29
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K. Schum) DENGAN BASIS HIDROKARBONDAN BASIS LARUT AIR TERHADAP Staphylococcus aureus
INTISARI
Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD2, Mitta Aninjaya3
Rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antibakteri. Untuk memudahkan pemakaian, maka minyak atsiri lengkuas merah diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan salep minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000) terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri
Staphylococcus aureus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Metode penyarian yang digunakan adalah destilasi uap air selama ± 6 jam. Minyak atsiri pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, 35% diuji aktivitas antibakteri. Kemudian minyak atsiri lengkuas merah konsentrasi 25% diformulasikan dalam sediaan salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000). Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar sumuran, dilanjutkan uji sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya proteksi, daya lekat, daya sebar dan pH.
Hasil penelitian salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) memiliki sifat fisik salep yang lebih baik dari pada basis larut air (PEG 4000 dan Kombinasi PEG), penggunaan ketiga basis memiliki perbedaan signifikan terhadap mutu fisik salep dan efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Kata Kunci : Minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum), salep, basis hidrokarbon (vaselin album), basis larut air (PEG 4000, PEG 400), Staphylococcus aureus.
1
Elizabeth Kristanti Handayani, Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten 2
Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, Pembimbing I 3
30
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
ACTIVITY TEST OF RED GALANGAL (Alpinia purpurata K.Schum) ESSENTIAL OIL OINTMENT WITH HYDROCARBON BASE AND
WATER SOLUBLE BASE TO Stapphylococcus aureus
Abstract
Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD2, Mitta Aninjaya3
Red Galangal rhizomes (Alpinia purpurata K.Schum) contains essential oil which has function as antibacterial. To ease in applying, red galangal essential oil is formulated in ointment form. This research is aimed to know the difference effect of red galangal essential oil ointment (Alpinia purpurata K.Schum) with hydrocarbon base (vaseline album) and water soluble base (PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000) to physical character and antibacterial activity to Staphylococcus aureus.
The kind of this research is experimental. Extraction method which is used is water vapor distillation for ± 6 hours. The essential oil in concentration 5%, 10%, 15%, 25%, 35% are tested antibacterial activity. Then red galangal essential oil in concentration 25% is formulated in ointment supply with hydrocarbon base (vaseline album) and water soluble base (PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000). Antibacterial activity test uses
Staphylococcus aureus with diffusion method, then it is tested ointment physical character
which covers organoleptic test, homogeneity, protection power, sticky power, spread power and pH.
The result shows that the ointment with hydrocarbon base (vaseline album) has ointment physical character which is better than water soluble base (PEG 4000 and combination PEG). The use of the three bases has significant difference to ointment physical quality and effectivity to Staphylococcus aureus.
Key words: red galangal essential oil (Alpinia purpurata K.Schum), ointment, hydrocarbon base (vaseline album), water soluble base (PEG 4000, PEG 400),
Staphylococcus aureus.
1
Elizabeth Kristanti Handayani, student of STIKES Duta Gama Klaten 2
Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, advisor I 3
31
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017 PENDAHULUAN
Iklim di negara Indonesia yang tropis, serta didukung oleh perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan terjadinya banyak penyakit. Hal tersebut
disebabkan oleh berbagai bentuk
mikroorganisme penyebab infeksi, bila dibiarkan berkembang biak akan dapat memberikan efek buruk bagi penderita. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri. Contoh bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi diantaranya
Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit bisul, penyakit bisul merupakan salah satu infeksi lokal
yang terjadi dibawah kulit, yang
disebabkan oleh kuman Staphylococcus
aureushemolitik (Irianto, 2014).
Salah satu bahan alam yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah lengkuas merah. Khasiat obat umumnya disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya, salah satu diantaranya minyak atsiri.
minyak atsiri dalam lengkuas,
mengandung senyawa eugenol, sineol, dan metil sinamat Senyawa ini bersifat
bakterisid, fungisid, dan mampu
menonaktifkan virus-virus lipofilik (Ketaren, 1985)
Dengan kandungan kimia yang ada pada minyak atsiri lengkuas merah maka akan lebih mudah dalam pemanfaatannya adalah dibuat dalam formulasi sediaan topikal dengan masing-masing pembawa
yang sesuai. Sediaan topikal yang sesuai adalah salep.
Salep bersifat lembut, melembab-kan, mempermudah perbaikan luka pada kulit dan melindungi kulit (Voigt, 1994).
Keberhasilan dan kegagalan terapi
menggunakan salep tergantung pada pemilihan dasar salep yang sesuai.
Pemilihan dasar salep hidrokarbon
(vaselin album) dikarenakan basis sukar larut dalam air yang memungkinkan memiliki daya lekat yang lebih besar dan pemilihan dasar salep larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000) karena dasar salep dapat dicuci dengan air, dan campurannya (Departemen Kesehatan RI., 1979).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diindikasikan bahwa leng-kuas merah memiliki daya antibakteri, maka perlu dilakukan penelitian daya antibakteri salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis vaselin album, PEG 4000, kombinasi PEG 4000 dan 400 terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat
eksperimental laboratoris dengan
desain penelitian Posttest Only Control
Group Design.
2. Waktu Dan Tempat Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017.
32
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Tempat penelitian dilakukan di
Laboratorium Kimia Stikes Duta Gama
Klaten, Laboratorium Fitokimia,
Laboratorium Teknologi Farmasi
Kampus III Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, serta Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
3. Bahan Dan Alat Bahan-bahan yang digunakan
Rimpang lengkuas merah yang didapat di daerah Delanggu Kabupaten Klaten, vaselin album, PEG 400, PEG 4000, media uji Mueller Hinton, biakan
bakteri Staphylococcus aureus,
aquadest steril, salep minyak atsiri lengkuas merah, spirtus, masker,
handscoon, kertas label, kapas.
Alat-alat yang digunakan
Alat destilasi uap dan air, alumunium foil, botol, corong pisah, mortir dan stamfer, batang pengaduk, timbangan analitik, cawan porselin, sudip, gelas ukur (pyrex), pot salep, kaca obyek, pH meter, alat uji daya sebar, alat uji kelengketan, anak timbang, tabung reaksi (pyrex), cawan petri, bunsen, jarum ose, pipet, gelas ukur (pyrex), autoclave, mistar, pervolator, penangas air, vortex, mikro
pipet, spuit 5 cc, piknometer,
inkubator, densicheck.
4. Jalannya Penelitian Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penyiapan simplisia
Rimpang lengkuas merah diperoleh dari daerah Delanggu, Kabupaten Klaten. Rimpang yang telah bersih dan bebas dari sisa air pencucian kemudian dipotong secara melintang sepanjang 5 cm sampai 6 cm, kemudian dibelah memanjang dengan ketebalan 1,5 cm-3 cm. Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari tidak langsung atau ditutup dengan kain hitam agar penguapan yang terjadi tidak terlalu cepat selama kurang lebih 5 hari, setelah itu simplisia di simpan dalam plastik kedap udara.
Pembuatan minyak atsiri lengkuas merah
Irisan rimpang lengkuas merah yang telah kering sebanyak 7 kg, dimasukkan dalam dandang alat destilasi uap air seluruhnya. Alat destilasi disusun secara seragam dengan pendingin (kondensor), Pastikan kondensor tetap mengalir, sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut
akan mencair kembali. Usahakan
temperatur selalu dikontrol pada suhu uap 5°C dan suhu dalam ketel 100°C sehingga dihasilkan destilat minyak atsiri. Setelah
didapat minyak atsiri kemudian
tambahkan NaSO4 anhidrat untuk menarik air yang masih bercampur dengan minyak
33
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
mendapatkan minyak atsiri yang sudah dipisahkan dari kandungan airnya.
Penentuan bobot jenis
Penentuan bobot minyak atsiri
diukur dengan menggunakan alat
piknometer ukur 25 ml, menggunakan rumus : , untuk A sebagai berat
piknometer kosong, B sebagai berat piknometer dan minyak atsiri sedangkan C sebagai berat piknometer dan air.
Penentuan rendemen minyak atsiri
Penentuan rendemen minya atsiri lengkuas merah dihitung dengan rumus kadar (%) minyak atsiri. % Kadar minyak
atsiri : %, untuk vol sebagai
volume minyak atsiri yang dihasilkan dan M sebagai berat rimpang lengkuas kering yang digunakan.
Formulasi
Tabel 1. Formulasi salep minyak atsiri lengkuas merah No Bahan F I F II F III 1. Minyak atsiri lengkuas merah 15% 10 gr 10 gr 10 gr 2. PEG 4000 30 gr 15 gr - 3. PEG 400 - 15 gr - 4. Vaselin album - - 30 gr Jumlah 40 gr 40 gr 40 gr Pembuatan salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis vaselin album
Vaselin album dimasukkan ke dalam mortir. Tambahkan minyak atsiri yang sudah terdapat basis, aduk hingga homogen, lakukan 3 kali percobaan.
Masukkan dalam pot salep uji sifat fisiknya.
Pembuatan salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis kombinasi PEG (PEG 4000 dan 400)
Pembuatan salep dengan basis kombinasi PEG menggunakan peraturan salep nomor empat yaitu dengan cara PEG 400 dan PEG 4000 dilelehkan dalam
cawan porselin diatas waterbath,
kemudian masukkan dalam mortir panas digerus hingga dingin dan terbentuk massa salep. Tambahkan minyak atsiri lalu aduk hingga homogen, kemudian masukkan dalam pot salep. Setelah salep jadi dilakukan uji sediaan sifat fisik salep tersebut.
Pembuatan salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis PEG 4000
PEG 4000 dilelehkan dalam cawan porselin diatas waterbath, kemudian masukkan dalam mortir panas digerus hingga dingin dan terbentuk massa salep. Tambahkan minyak atsiri lalu aduk hingga homogen, kemudian masukkan dalam pot salep. Setelah salep jadi dilakukan uji sediaan sifat fisik salep tersebut.
Evaluasi sediaan salep minyak atsiri lengkuas merah
a. Uji homogenitas
Sediaan diuji homogenitasnya
dengan menimbang 0,5 gram salep kemudian oleskan pada kaca obyek lalu tutup obyek glass. Diamati sediaan
34
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
salep tersebut (Ulaen dkk., 2012 cit.Erviana, 2016).
b. Uji pH
Sebanyak 0,5 gram salep dilarutkan dalam 30 ml aquadest. Ukur pH-nya dengan pH meter sampai menunjukkan pH yang konstan.
c. Uji proteksi
Diambil sepotong kertas saring (10 x 10) cm lalu dibasahi dengan larutan PP sebagai indikator, keringkan. Kemudian olesi dengan sediaan pada kertas saring, pada kertas saring yang lain dibuat suatu area (2,5 x 2,5) cm dengan paraffin cair. Setelah kering didapat areal yang dibatasi dengan paraffin tersebut. Lalu tempelkan kertas saring (no.2) di atas kertas saring sebelumnya (no.1), kemudian basahi areal ini dengan larutan KOH (0,1). Lakukan pengamatan setelah kertas saring dibasahi dengan larutan PP pada waktu 3 dan 5 menit.
d. Uji daya sebar
Sediaan diuji daya sebarnya dengan menimbang 0,5 gram salep kemudian letakkan massa salep pada kaca, tutup dengan kaca penutup. Diukur diameter
sediaan yang menyebar dengan
mengambil rata-rata diameter dari beberapa sisi. Ditambahkan beban tambahan sebesar 150 gram, diamkan selama 1 menit dan catat diameter salep menyebar. Amati perubahan diameter setiap 1 menit selama 10
menit, atau ketika diameter sudah konstan. Ulangi masing-masing 3 kali untuk setiap salep yang diperiksa. e. Uji daya lekat
Salep diletakkan secukupnya di atas gelas obyek, diletakkan gelas obyek lain diatas salep tersebut yang dipasang pada alat uji daya, kemudian tambahkan beban 1000 gram selama 5
menit. Setelah 5 menit beban
diturunkan dan catat waktunya hingga kedua gelas obyek ini terlepas. Ulangi masing-masing 3 kali untuk setiap salep yang diperiksa.
f. Uji anti bakteri
Suspensi kekeruhan
Staphylo-coccus aureus yang setara dengan
kekeruhan standar 0,5Mc Farland, diambil dengan lidi kapas steril.
Kemudian dioleskan/ digoreskan
secara merata di atas media Mueller
Hinton Agar steril. Buat sumur pada
media agar dengan alat pelubang berdiameter masing-masing 6 mm. Salep yang telah dibuat, diisikan kedalam lubang tersebut hingga terisi sempurna. Lakukan inkubasi selama 1 x 24 jam hari dengan suhu 37o C serta kondisi lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Pengamatan zona bening sampel terhadap pertumbuhan bakteri uji dilakukan dengan mengukur diameter zona bening.
35
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Determinasi Tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan mencocokkan ciri morfologi tanaman seperti daun, akar, batang dan bunga menurut pustaka acuan.
Berdasarkan hasil determinasi tanaman didapatkan hasil bahwa benar tanaman yang digunakan merupakan tanaman lengkuas merah (Alpinia
purpurata (Vieill.) K.Schum.) dengan
sinonim Guillainia purpurata.
2. Hasil Perhitungan Bobot Jenis Minyak Atsiri Lengkuas Merah
Simplisia lengkuas merah sebanyak 7 kg didestilasi menggunakan metode destilasi uap air, dan dihasilkan minyak atsiri sebanyak 50 mL. sehingga diperoleh bobot jenis minyak atsiri lengkuas merah sebesar 0,92 gram/mL.
Pada Buku Pembuatan Simplisia
(Departemen Kesehatan RI, 1985) disebutkan bahwa BJ minyak pada umumnya berkisar antara 0,80-1,18, dilihat dari rata-rata bobot jenisnya dapat dikatakan bahwa minyak yang dihasilkan dari proses destilasi uap dan air memenuhi standar yang telah ditetapkan.
3. Penentuan Rendemen Minyak Atsiri Lengkuas Merah
Rimpang lengkuas merah kering sebanyak 7 kg (7.000 gram) didapat rendemen minyak atsiri dengan hasil
0,7142 %. Ermiati dkk (2004)
melaporkan bahwa hasil rendemen minyak atsiri rimpang lengkuas kering
sebanyak 5 kg adalah 3,213%.
Bervariasinya rendemen minyak atsiri diduga disebabkan oleh varietas, umur
panen, pemupukan, lingkungan
tumbuh, bentuk rimpang dalam
keadaan segar atau kering, metode penyulingan yang digunakan dalam proses destilasi minyak atsiri.
4. Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Salep Minyak Atsiri Lengkuas Merah
Homogenitas sediaan salep
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dari ketiga formula salep minyak atsiri lengkuas merah. Hasil uji homogenitas dari ketiga formula salep dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2. Hasil uji homogenitas salep minyak atsiri lengkuas merah
No. Formula Hasil uji
1 Formula I Homogen
2 Formula II Homogen
3 Formula III Homogen
Sumber : Data Primer, 2017
Keterangan :
Formula I :salep minyak atsiri lengkuas merah de-ngan basis PEG 4000.
36
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Formula II :salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis kombi-nasi. Formula III :salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan basis vaselin album.
Hasil pengujian menunjukkan
masing-masing formula salep
menunjukkan hasil salep yang
homogendilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan salep menyebar secara merata. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa
perbedaan basis salep tidak
mempengaruhi homogenitas salep
minyak atsiri lengkuas merah.
Uji organoleptis salep
Pengujian organolpetis salep
minyak atsiri lengkuas merah meliputi uji warna, bau dan bentuk salep. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji organoleptis salep minyak atsiri lengkuas merah
Uji Formula I Formula II Formula III Warna Putih,
keku-ningan
Putih, keku-ningan
Putih Bau Khas minyak
atsiri lengkuas merah Khas minyak atsiri lengkuas merah Khas minyak atsiri lengkuas merah Bentuk Konsistensi padat Konsistensi lunak Konsistensi lunak Sumber : Data Primer, 2017
Hasil pengujian menunjukkan
adanya kestabilan warna, bau dan
bentuk salep selama masa
penyimpanan dua minggu pengujian. Dari hasil didapatkan, sedian salep dengan basis hidrokarbon maupun basis larut air memiliki kestabilan yang
baik. Dari pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perbedan tipe basis salep yang digunakan pada formula salep minyak atsiri lengkuas merah tidak berpengaruh terhadap hasil uji organoleptis salep.
Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui apakah pH salep yang akan digunakan telah sesuai dengan pH kulit yaitu berada pada rentang pH 4,5-6,5 sehingga tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Hasil uji pH salep minyak atsiri lengkuas merah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Hasil uji pH salep minyak atsiri lengkuas merah Formula Derajat keasaman (pH) R.1 R.2 R.3 I 5 5 5 II 5 5 5 III 5 5 5 Rata-rata 5 5 5
Sumber: Data Primer, 2017.
Pemeriksaan pH menggunakan
Universal Indikator E-Merck.
Berdasarkan hasil pengujian
diketahui pH salep minyak atsiri lengkuas merah rata-rata adalah 5. Hal ini menunjukkan bahwa salep minyak atsiri lengkuas merah telah memenuhi persyaratan sediaan topikal.
Uji daya proteksi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan salep dalam melindungi kulit dari pengaruh luar pada saat pengobatan. Hasil pengujian
37
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
daya proteksi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Hasil uji daya proteksi salep minyak atsiri lengkuas merah
Formula Waktu pengukuran 15 dtk 30 dtk 45 dtk 60 dtk 1 mnt 5 mnt Formula I - - - - Formula II - - - - Formula III - - - -
Sumber : Data Primer, 2017 Keterangan :
Formula I : salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis PEG 4000.
Formula II : salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis kombinasi. Formula III : salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan basis vaselin album. (-) : menunjukkan tidak ada noda merah. (+) : menunjukkan ada noda merah
Berdasarkan hasil uji daya proteksi salep minyak atsiri lengkuas merah, pada ketiga formulasi tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap kulit dari pengaruh luar sehingga keefektifan salep lebih maksimal, ditandai dengan tidak adanya noda merah pada kertas saring setelah penambahan KOH 0,1 N dalam kurun waktu 5 menit serta membuktikan bahwa salep minyak atsiri lengkuas merah memiliki daya proteksi yang baik dan memenuhi syarat uji proteksi, sehingga perbedaan penggunaan basis salep antara basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG) tidak berpengaruh
terhadap daya proteksi salep minyak atsiri lengkuas merah.
Uji daya sebar salep
Uji daya sebar salep digunakan
untuk mengetahui kemampuan
menyebarnya salep pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan salep diharapkan mampu menyebar dengan mudah di tempat pemberian tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Hasil pengamatan daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil uji daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah
Replikasi
Rata-rata diameter daerah penyebaran salep minyak atsiri lengkuas merah (cm)
F I F II F III 1 5,20 5,90 6,30 2 5,33 5,80 6,00 3 5,30 6,00 6,50 Rata-rata 5,30 5,90 6,26 SD 0,08888 0,10000 0,25166
Sumber : Data Primer, 2017 Keterangan :
Hasil pengujian daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah untuk
salep dengan basis hidrokarbon
memiliki luas penyebaran yang lebih besar dibandingkan dengan salep dengan basis larut air (PEG 4000 dan
kombinasi). Hal ini dipengaruhi
dengan konsistensi vaselin album yang lebih lunak sehingga dalam daya penyebaran lebih besar dan mudah
dalam pengolesan. Sedangkan
penggunaan basis PEG 4000 memiliki daya sebar paling sempit karena basis salep ini memiliki BM di atas 3000 yang berupa padatan semi kristalin,
38
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
mudah larut dalam air hangat dan menguap pada suhu kamar sehingga bentuknya berupa padatan. Hal ini menyebabkan daya sebar salep lebih sempit dan pada saat pengolesan agak lebih sulit dalam penyebarannya.
Berdasarkan hasil uji daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah, kemudian dilakukan analisa statistik menggunakan program SPSS versi 16. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Analisis data uji daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah
Normalitas 0,938 sig > 0,05 Normal Homogenitas 0,243 sg > 0,05 Homogen Anova 0,001 sig < 0,05 Ada perbedaan
Sumber : Data Primer, 2017.
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan harga signifikansi 0,938 sig > 0,05 artinya data terdistribusi normal dan hasil uji homogenitas memiliki nilai signifikansi 0,243 sig > 0,05 yang berarti data homogen, dilanjutkan uji
One-Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95% diperoleh P Value
0,001 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan dari daya sebar salep minyak atsiri lengkuas merah antara basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG).
Uji daya lekat salep
Pengujian daya lekat salep
dilakukan untuk mengetahui
kemampuan lamanya salep dapat
menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lekat salep maka absorpsi zat aktif obat akan semakin besar karena ikatan atau interaksi salep dengan kulit akan semakin lama, sehinga basis salep akan melepaskan
zat aktif obat lebih optimal.
Pengamatan uji daya lekat salep minyak atsiri lengkuas merah dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil uji daya lekat salep minyak atsiri lengkuas merah
Replikasi
Daya lekat (detik) F I F II F III 1 75,00 35,38 9,00 2 93,00 34,39 8,11 3 120,00 39,17 2,15 Rata-rata 96,00 36,31 6,42 SD 22,64950 2,52298 3,72461
Sumber : Data Primer, 2017 Berdasarkan hasil uji daya lekat salep minyak atsiri lengkuas merah formula I memiliki daya lekat paling besar dibandingkan dengan formula II dan formula III. Untuk formula I yang menggunakan basis salep PEG 4000 menyebabkan semakin besar daya lekat salep karena konsistensi PEG 4000 yang menyebabkan salep lebih padat.
Berdasarkan tabel 8 selanjutnya
dilakukan analisis statistik didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :
Tabel 9. Analisis data uji daya lekat salep minyak atsiri lengkuas merah. Normalitas 0,703 sig > 0,05 Normal Homogenitas 0,071 sg > 0,05 Homogen Anova 0,000 sig < 0,05 Ada perbedaan
39
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan harga signifikansi 0,703 sig > 0,05 artinya data terdistribusi normal dan hasil uji homogenitas memiliki nilai signifikansi 0,071sig > 0,05 yang berarti data homogen, dilanjutkan uji
One-Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95% diperoleh P Value
0,000 < 0,05 berarti kesimpulan ada perbedaan yang signifikan dari daya lekat salep minyak atsiri lengkuas
merah antara basis hidrokarbon
(vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG).
Hasil Uji Daya Antibakteri Staphylococcus aureus.
Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui daya hambat minyak
atsiri lengkuas merah terhadap
Staphylococcus aureus. Uji aktivitas
antibakteri yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan metode difusi agar dengan teknik sumuran dan media yang digunakan adalah MHA (Mueller Hinton Agar). Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan pada perbedaan penggunaan basis pada sediaan salep minyak atsiri lengkuas
merah dengan basis hidrokarbon
(vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG).
Hasil daya hambat diperoleh dari uji aktivitas antibakteri mengunakan minyak atsiri lengkuas merah dengan
konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, dan 35%. Dibawah ini adalah hasil uji daya hambat pertumbuhan bakteri
Staphy-lococcus aureus yang diberi perlakuan
dengan pemberian minyak atsiri
dengan beberapa konsentrasi yang telah diinkubasi selama 24 jam.
Tabel 10. Hasil uji daya hambat minyak atsiri lengkuas merah dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, dan 35%. Ulangan
Diameter zona hambat (mm)⁎ Minyak atsiri rimpang
lengkuas merah 5% 10% 15% 25% 35% 1 - - 9 10 14 2 - - 8 12 13 3 - - 12 15 15 Rata2 - - 9,67 12,33 14
Hasil daya hambat diperoleh dari melakukan uji aktivitas salep minyak
atsiri lengkuas merah dengan
perbedaan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG) yang digunakan pada pembatan sediaan salep dan dapat dilihat dari gambar 1, gambar 2, gambar 3 dan tabel 11.
Ulangan 1
Gambar 1. Diameter zona hambat salep minyak atsiri lengkuas merah basis PEG 4000.
40
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Ulangan 2
Gambar 2. Diameter zona hambat salep minyak atsiri lengkuas merah basis kombinasi PEG 4000 dan 400.
Ulangan 3
Gambar 3. Diameter zona hambat salep minyak atsiri lengkuas merah basis vaselin album.
Tabel 11. Hasil pengukuran diameter zona hambat salep minyak at-siri lengkuas merah terhadap Staphylococcus aureus
Replikasi
Rata-rata diameter daerah hambat salep minyak atsiri lengkuas merah (mm) F I F II FIII K (+) K(-) 1 14,33 18,67 20,33 10,33 0 2 14,33 17,33 19,00 19,33 0 3 15,33 17,00 20,22 20,00 0 Rata-rata 14,66 17,67 19,85 16,55 0 SD 0,5773 0,8844 0,7381 5,3999 0
Sumber : Data Primer, 2017 Kontrol (+) : salep gentamisin sulfate
0,1%.
Kontrol (-) : MHA yang ditumbuhi
bakteri S.aureus tanpa
perlakuan.
Berdasarkan hasil uji daya hambat salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis hidrokarbon (formula III) memiliki daya hambat paling besar dibandingkan dengan salep minyak atsiri lengkuas merah dengan basis larut air (formula II dan formula III). Minyak atsiri lengkuas merah yang
telah diformulasikan ke dalam bentuk sediaan salep antibakteri, kecepatan difusi akan lebih lambat. Hal ini dikarenakan adanya afinitas dari bahan aktif dengan basis sediaan salep yang mempengaruhi pelepasan bahan aktif untuk berinteraksi dengan bakteri uji.
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa minyak atsiri lengkuas merah memiliki kepolaran rendah (non polar).
Diformulasikan pada pembuatan
sediaan salep dengan basis hidrokarbon akan memiliki afinitas yang baik dalam pelepasan bahan aktif sehingga dapat berinteraksi dengan bakteri uji secara maksimal. Sedangkan pada minyak atsiri lengkuas merah yang diformu-lasikan dengan basis larut air memiliki afinitas yang kurang maksimal hal ini dikarenakan sifat bahan aktif dengan basis larut air memiliki tingkat kepolaran yang berbeda.
Faktor lain yang mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basis salep adalah karakteristik dari setiap salep tersebut, semakin tinggi konsistensi kekerasan salep maka akan semakin rapat partikel-artikel dari basis tersebut yang menyebabkan bahan aktif sulit untuk berdifusi keluar, dan aktivitasnya akan lebih kecil.
Berdasarkan tabel 11 selanjutnya dilakukan analisis statistik didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :
41
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Tabel 12. Analisis data uji daya hambat salep minyak atsiri lengkuas merah.
Normalitas 0,247 sig > 0,05 Normal Homogenitas 0,001 sg <0,05 TidakHomogen
Kruskal wallis 0,027 sig < 0,05 Ada perbedaan Sumber : Data Primer, 2017
Hasil uji normalitas meng-gunakan Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan harga signifikansi 0,247 sig > 0,05 artinya data terdistribusi normal dan hasil uji homogenitas memiliki nilai signifikansi 0,001sig > 0,05 yang berarti data tidak homogen, dilanjutkan uji non parametrik yaitu Kruskal wallis
dengan taraf kepercayaan 95% dan diperoleh P Value 0,027 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan
dari penggunaan basis salep
hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG) dengan daya hambat salep minyak atsiri lengkuas merah.
Sehingga dapat diketahui bahwa sediaan salep minyak atsiri lengkuas
merah memiliki daya antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus yang menggambarkan sediaan salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi) mempengaruhi efektivitas salep antibakteri.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Perbedaan pada basis salep yang digunakan dalam pembuatan sediaan
salep minyak atsiri lengkuas merah memiliki pengaruh terhadap mutu fisik salep yang dihasilkan. Sediaan salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) memiliki sifat fisik salep yang lebih baik daripada penggunaan basis salep larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG), serta mempengaruhi efektivitas salep antibakteri.
2. Basis salep (hidrokarbon dan larut air) yang digunakan dalam pembuatan sediaan salep minyak atsiri lengkuas merah memiliki pengaruh terhadap
aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.
SARAN
1. Perlu dilakukan uji iritasi ke hewan uji, salep minyak atsiri lengkuas merah untuk memastikan keamannya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui senyawa yang
bertanggung jawab terhadap efek
antibakteri dari minyak atsiri lengkuas merah.
3. Perlu dilakukan pengujian
menggunakan kontrol negatif berupa basis salep tanpa zat aktif, untuk mengamati efektivitas daya antibakteri basis salep terhadap Staphylococcus
aureus.
4. Perlu dilakukan uji pengaruh setiap formulasi salep minyak atsiri lengkuas merah terhadap kontrol positif pada uji daya hambat bakteri Staphylococcus
42
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017 DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F, Carroll, K.C, Butel J.S, Morse, S.A, Mietzner, T.A. 2012.
Mikrobiologi kedokteran (Jawetz, Melnick, dan Alberg’s Medical
Microbiology). Ed 25th. Jakarta;
EGC.
Departemen Kesehatan RI. 1995.
Farmakope Indonesia, Ed 4th.
Jakarta; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Erviana, E. 2016. Uji Efektivitas Pemberian Salep Ekstrak Tanaman
Yodium (Jatropha multifida
Linn)Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
KTI, Stikes Duta Gama, Klaten.
Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi dan Virulogi Panduan Medis dan
Klinis. Bandung; Penerbit Alfabeta.
Ketaren, S. 1985.Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri.Jakarta; Balai Pustaka.
Midun. 2012. Uji Efektivitas Ektrak
Lengkuas Merah Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Stapylococcus aureus Dan Bakteri
Escherichia coli Dengan Metode
Disc Diffusion, Skripsi, Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta;UIN Syarif Hidayatullah.
Natalia, D. 2016. Uji Evaluasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah Dengan Basis Lemak dan Basis Larut Air Terhadap Aktivitas
Candida albicans.KTI. Klaten;Stikes
Duta Gama.
Realita, T., Rahayu, W.P., Nuraida, L. dan
Nurtama, B. 2015. Aktivitas
AntimikrobaMinyak Esensial Jahe
Merah (Zingiber officinale
var.Rubrum) Dan Lengkuas Merah
(Alpinia purpurata K. Schum)
Terhadap Bakteri Patogen dan
Perusak Pangan, Agritech, 35:1. Ulaen, dkk. 2012.Pembuatan Salep Anti
Jerawat dari Ekstrak Rimpang
Temulawak(Curcuma xanthorriza
Roxb), Volume 2: 54-49 cit. Erviana,
Eva. 2016. ‘Uji Efektivitas
Pemberian Salep Ekstrak Tanaman
Yodium (Jatropha multifida
Linn)Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji Kelinci (Oryctolagus cuniculus). KTI. Klaten; Stikes Duta Gama.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soewandhi, S.N, Edisi 2.
Yogyakarta; Gadjah Mada