• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipertensi pada Lansia

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Takanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan darah yang kembali ke jantung.

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan

menjadi dua yaitu tekanan darah tinggi esensial (primer), tekanan darah tinggi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak jelas atau belum diketahui pasti penyebabnya. Tekanan darah tinggi esensial disebut juga tekanan darah tinggi primer atau idiopatik dan lebih dari 90% kasus tekanan darah tinggi termasuk dalam kelompok tekanan darah tinggi esensial. Penyebab tekanan darah tinggi esensial adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, faktor perilaku, faktor usia dan faktor psikis. Tekanan darah tinggi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan (Setiawati & Bustami, 2005). Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut:

Tabel 1

9

Penyebab Hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000), penyebab Hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stres, intake alkohol, merokok, lingkungan, demografi, dan gaya hidup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui , antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (

hipertiroid), penyakit kelenjar adrenalin (hiperaldosteronisme).

Upaya Pencegahan Hipertensi

Adapun upaya dalam tindak pencegahan penyakit hipertensi, yaitu:

Tahap Primer.Pencegahan primer adalah upaya mengubah faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum terjadinya gangguan pada tubuh dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya penyakit. Tahap pimer penatalaksanaan penyakit hipertensi merupakan upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi melalui program penyuluhan dan pengendalian faktor-faktor risiko kepada masyarakat luas dengan memprioritaskan pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi kejadian penyakit hipertensi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko agar

tidak terjadi penyakit hipertensi. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan diet, perubahan gaya hidup, manajemen stres dan lainnya.

Menurut Triyanto (2014), upaya pencegahan primer yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi adalah dengan cara merubah faktor risiko yang ada pada kelompok berisiko. Upaya-upaya yang dilakukan dalam

pencegahan primer terhadap penyakit hipertensi antara lain , pola makan yang baik, perubahan gaya hidup yang meliputi olahraga teraturmenghentikan konsumsi rokok, membatasi konsumsi alkohol, dan mengurangi berat badan.

Pola makan yang baik. Langkah yang dapat dilakukan adalah mengurangi

asupan garam dan lemak tinggi. Disamping itu, perlunya meningkatkan makan buah dan sayur. Setiap orang yang terbiasa dengan makanan yang berlemak, kemudian diubah menjadi makanan yang termasuk vegetarian biasanya

membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian dukungan keluarga. Selain itu, hal yang perlu diubah adalah mengurangi

konsumsi kopi, karena kafein dalam kopi merangsang kelenjar-kelenjar adrenal, yang dapat meningkatkan salah satu faktor penyebab stres setelah 18 jam. Kafein pada kopi sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak jantung..

Perubahan gaya hidup. Adpun perubahan aya hidup yang harus dilakukan yaitu:

Olahraga teratur. Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dan

bersifat aerobik, karena kedua sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah.

Olahraga aerobik maksudnya olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya, jogging, senam, renang, dan bersepeda.

11

Menghentikan konsumsi rokok. Tembakau mengandung nikotin yang

memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan ke seluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.

Membatasi konsumsi alkohol. Minum alkohol secara berlebihan telah

dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan tekanan darah sebesar 2-4 mmHg.

Mengurangi berat badan. Berat badan adalah satu yang paling erat

kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan olah raga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan.

Tahap Sekunder.Penanganan tahap sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi akibat serangan berulang. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis atau pemeriksaan ke dokter, sehingga penanganannya lebih mudah dilakukan.

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

Tahu (know). Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Analisis (analysis). Analisa diartikan kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

13

Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Evaluasi (evaluation ). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung.

Umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

Minat. Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Pengalaman. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh

individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

Informasi. Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Eliza, dkk (2015), dari data yang didapatkan dari kuesioner, sebagian besar responden sudah mengetahui apa itu gejala hipertensi dan nilai tekanan darah normal manusia namun masih belum paham mengenai definisi hipertensi. Sebagian besar 46.67% responden menjawab hipertensi adalah keadaan stress tinggi, banyak berfikir, sedangkan yang

menjawab benar atau penyakit hipertensi adalah penyakit kenaikan tekanan darah hanya 21%. Responden lansia sudah mengetahui berapa nilai tekanan darah normal, 69,50% responden menjawab benar yaitu tekanan darah normal pada manusia adalah kurang dari 130/80 mmHg, namun harus ada penyamaan persepsi lagi tentang pengetahuan nilai tekanan darah normal manusia. Sebagian besar atau 67,60% responden menjawab gejala hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat di tengkuk. Meskipun hipertensi biasanya tanpa gejala (asimtomatik) namun gejala yang paling sering dirasakan penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat di tengkuk. Melalui data yang didapatkan dari kuesioner mengenai

15

pencegahan hipertensi, 47,61% responden menjawab bahwa hipertensi adalah penyakit yang dapat dicegah.

Berdasarkan hasil penelitian pada 78 responden yang dilakukan Prasetyo (2013) bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang hipertensi masih kurang, yaitu sebanyak 38 responden (48.7%), pengetahuan esponden yang baik sebanyak 21 (26.9%) dan responden yang tingkat pengetahuannya cukup 19 (24.4%).

Selanjutnya upaya dalam pencegahan tentang hipertensi yaitu responden masih banyak yang kurang dalam upaya pencegahan kekambuhan hipertensi sebanyak 20 responden (25.6%).

Sikap (Attitude)

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku. Perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek.

Sikap mempunyai tiga komponen pokok,yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu :

Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek

mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

Menanggapi (responding). Menanggapi artinya memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Menghargai (valving). Menghargai diartikan subjek,atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab merupakan sikap

yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko.

Menurut hasil penelitian Susiati (2016) bahwa sebagian besar responden (lansia) masih banyak yang belum mempunyai sikap positif untuk melakukan perawatan penyakit hipertensi seperti, jarang mengikuti senam lansia, selalu mengonsumsi makanan yang mengandung kadar garam tinggi, dan lansia laki-laki masih suka merokok dan minum kopi. Kegiatan-kegiatan tersebut masih belum

17

dapat dihentikan oleh para lansia sehingga banyak dari mereka yang masih sering mengalami kekambuhan penyakit hipertensi.

Pola makan

Menurut Palmer dan William (2005), hipertensi ada kaitannya dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Pola makan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak (kolesterol), rendah natrium, dan tinggi serat yaitu 30 gr/hari telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.

Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, lambat laun akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arterosklerosis). Akibatnya, pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini akan mengakibatkan tahanan aliran darah dalam pembuluh menjadi naik (Wirakusumah, 2001). berdasarkan pelnelitian yang dilakukan Dewi (2015), batasan asupan untuk konsumsi lemak (kolesterol) pada penderita hipertensi yaitu kurang dari 200 mg/dl.

Menurut Depkes (2006) , selain konsumsi makanan berlemak, konsumsi garam juga dapat meningkatkan tekanan darah. Garam

menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam ≤ 3 gram biasanya tekanan darahnya rata - rata

rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.

Menurut Basha (2004), melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang

terganggu. Asupan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium ±1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi, penurunan lebih sedikit pada individu dengan tekanan darah normal. Respon perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi diantara individu dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor usia.

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan

makanan atau ditambahkan pada waktu memasak dan mengolah makanan.

Makanan yang berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari pada makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Sebagian besar makanan yang diproses termasuk roti dan sereal, makanan siap saji dan saus mengandung kadar garam yang tinggi .Dianjurkan untuk

mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam

19

merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung (Nurlita, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden yang dilakukan Choirun (2011), sebagian besar dari 20 responden (70%) responden mempunyai pola makan yang tidak sesuai diet hipertensi. Faktor yang mempengaruhi pola makan responden adalah faktor usia bahwa sebagian besar responden (60%) berusia >60 tahun. Dimana usia tersebut sudah memasuki masa dimensia. Pola makan yang salah pada usia >60 tahun disebabkan selera makan seseorang berkurang, kemampuan mencerna makanan juga berkurang, juga bisa disebabkan oleh kurangnya peran serta keluarga dalam menyediakan menu makanan. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan yang berbeda untuk

mengendalikan tekanan darah. Disamping itu responden juga kurang pengetahuan dan peran serta keluarga tentang pola makan yang sesuai untuk penderita

hipertensi.

Lansia

Lanjut Usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu, Usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, Lansia (Elderly) yaitu usia 60-74 tahun,

Lansia tua (Old) yaitu usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.

Adapun Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:

1. Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia lajut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2. Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64)

3.Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia diatas 65 tahun.

Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya memengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

Kebutuhan Gizi Lansia

Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang

dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan.

Selain itu, energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik seperti saat masih muda. Oleh karena itu, mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun ke atas menjadi sangat penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Dengan demikian, sudah selayaknya membatasi jumlah asupan makanan.

Untuk lansia, kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria ialah 2200 kalori dan pada wanita

21

ialah 1850 kalori. Menurut WHO, seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energi sebanyak 5% dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun dikurangi lagi sebanyak 5%.

Selanjutnya , pada usia 60-70 tahun, konsumsi energi dikurangi lagi sebanyak 10%, dan setelah berusia di atas 70 tahun sekali lagi dikurangi 10 %.

Pada usia lanjut jumlah sel yang aktif menurun, jadi bukan karena metabolisme yang menurun. Penyelidikan menunjukkan dengan

bertambahnya umur, organ-organ tubuh pun kehilangan jumlah banyak sel. Organ-organ yang diambil dari binatang percobaan dari binatang muda dan tua, menunjukkan kehilangan sel pada jaringan otot jantung binatang tua. Demikian pula pada otot anggota badan, ginjal, dan otak.

Sedangkan penyelidikan dengan pengukuran aktivitas enzim,

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sel dari jaringan yang tua dan muda bila dihubungkan deng an jumlah DNA. Oleh karena itu penyusunan diet usia lanjut pun banyak faktor yang perlu diperhatikan.

Faktor–Faktor yang Memengaruhi Pola Makan Lansia

Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang meyebabkan disfungsi organ dan meyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pola makan lansia yaitu:

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.

3. Esophagus / kerongkongan mengalami pelebaran.

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep gambaran pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kisaran, Kab. Asahan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

lansia penderita hipertensi

Sikap lansia penderita hipertensi

Pola Makan Lansia

23

Keteranngan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Penjelasan kerangka konsep diatas yaitu pengetahuan dan sikap dapat memengaruhi pola makan pada lansia dan pola makan dapat memengaruhi kejadian hipertensi.

Dokumen terkait