• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1.Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas

Kebebasan Berorganisasi

Alinea ketiga dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu negara melindungi segenap bangsa dan negara Indonesia. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Setiap warga negara berhak atas penghasilan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Buruh adalah bagian dari bangsa Indonesia, sehingga berhak pula untuk dilindungi dan mendapatkan penghidupan yang layak.

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam suatu wadah serikat pekerja/serikat buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan keadilan. Pengakuan atas negara hukum salah satu tujuannya melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan sekaligus kemerdekaan atau kebebasan perorangan diakui, dihormati dan dijunjung tingg. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikatakan sebagai tujuan dari negara hukum.

commit to user

Kebebasan berserikat dan berkumpul termuat dalam konvensi ILO Nomor 87 Tahun 1948 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi, telah diratifikasi dan dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998, dan Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, telah diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956. Konvensi Nomor 87 dimaksudkan secara keseluruhan untuk melindungi kebebasan berserikat terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah. Konvensi Nomor 98 ditujukan untuk mendorong pengembangan penuh mekanisme perundingan kolektif sukarela.

Esensi pentingnya pekerja membentuk organisasi atau serikat pekerja/serikat buruh ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh. Secara eksplisit konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menyebutkan, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja/buruh beserta keluarganya, serta mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Ketentuan demikian ditegaskan kembali dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh dan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yang intinya menyatakan serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Panitia pembentuk serikat pekerja/serikat buruh dalam mendirikan serikat pekerja/serikat buruh dilindungi oleh:

a. Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul;

commit to user

b. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat yang menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota Serikat pekerja/serikat buruh.

Pihak yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk serikat pekerja/serikat buruh dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja dikenakan sanksi pidana paling singkat satu tahun dan paling lama lima tahun dan atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00. Hal ini diatur dalam pasal 28 jo. pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh.

Dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh tidak diatur bahwa adanya kewajiban bagi pekerja untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum mendirikan serikat pekerja/serikat buruh. Yang diatur dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh adalah pemberitahuan setelah serikat pekerja/serikat buruh itu mencatatkan diri ke dinas Tenaga Kerja Setempat (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh). Jika manajemen perusahaan tetap memberikan ancaman PHK jika serikat pekerja/serikat buruh terbentuk, maka hal tersebut dapat dilaporkan ke bagian Pengawasan Dinas Tenaga Kerja setempat atau kepolisian.

Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya hak-hak asasi manusia (HAM). Manusia mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan subyek dalam rangka penegakan hukum tersebut. Hak asasi manusia memang menyangkut masalah di dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi manusia individu maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia individu merupakan hak yang menyangkut kepentingan perorangan dan hak asasi manusia kolektif menyangkut kepentingan bangsa dan negara.

Hak hak asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul dari nilai-nilai yang kemudian menjadi kaidah-kaidah yang mengatur

commit to user

perilaku manusia dalam hubungan dengan sesama manusaia. Inti paham hak-hak asasi manusia, menurut Magnis Suseno, terletak dalam kesadaran bahwa masyarakat atau umat manusia tidak dapat dijunjung tinggi kecuali setiap manusia individual, tanpa diskriminasi dan tanpa kekecualian, dihormati dalam keutuhannya (Frans Magnis Suseno, 2001 : 145).

Konsep tentang hak asasi manusia bukan merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia. Salah satu komitmen Indonesia terhadap penghormatan dan jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila, dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah Pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan hak- hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini dirumuskan tiga tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam bidang hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan yang ada pada diri seseorang berhak mendapatkan dan melakukan pekerjaan serta menerima imbalan secara adil.

Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis kelamin, agama

commit to user

dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

HAM dan demokrasi memiliki kaitan yang sangat kuat. Demokrasi memberikan pengakuan lahirnya keikutsertaan publik secara luas dalam pemerintahan. Dalam perkembangan sejarah awal demokrasi, desakan ke arah hadirnya peran serta publik mencerminkan adanya pengakuan kedaulatan. Aktualisasi peran publik dalam ranah pemerintahan memungkinkan untuk terciptanya keberdayaan publik. Adapun HAM memberikan perluasan otoritas bagi manusia untuk diakui dan dilindungi sebagai makhluk yang bermartabat. Perlindungan dan pemenuhan HAM melalui rezim yang demokratik berpotensi besar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. (Majda El Mhtaj, 2008 : 45).

Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 deklarasi PBB tentang hak asasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan : (Bahder Johan Nasution, 2004 : 100-101)

a. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara bebas, atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan serta atas perlindungan dari pengangguran.

b. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.

c. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak bagi martabat manusia untuk dirinya sendiri dan keluarganya, dan dilengkapi, manakala perlu oleh sarana perlindungan sosial lainnya. d. Setiap orang berhak untuk membentuk dan bergabung ke dalam

serikat buruh guna melindungi kepentingan-kepentingannya.

Peraturan hukum di Indonesia serikat pekerja/serikat buruh diatur dan dibentuk berdasarkan :

commit to user

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. Piagam dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (4);

d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 98 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar Dari Hak Untuk Berorganisasi Dan Untuk Berunding Bersama;

e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh;

g. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; h. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI);

i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi);

j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP- 201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat pekerja/serikat buruh; k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-

16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat buruh;

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, membagi serikat pekerja/serikat buruh itu menjadi serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan dan serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,

commit to user

serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang bekerja di luar perusahaan.

Selanjutnya serikat pekerja/serikat buruh itu dapat membentuk federasi serikat pekerja/serikat buruh maupun konferensi serikat pekerja/serikat buruh. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, konferensi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Pekerja yang ada di suatu perusahaan dapat bergabung membentuk serikat pekerja/serikat buruh. Antara serikat pekerja/serikat buruh yang ada di beberapa perusahaan dapat bergabung membentuk federasi serikat pekerja/serikat buruh. Beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh selanjutnya dapat membentuk konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

2.Tinjauan Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

a. Pengertian Serikat pekerja/serikat buruh

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam suatu wadah Serikat Pekerja/Buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia (Frans Magnis Suseno, 1999 : 73).

Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul bagi buruh selanjutnya dituangkan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh. Hak berserikat dan berkumpul mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Terdapat norma perlindungan hak berserikat yang dituangkan dalam

commit to user

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Asri Wijayanti, 2009 : 86).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Penjelasan dari sifat-sifat serikat pekerja/serikat buruh ini adalah sebagai berikut (Zaeni Asyhadi, 2009 :22-23) :

1) Bebas

Yaitu sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh tidak di bawah pengaruh dan tekanan dari pihak lain.

2) Terbuka

Ialah bahwa serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dalam menerima anggota dan atau memperjaungkan pekerja/buruh tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.

3) Mandiri

Bahwa dalam mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi

4) Demokratis

Bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi.

commit to user 5) Bertanggung jawab

Ialah bahwa dalam hal mencapai tujuan dalam melaksanakan kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat dan negara.

Serikat pekerja/serikat buruh merupakan bentuk pelaksanaan dari hak seseorang untuk berserikat dan berkumpul. Adanya serikat pekerja/serikat buruh sangat penting bagi kelangsungan hubungan industrial. Serikat pekerja/serikat buruh diharapkan dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal dalam rangka meningkatkan hubungan industrial di tingkat perusahaan.

b.Tata Cara Pembentukan Serikat pekerja/serikat buruh

Pekerja atau buruh memerlukan suatu wadah organisasi yang berfungsi sebagai alat pemersatu dan pembela kepentingan mereka sehingga dapat meningkatkan jiwa kebersamaan. Untuk itu yang dibutuhkan adalah suatu organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang kuat, didirikan dan didukung oleh sebanyak-banyaknya pekerja agar dapat berperan secara optimal dalam membela kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui peningkatan kesejahteraan pekerja dan keamanan serta menciptakan suasana kerja yang kondusif.

Organisasi serikat pekerja/serikat buruh menjadi sangat diperlukan kehadirannya dan akan dirasakan secara langsung oleh setiap pekerja. Organisasi serikat pekerja/serikat buruh dapat menampung dan menyalurkan aspirasi pekerja memperjuangkan kepentingan pekerja dan keluarganya, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban, membela pekerja dalam menghadapi masalah hubungan industrial. Selain itu juga sebagai wahana peningkatan profesionalisme pekerja dan menyusun kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban kepegawaian serta syarat-syarat yang dituangkan ke dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dibuat bersama-sama antara perusahaan yang diwakili oleh manajemen dan pekerja yang diwakili oleh serikat

commit to user

pekerja/serikat buruh. Jelaslah melalui organisasi serikat pekerja/serikat buruh akan dapat diciptakan suasana kerja yang kondusif, kenyamanan dan keamanan kerja serta terwujud suasana kerja yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Profesionalisme dan semangat kerja yang tinggi, jujur dan disiplin, pekerja dapat berperan memajukan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan.

Diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat bagi Pekerja dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi) pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie, maka dalam penerapannya setiap pekerja/pegawai disetiap perusahaan, baik perusahaan swasta, BUMN, BUMD termasuk anak-anak perusahaannya dapat mendirikan atau masuk pada suatu organisasi serikat pekerja/serikat buru secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak lain. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang serikat pekerja/serikat buruh yang sifatnya mandirI (independen) dan tidak berafiliasi pada partai politik tertentu serta tidak diarahkan untuk mendukung pada suatu faham politik tertentu atau aliran suatu golongan tertentu melainkan bertujuan memperjuangkan/membela kepentingan pekerja dan keluarganya serta sebagai suatu wadah untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan pegawai dalam rangka mewujudkan suasana kerja yang kondusif dan berupaya meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja. Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, seorang pekerja /buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya. Setiap pekerja berhak menjadi anggota serikat

commit to user

pekerja/serikat buruh tanpa melihat statusnya dalam suatu perusahaan, manager atau direktur ketika posisinya adalah pekerja, ia mempunyai hak untuk menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal pengaturan tentang posisi pengurus serikat pekerja/serikat buruh menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, pada prinsipnya manajer boleh menduduki posisi pengurus serikat pekerja/serikat buruh, yang tidak boleh adalah pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha dan pekerja/buruh diperusahaan tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, mekanisme pemberitahuan atau pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud, dengan dilampiri :

1) Daftar nama anggota pembentuk;

2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; 3) Susunan dan nama pengurus.

Syarat pembentukan federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah sebagai berikut:

1) Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.

2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang- kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh .

Syarat pembentukan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah sebagai berikut :

1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi Serikat pekerja/serikat buruh;

commit to user

2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang- kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Mekanisme pembentukan federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, sebagai berikut.

1) Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat terlebih dahulu;

2) Instansi pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh wajib mencatat dan memberikan nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan;

3) Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh dapat menangguhkan pencatatan dan pemberian nomor bukti pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh belum memenuhi ketentuan;

4) Penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dan alasan- alasannya diberitahukan secara tertulis kepada serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan.

Saat ini ada beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh tingkat nasional, walaupun mempunyai anggota, tetapi tidak diakui secara

commit to user

nasional oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, hal ini disebabkan karena anggotanya yang di daerah dimasing- masing provinsi belum dicatatkan ke dinas terkait. Kondisi ini terjadi pada Serikat pekerja/serikat buruh yang berbasis di BUMN atau perusahaan swasta dengan sistem holding company yang anggotanya ada

di berbagai daerah. (Muhamad Rusdi :

http://rusdi123.wordpress.com/2009/09/15/dasar-hukum-tata-cara- pembentukan-serikat-pekerja/).

Dengan demikian untuk menjamin legalitas dari suatu serikat pekerja maka harus dipenuhi syarat pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi, yaitu :

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah dibentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota berdasarkan domisili, untuk dicatat.

2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat buruh dilampiri syarat-syarat sebagai berikut :

a) daftar nama anggota pembentuk;

b)anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; c) susunan dan nama pengurus

Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat buruh dalam anggaran dasar, sekurang-kurangnya harus memuat :

1) nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh;

2) asas dan tujuan yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;

commit to user 3) tanggal pendirian;

4) tempat kedudukan;

5) persyaratan menjadi anggota dan persyaratan pemberhetiannya; 6) hak dan kewajiban anggota;

7) persyaratan menjadi pengurus dan persyaratan pemberhetiannya;

Dokumen terkait