dalam serum darah tikus. Berlainan dengan rerata kadar trigliserida pada kelompok distilat kasar, kelompok ini memiliki nilai yang sangat rendah dan berbeda nyata dengan kelompok kontrol yaitu 64.87 mg/dL mendekati kelompok normal. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa inhalasi distilat kasar minyak atsiri daun sirih merah (1%) pada tikus mampu menurunkan kadar trigliserida serum darah tikus.

Gambar 13 Perbandingan rerata kadar trigliserida serum darah tikus pada setiap kelompok perlakuan pada akhir minggu ke-5 perlakuan.

(Huruf a,b, menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan P<0.05, analisis data ditampilkan pada Lampiran 9)

(43)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Isolasi minyak atsiri daun sirih merah dengan destilasi air menghasilkan rendemen 0.24% dengan bobot jenis 0.78 g/ml. Fraksinasi minyak atsiri daun sirih merah dilakukan dengan elusi gradien (n-heksana, kloroform, metanol) menggunakan kromatografi kolom silika dan pengelompokan fraksi dengan KLT menggunakan eluen terbaik n-heksana: kloroform (7:3) menghasilkan 4 fraksi.

Minyak atsiri sirih merah mengandung senyawa golongan monoterpena, monoterpena alkohol dan seskuiterpena. Berdasarkan hasil uji in vivo golongan monoterpena dan seskuiterpena pada distilat kasar dan fraksi 1 berpengaruh terhadap penurunan bobot badan tikus dan berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi, sedangkan adanya golongan monoterpena alkohol pada fraksi 2 berpengaruh terhadap kenaikan bobot badan tikus. Analisis profil lipida menunjukkan inhalasi distilat kasar berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol dan trigliserida serta meningkatkan kadar kolesterol HDL serum darah tikus.

Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni A. 2010. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Temulawak sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In vivo. Skripsi: Bogor. Departemen Kimia. Institut Pertanian Bogor.

Assaat LD. 2011. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaemferia galangga L) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In vivo. Tesis: Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Batubara I, Rahminiwati M, Darusman LK, Mitsunaga T. 2011. Tyrosinase Activity of Piper betle and Piper crocatum Essential Oil. Proceeding of International Conference on Basic Science. Malang : Faculty of Science, University of Brawijaya. 50-53.

Buchbaur G. 1993. Molecular Interaction. International Jounal of Aromatherapy. 5(1): 11-14.

Buckle J. 2003. Clinical Aromatherapy Essential Oils in Practice. Edisi ke-2. Philadelphia : Churchill living stone. 29-31.

Dachriyanus, Delpa OK, Rika O. Olivia E, Suhatri, dan Mukhtar MH. 2007. Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dosis 50 (Ld50). J Sains Tek Far, 12(2): 64-72.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Riset

Kesehatan Dasar 2007.

lapriskesdas. [20 Juni 2011].

Darusman LK, Pradono DI, Rahminiwati M, Sulitiyani, Gandasasmita Y. 2007.

Fitofarmaka sebagai Pencegah Penyakit Jantung Koroner: Khasiat Penurun Kolesterol Darah dan Antiaterosklerosis dari Formula Berbasis Ekstrak Daun Jati belanda [Laporan Penelitian] Bogor: LPPM-IPB.

Eisenhofer G, Tian H, Holmes C, Matsunaga J, Roffler TS, Hearing VJ. 2003. Tyrosinase: a Developmentally Specific Major Determinant of Peripheral Dopamine. FASEB J. 17: 1248-1255.

Giannessi J, Alviar B, Agusta A. 2008. Variously Substituted Derivatives of Guanidine, and their Use as Medicines with diabetes and/or Anti-obesity Activity. United States Patents No. 7368605. [terhubung berkala].

(45)

Harrison L. 2003. Master your Metabolism. The All-Natural (all-herba) Way to Lose Weight. Illinois : SourceBook.Inc. 122-130.

Juliantina R F, Ayu Citra , Nirwani B, Nurmasitoh T, Tri Bowo E. 2009. Manfaat Sirih merah (Piper crocatum) sebagai Agen Bakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Jurnal kedokteran dan Kesehatan Indonesia 1(1).

Lean M, Lara J, O’Hill J. 2006. ABC: of obesity: Strategies for Preventing Obesity. Brit Med J 333: 959-962.

Laverie S. 2010. Metabolism Booster Dopamine Helps Weight Loss, Increases Energy. [terhubung berkala]

Ngaisah S. 2007. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (piper crocatum ruiz & pav.) Asal Magelang. Abstract. Departemen Kimia. UNS.

Maniapoto K. 2002. Aromatherapy: the Language of Scent is the the Sweetest

Melody.[terhubung berkala].

pdf. [Nopember 2010].

Manoi, F. 2007, Sirih Merah Sebagai Tanaman Multi Fungsi, Warta Puslitbangun Vol.13 (2).

Naderi GA, Asgari S, Mohsen A, Nizal S, Muhamad RS. 2004. Effect of Some Volatile Oils on the Affinity of Intact and Oxidized Low Density Lipoproteins for Adrenal Cell Surface Receptors. Mol Cell Biochem. 267 (1-2);59-66.

Muchtaridi, A. Subarnas, A. Apriyantono, S. Budijanto. 2004. Analysis of Volatile Active Compounds of Essential Oils of Nutmeg Seeds Possesing Inhibitory Properties on Mice Locomotor Activity. J Nat Acta Math, 3 (3): 20-28.

Rahardjo S, Ngatijan dan Pramono S. 2005. Influence of Etanol Extract of Jati belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) On Lipase Enzyme Activity of

Rattus norvegicus Serum. Inovasi. Vol.4: XVII: 48-54.

Safithri M, Fahma F. 2008. Potency of Piper crocatum Decoction as an Antihiperglycemia in Rat Strain Sprague dawley.Hay J Bio 15(1): 45-48

Sangat H, Roematyo.1996. Aromatherapy Plants: A Etnopharmacology Study.

Proc Sim Nas I Tumbuhan Aromatik APINMAP; 22-23 Oktober 1996.

(46)

Sulistyani N, Sasongko H, Hertanti M, Meilana L. 2007. Aktivitas Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans serta Identifikasi Komponen

Kimianya. Med Far. Vol 6 (2):33 – 39.

Sumarni, Nunung BA, Solekan. 2010. Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan

pada Penyulingan Minyak Atsiri. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND.

Yogyakarta

Sunarsih, ES. Djatmika. Utomo, RS. 2007. Pengaruh Pemberian Infusa Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Diabetes yang Diinduksi Aloksan. Maj farm Indones, 18 (1): 29-33.

[WHO] World Health Organization. 1999. Monograph on Selected Medicinal Plant. Jenewa: WHO.

Wicaksono BD, Handoko YA, Arung ET, Kusuma IW, Yulia D, Pancaputra AN, Sandriansyah F. 2009. Antiproliferative Effect of the Methanol Extract of

Piper crocatum Ruiz & Pav leaves on Human Breast (T47D) Cell In-vitro.

Trop J of Pharm Res 8(4):345-352.

Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY. 2006. Profil Imunohistokimia SOD pada Jaringan Hati Tikus Hiperkoleterolemia. Hayati 13:85-89.

Wulandari R. 2011. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Bangle (Zingiber purpureum. Roxb) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In vivo. Skripsi: Bogor. Departemen Kimia. Institut Pertanian Bogor.

(47)
(48)

Lampiran 1 Pakan standar di Pusat Studi Biofarmaka (dari PT Indofeed) Keterangan : metabolisme energi sebesar 2000 kkal

Lampiran 2 Pakan kolesterol tinggi untuk 50 kg (Darusman et al. 2007)

Komposisi Kadar (kg)

Kolesteror kuning telur 0.5% Minyak kelapa Barco 5%

Pakan standar

6.25 (tepung kuning telur) 2.50

41.25

Lampiran 3 Penentuan kadar air daun sirih merah Jenis daun

Bobot sampel awal = 1.0254

Bobot sampel kering = (bobot cawan + sampel kering) – bobot cawan kosong = 18.0603 – 17.8628 = 0.1975 g

Kadar air = [(bobot sampel awal-bobot sampel kering)/bobot sampel awal)] x 100% = 80.18 %

Lampiran 4 Kadar abu berdasarkan bobot basah Jenis daun

Contoh Perhitungan (ulangan 1)

Kadar abu = [(bobot sampel awal-bobot abu)/bobot sampel awal] x 100%

(49)
(50)

Lampiran 6 Profil KLT eluen tunggal, eluen campuran dalam penentuan eluen terbaik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Eluen tunggal Eluen campuran

12

Keterangan : 1. n- heksana 2. kloroform 3. aseton 4. Dietil eter 5. Etil asetat 6. Metanol

7. Heksana:kloroform (4:6) 8. Heksana:kloroform (6:4) 9. Etil asetat:Heksana (1:1) 10. Heksana:Kloroform (9:1)

11. Heksana:Kloroform:etilasetat (7:2:1) 12. Heksana:kloroform (7:3)

(51)

Lampiran 7 Kromatogram ion total hasil GC-MS (a) distilat kasar (b) fraksi1 (c) fraksi 2 minyak atsiri daun sirih merah

Waktu retensi (menit) (a)

Waktu retensi (menit)

(b)

Waktu retensi (menit)

(c)

k

el

im

p

ah

an

k

el

im

p

ah

an

k

el

im

p

ah

(52)

Lampiran 8 Uji normalitas, statistik deskriptif, homogenitas, ANOVA, dan uji post hoc Duncan persen kenaikan bobot badan, bobot badan yang dikonsumsi dan bobot feses

Minggu Kelompok Kolomogorov-Smirnov Statistic df Sig.

Minggu ke-1 Minggu ke-2

(53)

Minggu ke-3 Minggu ke-4

Duncan Duncan

Kelompok N Subset for alpha = 0.05 Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2 1 2

Normal 8 28.5588 Normal 8 37.8850 Fraksi 1 8 30.9575 Fraksi 1 8 40.2212 Distilat kasar 8 32.9538 Distilat kasar 8 42.7175

Kontrol 8 37.6500 37.6500 Kontrol 8 45.7138 45.7138 Fraksi 2 8 46.195 Fraksi 2 8 57.0088 Sig. 0.176 0.164 Sig. 0.269 1.000

Minggu ke-5 Duncan

Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

Normal 8 37.9075

Fraksi 1 8 42.4737

Distilat kasar 8 44.6688

Kontrol 8 48.7538 48.7538

Fraksi 2 8 59.8950

(54)

Descriptives

for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

(55)

ANOVA

Within Groups 5047.868 35 144.225

Total 6600.055 39

IV

Between Groups 1783.731 4 445.933 2.780 .042

Within Groups 5615.148 35 160.433

Total 7398.879 39

V

Between Groups 2220.906 4 555.226 3.256 .023

Within Groups 5968.646 35 170.533

(56)

Minggu ke-3 Minggu ke-4

Analisis data konsumsi Pakan per hari

Tests of Normality

Test of Homogeneity of Variances Pakan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(57)

Descriptives

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

(58)

Konsumsi pakan per minggu

ANOVA

Minggu Sum of Squares df Mean Square F Sig.

I

Between Groups 1074.999 4 268.750 1.504 .226

Within Groups 5362.149 30 178.738

Total 6437.147 34

II

Between Groups 1053.302 4 263.325 2.449 .068

Within Groups 3225.837 30 107.528

Total 4279.139 34

III

Between Groups 2431.829 4 607.957 3.436 .020

Within Groups 5308.857 30 176.962

Total 7740.686 34

IV

Between Groups 796.673 4 199.168 1.554 .212

Within Groups 3844.706 30 128.157

Total 4641.379 34

V

Between Groups 2362.839 4 590.710 3.303 .023

Within Groups 5365.703 30 178.857

Total 7728.542 34

Konsumsi pakan minggu ke-3 Konsumsi pakan minggu ke-4

Duncan Duncan

Konsumsi pakan minggu ke-5

Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

Fraksi 1 7 107.5143

Distilat kasar 7 120.2286 120.2286

Fraksi 2 7 120.2286 120.2286

kontrol 7 123.0857 123.0857

normal 7 133.2571

(59)

Analisis data bobot feses

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Normal 5 44.2980 5.66518 2.53354 37.2638 51.3322 37.33 52.00

Test of Homogeneity of Variances

(60)

Lampiran 9 Uji normalitas, statistik deskriptif, homgenitas, ANOVA, dan uji Duncan data kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserida, bobot hati dan bobot lemak.

(61)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Kolesterol total

Between Groups 1319.650 4 329.912 3.645 .014

Within Groups 3168.250 35 90.521

Total 4487.900 39

Kolesterol HDL

Between Groups 2754.650 4 688.662 4.588 .004

Within Groups 5253.250 35 150.093

Total 8007.900 39

Trigliserida

Between Groups 18831.250 4 4707.812 6.535 .000

Within Groups 25212.750 35 720.364

Total 44044.000 39

Hati

Between Groups 10.631 4 2.658 1.615 .192

Within Groups 57.601 35 1.646

Total 68.232 39

Lemak

Between Groups 10.004 4 2.501 2.363 .072

Within Groups 37.046 35 1.058

Total 47.050 39

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Kolesterol .987 4 35 .428

Kolesterol HDL 1.185 4 35 .335

Trigliserida 1.787 4 35 .154

Hati 1.787 4 35 .501

(62)

Uji profil

95% Confidence Interval for

means Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

(63)

Post Hoc Tests

HDL Kolesterol total

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 1 2

kontrol

8 61 normal 8 68.375

normal

8 65.625 65.625

Distilat kasar

8 75.75 75.75

Distilat kasar 8 76.375 76.375 kontrol 8 81.75

Fraksi 1 8 80 Fraksi 1 8 82.75

Fraksi 2 8 82.25 Fraksi 2 8 83.625

Sig. 0.455 0.088 0.373 Sig. 0.13 0.139

Trigliserida

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Ditilat

kasar 8 64.875

normal 8 66.25

Fraksi 2 8 107.125

kontrol 8 108.25

Fraksi 1 8 113.5

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

MARSAH RAHMAWATI UTAMI. Fractionation of Active Components from Piper cf. fragile. Benth Essential Oil as Aromatherapy for Antiobesity Using In Vivo Analysis. Under direction of LATIFAH KOSIM DARUSMAN and IRMANIDA BATUBARA.

Aromatherapy is one of alternative remedies which used odours from essential oil. Piper cf. fragile (sirih merah) is one of herb plants that contained essential oils and had been used as medicinal substances traditionally in Indonesia. The purposes of this research were to find constituents of sirih merah essential oil and evaluate their active components as aromatherapy for antiobesity using in vivo experiment. Fractionation of sirih merah essential oil with silica gel column chromatography produced 4 fractions. The activity of fraction 1, fractions 2 and crude oil were evaluated by in vivo experiment using male Sprague dawley rats by aromatheraphy methods and inhalation technique. Forty male Sprague dawley rats were used and divided into five groups namely ; normal group which consume normal diet; negative control group which consume high cholesterol diet without treatment; crude oil, fraction 1, fraction 2 groups were treated with high cholesterol diet followed by inhalation of crude essential oil, fraction 1 and fraction 2, respectively. The result concluded that monoterpene (such as sabinene, mircene, Alpha tuhjene, Alpha terpinene, Gamma terpinene) and sesquiterpene (such as trans caryophillene and germacrene D) of crude oil and fraction 1 showed an effect to decrease body weight but alcohol monoterpene (such as linalool and 4-terpineol) of fraction 2 showed the reciprocal effect to the body weight of Sprague dawley rats. In addition the crude oil group showed the lowest blood cholesterol and trygliseride level compared to the other groups significantly (p<0.05).

Gambar

Gambar 1.  Daun sirih merah
Gambar 2. Bagan alir penelitian
Gambar 3. Bagan alir pengujian aktivitas pelangsing aromaterapi secara in vivo
Tabel 1  Hasil fraksinasi minyak atsiri sirih merah dengan kromatografi kolom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah ( Alpinia galangal (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi

Hasil yang telah dipaparkan di atas berdampak pada bobot badan kelompok perlakuan inhalasi di akhir masa perlakuan (minggu ke-5) yang tidak berbeda nyata pada

Ketiga kelompok tikus yang diberi inhalasi minyak atsiri pala, miristisin, dan α-pinena menunjukkan persentase peningkatan bobot yang lebih rendah (9.18%, 9.45%, dan