• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN POLA MAKAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUTIARA, KECAMATAN KISARAN TIMUR, ASAHAN TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN POLA MAKAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUTIARA, KECAMATAN KISARAN TIMUR, ASAHAN TAHUN 2018"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh RIZKI AUDINA NIM : 141000196

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN POLA MAKAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MUTIARA, KECAMATAN KISARAN TIMUR, ASAHAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh RIZKI AUDINA NIM : 141000196

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

“Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara, Kecamatan Kisaran Timur, Asahan Tahun 2018” berserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini , Saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan , Agustus 2018

Rizki Audina

(4)

Judul Skripsi : Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara, Kota Kecamata Kisaran Timur, Asahan Tahun 2018.

Nama Mahasiawa : Rizki Audina Nomor Induk Mahasiswa : 141000196

Departemen : Gizi Kesehatan Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

( Fitri Ardiani, S.K.M, M.P.H ) NIP. 19820729 200812 2 002

Dekan

( Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si ) NIP. 19680320 199308 2 001

Tanggal Lulus : Senin, 17 September 2018

(5)

fungsi tubuh tidak berjalan dengan normal.Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di beberapa wilayah kerja puskesmas Mutiara Kisaran Timur Kabupaten Asahan pada 15 lansia penderita hipertensi bahwa kambuhnya hipertensi disebabkan oleh pola makan yang tidak sesuai dengan diet hipertensi yang seharusnya yaitu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam (natrium), makanan yang mengandung lemak yang tinggi, dan kurangnya mengonsumsi makanan yang tinggi serat. Banyak faktor yang memengaruhinya seperti pengetahuan dan sikap para lansia tentang penyakit hipertensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Mutiara Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional dengan sampel penelitian sama dengan populasi yaitu 51 lansia penderita hipertensi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap yang baik tidak selamanya berbanding lurus dengan pola makan yang baik pula.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengetahuan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Mutiara Kisaran Timur Kabupaten Asahan termasuk dalam kategori baik, sikap para lansia termasuk dalam kategori cukup, dan pola makan lansia tidak sesuai dengan diet hipertensi yang harus dilakukan.Kepada pihak puskesmas agar memberikan informasi mengenai pola makan yang sesuai dengan diet hipertensi kepada para lansia penderita hipertensi agar mereka lebih memahami bagaimana tindakan pencegahan kekambuhan penyakit yang diderita.

Kata Kunci: hipertensi, lansia, pengetahuan, pola makan, sikap

(6)

ABSTRACT

Hypertension is suffered by the elderly, because the older it will experience physiological changes, organ weakness, physical deterioration so that the body's function does not work normally. Preliminary survey results were carried out in several working areas of Mutiara Kisaran Timur Health Center in Asahan District in 15 elderly hypertension patients Hypertension is caused by a diet that is not in accordance with the hypertensive diet that is supposed to consume lots of foods that contain high levels of salt (sodium), foods that contain high fat, and lack of foods that are high in fiber. Many factors influence it such as the knowledge and attitudes of the elderly about hypertension. The purpose of this study was to find out how the knowledge, attitudes, and diet of elderly hypertension sufferers in the working area of Mutiara Kisaran Timur Health Center, Asahan Regency. This type of research is a descriptive survey with a cross sectional design with a sample of the same population as 51 elderly hypertensive patients and using a questionnaire as a research instrument. The results of this study are that knowledge and good attitude are not always directly proportional to a good diet. The conclusion of this study is that the knowledge of elderly hypertension sufferers in the working area of Mutiara Kisaran Timur Health Center in Asahan Regency is included in the good category, the attitudes of the elderly are included in the sufficient category, and the elderly diet is not in accordance with the hypertension diet that must be done. regarding eating patterns that are in accordance with the hypertension diet for the elderly with hypertension so that they better understand how to prevent recurrence of the disease.

Keywords: attitude, elderly, food pattern, hypertension, knowledge

(7)

Sikap, dan Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan Tahun 2018”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Fitri Ardiani, SKM, M.P.H., selaku Dosen Pembimbing dan juga Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Ernawati Nasution,S.K.M.,M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D., selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(8)

7. Prof. Dr. Dra.Ida Yustina, M.Si

selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam member informasi apapun yang penulis butuhkan.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama mengikuti pendidikan.

10. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian beserta staf pegawai bidang Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan informasi kepada penulis.

11. Kepala Puskesmas Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian beserta petugas Kesehatan.

12. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda IR. Amirudin Siagian dan Ibunda Hani Barlian Panjaitan, serta adinda Ridho Ardiansyah. senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi serta kasih sayang kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Medan, Agustus 2018 Penulis

Rizki Audina

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

RIWAYAT HIDUP xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan penelitian 5

Tujuan Umum 5

Tujuan Khusus 5

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi Pada Lansia 7

Klasifikasi Hipertensi 8

Penyebab Hipertensi 9

Upaya Pencegahan Hipertensi 9

Tahap Primer 9

Tahap Sekunder 11

Pengetahuan 12

Sikap 15

Pola Makan 17

Lansia 19

Kebutuhan Gizi Lansia 20

Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Pola Makan Lansia 21

Kerangka Konsep 22

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian 24

Lokasi dan Waktu Penelitian 24

(11)

Variabel dan Defenisi Operasional 25

Metode Pengukuran 26

Instrumen Penelitian 29

Metode Analisis Data 29

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Puskesmas 30

Karakteristik Responden 32

Kejadian Hipertensi 34

Pengetahuan Responden 35

Sikap Responden 37

Pola Makan Responden 39

PEMBAHASAN

Gambaran Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi 41 Gambaran Pengetahuan LansiaPenderita Hipertensi 44 Gambaran Sikap Lansia Penderita Hipertensi 48 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 51

Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Klasifikasi Hipertensi 8

2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 32 Jenis Kelamin

3 Distribusi Frekuensi Usia Responden 32

4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 33 Pendidikan

5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 33 Pekerjaan

6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 34 Lama Menderita Hipertensi

7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 34 Riwayat Keluarga

8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 35 Pengetahuan Responden

9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan 36 Pertanyaan tentang Hipertensi

10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 37 Sikap Responden

11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Berdasarkan 38 pernyataan tentang Hipertensi

12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 39 Pola Makan Responden

13 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Pengetahuan Lansia 40 Penderita Hipertensi

(13)

1 Kerangka Konsep Penelitian 22

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 54

2 Master Data 59

3 Output Hasil 62

4 Dokumentasi Penelitian 71

5 Surat Permohonan Izin Penelitian 73

6 Surat Telah Sselesai Penelitian 74

(15)

18 Maret 1996 dari pasangan Bapak Amirudin Siagian yang bersuku Batak Toba dan Ibu Hani Barlian Panjaitan yang bersuku bangsa Batak Toba dan menganut agama Islam. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 2001 di Taman Kanak-Kanak (TK) Ar-Rahman Kisaran. Selanjutnya pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kisaran kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 6 Kisaran, dan tamat pada tahun 2011. Penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Kisaran pada tahun yang sama dan tamat pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mengambil peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat dan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Bulan Agustus tahun 2018.

Medan, Agustus 2018

Rizki Audina

(16)

Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap, yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia (lansia). Lanjut Usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: Usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, Lansia (Elderly) yaitu usia 60-74 tahun, Lansia tua (Old) yaitu usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.

Lanjut usia akan mengalami berbagai perubahan fisiologis, diantaranya adalah terjadi perubahan atau penurunan dari fungsi sistem tubuh. Kemunduran sel-sel yang terjadi pada usia lanjut dapat menyebabkan penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, juga timbulnya berbagai macam penyakit seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner, kolesterol dan gangguan ginjal.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi pada umur lebih dari atau sama dengan 18 tahun (termasuk lansia) di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 %. Jadi, terdapat 0,1 % penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga Kesehatan.

(17)

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur lebih dari atau sama dengan 18 tahun sebesar 25,8 %. Jadi, cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8 %, sebagian besar 63,2 % kasus hipertensi di

masyarakat tidak terdiagnosis, kemungkinan dikarenakan oleh tidak adanya pengetahuan tentang gejala ataupun faktor penyebab terjadinya hipertensi.

Menurut Amiruddin (2007), di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.

Prevalensi 6-15% pada orang dewasa termsuk lansia, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya , dan 90% merupakan hipertensi esensial (primer).

Pengetahuan sangat penting dalam hal bagaimana cara memelihara kesehatan, menghindari munculnya penyakit, bahkan mencegah kambuhnya penyakit. Menurut Utomo (2013), Ada hubungan antara pengetahuan dan hipertensi pada lansia. Kurangnya pengetahuan akan memengaruhi upaya

mengatasi kekambuhan agar tidak terjadinya komplikasi. Menurut penelitian Ayu (2016) bahwa pengetahuan tidak selalu menjadi pertimbangan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Tingkat pengetahuan yang baik tidak selalu

berbanding lurus dengan tindakan kepatuhan lansia terhadap diet hipertensi maupun pengobatan hipertensi.

Menurut hasil penelitian Susiati (2016) bahwa sebagian besar lansia masih banyak yang belum mempunyai sikap positif untuk melakukan perawatan penyakit hipertensi seperti, jarang mengikuti senam lansia, selalu mengonsumsi

(18)

3

makanan yang mengandung kadar garam tinggi, dan lansia laki-laki masih suka merokok dan minum kopi. Kegiatan-kegiatan tersebut masih belum dapat dihentikan oleh para lansia sehingga banyak dari mereka yang masih sering mengalami kekambuhan penyakit hipertensi.

Pola makan adalah perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, frekuensi, cara pengolahan dan pemilihan makanan (Sulistyoningsih,2011). Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit hipertensi (AS,2010).

Menurut Solehatul (2015), kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar.

Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan kesehatan lanjut usia di Puskesmas Mutiara Kisaran yang dilakukan setiap bulannya, bahwa jenis penyakit yang terdata oleh Puskesmas Mutiara Kisaran dan diderita oleh para lansia di wilayah kerjanya tersebut yaitu penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Kolesterol, Anemia, dan Gangguan Ginjal.

Persentase dari masing-masing penyakit tersebut yaitu Hipertensi sebesar 20.3%, Anemia 13.9%, Kolesterol 15.5%, Diabetes Mellitus 18,9%, dan gangguan ginjal 9.5%. Berdasarkan persentase masing-masing penyakit tersebut dapat diketahui bahwa persentase penyakit tertinggi yang diderita lansia yaitu penyakit Hipertensi

(19)

yang terdiri dari 51 orang dengan persentase lansia laki-laki yaitu 47.9 % dan lansia perempuan yaitu 52.1%.

Menjauhi makanan yang berlemak, mengandung banyak garam (natrium) dan makanan siap saji (mengandung sodium yang tinggi) adalah suatu cara untuk mengontrol pola makan agar penyakit hipertensi yang di derita tidak kambuh.

American Heart Association (dalam Choirun Anisah, 2011) menyarankan

konsumsi garam sebanyak satu sendok teh per hari. Sementara kebutuhan lemak sangat kecil, disarankan kurang dari 30% dari konsumsi kalori setiap hari.

Lemak tersebut dibutuhkan untuk menjaga organ tubuh tetap bekerja dan berfungsi dengan baik. Selanjutnya diketahui bahwa kambuhnya penyakit

hipertensi yang melatarbelakangi para lansia datang berobat di setiap pelaksanaan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mutiara disebabkan oleh asupan makanan mereka yang tidak dikontrol.

Masalah para lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas tersebut yaitu mereka mengetahui bahwa sudah ada penyakit yang diderita olehnya, tetapi tetap saja mengonsumsi makanan yang dilarang seperti makan makanan yang mengandung lemak tinggi, misalnya makanan bersantan, banyak mengonsumsi makanan cepat saji yang mengandung natrium dan sodium yang tinggi, konsumsi rokok dan juga kopi. Berdasarkan hasil survei awal kepada 15 lansia dilapagan dapat diketahui bahwa rata-rata penambahan garam dalam masakan yaitu satu sendok teh. Namun dalam penggunaan penyedap masakan melebihi ukuran yang ditentukan untuk penderita hipertensi pada lansia. Hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan bagaimana cara mereka menyikapi

(20)

5

selera makan terhadap makanan yang harusnya tidak dimakan oleh mereka.

Begitupula dengan pola makan pada lansia sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mereka. Apabila pola makan tersebut cenderung tidak sesuai dengan yang seharusnya dikhawatirkan akan kambuh dan semakin memperparah penyakit yang diderita.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan pola makan pada lansia penderita hipertensi wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kisaran, Kabupaten Asahan tahun 2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini: “ Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan pola makan para lansia yang menderita penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Mutiara Kisaran, Kabupaten Asahan Tahun 2018”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dilakukan dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan pola makan para lansia yang menderita penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mutiara, Kisaran, Kabupaten Asahan Tahun 2018”.

Tujuan Khusus. Adapun tujuan khususnya yaitu:

(21)

1. Mengetahui karakteristik lansia penderita hipertensi seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

2. Mengetahui jenis dan jumlah konsumsi makanan lansia penderita hipertensi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak puskesmas yang berguna tentang bagaimana pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mutiara, Kota Kisaran, Kab. Asahan, sebagai referensi dalam pembuatan suatu program kesehatan atau penyuluhan untuk menurunkan prevalensi terjadinya penyakit hipertensi pada lansia dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi salah satu sumber bacaan dan bahan masukan bagi anggota keluarga dan bagi lansia penderita hipertensi tersebut untuk lebih memperhatikan kesehatan lansia. Peneliti juga mendapatkan informasi dan wawasan tentang bagaimana pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mutiara, Kisaran, Kab. Asahan dan sebagai pengaplikasian ilmu yang di dapat selama berada di bangku kuliah.

(22)

Tinjauan Pustaka

Hipertensi pada Lansia

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Takanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan darah yang kembali ke jantung.

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

(23)

Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan

menjadi dua yaitu tekanan darah tinggi esensial (primer), tekanan darah tinggi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak jelas atau belum diketahui pasti penyebabnya. Tekanan darah tinggi esensial disebut juga tekanan darah tinggi primer atau idiopatik dan lebih dari 90% kasus tekanan darah tinggi termasuk dalam kelompok tekanan darah tinggi esensial. Penyebab tekanan darah tinggi esensial adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, faktor perilaku, faktor usia dan faktor psikis. Tekanan darah tinggi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan (Setiawati & Bustami, 2005). Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut:

Tabel 1

Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre-hipertensi 120-139 80-89 Hypertensi Stage 1 140-159 90-99

Hypertensi Stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber : Klasifikasi Hipertensi Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Boold Preassure (JNC-VII) tahun 2003.

(24)

9

Penyebab Hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000), penyebab Hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stres, intake alkohol, merokok, lingkungan, demografi, dan gaya hidup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui , antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (

hipertiroid), penyakit kelenjar adrenalin (hiperaldosteronisme).

Upaya Pencegahan Hipertensi

Adapun upaya dalam tindak pencegahan penyakit hipertensi, yaitu:

Tahap Primer.Pencegahan primer adalah upaya mengubah faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum terjadinya gangguan pada tubuh dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya penyakit. Tahap pimer penatalaksanaan penyakit hipertensi merupakan upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi melalui program penyuluhan dan pengendalian faktor-faktor risiko kepada masyarakat luas dengan memprioritaskan pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi kejadian penyakit hipertensi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko agar

(25)

tidak terjadi penyakit hipertensi. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan diet, perubahan gaya hidup, manajemen stres dan lainnya.

Menurut Triyanto (2014), upaya pencegahan primer yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi adalah dengan cara merubah faktor risiko yang ada pada kelompok berisiko. Upaya-upaya yang dilakukan dalam

pencegahan primer terhadap penyakit hipertensi antara lain , pola makan yang baik, perubahan gaya hidup yang meliputi olahraga teraturmenghentikan konsumsi rokok, membatasi konsumsi alkohol, dan mengurangi berat badan.

Pola makan yang baik. Langkah yang dapat dilakukan adalah mengurangi

asupan garam dan lemak tinggi. Disamping itu, perlunya meningkatkan makan buah dan sayur. Setiap orang yang terbiasa dengan makanan yang berlemak, kemudian diubah menjadi makanan yang termasuk vegetarian biasanya

membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian dukungan keluarga. Selain itu, hal yang perlu diubah adalah mengurangi

konsumsi kopi, karena kafein dalam kopi merangsang kelenjar-kelenjar adrenal, yang dapat meningkatkan salah satu faktor penyebab stres setelah 18 jam. Kafein pada kopi sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak jantung..

Perubahan gaya hidup. Adpun perubahan aya hidup yang harus dilakukan yaitu:

Olahraga teratur. Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dan

bersifat aerobik, karena kedua sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah.

Olahraga aerobik maksudnya olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya, jogging, senam, renang, dan bersepeda.

(26)

11

Menghentikan konsumsi rokok. Tembakau mengandung nikotin yang

memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh- pembuluh darah didalam paru dan diedarkan ke seluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.

Membatasi konsumsi alkohol. Minum alkohol secara berlebihan telah

dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan tekanan darah sebesar 2-4 mmHg.

Mengurangi berat badan. Berat badan adalah satu yang paling erat

kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan olah raga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan.

Tahap Sekunder.Penanganan tahap sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi akibat serangan berulang. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis atau pemeriksaan ke dokter, sehingga penanganannya lebih mudah dilakukan.

(27)

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

Tahu (know). Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Analisis (analysis). Analisa diartikan kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

(28)

13

Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.

Evaluasi (evaluation ). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung.

Umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

(29)

Minat. Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Pengalaman. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh

individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

Informasi. Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Eliza, dkk (2015), dari data yang didapatkan dari kuesioner, sebagian besar responden sudah mengetahui apa itu gejala hipertensi dan nilai tekanan darah normal manusia namun masih belum paham mengenai definisi hipertensi. Sebagian besar 46.67% responden menjawab hipertensi adalah keadaan stress tinggi, banyak berfikir, sedangkan yang

menjawab benar atau penyakit hipertensi adalah penyakit kenaikan tekanan darah hanya 21%. Responden lansia sudah mengetahui berapa nilai tekanan darah normal, 69,50% responden menjawab benar yaitu tekanan darah normal pada manusia adalah kurang dari 130/80 mmHg, namun harus ada penyamaan persepsi lagi tentang pengetahuan nilai tekanan darah normal manusia. Sebagian besar atau 67,60% responden menjawab gejala hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat di tengkuk. Meskipun hipertensi biasanya tanpa gejala (asimtomatik) namun gejala yang paling sering dirasakan penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat di tengkuk. Melalui data yang didapatkan dari kuesioner mengenai

(30)

15

pencegahan hipertensi, 47,61% responden menjawab bahwa hipertensi adalah penyakit yang dapat dicegah.

Berdasarkan hasil penelitian pada 78 responden yang dilakukan Prasetyo (2013) bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang hipertensi masih kurang, yaitu sebanyak 38 responden (48.7%), pengetahuan esponden yang baik sebanyak 21 (26.9%) dan responden yang tingkat pengetahuannya cukup 19 (24.4%).

Selanjutnya upaya dalam pencegahan tentang hipertensi yaitu responden masih banyak yang kurang dalam upaya pencegahan kekambuhan hipertensi sebanyak 20 responden (25.6%).

Sikap (Attitude)

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku. Perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek.

Sikap mempunyai tiga komponen pokok,yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

(31)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu :

Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek

mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

Menanggapi (responding). Menanggapi artinya memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Menghargai (valving). Menghargai diartikan subjek,atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab merupakan sikap

yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko.

Menurut hasil penelitian Susiati (2016) bahwa sebagian besar responden (lansia) masih banyak yang belum mempunyai sikap positif untuk melakukan perawatan penyakit hipertensi seperti, jarang mengikuti senam lansia, selalu mengonsumsi makanan yang mengandung kadar garam tinggi, dan lansia laki-laki masih suka merokok dan minum kopi. Kegiatan-kegiatan tersebut masih belum

(32)

17

dapat dihentikan oleh para lansia sehingga banyak dari mereka yang masih sering mengalami kekambuhan penyakit hipertensi.

Pola makan

Menurut Palmer dan William (2005), hipertensi ada kaitannya dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Pola makan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak (kolesterol), rendah natrium, dan tinggi serat yaitu 30 gr/hari telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.

Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, lambat laun akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arterosklerosis). Akibatnya, pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini akan mengakibatkan tahanan aliran darah dalam pembuluh menjadi naik (Wirakusumah, 2001). berdasarkan pelnelitian yang dilakukan Dewi (2015), batasan asupan untuk konsumsi lemak (kolesterol) pada penderita hipertensi yaitu kurang dari 200 mg/dl.

Menurut Depkes (2006) , selain konsumsi makanan berlemak, konsumsi garam juga dapat meningkatkan tekanan darah. Garam

menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam ≤ 3 gram biasanya tekanan darahnya rata - rata

(33)

rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.

Menurut Basha (2004), melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang

terganggu. Asupan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium ±1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi, penurunan lebih sedikit pada individu dengan tekanan darah normal. Respon perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi diantara individu dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor usia.

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan

makanan atau ditambahkan pada waktu memasak dan mengolah makanan.

Makanan yang berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari pada makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Sebagian besar makanan yang diproses termasuk roti dan sereal, makanan siap saji dan saus mengandung kadar garam yang tinggi .Dianjurkan untuk

mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam

(34)

19

merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung (Nurlita, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden yang dilakukan Choirun (2011), sebagian besar dari 20 responden (70%) responden mempunyai pola makan yang tidak sesuai diet hipertensi. Faktor yang mempengaruhi pola makan responden adalah faktor usia bahwa sebagian besar responden (60%) berusia >60 tahun. Dimana usia tersebut sudah memasuki masa dimensia. Pola makan yang salah pada usia >60 tahun disebabkan selera makan seseorang berkurang, kemampuan mencerna makanan juga berkurang, juga bisa disebabkan oleh kurangnya peran serta keluarga dalam menyediakan menu makanan. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan yang berbeda untuk

mengendalikan tekanan darah. Disamping itu responden juga kurang pengetahuan dan peran serta keluarga tentang pola makan yang sesuai untuk penderita

hipertensi.

Lansia

Lanjut Usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu, Usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, Lansia (Elderly) yaitu usia 60-74 tahun,

Lansia tua (Old) yaitu usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.

Adapun Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:

(35)

1. Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia lajut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2. Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64)

3.Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia diatas 65 tahun.

Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya memengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

Kebutuhan Gizi Lansia

Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang

dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan.

Selain itu, energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik seperti saat masih muda. Oleh karena itu, mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun ke atas menjadi sangat penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Dengan demikian, sudah selayaknya membatasi jumlah asupan makanan.

Untuk lansia, kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria ialah 2200 kalori dan pada wanita

(36)

21

ialah 1850 kalori. Menurut WHO, seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energi sebanyak 5% dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun dikurangi lagi sebanyak 5%.

Selanjutnya , pada usia 60-70 tahun, konsumsi energi dikurangi lagi sebanyak 10%, dan setelah berusia di atas 70 tahun sekali lagi dikurangi 10 %.

Pada usia lanjut jumlah sel yang aktif menurun, jadi bukan karena metabolisme yang menurun. Penyelidikan menunjukkan dengan

bertambahnya umur, organ-organ tubuh pun kehilangan jumlah banyak sel. Organ-organ yang diambil dari binatang percobaan dari binatang muda dan tua, menunjukkan kehilangan sel pada jaringan otot jantung binatang tua. Demikian pula pada otot anggota badan, ginjal, dan otak.

Sedangkan penyelidikan dengan pengukuran aktivitas enzim,

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sel dari jaringan yang tua dan muda bila dihubungkan deng an jumlah DNA. Oleh karena itu penyusunan diet usia lanjut pun banyak faktor yang perlu diperhatikan.

Faktor–Faktor yang Memengaruhi Pola Makan Lansia

Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang meyebabkan disfungsi organ dan meyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pola makan lansia yaitu:

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.

(37)

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.

3. Esophagus / kerongkongan mengalami pelebaran.

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep gambaran pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kisaran, Kab. Asahan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

lansia penderita hipertensi

Sikap lansia penderita hipertensi

Pola Makan Lansia

(38)

23

Keteranngan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Penjelasan kerangka konsep diatas yaitu pengetahuan dan sikap dapat memengaruhi pola makan pada lansia dan pola makan dapat memengaruhi kejadian hipertensi.

(39)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat untuk mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan pola makan lansia usia 60-74 tahun yang menderita hipertensi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mutiara, Kisaran, Kab.

Asahan. Alasan memilih lokasi ini karena lokasi tersebut memadai untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan sampel penelitian serta belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan pola makan lansia penderita Hipertensi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari - Juni tahun 2018.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi mulai dari usia 60-74 tahun termasuk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berjumlah 51 lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mutiara, Kisaran, Kab.Asahan yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Selawan, Kelurahan Mutiara, Kelurahan Siumbut Baru, Kelurahan Siumbut-umbut, Kelurahan Kedai Ledang, dan Kelurahan Sentang.

(40)

25

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi. Besar sampel penelitian sama dengan populasi (Total Sampling) yaitu 51 lansia penderita hipertensi.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan daa terbagi atas dua, yaitu data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

Data Primer.Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik penderita hipertensi yaitu : umur,

pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, serta perilaku penderita hipertensi yaitu pengetahuan, sikap dan pola makan para lansia di wilayah kerja puskesmas Mutiara Kisaran, Kab. Asahan

Data Sekunder.Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Pencatatan dan Pelaporan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Mutiara, Kisaran, Kab. Asahan tahun 2017-2018.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya usia hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan sampai pada saat wawancara yang dinyatakan dalam satuan tahun.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah

(41)

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan upah/penghasilan.

4. Jenis kelamin adalah status yang sesuai dengan keadaan alat reproduksi yang dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.

5. Hipertensi adalah tekanan darah dalam tubuh lansia dengan sistolik >140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pola makan penderita hipertensi.

7. Sikap adalah respon/penilaian responden yang masih tertutup dari lansia penderita hipertensi tentang pola makan terkait penyakit yang diderita.

8. Pola makan adalah segala sesuatu yang biasa di makan berdasarkan , jenis, jumlah, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia penderita

hipertensi.

a. Jenis makanan adalah ragam jenis makanan yang dikonsumsi lansia penderita hipertensi.

b. Jumlah adalah banyaknya makanan yang dimakan yang mengandung garam (natrium) yang tinggi yang dikonsumsi lansia penderita hipertensi.

Metode Pengukuran

Cara pengukuran pada penilitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memberi skor pada tiap butir-butir pertanyaan/pernyataan.

b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan/pernyataan.

(42)

27

c. Pengkategorian berdasarkan skor yang telah di jumlahkan.

Pengukuran Pengetahuan . Menurut Machfoed (2009), nilai

dikategorikan dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai dan diklasifikasikan dalam 3 kategori :

a. Nilai baik, apabila subjek mampu menjawab dengan benar, nilai diperoleh 76- 100% dari skor yang diperoleh.

b. Nilai cukup, apabila subjek mampu menjawab dengan benar, nilai diperoleh 56- 75% dari skor yang diperoleh.

c. Nilai kurang, apabila subjek mampu menjawab dengan benar, nilai diperoleh

<56% dari skor yang diperoleh.

Pengukuran pengetahuan diukur dengan 10 pertanyaan dan di isi dengan menggunakan tanda silang pada jawaban. Skor tertinggi yaitu 20. Setiap

pertanyaan diberi skor:

1. Jika pertanyaan dengan jawaban sesuai, maka diberi skor 2 2. Jika pertanyaan dengan jawaban tidak sesuai, maka diberi skor 1 3. Jika pertanyaan dijawab dengan jawaban tidak tau, maka diberi skor 0.

Maka total nilai tertinggi jika semua benar yaitu 20 dan nilai terendah 0.

Pengukuran Sikap. Menurut Sunaryo (2013), pengukuran sikap dilakukan

dengan menggunakan skala likert, dengan teknik Summated Rating. Responden diberikan pernyataan dengan beberapa kategori jawaban.Dengan jumlah

pernyataan10 dimana jawaban memiliki total nilai tertinggi adalah 30 dan terendah 10. Maka jawaban ini dapat diberi jawaban:

(43)

a. Jawaban setuju (kecuali pernyataan 2) diberi skor 3 b. Jawaban tidak kurang setuju diberi skor 2

c. Jawaban tidak setuju diberi skor 1.

Pada pernyataan nomor 2 memiliki jawaban dengan nilai negatif (tidak setuju) maka pada pernyataan tersebut diberi skor 3.

Dengan Kategori:

a. Baik : jika skor >75%

b. Kurang baik : jika skor 50% -75%

c. Tidak baik : jika skor <50%

Pengukuran Pola Makan. Pola makan diukur dengan menggunakan food recall dengan tujuan untuk mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi lansia

penderita hipertensi adalah makanan yang sesuai dengan diet hipertensi atau tidak.

Hal tersebut dapat dilihat dari konsumsi garam (sodium/natrium), lemak (kolesterol), dan serat. Adapun kategorinya yaitu:

1.Sesuai : dikatakan sesuai jika konsumsi makanan sesuai dengan diet hipertensi yaitu rendah garam (natrium/sodium), lemak (kolesterol), dan tinggi serat.

2. Tidak Sesuai : dikatakan tidak sesuai jika konsumsi makanan tidak sesuai dengan diet hipertensi yaitu rendah garam

(natrium/sodium), lemak (kolesterol), dan tinggi serat.

(44)

29

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik serta perilaku lansia penderita hipertensi terhadap pengetahuan, sikap, dan pola makan mereka dengan cara menyebarkan kuesioner dan delakukan pengisian kuesioner oleh responden.

Metode Analisis Data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sebelum dianalisa data dioalah dahulu melalui beberapa tahapan :

1. Data editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Data coding, suatu penyusunan secara sistematis data mentah (data yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolahan data seperti computer.

3. Data entering, memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam software pengolahan data.

4. Analisis data. Setelah data dimasukkan pada software dan kemudian data dianalisis.

(45)

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Mutiara terletak di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan, dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatas dengan kelurahan Karang Anyer dan Gambir Baru 2. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Meranti

3. Sebelah Selatan berbatas dengan PTP V Sei Dadap

4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Teladan dan Kisaran Naga.

Jumlah ketenagaan yang ada di Puskesmas Mutiara antara lain Dokter Umum 2 orang, dokter gigi 1 orang. Jumlah tenaga perawat sebanyak 9 orang, jumlah tenaga bidan sebanyak 24 orang ditambah 6 orang bidan desa. Jumlah tenaga sanitasi 1 orang, jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 6 orang, jumlah tenaga gizi 1 orang, jumlah perawat gigi 1 orang, D III analis lab sebanyak 1orang dan teknisi sebanyak 2 orang. Puskesmas mutiara memiliki 3 Puskesmas

Pembantu, dimana penyebarannya sangat memenuhi kriteria karena letaknya tidak berdekatan antara 1 Pustu dengan pustu yang lain dan tidak juga berdekatan dengan puskesmas induk. Sedangkan di ketiga Puskesmas Pembantu tidak terdapat dokter umum dan dokter gigi, tenaga kesehatan masyarakat 1

orang,tenaga kesehatan lingkungan (sanitasi) 1 orang, tenaga farmasi 2 orang, Teknisi medis 3 orang dan ini juga hanya di Puskesmas Induk.Tenaga perawat dan Bidan masing-masing ada di Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu.

(46)

31

Adapun pelayanan kesehatan untuk pra usila dan usila yaitu posyandu setiap desa/kelurahan. Puskesmas mutiara memiliki 6 posyandu di setiap desa /

kelurahan

Berdasarkan data yang tersedia diperoleh gambaran bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Kota Kisaran Timur pada tahun 2018 sebanyak 38.417 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga (RT) sebanyak 8.851 Rumah Tangga (RT), berada dalam wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Kota Kisaran Timur yang memiliki luas wilayah 1.762 km2.

Wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Kota Kisaran Timur memiliki 6 (enam) desa/kelurahan, yaitu Kelurahan Mutiara, Kelurahan Selawan, Kelurahan Siumbut Baru, Kelurahan Siumbut-umbut, Kelurahan Sentang, dan Kelurahan Kedai Ledang. Pada Tahun 2018 jumlah penduduk di Kelurahan Sentang lebih banyak yaitu 8.764 jiwa dan penduduk yang paling sedikit jumlahnya yaitu di Kelurahan Siumbut Baru yaitu 4.142 jiwa. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikatakan bahwa rata-rata penduduk dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, namun sebagian penduduk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi . Rata-rata penduduk adalah tamat SLTA. Selain itu di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Kota Kisaran Timur juga terdapat seklah agama (Madrasah) yang setara dengan sekolah umum, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).

(47)

Karakteristik Responden

Karakteristik digunakan untuk mengetahui keragaman dari responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan agar memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dari responden lansia penderita hipertensi.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n=51 Persentase (%)

Laki-laki 13 25,5

Perempuan 38 74,5

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 51 responden jenis kelamin yang paling banyak menderita hipertensi adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 38 responden (74,5%) dan laki-laki sebanyak 13 orang (25,5%).

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia n=51 Persentase (%)

60-65 26 51,0

66-70 16 31,4

71-74 9 17,6

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 51 responden penderita hipertensi yang paling banyak adalah rentang usia 60-65 tahun sebanyak 26 lansia (51%), rentang usia 66-70 tahun sebanyak 16 lansia (31,4%), dan rentang usia 71-74 yaitu sebanyak 9 lansia (17,6%).

(48)

33

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan n=51 Persentase (%)

SD 26 51

SMP 8 15,7

SMA 10 19,6

Akademi/

Perguruan Tinggi

7 13,7

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden tingkat pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 26 responden (51%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan batas SMA sebanyak 10 responden (1,.6%), responden yang memiliki tingkat pendidikan batas SMP sebanyak 8 responden (15,7%)dan responden yang memiliki pendidikan terendah yaitu tingkat akademi/perguruan tinggi yaitu 7 responden (13,7%).

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n=51 Persentase (%)

Pensiunan/tidaak bekerja 5 9,8

PNS/TNI/POLRI/BUMN 2 3,9

Wiraswasta/pedagang 19 37,3

Pegawai Swasta 0 0

Ibu Rumah Tangga 25 49

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 51 responden bahwa pekerjaan responden yang menderita hipertensi terbanyak yaitu responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 25 responden (49%).

Responden yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebanyak

(49)

(9,8%), responden yang memiliki pekerjaan sebagai Guru (PNS) yaitu sebanyak 2 orang (3,9%), dan tidak ada responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (0%).

Kejadian Hipertensi. kejadian hipertensi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu lama menderita hipertensi dan kejadian hipertensi berdasarkan riwayat keluarga dari responden (lansia) penderita hipertensi.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi berdasarkan Lama Menderita Hipertensi Lama menderita

hipertensi n=51 Persentase (%)

1 tahun 24 47,1

2-3 tahun 22 43,1

>3 tahun 5 9,8

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 lansia penderita hipertensi bahwa lama menderita hipertensi paling banyak adalah selama 1 tahun yaitu sebanyak 24 responden (47,1%), dan lama menderita hipertensi paling sedikit adalah > 3 tahun yaitu sebanyak 5 lansia (9,8%).

Tabel 7

Distribusi Frekuensi berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga n=51 Persentase (%)

Ada penderita hipertensi

8 15,7

Tidak ada penderita hipertensi

43 84,3

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden bahwa 43 responden (84,3%) tidak mempunyai riwayat penderita hipertensi dikeluarganya dan 8 responden (15,7%) mempunyai riwayat penderita hipertensi dikeluarganya.

(50)

35

Pengetahuan Responden

Pengetahuan lansia berperan penting dalam memahami bagaimana cara mengetahui dan memelihara kesehatan, terutama mengetahui dan memahami bagaimana cara mencegah penyakit yang diderita oleh lansia penderita hipertensi agar tidak kambuh. Pengkategorian tingkat pengetahuan responden dibagi atas tiga kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden

Pengetahuan Responden n=51 Persentase (%)

Baik 50 98

Kurang 1 2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden (lansia) penderita hipertensi di Puskesmas Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan terhadap pengetahuan hanya termasuk pada dua kategori, yaitu sebagian besar pengetahun responden ( lansia) penderita hipertensi berada pada kategori baik yaitu sebanyak 50 lansia dengan persentase 98%. Lansia yang memiliki pengetahuan yang kurang yaitu hanya 1 lansia dengan persentase 2%.

Selanjutnya, tidak ada lansia penderita hipertensi yang memiliki pengetahuan yang cukup.

(51)

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang Hipertensi

Pertanyaan Pengetahuan A B c

n % n % n %

1. Apakah saudara tau apa pengertian penyakit hipertensi?

51 100 0 0 0 0

2. Apakah yang dirasakan penderita hipertensi jika darah lebih dari 120/80 mmHg?

51 100 0 0 0 0

3. Apa saja yang dapat

meningkatkan tekanan darah pada penderita hipertensi?

50 98 0 0 1 2

4. Berapa anjuran penggunaan garam untuk penderita hipertensi?

47 92,2 0 0 4 7,8

5. Bisakah penderita hipertensi mengalami kekambuhan jika pola makannya tidak di kontrol?

51 100 0 0 0 0

6. Bolehkan penderita

hipertensi mengonsumsi kopi dan merokok?

11 21,6 37 72,5 3 5,9

7. Kenapa makanan yang mengandung MSG tidak boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi?

50 98 0 0 1 2

8. Apakah penderita hipertensi harus tidur dan istirahat yang cukup?

51 100 0 0 0 0

9. Apakah penderita hipertensi harus mengonsumsi serat (sayur/buah) yang tinggi?

51 100 0 0 0 0

10. Olahraga apa yang sesuai untuk lansia penderita hipertensi?

34 66,7 0 0 17 33,3

(52)

37

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden (lansia) dapat diketahui bahwa responden menjawab benar pada pertanyaan tentang pengertian penyakit hipertensi, kondisi yang dirasakan saat tekanan darah meingkat, kambuhnya penyakit jika makanan tidak di kontrol, waktu istirahat yang cukup, dan konsumsi serat. Masing-masing pertanyaan tersebut dijawab benar oleh responden (100%). Pada pertanyaan tentang konsumsi kopi dan merokok pda apenderita hipertensi, masih banyak responden yang menjawab benar yaitu 11 responden (21,6%).

Sikap Responden

Selain pengetahuan, sikap juga memiliki peranan penting dalam hal menentukan suatu tindakan yang akan dilakukan lansia penderita hipertensi untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan pada penyakitnya. Sikap dikategorikan atas tiga kategori, yaitu baik, cukup, dan kurang.

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden

Sikap Responden n=51 Persentase (%)

Baik 50 98

Kurang baik 1 2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden (lansia) penderita hipertensi di Puskesmas Mutiara Kisaran Kab. Asahan Kecamatan Kisaran Timur terhadap sikap adalah hampir seluruh responden memiliki sikap yang baik tentang pola makan penderita hipertensi yaitu 50 responden (98%).

(53)

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Pernyataan

Pernyataan Sikap Setuju Kurang

setuju

Tidak setuju

n % n % n %

1. Penderita hipertensi harus tidur dan istirahat dengan cukup

42 82,4 8 15,7 1 2 2. Stres (banyak beban pikiran) tidak

berpengaruh terhadap

meningkatnya tekanan darah.

50 98 1 2 0 0

3. Penderita hipertensi sering merasakan sakit kepala dan berat pada tengkuk/leher

44 86,3 7 13,7 0 0

4. Jenis makanan yang perlu dihindari/dibatasi untuk pnderita hipertensi adalah yang

mengandung kadar garam yang tinggi (lebih dari 1 sdt) pada makanan

35 68,6 15 29,4 1 2

5. Penderita hipertensi tidak boleh menggunakan penyedap rasa (MSG seperti; royco, ajinamoto, sasa, dll) pada makanan

30 58,8 21 41,2 0 0

6. Penderita hipertensi harus makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah yang cukup)

50 98 1 2 0 0

7. Penderita hipertensi harus mengurangi makanan yang berlemak tinggi

33 64,7 18 35,3 0 0

8. Penderita hipertensi tidak boleh konsumsi rokok/alkohol/minum kopi

37 72,5 13 25,5 1 2

9. Penderita hipertensi harus melakukan olahraga

28 54,9 22 43,1 1 2 10. Penderita hipertensi harus

memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan secara rutin

29 56,9 22 43,1 0 0

(54)

39

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden (lansia) dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab setju tentang stres yang dapat meningkatkan tekanan darah dan penderita hipertensi harus makan makanan yang tinggi serat yaitu 50 responden (98%) dan masih ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tentang watu istirahat yang harus cukup, menghindari makanan yang tinggi garam, tidak boleh mengonsumsi kopi dan merokok, dan melakukan olahraga. Masing-masing dari pernyataan tersebuat dijawab oleh 1 responden (2%).

Pola Makan Responden

Pola makan memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi kesehatan lansia penderita hipertensi. Jika pola makan responden tersebut baik, makan responden tidak akan mengalami kekambuhan pada penyakitnya.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola MakanPenderita Hipertensi

Pola Makan n=51 Persentase (%)

Sesuai Diet Hipertensi 2 3.9

Tidak Sesuai Diet Hipertensi 49 96.1

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 51 responden lansia penderita hipertensi dapat diketahui bahwa hanya 2 responden lansia yang pola makannya sesuai dengan diet hipertensi dan 49 responden lainnya tidak sesuai dengan diet hipertensi.

(55)

Tabel 13

Distribusi Pola Makan Berdasarkan Pengetahuan Lansia Penderita Hipertensi

Pengetahuan

Pola makan penderita Hipertensi

Jumlah Sesuai Diet

Hipertensi

Tidak Sesuai Diet Hipertensi

N % N % n=51 (%)

Baik 2 3,9 48 94,1 2 96,1

Kurang 0 0 1 2 49 3,9

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pola makan penderita hipertensi dikategorikan menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu pola makan yang sesuai dengan diet hipertensi dan kategori yang kedua yaitu pola makan yang tidak sesuai dengan diet hipertensi. Dua kategori tersebut di kaitkan dengan pengetahuan lansia yang dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Dari hasil dapat dilihat bahwa hanya 2 responden (lansia) yang memiliki pola makan yang sesuai dengan pengetahuan yang baik dan sebagian besar memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan diet hipertensi yaitu 48

responden(lansia) dengan pengetahuan yang baik dan 1 responden (lansia) dengan pengetahuan yang kurang.

(56)

Pembahasan

Gambaran Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi

Pola makan terutama dalam hal pemilihan konsumsi makanan untuk lansia penderita hipertensi sangat memengaruhi kondisi kesehatan.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden lansia penderita hipertensi terhadap pola makan bahwa hampir seluruh responden lansia penderita hipertensi (96.1%) memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan konsumsi makanan penderita hipertensi yang seharusnya seperti, menghindari makanan yang berlemak (kolesterol) tinggi, membatasi penggunaan garam (natrium atau sodium) pada makanan, dan sedikit sekali mengonsumsi makanan yang tinggi serat.

Menurut hasil penelitian enita (2014) terhadap 63 lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai, ada hubungan signifikan asupan natrium dengan kejadian hipertensi. Rata-rata asupan natrium lansia sebesar 1856,42 mgNa dan asupan natrium lebih dari 70% cenderung menyebabkan hipertensi.

Menurut hasil penelitian Ira (2016) terhadap 55 lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun, ada hubungan tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia.

Konsumsi serat pangan dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melaluai usus kecil, sehingga dapat mengurangi resiko kekambuhan penyakit hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Choirun, dkk (2011) pada 20 responden. Sebagian besar dari 20 responden (70%)

Referensi

Dokumen terkait

Iradiasi dengan dosis berbeda pada kultur bakteri menunjukkan adanya perubahan konsentrasi protein sel bakteri yang tidak menentu dan adanya pengaruh yang nyata

Melalui pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri, serta limbah home industry , diharapkan dapat menjadi alternatif bahan pakan penyusun complete feed dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan muatan materi pendidikan keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara analisis isi buku Pendidikan

Diprakasai kepala sekolah, didukung lingkungan yang kondusif, adanya  tekad  dan  semangat  diantara  para  guru  untuk  maju  secara  bersama‐sama,  adanya 

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan luas ruangan berdasarkan kebutuhan rak di ruang penyimpanan berkas rekam medis menyatakan agar luas ruangan dapat tercukupi dan

Deteksi Bola Warna Merah Muda Berdasarkan data gambar pengambilan bola berwarna dengan menggunakan metode color filtering HSV dapat bekerja dengan baik dan

Didapatkan bias sebesar 1.3% dari hasil perhitungan, sehingga sebagai hasil akhir tetap digunakan OR dari hasil dari analisis kasar regresi logistik Hasil analisis regresi

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, dan karunia-Nya sehingga PPI-Hsinchu dapat menjalankan amanat hingga tengah tahun periode. Kami