• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMABARAN LOKASI PENELITIAN

1.2. Tinjauan Pustaka

Dalam bahasa Etnis Simalungun “budaya” dapat juga diartikan dalam kata “Ahap” atau “Ahap” berada dalam “budaya”. Bagi masyarakat Simalungun, “Ahap” merupakan suatu dasar penjiwaan terhadap kedirian dan kesukuan seseorang dalam kehidupannya6

Kebudayaan oleh (Marvin Harris 1968: 16) .

Budaya bukan keadaan yang statis, budaya tidak pasif tetapi budaya itu dinamis dan aktif.Baik karena pengaruh dari dalam masyarakatnya, maupun dari luar masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal yang membedakan satu budaya dengan budaya yang lainnya adalah: ada budaya yang cepat merespon lingkungan danada budaya yang lambat dalam merespon lingkungan (Sudarma, 2014: 108). Bagi peneliti hal ini merupakan fenomena menarik dan penting untuk dipahami dalam melihat dinamika budaya dalam suatu masyarakat.Khususnya untuk menetapkan keputusan, pola tindakan yang perlu dilakukan dalam berinteraksi dengan masyarakat satu budaya dan berbeda budaya.

7

Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan dalam pola-pola hubungan sosial yang antara lain mencakup sistem status, ditampakan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok tertentu seperti adat (custom), atau cara hidup masyarakat.Kebudayaan digunakan untuk membentuk pola hidup menyikapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi.

6

Diperoleh dari: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan: Cv. Mitra

hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan serta persebaran penduduk.

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.Kemudian, perubahan kebudayaan mencakup aturan-aturan yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa8

Untuk menjelaskan proses perubahan, diskriminasi hingga pada tahap marginalisasi yang terjadi dalam masyarakat etnis Simalungun ini, peneliti akan menggunakan pendekatan prosesual

.

Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan ini tidak dapat dipisahkan karena permasalahan-permasalahan mengenai perubahan sosial tidak akan dapat mencapai pengertian yang benar tanpa mengaitkannya dengan perubahan kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan.

9

Koentjaranigrat (2010: 34), mengaitkan berbagai aktivitas manusia yang dilakukan dimuka bumi, atau yang berkaitan dengan kehidupan di bumi semuanya disebut sebagai bagian dari kebudayaan.Artinya budaya merupakan keseluruhan yang kompleks dalam kehidupan manusia.Kebudayaan didalamnya

.

Dahrendolf (dalam Haryanto, 2012:49), melihat bahwa “masyarakat terdiri dari karakteristik yang saling berdampingan, yakni unit yang statis dan unit dinamis selain integrasi dan konflik.Elemen-eleiemen variabel dinamik yang mempengaruhi konstruksi struktur sosial bukan berasal dari luar sistem, melainkan berasal dari dalam sistem itu sendiri.

8 Diperoleh dari: catatan penulis semasa kuliah dalam bidang studi Teori Perubahan Sosial Budaya

9

Prosesual merupakan pendekatan dimana aspek yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah aspek historisnya.

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan atau moral, hukum adat istiadat, pola hidup dan interaksi hingga pada kesanggupan atau kebiasaan lainnya yang dapat dipelajari manusia.

Kemudian Manusia adalah makhluk hidup yang tidak bisa dilepaskan dengan alam dan lingkungannya. Kedua variabel ini saling terkait satu sama lainnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam di sekelilingnya.Lingkungan alam fisik adalah salah satu fakor utama bagi manusia untu dapat memepertahankan hidupnya.Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, dengan akal yang dimiliknya inilah manusia mampu mengolah alam di sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.

Dalam hal ini Antropologi ekologi10digunakan untuk mengkaji permasalahan manusia dan lingkungan dengan menggunakan konsep-konsep antropologi, dikarenakan permasalahan lingkungan selalu saling mempengaruhi dengan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat.Dalam Antopologi ekologi, keadaan masa kini kemungkinan mempengaruhi kehidupan yang akan datang, beitu pula keadaan masa kini yang dipengaruhi kehidupan masa lalu11

Jadi, hal-hal yang menjadi pokok kajiannya adalah manusia, lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat yang menghasilkan pola pikir dan pola perilaku adaptasi untuk mempertahankan hidup di lingkungannya

.

12

Secara etimoloogi “marginalisasi” berasal dari kata “marginal” yang berarti berhubungan dengan tepi, pinggir, dan batas. Menurut Fakih

.

10

Antropologi ekologi adalah suatu kajian di dalam ilmu antropologi yang mengkaji khusus tentang ekologi manusia, yaitu manusia, lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat

11 Diperoleh dari: catatan peneliti selama mengikuti perkuliahan antopologi ekologi 12 Sumber: http://thacozant.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

“Marginalisasi berarti proses menjadikan kelompok tertentu berada pada posisi tepi, terpinggirkan, atau tidak berdaya berekspresi.

Proses marginalisasi hampir sama dengan proses pemiskinan ataupundiskriminasi. Hal ini terjadi karena pihak yang termarjinalkan tidak diberikan kesempatan mengembangkan dirinya13

Marjinalisasi disebut dengan berbagai penamaan, dalam studi Kajian

Budaya sering disebut dengan “the other” (sang liyan atau yang lain). Ia yang

mengalami proses marjinalisasi, ia juga disebut subaltern .

Artinya, peminggiran oleh sekelompok orang dan merupakan sebuah proses sosial yang membuat masyarakat menjadi marjinal, baik terjadi secara alamiah maupun dikreasikan sehingga masyarakat memiliki kedudukan sosial yang terpinggirkan atau tidak dapat berkembang.

Marginalisasi adalah suatu posisi korban dalam hubungan oposisi biner (binary oposision) dari paham modernisme.Dalam kenyataan “ia” atau “mereka” yang terpinggirkan atau tidak dapat mengembangkan diri adalah orang yang dianggap kalah.Dalam dunia kehidupan masa kini yang penuh ketidakadilan terdapat banyak korban dan posisi marjinal.Dalam paradigma keilmuan lainnya marjinalisasi dianggap sebagai penyakit atau penyimpangan (patologi).

14

(Anthonio Gramsci dan Gayatri Chakravotry Spivak)15

13dalam hal ini saya melihat pada lokasi yang akan dilakukan penelitian prosesnya lebih dari itu, karena orang-orang Simalungun tidak dapat berkembang di wilayah kekuasaannya sendiri.

14

Subaltern dalam kamus bahasa Indonesia artinya bawahan

15Nezar Patria dan Andi Anif, 2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. Kata sub melekat dalam keterpinggiran karena kenyataan “ia” tersubordinasi. Marjinalisasi dalam hal ini merujuk pada posisi dan keberadaan masyarakat Etnis Simalungun yang di daerah tersebut

tertepikan, termarjinal, tidak berdaya, kalah, dan tidak dapat berkembang maupun bersaing dengan kelompok-kelompok masyarakat etnis lain (pendatang).

Dalam menganalisis penelitian ini, digunakan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.Teori yang digunakan adalah teori yang erat kaitannya dengan perspektif sosial budaya, seperti teori Hegemoni Gramsci.

Teori hegemoni pertama kali diperkenalkan oleh Anthonio Gramsci (1891-1937) seorang filsuf Marxis dari Italia. Kata hegemoni berasal dari bahasa Yunani “hegeistai” yang berarti pemimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan lain. Jadi titik awal tentang hegemonial adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan keberadaannya berkuasa terhadap kelas-kelas dibawahnya dengan berbagai cara16

Menurut Gramsci, agar pihak yang dikuasai mematuhi penguasa, maka yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma-norma penguasa, tetapi juga harus memberikan persetujuan atas subordinasi mereka

.

17

16

Nezar Patria dan Andi Anif, 2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

17Nezar Patria dan Andi Anif.2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.(Hlm: 117)

. Terkait dengan hal ini hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan eksistensi, kepemimpinan, politik dan ideologis.Teori ini dapat diaplikasikan untuk membedah masalah terjadinya marjinalisasi etnis asli di Simalungun terlebih dengan adanya KEK Sei Mangkei yang sedang dalam tahap pembangunan dan pengembangan. Dalam proses marginalisasi, hubungan

antar agama, etnisitas, serta konflik-konflik politik juga menjadi salah satu perhatian penyebab utama.

Menurut teori Identitas sosial (Coser 1956: 4)18

Dengan demikian, kontestasi

, diskriminasi dan konflik dipicu oleh persaingan antar kelompok didalam masyarakat untuk merebut sumberdaya yang terbatas.Pada pandangan lain (Tajfel dan Turner 1986: 7) yang mengatakan bahwa “proses psikologis antar individu maupun antarkelompok mendorong terciptanya konflik dan permusuhan melalui prasangkadan perilaku diskriminatif hingga memarjinalkan kelompok lain”.

19

Identitas

, kompetisi dan konflik kepentingan bukan kondisi yang diperlukan untuk membuat seseorang atau sekelompok bertentangan dengan kelompok atau orang lain, tetapi terutama oleh kategorisasi sosial, yakni perpektif yang menganggap bahwa ssetiap orang adalah anggota kelompok.

yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi20

Sementara itu,

. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita.

identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap.

Dalam topik penelitian ini, Teori Identitas Sosial dalam Ilmu Antropologi digunakan untuk menjawab hal-hal terkait mengapa orang lebih memiliki

18

Teori Identitas Sosial, dikutip dari buku Masyarakat Indonesia, Vol 40 (I) 2014

19 Kontestasi dalam kamus besar bahasa indonesia artinya persaingan atau pertarungan atau sistem memperebutkan dukungan

preferensi21 terhadap kelompoknya sendiri, dan tidak terhadap kelompok yang lain. Identitas sosial ditempatkan sebagai bagian dari individu (citra) yang berasal dari proses kategorisasi dan perbandingan sosial. Kemudian individu akan berupaya untuk memperjuangkan positive in group distinctiveness22

Dalam hal ini terdapat pula pandangan terhadap kebebasan manusia dalam mengembangkan identitas yang juga merupakan pesoalan yang cukup actual dalam topik ini.Dimana ketika kelompok Etnis dalam hal ini Simalungun

,

dimana konsep diri yang positif kemudian menggunakan sikap-sikap positif dari kelompoknya dan mengemukakan sikap-sikap negative dari kelompok lain.

Dalam teori struktural-fungsional seperti (Durkheim 1933), (Parsons 1951), dan (Merton 1957) mengemukakan pandangan bahwa setiap orang adalah bagian atau representasi dari suatu kelompok, baik disadari ataupun tidak disadari.Menurut teori (Gijsberts dkk. 2004: 8), sikap dan perilaku bermusuhan antar kelompok sosial berawal dari proses psikologis yang menekankan pembentukan identitas kelompok, dan merupakan dampak dari identifikasi terhadap perilaku kelompok.

Sementara (Tajfel dan Turner1986: 8) mengatakan bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok adalah syarat yang mencukupi untuk menciptakan identifikasi dengan kelompok, dan untuk menyalurkan perilaku yang disukai terhadap kelompoknya (In-group favotirism) dan diskriminasi terhadap kelompok lain.

21

Preferensi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya selera, pilihan realitas dan kepuasan

22

Positive group distinctiveness, adalah dimana setiap individu akan mewujudkan identitas sosial positif, dan menentukan status dan nilai kelompoknya melalui perbandingan sosial dengan kelompok lain.

mulai menyadari dan merasakan perkembangan teknologi, migrasi, dan persaingan membuat eksistensinya23

Dalam mempertahankan eksistensi identitas bangsa, suatu bangsa siap bertempur mempertarukan nyawanya

menjadi terancam.

24

.Termasuk bagaimana Etnis Simalungun dalam mempertahankan identitasnya.Pada topik ini teori Eksistensialisme25