• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKSIONASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI

LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga (L.) Willd) SEBAGAI

PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO

RIZKI DAMAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galangal (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

RIZKI DAMAYANTI. Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan IRMANIDA BATUBARA.

Obesitas merupakan penyakit beresiko karena dapat menyebabkan beberapa penyakit yang mengakibatkan kematian. Salah satu penanggulangan obesitas adalah dengan mengonsumsi obat pelangsing. Saat ini pengobatan secara aromaterapi mulai banyak dieksplorasi. Tanaman herbal yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri.

Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L)Willd) merupakan tanaman aromatik mengandung minyak atsiri yang dapat berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi. Tujuan penelitian ini adalah memisahkan senyawa aktif minyak atsiri rimpang lengkuas merah dan menduga senyawa aktif yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi yang diamati secara in vivo terhadap tikus jantan galur Sprague Dawley.

Minyak atsiri rimpang lengkuas merah dipisahkan dengan metode distilasi air menghasilkan 0.3% minyak atsiri. Minyak ini selanjutnya difraksionasi menggunakan kromatografi silika gel menghasilkan lima fraksi. Minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Kromatogram GC-MS menunjukkan komponen utama dalam minyak atsiri kasar adalah β-bisabolena dan trans-karyopilena. Komponen fraksi 1 adalah bisiklo-2-heptena, β-bisabolena, dan eremophila, sedangkan fraksi 2 mengandung senyawa dominan trans-α bergamotena dan pentadekana.

Minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 diuji aktivitasnya sebagai pelangsing aromaterapi menggunakan tikus putih dewasa galur Sprague Dawley selama lima minggu. Parameter yang diuji terhadap setiap kelompok diantaranya bobot badan, bobot lemak, dan profil lipid (kolesterol total, trigliserida, dan High Density Lipoprotein-cholesterol/HDL-c). Semua data diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Secara statistik, bobot badan setiap kelompok berbeda signifikan (p<0.05). dilanjutkan dengan uji Duncan diperoleh kelompok yang menginhalasi minyak atsiri kasar memiliki bobot badan rendah dibandingkan kelompok dengan hewan yang menginhalasi fraksi 1. Hasil evaluasi bobot deposit lemak pada akhir perlakuan diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05). Kolesterol total dan trigliserida seluruh kelompok hewan uji tidak berbeda signifikan akan tetapi kelompok yang menginhalasi fraksi 2 memiliki kadar HDL-c terendah (p<0.05). Berdasarkan hasil penurunan bobot badan, minyak atsiri lengkuas merah dengan konsentrasi 0.1% selama 5 minggu memiliki potensi sebagai penurun bobot badan serta fraksi 1 dan 2 konsentrasi 0.1% tidak berpotensi sebagai penurun bobot badan tikus Sprague Dawley jantan dewasa. Senyawa utama trans-kariopilena dalam minyak atsiri diduga merupakan senyawa yang bertanggung jawab atas penurunan bobot badan tikus Sprague Dawley jantan dewasa.

(5)

SUMMARY

RIZKI DAMAYANTI. Fractionation of Essential Oil the Red Galangal (Alpinia galanga) Rhizomes as Slimming Aromatheraphy through In Vivo Observation. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and IRMANIDA BATUBARA.

Obesity is a predisposition condition that causes several serious diseases such as diabetic and heart disease. Efforts to reduce obesity by consuming modern drugs and alternative measures from herbal medicine. One of the alternative effort that currently being explored is slimming armoatherapy. Potential plants used in aromatherapy usually the one that contain essential oil.

Red galangal (Alpinia galanga (L.) Willd)is one of the plants which contain essential oil, so it has potential to be explored as slimming aromatherapy. Therefore, the objectives of this research were to separate the active constituent of essensial oil from the red galangal rhizome and evaluate its active components as slimming aromatherapy through in vivo observation in adult male Sprague Dawley.

The essential oil from the red galangal were separated with water distillation yielded 0.3% essential oil. This oil were fractionated by silica gel chromatography and yielded five fractions. Crude essential oil, fraction 1 and fraction 2 then further analyzed by Gas Chromatography- Mass Spectroscopy (GC- MS). The chromatogram of GC- MS showed the primary component in the crude essential oil were β-bisabolene dan trans-caryophylene. The component of fraction 1 were bicyclo-hept-2-ene, β-bisabolene and eremophila. On the other hand, the fraction 2 contains trans-α- bergamotene and pentadecane.

The crude essential oil, fraction 1 and fraction 2 each were given for 5 weeks to evaluate its activities as slimming aromatherapy in adult male rats (Sprague Dawley). The evaluated paramaters on each groups were body weight, body fat deposit weight and lipid profile (total cholesterol, triglyceride and high density lipoprotein-cholesterol/HDL-c). All obtained data were analyzed statistically by using ANOVA. Statistically, the body weight of each group was significantly different (p<0.05), continued by Duncan test, animal inhaling the crude essential oil had body weight less than group which inhaled fraction 1. The evaluation of fat deposit weight at the end of treatment was not significant different (p>0.05). The total cholesterol and triglyceride were not significantly different in all group (p>0.05) but HDL-c was in animals inhaling fraction 2 (p<0.05). According to the weight decrease, the crude essential oil 0.1% given for 5 weeks has potential as slimming aromatherapy but fraction 1 and 2 did not show slimming effect aromatherapy on male adult Sprague Dawley rats. The main compound trans-caryophyllene in the crude essential oil is thought to be the compound responsible for the decrease in body weight of Sprague Dawley adult male rats.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Kimia

FRAKSIONASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI

LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga (L.) Willd) SEBAGAI

PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo

Nama : Rizki Damayanti

NIM : G451120081

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr dr Irma Herawati Suparto, MS Ketua

Dr Irmanida Batubara, SSi MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Kimia

Prof Dr Dyah Iswantini, MScAgr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Agustus 2014

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 sampai dengan Maret 2014 ialah Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr dr Irma Herawati Suparto, MS dan Ibu Dr Irmanida Batubara, SSi MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi doa, semangat, saran, dan arahan dengan sabar dan ikhlas selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Terimaksih juga penulis ucapkan kepada ibu Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi selaku penguji yang telah memberikan saran agar karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada rekan kerja Fahmi Hasim, Feri Vadli beserta staf Laboratorim Kimia Analitik, Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Institut Pertanian Bogor (IPB), drh Aidell dan Bapak Mulyadi beserta staf laboran Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telah membantu penulis selama penelitian ini. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kerja sama Luar Negeri dan Publikasi Internasional yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan nomor kontrak 084/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2013.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6

4 SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil fraksionasi minyak atsiri lengkuas merah menggunakan metode kromatografi kolom dengan peningkatan kepolaran 9 2 Konsentrasi senyawa dominan dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan

fraksi 2 9

3 Rerata bobot badan tikus (g) awal dan akhir perlakuan 11 4 Rerata kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL-c 15

DAFTAR GAMBAR

1 Rimpang lengkuas merah 6

2 Minyak atsiri lengkuas merah 7

3 Kromatogram KLT dengan pelarut tunggal 7

4 Kromatogram KLT dengan rasio eluen 8

5 Kromatogram KLT minyak atsiri kasar fraksi 1, 2, 3, 4, dan 5 8 6 Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kasar 10 7 Persen rerata penurunan bobot badan tikus selama perlakuan 12

8 Rerata bobot konsumsi pakan selama perlakuan 13

9 Rerata bobot feses dan urin selama perlakuan 13

10 Rerata bobot deposit lemak pada akhir perlakuan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 19

2 Komposisi pakan yang diberikan pada hewan uji 20

3 Hasil analisis lemak pakan kolesterol tinggi 21

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Obesitas merupakan masalah yang sangat serius yang disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan yang dikeluarkan tubuh (Rahardjo et al. 2005, Melnikova & Wages 2006). Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung mempunyai kadar kolesterol dan trigliserida lebih tinggi dalam darah dan kadar HDL lebih rendah (Dachriyanus et al. 2007) sehingga beresiko terhadap berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Lean et al. (2006) juga menyatakan bahwa obesitas merupakan faktor penyebab penyakit kanker dan metabolik sindrom. National Health and Nutrition Examination Survey US melaporkan 65% (~127 juta orang dewasa) mempunyai berat badan tidak ideal dan obesitas menyebabkan lebih dari 300.000 jiwa meninggal setiap tahun sehingga penyakit obesitas merupakan masalah yang serius di dunia kesehatan (Melnikova & Wages 2006).

Banyak upaya yang dilakukan untuk menurunkan berat badan, seperti mengonsumsi obat sintetik maupun alami yang lazim dikonsumsi secara oral. Berdasarkan cara kerjanya, terdapat dua jenis obat yang beredar di pasar. Pertama, obat yang bekerja di otak, yaitu dengan cara menekan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang. Kedua, obat yang bekerja di usus dengan cara menghambat penyerapan lemak di usus (Birari & Bhutani 2007). Umumnya penderita obesitas lebih memilih mengonsumsi pelangsing alami (tradisional) dibanding pelangsing sintetik karena diharapkan pelangsing alami akan lebih aman.

Jenis obat pelangsing aromaterapi berbasis tanaman herbal saat ini sedang dikembangkan. Kandungan tanaman herbal yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi adalah minyak atsiri tanaman tersebut (Maniapoto 2002). Kajian ilmiah aromaterapi terhadap hewan uji dan analisis kemungkinan kandungan senyawa aktif telah dilaporkan oleh Batubara et al. (2012) bahwa senyawa β -elemenona dalam minyak atsiri temulawak berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi. Utami (2011) juga melaporkan fraksi 2 dan etil-p-metoksinamat dalam minyak atsiri kencur berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi. Hal yang sama dilaporkan juga oleh Astuti (2012) dan Hermawan (2013) bahwa senyawa sitral dalam minyak atsiri serai dan senyawa kamfena dalam minyak atsiri jahe berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi.

(14)

2

Aromaterapi berbasis tanaman herbal merupakan salah satu pelangsing aromaterapi yang mulai dieksplorasi. Kajian tentang kandungan senyawa aktif di dalam lengkuas merah sebagai pelangsing aromaterapi belum pernah dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan memperoleh fraksi dan mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak atsiri lengkuas dan fraksi terpilih serta mengetahui potensinya sebagai pelangsing aromaterapi terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap awal dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik IPB meliputi pengumpulan bahan, isolasi minyak atsiri menggunakan distilator Dean-Stark, dan fraksionasi minyak atsiri menggunakan kromatografi kolom. Tahap selanjutnya adalah uji potensi minyak atsiri lengkuas merah sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo terhadap hewan uji selama lima minggu yang dilakukan dalam delapan unit kandang. Tahap ini terdiri dari analisis fisik (bobot badan, bobot deposit lemak, dan bobot feses serta urin dalam sekam) dan analisis darah (profil lipid) hewan uji di PSB IPB. Rangkaian penelitian secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1. Seluruh prosedur hewan uji telah disetujui Komisi Etik Hewan IPB (No. 04.2013 IPB).

2

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain oven, distilator, bejana kromatografi, pipa kapiler, Gas Chromatography-Mass Spectrometri (GC-MS) (Shimadzu-Qp-505), serta kandang hewan uji dilengkapi tabung inhalator. Bahan-bahan yang digunakan antara lain lengkuas merah kering dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, akuades, etil asetat, kloroform, metanol, n-heksana, silika gel, pelat aluminium jenis silika gel G60F254 dari Merck, propiltiourasil (PTU), kit

(kolesterol total, trigliserida, dan HDL-c) dari BIOLABO REAGENT. Hewan uji yang digunakan tikus jantan galur Sprague-Dawley diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB, dan diberi pakan standar (Lampiran 2) atau pakan tinggi lemak dengan kadar lemak sebanyak 9.55%. Analisis kadar lemak dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Lampian 3)

Prosedur Kerja Determinasi Tanaman

(15)

3 Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor.

Isolasi Minyak Atsiri dengan Distilasi Uap (Muchtaridi et al. 2003)

Bahan rimpang lengkuas merah secara bertahap (±500g setiap distilasi) dimasukkan ke dalam distilator Dean-Stark dengan pelarut akuades. Rasio sampel dan akuades adalah 1:2. Selanjutnya, sampel didirebus selama 6 jam pada suhu 100-105 oC. Destilat yang dihasilkan ditambahkan Na2SO4 anhidrat sehingga

diperoleh minyak atsiri.

Penentuan Eluen Terbaik (Houghton & Raman 1998)

Pelat kromatorafi lapis tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G60F254 dari Merck dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 10 cm.

Minyak atsiri lengkuas merah hasil distilasi ditotolkan 20 kali pada pelat KLT. Setelah pelat KLT dikeringkan selanjutnya dielusi dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan uap eluen pengembang. Tahap awal, proses elusi minyak atsiri pada pelat KLT menggunakan eluen tunggal yang umum digunakan untuk pemisahan minyak atsiri, meliputi etil asetat, kloroform, metanol, dan n -heksana. Spot yang dihasilkan dari masing-masing proses elusi diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluen yang menghasilkan spot terpisah dipilih sebagai eluen terbaik. Jika lebih dari satu eluen menghasilkan spot terbanyak dan terpisah, maka eluen-eluen tersebut dicampurkan dengan perbandingan 9:1, 8:2, 8:1, 7:3, 6:4, dan 5:5. Campuran eluen terbaik yang diperoleh digunakan untuk menghasilkan spot terpisah pada pelat KLT.

Fraksionasi Minyak Atsiri dengan Kromatorafi Kolom (Rouessac & Rouessac 1994)

(16)

4

Pengujian Pelangsing Aromaterapi terhadap Tikus Putih Adaptasi tikus putih jantan galur Sprague-Dawley

Masa adaptasi bertujuan agar hewan uji mengenal lingkungannya. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian sebanyak 24 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley. Kondisi hewan uji sehat, berumur ±2.5 bulan dengan bobot berkisar 250 sampai 300 g. Proses adaptasi kondisi fisiologis, nutrisi dan lingkungan tikus dilakukan selama 2 minggu. Minggu pertama semua tikus diberi pakan standar, sedangkan minggu ke-2 semua tikus diberi pakan tinggi lemak. Dosis setiap tikus 25 g/ekor/hari dan diberi minum akuades secara ad libitum.

Inhalasi aromaterapi terhadap hewan uji

Hewan uji yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus Sprague Dawley dibagi secara acak berdasarkan bobot badan menjadi 4 kelompok dengan jumlah tikus perkelompoknya adalah 6 ekor tikus. Ke-empat kelompok tersebut antara lain, kelompok I (tanpa inhalasi), kelompok II menginhalasi minyak atsiri, kelompok III menginhalasi fraksi 1, dan kelompok IV menginhalasi fraksi 2. Adapun konsentrasi masing-masing sampel minyak atsiri, fraksi 1, dan fraksi 2 hasil fraksionasi minyak atsiri lengkuas merah sebesar 0.1% dalam akuades (Rahmatika 2013). Seluruh hewan uji diberi pakan sebanyak 25 g/ekor/hari dan air minum akuades secara ad libitum. Perlakuan ini dilakukan selama 5 minggu. Skema bagan alir dari uji aromaterapi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengamatan yang dilakukan terhadap bobot pakan dan sisa pakan masing-masing kelompok ditimbang setiap hari dan bobot badan masing-masing-masing-masing hewan ditimbang seminggu sekali. Penimbangan bobot feses dan urin ditimbang berdasarkan berat sekam sebelum dan setelah digunakan seminggu sekali.

Pengambilan darah dan deposit lemak hewan uji

Pengambilan darah dilakukan dua kali, yaitu setelah masa adaptasi sebagai baseline dan pada akhir perlakuan 5 minggu. Sebelum pengambilan darah, hewan dibius dengan ketamin HCl (80 mg/kg BB) dan xylazin (10 mg/kg BB) secara intraperitoneal. Setelah hewan terbius, darah diambil pada vena ekor untuk pengambilan sampel pada baseline, sedangkan sampel darah saat akhir perlakuan diambil dari jantung dan diambil sebanyak mungkin sampai hewan mengalami kematian (eksaguinis). Sampel darah disimpan dalam tabung tanpa antikoagulan untuk memperoleh serum dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan profil lipid. Setelah hewan mati, dilakukan pengambilan lemak dari daerah abdomen, omentum, serta inguinal (sekitar skrotum) hewan uji dan kemudian ditimbang.

Pengukuran Profil Lipid

Metode pengukuran untuk kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL-c dilakukan sesuai panduan dari perusahaan BIOLABO SA.

Pengukuran kadar kolesterol total

(17)

5 ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 200 µL lalu campuran serum dan pereaksi kolesterol dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang 505 nm terhadap blangko (pereaksi kolesterol 1000 µL dan akuades 10 µL).

Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol. Kadar kolesterol total dihitung dengan persamaan berikut:

x Cst

Keterangan :

C : Kadar kolesterol (mg/dl) A : Serapan

Cst : Kadar kolesterol standar (200 mg/dl)

Pengukuran kadar trigliserida

Pengukuran kadar trigliserida dilakukan pada serum darah base line dan darah akhir. Serum diambil sebanyak 2 µL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebanyak 200 µL selanjutnya larutan ini dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang dan diukur serapannya pada panjang gelombang 505 nm terhadap blangko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran serapan sampel. Kadar trigliserida dihitung menggunakan rumus berikut :

x Cst

Keterangan :

C : Kadar Trigliserida (mg/dl) A : Serapan

Cst : Kadar Trigliserida standar (200 mg/dl)

Pengukuran kadar HDL-c

Sebanyak 500 µL serum dalam tabung reaksi ditambahkan 50 µL larutan pengendap selanjutnya didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang kemudian disetrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Selanjutnya, diambil supernatan sebanyak 25 µL ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 200 µL. Selanjutnya campuran ini diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang dan diukur serapannya pada λ = 505 nm terhadap blanko. Hasil serapan yang diperoleh dihitung menggunakan rumus:

x Cst

Keterangan :

C : Serapan kolesterol HDL (mg/dl) A : Serapan

(18)

6

Analisis Data

Data bobot sisa pakan dan pakan yang dikonsumsi, bobot feses dan urin, bobot badan serta bobot deposit lemak yang diperoleh dianalisis dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan ANOVA (Analysis of Variance) pada tingkat kepercayaan 95% (taraf α = 0.05). Data yang berbeda signifikan (p < 0.05) selanjutnya diuji lanjut Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS 20.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi dan Determinasi Lengkuas Merah

Determinasi tanaman lengkuas merah asal Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Propinsi Aceh dilakukan oleh Laboratorium Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor hasil determinasi menunjukkan bahwa jenis sampel yang diteliti adalah lengkuas merah dengan nama latin Alpinia galanga (L). Willd (Lampiran 5). Lengkuas merah diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo Zingiberales, subfamili Alpinioideae, dan genus Alpinia (Heyne 1987) (Gambar 1).

Kadar air dan kadar abu sampel ditentukan sebelum dilakukan distilasi. Berdasarkan hasil analisis kadar air lengkuas merah kering adalah 6.02% sedangkan kadar abu lengkuas merah kering adalah 4.78%. Tujuan penentuan kadar air untuk mengetahui ketahanan penyimpanan sampel. Penentuan kadar abu bertujuan mengetahui kandungan mineral-mineral logam dalam sampel. Batas kadar abu maksimum tanaman herbal adalah 5% (Dalimartha 2005). Hasil percobaan penentuan kadar abu menunjukkan sampel lengkuas merah kering merupakan tanaman yang cocok digunakan sebagai obat.

(19)

7

Isolasi Minyak Atsiri Lengkuas Merah

Isolasi minyak atsiri dari 500 g sampel kering dengan pelarut akuades menghasilkan minyak atsiri sebanyak 0.3% b/b. Minyak atsiri lengkuas merah berwarna kekuning-kuningan dan bau yang khas (Gambar 2). Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Bermawie et al. (2012) yang melaporkan bahwa kadar minyak atsiri lengkuas merah dari wilayah Banten, Yogyakarta, dan Jawa Tengah berkisar antara 0.3-0.5% b/b. Minyak atsiri hasil destilasi selanjutnya di uji KLT untuk ditentukan eluen terbaiknya.

Penentuan Eluen Terbaik

Eluen terbaik ditentukan dengan metode kromatografi lapis tipis. Penentuan eluen terbaik awalnya menggunakan eluen tunggal yang umum digunakan untuk pemisahan minyak atsiri, yaitu etil asetat, kloroform, metanol dan n-heksana (Gambar 3). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan eluen tunggal belum dapat memisahkan komponen-komponen minyak atsiri lengkuas merah dengan baik sehingga dilakukan pencampuran eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda.

Eluen yang menghasilkan spot terbanyak dengan keterpisahan yang baik merupakan eluen yang baik (Skoog et al. 2004). Spot yang dihasilkan dari eluen campuran n-heksana dan etil asetat berjumlah lebih banyak dan terpisah lebih baik dibandingkan dengan spot yang dihasilkan dari campuran kloroform dan etil asetat (Gambar 4)

Gambar 2 Minyak atsiri lengkuas merah

(20)

8

Perbandingan campuran yang digunakan untuk pemisahan lengkuas merah adalah 9:1, perbandingan ini diperoleh dari variasi rasio n-heksana dan etil asetat, yaitu 1:4, 2:1, 3:2, 3.5:1, 4:1, 4:3, 5:5, 7:3, 7.5:2, 8:2, 9:1, 9.9:0. Eluen ini digunakan untuk fraksionasi dengan metode kromatografi secara peningkatan kepolaran.

Fraksionasi Minyak Atsiri Lengkuas Merah

Minyak atsiri lengkuas merah difraksionasi dengan sistem peningkatan kepolaran agar komponen dalam sampel mudah keluar dari kolom (Harvey 2000). Fraksionasi minyak atsiri menggunakan eluen terbaik, yaitu n-heksana murni, campuran n-heksana dengan etil asetat, dan etil asetat murni. Fraksi yang dihasilkan sebanyak 5 fraksi (Gambar 5).

Tabel 1 menunjukkan bahwa fraksi 1 dan fraksi 2 mempunyai jumlah rendemen terbanyak. Fraksi 1 menghasilkan 6 spot dan fraksi 2 menghasilkan 4 spot.

Gambar 4 Kromatogram KLT dengan rasio eluen (kiri ke kanan) (1) CHCl3:EtOAc (4:1), (2) CHCl3:EtOAc (3.5:1), (3)

CHCl3:EtOAc (1:4), (4) n-hek:EtOAc (1:4), (5) n-hek:EtOAc

(2:1), (6) n-hek:EtOAc (3:2), (7) n-hek:EtOAc (3.5:1), (8) n-hek:EtOAc (7:3), (9) n-hek:EtOAc (7:3), (10) n-hek:EtOAc (8:2), (11) n-hek:EtOAc (9:1), pada panjang gelombang 254 nm

Gambar 5 Kromatogram KLT minyak atsiri kasar fraksi 1, 2, 3, 4, 5 dengan rasio eluen (kiri ke kanan) (1) minyak atsiri kasar, (2) 100% n-heksana, (3,4, dan 5) n-hek: EtOAc (9:1) pada panjang gelombang 254 nm.

(21)

9

Fraksi 3 dan 5 mempunyai spot yang paling sedikit, yaitu 3 spot dengan rendemen yang sangat sedikit. Fraksi 1 dan 2 memiliki pola spot yang berbeda sehingga dapat diduga kedua fraksi mengandung komposisi beberapa senyawa yang berbeda (Gambar 5) sehingga fraksi 1 dan fraksi 2 dipilih untuk dianalisis lebih lanjut menggunakan GC-MS. Senyawa-senyawa dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 diujikan secara in vivo terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley. Pemilihan fraksi untuk uji in vivo didasarkan pada kriteria rendemen, aroma, dan kandungan senyawa didalamnya.

Senyawa dalam Minyak Atsiri Lengkuas Merah, Fraksi 1, dan Fraksi 2

Tabel 2 menunjukkan hasil analisis GC-MS minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 rimpang lengkuas merah dengan pola kromatogram seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 6.

Tabel 2 Konsentrasi senyawa dominan dalam minyak atsiri kasar , fraksi 1, dan

Seskuiterpena Trans-karyofilena 9.10 - 3.59

β-seskuifelandren Tabel 1 Hasil fraksionasi minyak atsiri lengkuas merah menggunakan metode

kromatografi kolom dengan peningkatan kepolaran

(22)

10

Prinsip kerja GC adalah memisahkan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Masing-masing senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 mempunyai titik didih dan kepolaran yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap kromatogram ion total yang dihasilkan. Senyawa dengan titik didih rendah akan mudah menguap dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih cepat dibandingkan dengan senyawa yang memiliki titik didih tinggi (Ahuja 2003). Hasil analisis GC-MS disajikan dalam bentuk kromatogram ion total hasil dari hubungan waktu retensi terhadap intensitas. Setiap puncak yang muncul dalam kromatogram ion total diidentifikasi berdasarkan hasil analisis spektrum massa yang terdapat pada library index MS.

Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa komposisi senyawa minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 mempunyai komposisi senyawa yang berbeda-beda. Senyawa utama dalam minyak atsiri adalah terpenoid, yang terdiri dari monoterpena dengan titik didih antara 140-180 °C dan seskuiterpena dengan titik didih di atas 200 °C (Harborne 1987). Komponen dominan dalam minyak atsiri lengkuas merah adalah β-bisabolena (11.78%) dan trans-karyofilena (9.10%), fraksi 1 mengandung 3 senyawa utama, yaitu bisiklo-2-heptena (12.08%), β -bisabolena (11.61%), dan eremophila (10.28%), sedangkan senyawa utama dalam fraksi 2 adalah pentadekana (11.09%) dan tans-α-bergamotene (9.02%). Rana et al. (2010 ) melaporkan minyak atsiri lengkuas merah mengandung α-pinena (1.1%), β-pinena (1.5%), 1.8-sineol (53.4%), granil asetat (1.9%), kavikol (5.0%), α–terpineol (2.1%) dan β-seskuifelandren (5.9%). Chudiwal et al. (2010) melaporkan kandungan dalam minyak atsiri lengkuas merah terdiri dari senyawa dominan 1.8-sineol, β-bisabolena, β-selinena, β-karyofilena, serta senyawa minor terdiri dari α-selinena, asam 1.2-benzenadikarboksilat, dan pentadekana. Kandungan minyak atsiri lengkuas merah yang dilaporkan oleh Rana et al. (2010) dan Chudiwal et al. (2010) hampir semua ada dalam kandungan minyak atsiri lengkuas merah yang dihasilkan dengan rendemen yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan umur panen, penyimpanan, varietas, dan letak geografis (Sivasothy et al. 2011). Struktur senyawa dominan dalam minyak atsiri lengkuas merah disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 (library index MS)

tans-α-bergamotene

β-bisabolena

pentadekana

bisiklo-2-heptena

(23)

11

Uji Pelangsing Aromaterapi Minyak Atsiri Lengkuas Merah dan Fraksi-Fraksi Terpilih secara In-Vivo

Uji in vivo terhadap hewan uji (tikus jantan dewasa putih galur Sprague-Dawley) dilakukan dengan cara memberikan perlakuan inhalasi minyak atsiri lengkuas merah dan fraksi-fraksi terpilih pada konsentrasi 0.1% selama lima minggu. Sebelum diberi perlakuan, hewan uji diadaptasikan selama dua minggu agar fisiologis, nutrisi, dan lingkungan hewan uji dapat dikondisikan. Pada minggu pertama masa adaptasi, semua kelompok hewan diberikan pakan standar dan pada minggu kedua terhadap semua kelompok hewan uji diberikan pakan tinggi lemak yang mengandung PTU.

PTU merupakan suatu zat antitiroid yang perlu diberikan pada hewan uji tikus karena spesies ini secara alami tidak berespon terhadap pakan tinggi lemak karena memiliki kecepatan metabolisme tubuh yang tinggi. Oleh karena itu, PTU ditambahkan dalam pakan tinggi lemak yang bekerja dengan cara menghambat proses penggabungan yodium pada residu tirosil dari trioglobulin serta menghambat penggabungan yodotirosil untuk membentuk yodotironin. Penghambatan ini menyebabkan peningkatan kolesterol yang beredar di dalam plasma sehingga meningkatkan konsentrasi kolesterol dan trigliserida darah (Noorrafiqi et al. 2013). Selanjutnya, respon inhalasi terhadap hewan uji diketahui dengan mengamati perubahan fisik (bobot badan awal dan akhir, deposit lemak) dan perubahan profil lipid (kadar kolesterol, trigliserida, dan HDL) setelah lima minggu.

Analisis fisik

Data hasil uji in vivo tanpa inhalasi (kontrol)dan dengan inhalasi minyak atsiri lengkuas merah, fraksi 1, dan fraksi 2 pada konsentrasi 0.1% diperoleh setelah lima minggu. Rakhmatika (2013) melaporkan bahwa inhalasi 0.1% 1.8-sineol dapat menurunkan bobot badan hewan uji, sehingga pada penelitian ini digunakan konsentrasi 0.1% minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2.

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan, bobot badan seluruh hewan tidak berbeda signifikan (p>0.05). Setelah perlakuan selama 5 minggu terdapat perbedaan signifikan. Analisis Duncan menunjukkan kelompok II (inhalasi minyak atsiri) memiliki bobot badan terendah, yaitu 244.8 g (p<0.05) yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok III (inhalasi fraksi 1), akan tetapi tidak berbeda dengan kelompok kontrol maupun kelompok inhalasi fraksi 2 (kelompok IV).

Tabel 3 Rerata bobot badan tikus (g) awal dan akhir minggu ke-5

Kelompok Bobot Awal (g)

(p>0.05)

Bobot Akhir (g) (p<0.05)

(I) Tinggi Lemak (TL) 282.3±13.6a 251.8±25.3ab

(II) TL + Minyak Atsiri 283.2±22.0a 244.8±25.8a

(III)TL + F1 287.7±14.8a 266.8±16.3b

(IV) TL+ F2 289.0±6.2a 258.9±16.1ab

Angka yang diikuti oleh huruf superscripts yang sama tidak berbeda signifikan pada taraf uji

(24)

12

Senyawa aktif dominan yang terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 adalah β-bisabolena, trans-karyofilena, bisiklo-2-heptena, eremophila, pentadekana, dan tans-α-bergamotene. Senyawa-senyawa aktif tersebut termasuk golongan seskuiterpena. Uji in vivo secara inhalasi menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dan komposisi senyawa dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 memberikan respon berbeda terhadap perubahan bobot badan setiap kelompok hewan uji.

Senyawa β-bisabolena merupakan senyawa dominan dalam inhalasi kelompok II dan III, namun keduanya mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan bobot badan hewan uji. Kelompok II yang menginhalasi minyak atsiri dengan senyawa utama β-bisabolena dan trans-karyofilena memiliki bobot badan terendah. Hasil ini mirip dengan Shen et al. (2005a) yang menyatakan bahwa aroma minyak grape fruit dengan kandungan dominan limonena memengaruhi saraf otonom, meningkatkan lipolisis melalui respon histaminergik, dan mengurangi nafsu makan sehingga dapat menurunkan bobot badan. Akan tetapi,

kelompok III yang menginhalasi fraksi 1 yang juga salah satu senyawa utamanya β-bisabolena mempunyai bobot badan tertinggi, yaitu 266.8 g. Hasil ini mirip dengan inhalasi minyak atsiri Zingiber zerumbet yang memberikan efek peningkatan bobot badan hewan uji tikus (Batubara et al. 2013) dan Shen et al. (2005b) juga melaporkan bahwa aroma lavender dan senyawa aktif linalool memengaruhi saraf otonom, menekan lipolisis melalui respon histaminergik, dan meningkatkan nafsu makan sehingga berpengaruh meningkatkan bobot badan.

Berdasarkan uraian diatas, diduga adanya senyawa trans-karyofilena dalam minyak atsiri lengkuas merah yang menyebabkan minyak atsiri kasar dapat berpotensi menurunkan bobot badan. Trans-karyofilena bekerja sebagai pelangsing aromaterapi dengan cara menstimulasi sistem olfaktori dan memengaruhi saraf otonom yang berhubungan dengan lipolisis, produksi panas, nafsu makan, dan pada akhirnya akan memengaruhi bobot badan (Batubara et al. 2013). Oleh karena itu, diduga trans-karyofilena merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap penurunan bobot badan. Sedangkan, senyawa β -bisabolena, bisiklo-2-heptena dan eremophila yang terkandung dalam fraksi diduga dapat menyebabkan bobot badan hewan uji meningkat.

Gambar 7 Persen Rerata penurunan bobot badan tikus setiap kelompok selama perlakuan. (I) kontrol; (II) inhalasi lengkuas merah; (III) inhalasi fraksi 1; (IV) inhalasi fraksi 2

(25)

13 Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kelompok II berpotensi sebagai penurun bobot berat badan dengan penurunan tertinggi sebesar 13.67%. Berlawanan dengan itu, kelompok III berpotensi meningkatkan bobot badan, sedangkan kelompok IV tidak mempunyai respon peningkatan maupun penurunan bobot badan. Nilai persen penurunan bobot badan merupakan persentase rerata penurunan bobot badan awal hingga akhir perlakuan. Minggu pertama seluruh hewan uji dari masing-masing kelompok mengalami kenaikan bobot badan, namun minggu ke-dua sampai akhir perlakuan bobot badan masing-masing kelompok cenderung menurun. Semua data ini diperkuat oleh data jumlah rerata konsumsi pakan serta jumlah rerata feses dan urin selama perlakuan (Gambar 8 dan 9).

Berdasarkan hasil analisis statistika pada bobot pakan serta bobot feses dan urin selama perlakuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa inhalasi minyak atsiri, fraksi 1 dan 2 tidak berpengaruh terhadap penurunan nafsu makan dan ekskresi dari hewan uji. Meskipun demikian, Gambar 8 menunjukkan bahwa konsumsi pakan pada semua kelompok selama perlakuan cenderung menurun. Konsumsi pakan memengaruhi perubahan bobot Gambar 8 Jumlah rerata konsumsi pakan selama perlakuan. (I) kontrol; (II)

inhalasi lengkuas merah; (III) inhalasi fraksi 1; (IV) inhalasi fraksi 2

Gambar 9 Jumlah rerata feses dan urin selama perlakuan. (I) kontrol; (II) inhalasi lengkuas merah; (III) inhalasi fraksi 1; (IV) inhalasi fraksi 2

(26)

14

badan, pakan yang diberikan dalam masa perlakuan adalah pakan tinggi lemak yang mengandung PTU. Pakan lemak tinggi dapat menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan pakan standar. Tikus akan mengonsumsi pakan berdasarkan energi yang dibutuhkan, jika energi dalam tubuh tikus telah mencukupi maka tikus akan berhenti mengonsumsi pakan (Wresdiyati et al. 2006).

Selama masa perlakuan kelompok II dan III teramati lebih aktif bergerak dibanding kelompok I dan IV. Kelompok III mempunyai bobot badan tertinggi, yaitu 266.67 g dan mengonsumsi pakan cenderung banyak. Konsumsi pakan memengaruhi jumlah feses dan urin yang diekskresikan oleh hewan uji. Pada minggu ke-empat dan ke-lima terjadi peningkatan konsumsi pakan pada kelompok II. Namun, peningkatan konsumsi pakan juga berpengaruh terhadap jumlah feses dan urin yang semakin meningkat juga. Gambar 9 menunjukkan bahwa jumlah feses dan urin dengan jumlah konsumsi pakan sangat berpengaruh. Ketika hewan uji setiap kelompok mengonsumsi pakan dalam jumlah banyak maka feses dan urin yang diekskresikan hewan uji setiap kelompok juga meningkat.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot deposit lemak pada akhir masa perlakuan pada setiap kelompok tidak berbeda signifikan (p>0.05) (Gambar 10). Kelompok II mempunyai rerata deposit lemak yang lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya, yaitu 37.98 g. Hal ini sesuai dengan bobot badan kelompok tersebut yang merupakan bobot badan terendah. Akumulasi lemak perut khususnya lemak viseral adalah yang paling banyak dihubungkan dengan risiko gangguan kesehatan (Pou et al. 2009). Orang yang mengalami obesitas cenderung mempunyai kadar lemak yang lebih tinggi (Dachriyanus et al. 2007).

Hal ini, menunjukkan bahwa minyak atsiri diduga dapat memberikan respon terhadap penurunan deposit lemak dalam tubuh hewan uji, namun waktu perlakuan yang cukup singkat diduga menyebabkan penurunan deposit lemak tidak teramati secara akurat. Kelompok III mempunyai bobot badan tertinggi serta berpotensi meningkatkan bobot badan memiliki deposit lemak yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal ini, menunjukkan bahwa meskipun fraksi 1 berpotensi meningkatkan bobot badan namun fraksi 1 cenderung memberikan respon terhadap penurunan deposit lemak dalam tubuh hewan uji. Kelompok I dan IV mempunyai deposit lemak tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Gambar 10 Rerata deposit lemak pada akhir perlakuan. (I) kontrol; (II) inhalasi lengkuas merah; (III) inhalasi fraksi 1; (IV) inhalasi fraksi II

(27)

15

Profil lipid

Kadar kolesterol total dan trigliserida pada seluruh kelompok sebelum diberi perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0.05). Tabel 4 menunjukkan bahwa pada akhir perlakuan, kadar kolesterol total dan HDL-c menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05) sedangkan trigiserida tidak berbeda signifikan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa inhalsi fraksi 1 yang mengandung bisiklo-2-heptana, β-bisabolena, β-farnesena dan eremophila dapat menurunkan kadar kolesterol total.

HDL-c terendah ditemukan pada kelompok IV, yaitu 21.16 mg/dl. Farouk et al. (2012) melaporkan bahwa tikus jantan galur Sprague-Dawley albino normal mempunyai kadar trigliserida yang berada pada batas 115 mg/dl dan Suckow et al (2006) melaporkan bahwa kadar trigliserida hewan uji normal berada pada batas 25-145 mg/dl. Kadar kolesterol total tikus putih galur Rattus norvegicus berada pada batas 97.44-102.40 mg/dl (Fahri et al. 2005) sedangkan menurut US National Education (2002) kolesterol normal berkirsar antara <200 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol total dan trigliserida keempat kelompok masih termasuk pada kadar normal.

Penurunan bobot badan diharapkan diikuti dengan perubahan pada profil lipid terutama dengan menurunkan kolesterol total, trigliserida, dan diikuti peningkatan HDL-c dalam darah. Hasil aromaterapi pada kelompok yang mengalami penurunan bobot badan ternyata tidak diikuti dengan penurunan kolesterol total maupun trigliserida. Hasil inhalasi fraksi 1 diikuti dengan penurunan kolesterol total, yaitu 54.8 mg/dl. Akan tetapi, hasil inhalasi fraksi 2 yang mengandung pentadekana dan tans-α-bergamotene dari golongan monoterpen menurunkan HDL-c secara signifikan. Hal ini merupakan fenomena yang kontradiktif dari pemberian suatu senyawa aktif terhadap HDL-c. Lipoprotein ini sering disebut kolesterol baik karena fungsinya mengangkut lipid ke hati, sehingga menghilangkan kelebihan kolesterol di jaringan perifer (Harini & Astirin 2009). Fenomena respon HDL-c ini perlu ditelaah lebih lanjut terutama mekanisme dari kandungan dalam fraksi 2 yang bisa memengaruhi hal tersebut.

Tabel 4 Rerata kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL-c setelah 5

Angka yang diikuti oleh huruf superscripts yang sama tidak berbeda signifikan pada taraf

(28)

16

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Fraksionasi minyak atsiri menggunakan metode peningkatan kepolaran menghasilkan lima fraksi dengan fraksi terpilih terdiri dari fraksi 1 dan fraksi 2. Hasil GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dominan dalam minyak atsiri adalah β-bisabolena (11.78%) dan trans-karyofilena (9.10%). Fraksi 1 mengandung empat senyawa utama yaitu bisiklo-2-heptena (12.08%), β-bisabolena (11.61%),β -farnesena (9.59%) dan eremophila (10.28%), sedangkan senyawa utama dalam fraksi 2 adalah pentadekana (11.09%) dan tans-α-bergamotene (9.02%). Hasil uji analisis in vivo menunjukkan bahwa minyak atsiri dengan dugaan senyawa trans-karyofilena berpotensi sebagai pelangsing.

Saran

Penelitian selanjutnya perlu dilakukan variasi konsentrasi minyak atsiri untuk penentuan dosis optimum aromaterapi yang diinhalasikan terhadap hewan uji dengan waktu yang relatif lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja S. 2003. Chromatography and Separation Science. California (US). Elsevier Science.

Astuti EP. 2012. Pemisahan sitral dari minyak atsiri serai dapur (Cymbopogon citratus) sebagai pelangsing aromaterapi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Batabara I, Anggraeni A, Darusman LK. 2012. Inhalasi aroma temulawak terhadap bobot badan tikus. J Bahan Alam. 8(3):187-191.

Batubara I, Suparto I, Sadiah S, Matsuoka R, Mitsunaga T. 2013. Effect of Zingiber zerumbet essential oil and zerumbone inhalation on body weight of Sprague dawley rat. Pak J Biol Sci. 16(19): 1028:1033

Bermawie N, Purwiyanti S, Melati , Meilawati. 2012. Karakter morfologi, hasil, dan mutu enam genotip lengkuas pada tiga agroekologi. Bogor (ID): Balai penelitian tanaman rempah dan obat.

Birari RB, Bhutani KK. 2007 Pancreatic lipase inhibitors from natural sources: unexplored potential. Drug Discovery Today. 12:379-389.

Chudiwal AK, Jain DP, Somami RS. 2010. Alpinia galanga Willd.-An overview on phyto-pharmacological properties. J Natural Products and Resources. 1(2):143-149.

(29)

17 Dachriyanus, Katrin DO, Oktarina R, Ernas O, Suhatri, Mukhtar MH. 2007. Uji efek A-Mangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL darah mencit putih jantan serta penentuan lethal dosis 50 (LD50). J Sains Tek Far 12(2).

Dalimarta, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus agriwidya, Jakarta.

Fahri C, Sutarno, Listyawati S. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattusnorvegicus L.) Hiperglikemik setelah Pemberian Ekstrak Metanol Akar Meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarmasi. 3(1): 1-6.

Farouk H, El-Sayeh BA, Mahmoud SS, Sharaf OA. 2012. Effect of Olfactory Stimulation with Grapefruit Oil and Sibutramine in Obese Rats. J PAK MED STUD. 2:1.

Giannessi J, Alviar B, Agusta A. 2008. Variously substituted derivatives of guanidine, and their use as medicines with anti-diabetes and/or anti-obesity activity. US patent 7368605

Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung (ID): ITB Bandung.

Harini M, Astirin OP. 2009. Blood cholesterol levels of hypercholesterolemic rat (Rattus norvegicus) after VCO treatment. Bioscience. 1(2): 53-58.

Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York (US): McGraw-Hill. Hermawan II. 2013. Fraksionasi senyawa aktif minyak atsiri jahe sebagai

pelangsing aromaterapi secara in vivo [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extract. London(LN): Chapman & Hall.

Kumar S, Alagawadi KR. 2011. Influence of Alpinia galanga rhizomes on cafeteria diet induced obesity in rats. Natural Remedies. 11/2 : 158-166.

Lean M, Lara J, O’Hill J. 2006. ABC: of obesity: Strategies for Preventing Obesity. Brit Med J. 333: 959-962.

Maniapoto K. 2002. Aromatherapy: the language of scent is the sweetest melody.online. [Diunduh 28 April 2014] tersedia pada link http: //www.nzase.org.nz/events/aromatherapy. pdf.

Melnikova I, Wages D. 2006. Anty-obesity therapies. Nature Reviews Drug Discovery.5: 369-370.

Muchtaridi T, Apriantono A, Subarnas A, Budijanto S. 2003. Analysis of volatile active compounds of essential oils of some aromatical plants possessing inhibitory properties on mice locomotor activity. Proceeding in International Symposium on Biomedicine. Bogor (ID): Biofarmaca Centre IPB.

Noorrafiqi MI, Yasmina A, Hendriyono FX. 2013. Efek jus buah karamunting (Melastoma malabathricum L.) terhadap kadar trigiserida serum darah tikus putih yang diinduksi propiltiourasil. Berkala Kedokteran [Internet]. [diunduh 2013 Des 12]; 9(2):219-227. Tersedia pada: http//ejournal.unla m.ac.id/index.php/bk/article/viewFile/681/637

(30)

18

Rahardjo S, Ngatijan, Pramono S. 2005. Influence of etanol extract of jati belanda leaves (Guzuma Ulmifolia Lamk.) on lipase enzyme activity of Ratus norvegicus serum. Inovasi. 4(17):48-54.

Rana VS, Verdeguer M, Blazquez A. 2010. GC and GC/MS analysis of the volatile constituents of the oil of Alpinia galangal (L.) Willd and A. officinarum Hance rhizomes. J. Essential oil Research. 22:521-524.

Rakhmatika FA. 2013. Potensi sineol dalam minyak atsiri kayu putih sebagai pelangsing aromaterapi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical Analysis Modren Instrumentation Methods and Techniques 2nd. USA (UK): John Wiley & Sons, Ltd.

Skoog DA, Holler PJ, Nieman TA. 2004. Principles of Instrumental Analysis. Ed ke-5. Philadelphia(US): Hartcaurt Brace.

Shen J, Niijima A, Tanida M, Horii Y, Maeda K, Nagai K. 2005a. Olfactory stimulation with scent of grapefruit oil effects autonomic nerves, lipolysis and appetite in rats. Neuroscience Latters. 380: 289-294.

Shen J, Niijima A, Tanida M, Horii Y, Maeda K, Nagai K. 2005b. Olfactory stimulation with scent of lavender oil effects automatic nerves, lipolysis and appetite in rat. Neuroscience Latters. 383: 188-193

Sivasothy Y, Chong WK, Hamid A, Eldeen IM, Sulaiman SF, Awang K. 2011. Essential oils of Zingiber officinale var. Rubrum Theilade and their antibacterial activities. Food Chem 124:514-517.

Vankar PS, Tiwari V, Singh LW, Ningombam. 2006. Antioxidant properties of some exclusive species of Zingiberaceae family of Manipur. E J Environ Agri Food Chem 5(2): 1318-1322.

Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. California (ID): Elseiver Inc.

Utami MR. 2011. Fraksionasi senyawa aktif minyak atsiri sirih merah (Piper cf. Fragile) sebagai pelangsing aromaterapi [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

[WHO] World Health Organization. (2012). Obesity and Overweight. (Online).

[Diunduh 28 April 2014] tersedia pada link

http://www.who.int/topics/obesity/en/.

Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY. 2006. Profil imunohistokimia SOD pada jaringan hati tikus dengan kondisi hiperkolesterolemia. Hayati. 13:85-89. Zhang AL, Xue CC, Fong HHS. 2011. Integration of herbal medicine into

(31)

19 Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Fraksionasi dengan kromatogramrafi kolom

Penentuan komposisi senyawa minyak atsiri (distilat kasar, fraksi 1, fraksi 2) dengan GC-Uji aktivitas

pelangsing secara

In vivo

Pengumpulan bahan dan determinasi

Isolasi minyak atsiri dengan

destilasi air

Pemilihan fraksi-fraksi terpilih

Data hasil analisis menggunakan ANOVA

dan SPSS 20

Hasil

MS Fraksionasi dengan

(32)

20

Lampiran 2 Komposisi pakan yang diberikan pada hewan uji Pakan standar di Pusat Studi Biofarmaka

Komposisi Kadar (%)

Air Maks 13.00

Protein 19.00-21.00

Lemak Min 5.00

Serat Maks 5.00

Abu Maks 7.00

Kalsium Min 0.90

Fosforus Min 0.60

Pakan tinggi lemak

Komposisi Kadar (%)

PTU 0.10

Kuning telur 12.50

Minyak kelapa Barco 5.00

Pakan standar Lemak

(33)
(34)

22

(35)
(36)

24

Lampiran 6 Kromatogram GC-MS minyak atsiri, fraksi 1, dan fraksi 2 Kromatogram GC-MS minyak atsiri

Kromatogram GC-MS fraksi 1

Kromatogram GC-MS fraksi 2

(37)

25 Lampiran 7 Kadar kolesterol total dan trigeliserida (base line dan setelah

perlakuan) serta Kadar HDL setelah perlakuan.

Kolesterol total base line dan akhir perlakuan

(38)

26

Kadar trigliserida base line dan akhir perlakuan

(39)

27

Kadar kolesterol HDL hewan uji pada akhir perlakuan

Kelompok Tikus

Contoh perhitungan:

x Cst

(40)

28

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 5 Kromatogram KLT minyak atsiri kasar fraksi 1, 2, 3, 4, 5 dengan rasio
Tabel 2 Konsentrasi senyawa dominan dalam minyak atsiri kasar , fraksi 1, dan
Gambar 6 Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1,
Gambar 8 Jumlah rerata konsumsi pakan selama perlakuan. (I) kontrol; (II)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah ( Alpinia galanga (L.) Willd) Sebagai Antiinflamasi Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan Strain Wistar ( Rattus

Berbeda halnya dengan kelompok perlakuan inhalasi distilat kasar dan fraksi 1 minyak atsiri daun sirih merah secara berturut-turut memiliki rerata respon peningkatan bobot badan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah serta konsentrasi penambahan minyak atsiri lengkuas merah yang

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan minyak atsiri jahe merah dan lengkuas merah serta pengaruh inkorporasi minyak atsiri jahe merah dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah ( Alpinia purpurata ) pada edible coating yang diaplikasikan pada fillet

Berdasarkan hasil uji daya proteksi salep minyak atsiri lengkuas merah, pada ketiga formulasi tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap kulit dari pengaruh luar

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antifungi minyak atsiri rimpang lengkuas ( Alpinia galanga L.) terhadap Microsporum gypseum secara..

Pemberian Lengkuas Merah (Alpinia purpura K. Schum ) lebih efektif dibandingkan lengkuas putih (Alpinia galanga L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in