commit to user
PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
INDAH KURNIAWATI
NIM. E0008165
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
SURAT PERNYATAAN
Nama : Indah Kurniawati
NIM : E0008165
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO) adalah
betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum
(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka.Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang
saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 28 Juni 2012
Yang Membuat Pernyataan,
INDAH KURNIAWATI
commit to user
ABSTRAK
Indah Kurniawati. E0008165. 2012. PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT
DI PT. PLN (PERSERO). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta untuk mengetahui legalitas serikat pekerja-serikat pekerja yang berada di PT. PLN (PERSERO) termasuk legalitas dari produk hukum yang dibuat antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO). Penelitian hukum ini juga bertujuan untuk mengetahui berbagi implikasi hukum yang ditimbulkan atas ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO).
Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal (doctrinal reseach) bersifat preskriptif dan terapan, mempelajari dan menemukan konsep aturan hukum yang tepat dalam mengatasi problematik yuridis yang muncul pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum yang berkaitan dengan problematik yuridis yang muncul dalam upaya terpenuhinya hak-hak yang seharusnya didapat oleh serikat pekerja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi kepustakaan, kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dipaparkan kemudian dianalisis untuk digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan hukum terkait pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) beserta implikasi hukumnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, problematik yuridis yang muncul dalam pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) yaitu adanya indikasi terjadinya pemberangusan hak berserikat (union busting) yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. PLN (PERSERO) dengan membentuk serikat pekerja boneka yang menggunakan atribut serikat pekerja yang telah secara sah terdaftar di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigarsi Republik Indonesia dan melakukan perundingan dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama hanya dengan serikat pekerja boneka tersebut. Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia maka ditimbulkan implikasi hukum, baik pidana maupun privat atas tindakan manajemen tersebut.
commit to user
ABSTRACT
Indah Kurniawati. E0008165. 2012. IMPLEMENTATION OF RIGHTS
ASSOCIATION IN PT. PLN (PERSERO). Faculty of Law Sebelas Maret
University.
Legal research aims to find out how the exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) as well as to determine the legality of union labours that are in PT. PLN (PERSERO), including the legality of the laws that were made between management and union parties PT. PLN (PERSERO). Legal research is also aimed to determine the legal implications arising share the signing of the Collective Labour Agreement (CLA) between management and union parties PT. PLN (PERSERO).
This study is a doctrinal legal research (doctrinal reseach) are prescriptive and applied research, learn and find the right concept of the rule of law in dealing with emerging problematic juridical exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and set the standard procedure, the provisions, the guidelines in implementing the rule of law relating to jurisdiction which appears problematic in an effort to fulfill the rights that should be obtained by the union. Type of data used are secondary data. Secondary data sources used include primary legal materials and secondary legal materials. The technique of collecting legal materials used in this research is literature study engineering, then inventoried and classified by adjusting the problems discussed. Legal materials relating to the issues discussed, presented and analyzed for use as a basis to address legal issues related to implementation of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and its legal implications.
Based on the results of research and discussion, juridical problematic in the application or the right of association in the PT. PLN (PERSERO) is an indication of the suppression of rights of association (union busting) conducted by the management of PT. PLN (PERSERO) by forming a union puppet that uses attributes that unions have been legally registered in the Ministry of Labor and Transmigarsi Republic of Indonesia and negotiate the creation of the Joint Working Agreement with the union simply dolls. Under the legislation in Indonesia is caused legal implications, both criminal and private for the actions of the management.
commit to user
MOTTO
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)
Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT
(Sayidina Ali bin Abi Thalib)
“Optimislah, jangan pernah berputus asa dan menyerah tanpa usaha. Berbaik sangkalah kepada Rabb. Dan, tunggulah segala kebaikan dan keindahan
dari-Nya.” (Dr. Aidh Al Qorni, dalam bukunya “La Tahzan”)
"Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya" (Abraham Lincoln)
Sebetulnya hidup ini sangat sederhana, tetapi kita merumitkannya. Dengan rencana yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang kita lalaikan, dan dengan larangan yang kita langgar.
(Mario Teguh)
There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle. (Albert Einstein)
commit to user
PERSEMBAHAN
Penulisan Hukum (Skripsi) ini Penulis
persembahkan untuk :
Allah SWT, Pemilik Semesta Raya, yang senantiasa memberikan anugerah yeng indah dalam kehidupan;
Ayahanda dan Ibunda tercinta; Adikku tersayang Fajar Budi Utomo; Sahabatku Ira, Norma, Ria;
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum
(skripsi) ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam
bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dengan
judul : PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO).
Penulis menyadari tidak mungkin menyelesaikan penulisan hukum
(skripsi) ini tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, beserta seluruh Pembantu Rektor;
2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret, beserta seluruh Pem bantu Dekan;
3. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penulisan hukum ini;
4. Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing pertama dengan
segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam penulisan hukum ini;
5. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H., selaku dosen pembimbing kedua
dengan segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis dalam penulisan hukum ini;
6. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing seminar
proposal yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk
commit to user
7. Suranto, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan;
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal
ilmu selama masa perkuliahan dan semoga dapat penulis amalkan di masa
mendatang;
9. Segenap Bapak dan Ibu Karyawan bagian pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan
dalam bidang akademik kepada penulis selama masa studi;
10.Sahabat-sahabat terbaikku sekaligus editor dalam pembuatan penulisan
hukum ini, Ira Oktafia Latifah, Megaria Dhiah Ambarwati, dan Norma
Evita Hayati yang selalu setia menemani hari-hariku;
11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penyusunan penulisan hukum ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat dan
dapat berguna untuk melengkapi pengetahuan kita khususnya pengetahuan
hukum. Penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam
penyusunan penulisan hukum ini.
Surakarta, 05 Juli 2012
Penulis,
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. ... Lat ar Belakang Masalah ... 1
B. ... Per umusan Masalah ... 7
C. ... Tuj uan Penelitian ... 7
commit to user
E. ... Met
ode Penelitian ... 8
F.... Sist
ematika Penulisan Hukum ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ... Ker
angka Teori... 15
1. ... Tinj
auan tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas Kebebasan
Berorganisasi ... 15
2. ... Tinj
auan tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh... ... 21
a. Pe
ngertian Serikat pekerja/serikat buruh... 21
b. T
ata Cara Pembentukan Serikat pekerja/serikat buruh... 23
c. F
ungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Beserta Hak dan
Kewajibannya... 29
3. ... Tinj
auan tentang Hubungan Kerja ... 33
a. ... Perj
anjian Kerja ... 33
b. ... Per
aturan Perusahaan... 34
c. ... Perj
anjian Kerja Bersama ... 39
B. ... Ker
commit to user BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. ... L
egalitas Pendirian Serikat Pekerja PT. PLN (PERSERO) ... 48
a.... P
engaturan Pendirian Serikat Pekerja di PT. PLN(PERSERO) dalam
Perspekti Berbagai Regulasi Perundang-undangan di Indonesia ... 50
1) ... K
ovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya ... 50
2) ... K
ovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik ... 51
3) ... D
eklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang digagas
PBB tahun 1945 ... 51
4) ... U
ndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .... 52
5) ... U
ndang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia ... 53
6) ... U
ndang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh ... 53
7) ... U
ndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan... ... 58
8) ... U
ndang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) ... 60
9) K
eputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998
commit to user
Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi... 62
b. ... K
etersesuaian Pendirian Serikat Pekerja di PT. PLN (PERSERO)
dengan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku ... 62
2. ... P
elaksanaan Fungsi Serikat Pekerja di PT. PLN(PERSERO) ... 70
a... S
ebagai Pihak dalam Pembuatan PKB dan Penyelesaian Hubungan
Industrial ... 70
b. ... S
ebagai Wakil dalam Lembaga Kerja Sama ... 84
c... S
ebagai Sarana Menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis,
Dinamis, dan Berkeadilan ... 85
d. ... S
ebagai Sarana Penyalur Aspirasi ... 85
e.... S
ebagai Perencana, Pelaksana, dan Penanggung Jawab Pemogokan
Buruh ... 86
3. ... Imp
likasi Hukum Bagi PT. PLN (PERSERO) Jika Mendiskriminasikan Salah
Satu Serikat Pekerja... ... 87
BAB IV PENUTUP
A. ... Sim
pulan ... 95
B. ... Sar
commit to user DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Perbedaan PKB Yang Lama Dan PKB Yang Baru ... 74
DAFTAR GAMBAR
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal, manajemen, dan
pekerja. Mereka adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dan mempunyai
motivasi yang berbeda pula. Pengusaha adalah yang menanamkan modal,
sehingga yang menjadi perhatian utama mereka tentulah untuk mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin. Manajemen selalu ada di sana untuk
melindungi kepentingan dari para pengusaha. Pada prosesnya, pekerja selalu
menjadi korban eksploitasi dari pihak pengusaha. Sebagai bagian dari industri,
pekerja menginginkan keadilan guna mendapatkan “kembalian hak” sebagai
hasil pelaksana industri. Tentunya pekerja mempunyai kekuatan untuk
menghilangkan permasalahan seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi
pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara
individual pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya karena
melawan hebatnya kombinasi antara pengusaha dan manajemen, di mana
mereka mempunyai kekuasaan, uang, dan pengaruh.
Pihak pekerja harus mengetahui dan memahami bahwa sebagai
perseorangan tidak akan banyak yang akan dicapai. Hanya melalui usaha
mengorganisir dirinya dan kegiatan kolektif, mereka dapat secara efektif
menjunjung martabatnya sebagai individu dan pekerja, menghormati perintah
dari pengusaha, juga berusaha keras untuk memperbaiki dan memelihara mata
pencaharian, meningkatakan pengupahan, status sosial ekonomi, kesejahteraan
yang lebih baik dan hal-hal prinsip lainnya. Dalam jurnal internasional oleh John O‟Reilly and Nate Hawthorne dijelaskan bahwa (John O‟Reilly and Nate Hawthorne, 2011 : 4) :
commit to user
strengthen our power across connected industrial chains. While One Big Unionism is a set of principles that guides our work, Industrial Unionism gives us practical suggestions about how to best implement our ideas and win when we fight the bosses. Industrial Unionism is understanding how we carry out our rinciples in action. Industrial Unionism is fundamentally about how to build and exert power in the most effective way possible in the near future. Organizing along the supply chain amplifies our power: a union of agricultural workers, food processing workers, truckers, and fast food workers in one chain has more power against the employer or employers on that chain than organizing all the fast food workers in one city. Industrial Unionism builds upon the strength of workers whose jobs are related as way to win fights. We use these fights to win membership to our union and use our membership to win these fights.
Serikat pekerja/serikat buruh adalah gagasan bahwa perlu dibangun
sebuah organisasi agar terhubung satu sama lain secara logis berdasarkan
ekonomi modern. Dengan terbentuknya serikat pekerja/serikat buruh, dapat
menguatkan posisi para pekerja dalam hal hubungannya dengan pihak
manajemen perusahaan dan merupakan sarana yang paling efektif dalam
penyaluran aspirasi para pekerja.
Organisasi yang dibutuhkan pekerja adalah serikat pekerja/serikat
buruh, tetapi pada kenyataannya banyak pekerja tidak menyadari bahwa
serikat pekerja/serikat buruh adalah hak yang melekat bagi pekerja (worker
right is human right), Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga
negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis kelamin, agama
dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan
memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan
memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang digagas
commit to user
23 huruf d, yang berbunyi “Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki
serikat pekerja/serikat buruh untuk melindungi kepentingannya.”
Kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi juga
dituangkan dalam Konvensi International Labour Organitation (ILO) Nomor
87 Tahun 1956 tentang Freedom Of Association and Protection Of The Right
to Organize (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan
Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi), di mana pemerintah Indonesia telah
meratifikasinya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83
Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning
Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi
Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk
Berorganisasi)yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pasal (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi).
“Para pekerja dan Pengusaha, tanpa perbedaan apapun, berhak untuk mendirikan dan menurut aturan organisasi masing-masing bergabung dengan organisasi-organisasi atas pilihan mereka sendiri tanpa pengaruh pihak lain;”
2. Pasal (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi)
“Organisasi pekerja dan pengusaha tidak boleh dibubarkan atau dilarang kegiatannya oleh penguasa administratif.”
Mengacu dari regulasi tersebut, maka sudah secara jelas diatur bahwa
negara menjamin adanya kebebasan untuk berserikat dan secara tegas melarang
segala bentuk upaya pemberangusan hak berserikat. Kebebasan berserikat yang
diinginkan oleh para pekerja dalam serikat pekerja/serikat buruh tidak
diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan begitu saja, namun
commit to user
penjajahan hingga keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat pekerja/serikat buruh. Efektif tidaknya undang-undang tersebut dalam
praktek tergantung kepada posisi Organisasi buruh itu sendiri.
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat pekerja/serikat buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan
mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin
kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat
buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh
dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat
buruh didasarkan pada Pasal 28 E Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai
Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk
Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98
Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta
diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah
secara radikal. Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah
dimanfaatkan oleh para aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan
bermacam nama dan bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip,
organisasi buruh dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan
buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan
commit to user
Berdasarkan konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa
pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak
pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah
organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh
bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,
serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya. Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat pekerja/serikat
buruh dalam memperjuangkan hak anggotanya sangat besar, sehingga
pekerja/buruh telah banyak merasakan manfaat organisasi serikat
pekerja/serikat buruh yang betul-betul mandiri (independence) dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak buruh.
Seperti halnya kasus yang terjadi di PT.PLN (PERSERO), di mana
telah terjadi adanya upaya pelemahan salah satu organisasi serikat pekerja yang
tidak sependapat dengan ketentuan manajemen. Serikat Pekerja PT PLN
(PERSERO) atau disingkat SP PLN, adalah organisasi buruh independen yang
dibangun sebagai wadah aspirasi bagi para pekerja yang berada di dalam tubuh
PT PLN, yang sah dan terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja RI Nomor
KEP. 385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 serta telah tercatat pada
Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Selatan dengan Nomor
Bukti Pencatatan Nomor 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April 2001. SP PLN
dikenal kritis terhadap kebijakan perusahaan termasuk pemerintah, hal ini
dibuktikan ketika mereka berhasil membatalkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2002 tentang ketenagalistrikan yang isinya memuat
aturan unbundling dan privatisasi PLN, melalui Judicial Review ke Mahkamah
Konstitusi. Kekritisan ini telah disikapi dengan represi oleh managemen PLN
di bawah pimpinan Dahlan Iskan. Terlebih ketika SP PLN kembali
mengajukan Judicial Review tehadap Undang-Undang Ketenagalistrikan yang baru atau Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009. Segera setelah PLN di
bawah Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama, SP PLN terus menerus
mengalami tindakan anti serikat. Pemberangusan Serikat Pekerja PT. PLN
commit to user
dilakukan oleh Dahlan Iskan yakni memecah belah serikat pekerja, membajak
serikat pekerja PT. PLN menjadi Serikat boneka/tandingan, membuat
Perjanjian Kerja Bersama dengan Serikat Pekerja boneka/tandingan buatan
pihak management PT. PLN, melakukan mutasi Pengurus SP. PLN,
Melakukan PHK, mengeluarkan ancaman-ancaman PHK serta membuat Surat
Edaran ke unit-unit PLN bahwa yang diakui hanya SP buatannya, sehingga SP
yang lain tidak berhak difasilitasi aktifitasnya.(Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta, Menolak Privatisasi PLN, Serikat Pekerja PLN Diberangus Dahlan Iskan
dan Manajemen PT. PLN :
http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/berita/press-release/428-
menolak-privatisasi-pln-serikat-pekerja-pln-diberangus-dahlan-iskan-dan-managemen-pt-pln).
Kasus serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) ini memuncak ketika
manajemen Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai Direktur Umum PT.
PLN (PERSERO) justru mengakui serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) kubu
lain dengan Ketua Umum Riyo Supriyanto. Padahal ketika itu, Ketua Umum
serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) berdasarkan Musyawarah Besar tanggal
29-30 Mei 2007 adalah Ahmad Daryoko. Berikutnya, manajemen juga
memecat Sumadi, yang ketika itu menjabat Sekretaris Jenderal serikat pekerja
PT. PLN (PERSERO), serta memutasi dua pengurus daerah. Manajemen
perusahaan bahkan telah berencana melakukan pengosongan ruangan serikat
pekerja PT. PLN (PERSERO) di kantor pusat PLN di Jakarta. (hukumonline,
SP PLN Lawan Union Busting via Praperadilan :
http://hukumonline.com/berita/baca/lt4e72e5ef30d94/sp-pln-lawan-union-busting-via-praperadilan).
Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam
memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh akan meningkatkan posisi mereka, baik secara individu maupun
keseluruhan. Serikat pekerja/serikat buruh dapat mengawasi (control)
pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, serikat
commit to user
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya
di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan
dalam penulisan hukum dengan judul “PELAKSANAAN HAK
BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO)”
B. Rumusan Masalah
Menurut uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?
2. Apakah pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?
3. Apa implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan
salah satu serikat pekerja?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang hendak
dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk memberikan preskripsi pendirian serikat pekerja di PT. PLN
(PERSERO);
b. Untuk memberikan preskripsi pelaksanaan fungsi serikat pekerja di
PT. PT. PLN (PERSERO);
c. Untuk memberikan preskripsi implikasi hukum bagi PT. PLN
(PERSERO) jika mendiskriminasikan salah satu serikat pekerja.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data serta informasi yang penulis pergunakan
dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar
Sarjana Strata satu dalam Ilmu hukum pada Fakultas Hukum di
commit to user
b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai peran serikat
pekerja/serikat buruh guna mengakomodasi kepentingan dan
melindungi hak-hak para pekerja;
c. Sebagai cara untuk menerapkan serta mendalami teori dan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang
dapat diambil. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini,
antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya dalam bidang
hukum ketenagakerjaan;
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi di bidang
karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta
berguna bagi para pihak yang berkepentingan.
2.Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan masukan dan gambaran bagi pemerintah serta
pemerhati yang tertarik terhadap masalah pentingnya serikat
pekerja/serikat buruh, khususnya tentang implementasi hak berserikat;
b. Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi
masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait
dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana
yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami
ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
commit to user
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisisnya. Metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang
dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. Metode penelitian yang
digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan jenis penelitian
hukum kepustakaan, atau dikenal sebagai penelitian hukum doctrinal, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 35). Bahan-bahan
hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu
kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai
pelaksanaan hak serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), utamanya pada
ketersesuaian peran dan fungsi serikat pekerja dalam memenuhi hak-hak para
pekerja dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu,
penelitian ini juga menyoroti mengenai bentuk konsekuensi pengaturan
kewajiban pihak manajemen atau pengusaha dalam memberikan kebebasan
berorganisasi bagi para pekerjanya.
2. Sifat Penelitian
Sifat dalam penelitian hukum adalah preskriptif dan terapan. Sebagai
ilmu yang bersifat prespektif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum,
nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan
norma-norma hukum. Sedangkan sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan
standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan
aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22). Sifat preskriptif dalam
penelitian ini yaitu penulis akan mempelajari konsep hukum mengenai
pelaksanaan hak berserikat bagi para pekerja, kemudian bentuk terapannya
commit to user
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.
3. Pendekatan Penelitian
Untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual
(conseptual approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum
yang sedang dianalisis. Selanjutnya, pendekatan konseptual diaplikasikan
dengan beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada, penulis akan menemukan ide-ide
yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan
asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Telaah
demikian diperlukan oleh penulis karena maksud penelitian ini memang ingin
diperoleh suatu analisis berkaitan dengan aspek filosofis dan pola pikir yang
melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari, di mana hal itu merupakan
kelanjutan perkembangan dari proses isu hukum yang sebelumnya.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Untuk memecahkan memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan
preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber
penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi
sumber-sumber penelitan yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan
hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku
teks, kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum (Peter Mahmud Marzuki,
commit to user
Dalam penelitian ini penulis meggunakan jenis dan sumber bahan
hukum primer dan sekunder. Tentunya sumber bahan hukum yang dimaksud
berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas pemasalahan penelitian
yang diketengahkan penulis. Mengenai jenis dan sumber bahan hukum yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah :
1) Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya;
2) Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil Dan Politik;
3) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
digagas PBB pada tahun 1945;
4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh;
7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
8) Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan.
b. Bahan Hukum Sekunder
1) Buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan;
2) Jurnal hukum yang berkaitan dengan permasalahan;
3) Kamus hukum;
4) Artikel-artikel baik di media cetak maupun internet yang
berkaitan dengan permasalahan.
commit to user
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yaitu
kamus.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan teknik
studi pustaka. Studi pustaka yang dimaksud dilakukan dengan cara
melakukan pengkodean atas bahan-bahan hukum baik primer maupun
sekunder yang telah didapatkan. Bahan hukum yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas dipaparkan, disistemisasi, kemudian dianalisis untuk
menginterpretasikan hukum yang berlaku.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik análisis bahan hukum yang akan digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah dengan metode deduktif, yaitu cara berpikir berpangkal
pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang
akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap
fakta-fakta yang bersifat khusus. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara
deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat
umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi (Johny Ibrahim, 2006 :
393).
Dalam penulisan hukum ini yang dimaksud fakta umum adalah konsep
serikat pekerja Indonesia yang telah diakomodasi dalam Pasal 28
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sedangkan
fakta khususnya adalah implikasi pelaksanaan serikat pekerja bagi para
pelaku usaha di PT. PLN (PERSERO).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
commit to user
mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka
peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari
4 (empat) bab dan dalam tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang
dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil
penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan metode penelitian. Metode penelitian terdiri
atas jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, jenis dam
sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik
analisis bahan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab kedua ini membahas mengenai kerangka teori dan kerangka
pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah
tinjauan umum mengenai pengertian dan tata cara pendirian serikat
pekerja/serikat buruh, pengaturan hak berserikat dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia, fungsi serikat pekerja/serikat buruh
beserta hak dan kewajibannya, dan perlindungan hukum kepada pekerja
atas kebebasan berorganisasi.
Kerangka pemikiran berisi alur pemikiran yang hendak ditempuh oleh
penulis yang dituangkan dalam bentuk skema/ bagan.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memuat hasil penelitian dan pembahasan
tentang apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), dan
implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan
salah satu serikat pekerja dikaitkan dengan sistem hukum positif di
commit to user
BAB IV : PENUTUP
Berisi simpulan-simpulan yang didapat dari hasil penelitian dan
pembahasan serta saran-saran yang diajukan penulis sebagai implikasi
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1.Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas
Kebebasan Berorganisasi
Alinea ketiga dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu negara melindungi segenap bangsa
dan negara Indonesia. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 27
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu
setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan. Setiap warga negara berhak atas penghasilan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Buruh adalah bagian dari
bangsa Indonesia, sehingga berhak pula untuk dilindungi dan mendapatkan
penghidupan yang layak.
Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh
pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat
dan berkumpul dalam suatu wadah serikat pekerja/serikat buruh.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat
merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dari suatu negara
hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki
manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena
pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi
manusia dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan
keadilan. Pengakuan atas negara hukum salah satu tujuannya melindungi
hak asasi manusia, berarti hak dan sekaligus kemerdekaan atau kebebasan
perorangan diakui, dihormati dan dijunjung tingg. Pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan
dapat dikatakan sebagai tujuan dari negara hukum.
commit to user
Kebebasan berserikat dan berkumpul termuat dalam konvensi ILO
Nomor 87 Tahun 1948 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak
berorganisasi, telah diratifikasi dan dituangkan dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998, dan Konvensi ILO Nomor 98
Tahun 1949 tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, telah
diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956. Konvensi
Nomor 87 dimaksudkan secara keseluruhan untuk melindungi kebebasan
berserikat terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah. Konvensi
Nomor 98 ditujukan untuk mendorong pengembangan penuh mekanisme
perundingan kolektif sukarela.
Esensi pentingnya pekerja membentuk organisasi atau serikat
pekerja/serikat buruh ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh. Secara eksplisit
konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menyebutkan, serikat
pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan,
melindungi dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja/buruh
beserta keluarganya, serta mewujudkan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis dan berkeadilan.
Ketentuan demikian ditegaskan kembali dalam Ketentuan Umum
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat
buruh dan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yang
intinya menyatakan serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di
luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya. Panitia pembentuk serikat pekerja/serikat
buruh dalam mendirikan serikat pekerja/serikat buruh dilindungi oleh:
a. Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang mengatur adanya kemerdekaan berserikat dan
commit to user
b. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat pekerja/serikat yang menyatakan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota Serikat
pekerja/serikat buruh.
Pihak yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk
membentuk serikat pekerja/serikat buruh dengan cara melakukan
pemutusan hubungan kerja dikenakan sanksi pidana paling singkat satu
tahun dan paling lama lima tahun dan atau denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00. Hal ini diatur
dalam pasal 28 jo. pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh.
Dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh tidak diatur
bahwa adanya kewajiban bagi pekerja untuk meminta ijin terlebih dahulu
kepada perusahaan sebelum mendirikan serikat pekerja/serikat
buruh. Yang diatur dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh
adalah pemberitahuan setelah serikat pekerja/serikat buruh itu mencatatkan
diri ke dinas Tenaga Kerja Setempat (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh). Jika
manajemen perusahaan tetap memberikan ancaman PHK jika serikat
pekerja/serikat buruh terbentuk, maka hal tersebut dapat dilaporkan ke
bagian Pengawasan Dinas Tenaga Kerja setempat atau kepolisian.
Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya hak-hak
asasi manusia (HAM). Manusia mempunyai kedudukan sentral dalam
penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan subyek dalam rangka
penegakan hukum tersebut. Hak asasi manusia memang menyangkut
masalah di dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi
manusia individu maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia
individu merupakan hak yang menyangkut kepentingan perorangan dan
hak asasi manusia kolektif menyangkut kepentingan bangsa dan negara.
Hak hak asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul
commit to user
perilaku manusia dalam hubungan dengan sesama manusaia. Inti paham
hak-hak asasi manusia, menurut Magnis Suseno, terletak dalam kesadaran
bahwa masyarakat atau umat manusia tidak dapat dijunjung tinggi kecuali
setiap manusia individual, tanpa diskriminasi dan tanpa kekecualian,
dihormati dalam keutuhannya (Frans Magnis Suseno, 2001 : 145).
Konsep tentang hak asasi manusia bukan merupakan hal baru bagi
bangsa Indonesia. Salah satu komitmen Indonesia terhadap penghormatan
dan jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua
Pancasila, dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah Pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan
hak-hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan kebudayaan. Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini dirumuskan tiga tahun sebelum
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa
(Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam
bidang hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2)
Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap
warga negara tanpa memandang segala perbedaan yang ada pada diri
seseorang berhak mendapatkan dan melakukan pekerjaan serta menerima
imbalan secara adil.
Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga
commit to user
dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan
memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan
memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
HAM dan demokrasi memiliki kaitan yang sangat kuat. Demokrasi
memberikan pengakuan lahirnya keikutsertaan publik secara luas dalam
pemerintahan. Dalam perkembangan sejarah awal demokrasi, desakan ke
arah hadirnya peran serta publik mencerminkan adanya pengakuan
kedaulatan. Aktualisasi peran publik dalam ranah pemerintahan
memungkinkan untuk terciptanya keberdayaan publik. Adapun HAM
memberikan perluasan otoritas bagi manusia untuk diakui dan dilindungi
sebagai makhluk yang bermartabat. Perlindungan dan pemenuhan HAM
melalui rezim yang demokratik berpotensi besar untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. (Majda El Mhtaj, 2008 : 45).
Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 deklarasi PBB
tentang hak asasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan : (Bahder Johan
Nasution, 2004 : 100-101)
a. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara
bebas, atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan serta
atas perlindungan dari pengangguran.
b. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama
untuk pekerjaan yang sama.
c. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan
menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak bagi
martabat manusia untuk dirinya sendiri dan keluarganya, dan
dilengkapi, manakala perlu oleh sarana perlindungan sosial lainnya.
d. Setiap orang berhak untuk membentuk dan bergabung ke dalam
serikat buruh guna melindungi kepentingan-kepentingannya.
Peraturan hukum di Indonesia serikat pekerja/serikat buruh diatur
dan dibentuk berdasarkan :
commit to user
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Piagam dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (4);
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi
ILO Nomor 98 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar Dari Hak Untuk
Berorganisasi Dan Untuk Berunding Bersama;
e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh;
g. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
h. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI);
i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998
Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak
Untuk Berorganisasi);
j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat pekerja/serikat buruh;
k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat
buruh;
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh, membagi serikat pekerja/serikat buruh itu menjadi
serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan dan serikat pekerja/serikat
buruh di luar perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,
serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat
buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di
beberapa perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3
commit to user
serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat
pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang bekerja
di luar perusahaan.
Selanjutnya serikat pekerja/serikat buruh itu dapat membentuk
federasi serikat pekerja/serikat buruh maupun konferensi serikat
pekerja/serikat buruh. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,
konferensi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat
pekerja/serikat buruh.
Pekerja yang ada di suatu perusahaan dapat bergabung membentuk
serikat pekerja/serikat buruh. Antara serikat pekerja/serikat buruh yang ada
di beberapa perusahaan dapat bergabung membentuk federasi serikat
pekerja/serikat buruh. Beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh
selanjutnya dapat membentuk konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.
2.Tinjauan Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
a. Pengertian Serikat pekerja/serikat buruh
Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh
pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat
dan berkumpul dalam suatu wadah Serikat Pekerja/Buruh. Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak
dasar yang dimiliki warga negara dari suatu negara hukum demokratis
yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan
martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat
atau negara disebut hak asasi manusia (Frans Magnis Suseno, 1999 : 73).
Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kebebasan
berserikat dan berkumpul bagi buruh selanjutnya dituangkan dalam
Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh. Hak
berserikat dan berkumpul mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.
commit to user
Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh (Asri Wijayanti, 2009 : 86).
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat
buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh,
baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja
dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya. Penjelasan dari sifat-sifat serikat pekerja/serikat buruh ini
adalah sebagai berikut (Zaeni Asyhadi, 2009 :22-23) :
1) Bebas
Yaitu sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan
kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi
serikat pekerja/serikat buruh tidak di bawah pengaruh dan tekanan
dari pihak lain.
2) Terbuka
Ialah bahwa serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dalam menerima anggota
dan atau memperjaungkan pekerja/buruh tidak membedakan aliran
politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.
3) Mandiri
Bahwa dalam mendirikan, menjalankan, dan
mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak
dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi
4) Demokratis
Bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus,
memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi
commit to user 5) Bertanggung jawab
Ialah bahwa dalam hal mencapai tujuan dalam melaksanakan
kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi
serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab kepada anggota,
masyarakat dan negara.
Serikat pekerja/serikat buruh merupakan bentuk pelaksanaan dari
hak seseorang untuk berserikat dan berkumpul. Adanya serikat
pekerja/serikat buruh sangat penting bagi kelangsungan hubungan
industrial. Serikat pekerja/serikat buruh diharapkan dapat melaksanakan
fungsinya secara maksimal dalam rangka meningkatkan hubungan
industrial di tingkat perusahaan.
b.Tata Cara Pembentukan Serikat pekerja/serikat buruh
Pekerja atau buruh memerlukan suatu wadah organisasi yang
berfungsi sebagai alat pemersatu dan pembela kepentingan mereka
sehingga dapat meningkatkan jiwa kebersamaan. Untuk itu yang
dibutuhkan adalah suatu organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang
kuat, didirikan dan didukung oleh sebanyak-banyaknya pekerja agar dapat
berperan secara optimal dalam membela kepentingan pekerja serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui peningkatan kesejahteraan
pekerja dan keamanan serta menciptakan suasana kerja yang kondusif.
Organisasi serikat pekerja/serikat buruh menjadi sangat diperlukan
kehadirannya dan akan dirasakan secara langsung oleh setiap pekerja.
Organisasi serikat pekerja/serikat buruh dapat menampung dan
menyalurkan aspirasi pekerja memperjuangkan kepentingan pekerja dan
keluarganya, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban, membela
pekerja dalam menghadapi masalah hubungan industrial. Selain itu juga
sebagai wahana peningkatan profesionalisme pekerja dan menyusun
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
kepegawaian serta syarat-syarat yang dituangkan ke dalam Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) yang dibuat bersama-sama antara perusahaan yang
commit to user
pekerja/serikat buruh. Jelaslah melalui organisasi serikat pekerja/serikat
buruh akan dapat diciptakan suasana kerja yang kondusif, kenyamanan dan
keamanan kerja serta terwujud suasana kerja yang bebas korupsi, kolusi
dan nepotisme. Profesionalisme dan semangat kerja yang tinggi, jujur dan
disiplin, pekerja dapat berperan memajukan perusahaan dan meningkatkan
kesejahteraan.
Diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 87 tahun 1948 tentang
Kebebasan Berserikat bagi Pekerja dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 83 tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi) pada masa pemerintahan
Presiden BJ. Habibie, maka dalam penerapannya setiap pekerja/pegawai
disetiap perusahaan, baik perusahaan swasta, BUMN, BUMD termasuk
anak-anak perusahaannya dapat mendirikan atau masuk pada suatu
organisasi serikat pekerja/serikat buru secara sukarela dan tanpa paksaan
dari pihak lain. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang serikat
pekerja/serikat buruh yang sifatnya mandirI (independen) dan tidak
berafiliasi pada partai politik tertentu serta tidak diarahkan untuk
mendukung pada suatu faham politik tertentu atau aliran suatu golongan
tertentu melainkan bertujuan memperjuangkan/membela kepentingan
pekerja dan keluarganya serta sebagai suatu wadah untuk meningkatkan
kesatuan dan persatuan pegawai dalam rangka mewujudkan suasana kerja
yang kondusif dan berupaya meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja.
Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000
tentang Serikat pekerja/serikat buruh, seorang pekerja /buruh tidak boleh
menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu
perusahaan. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan
ternyata tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang
bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat
commit to user
pekerja/serikat buruh tanpa melihat statusnya dalam suatu perusahaan,
manager atau direktur ketika posisinya adalah pekerja, ia mempunyai hak
untuk menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal
pengaturan tentang posisi pengurus serikat pekerja/serikat buruh menurut
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh, pada prinsipnya manajer boleh menduduki posisi
pengurus serikat pekerja/serikat buruh, yang tidak boleh adalah
pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan
dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak
pengusaha dan pekerja/buruh diperusahaan tersebut.
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, mekanisme pemberitahuan
atau pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi
serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara
tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud, dengan dilampiri :
1) Daftar nama anggota pembentuk;
2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
3) Susunan dan nama pengurus.
Syarat pembentukan federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah
sebagai berikut:
1) Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi
anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.
2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh .
Syarat pembentukan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
adalah sebagai berikut :
1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan
commit to user
2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikat buruh.
Mekanisme pembentukan federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, sebagai berikut.
1) Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang akan diberitahukan
tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat
buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang
telah tercatat terlebih dahulu;
2) Instansi pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat
(1), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh wajib mencatat dan memberikan nomor bukti
pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi
ketentuan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan;
3) Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
pekerja/serikat buruh dapat menangguhkan pencatatan dan
pemberian nomor bukti pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat
buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
belum memenuhi ketentuan;
4) Penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dan
alasan-alasannya diberitahukan secara tertulis kepada serikat
pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima
pemberitahuan.
Saat ini ada beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh tingkat
commit to user
nasional oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia, hal ini disebabkan karena anggotanya yang di daerah
dimasing-masing provinsi belum dicatatkan ke dinas terkait. Kondisi ini terjadi
pada Serikat pekerja/serikat buruh yang berbasis di BUMN atau
perusahaan swasta dengan sistem holding company yang anggotanya ada
di berbagai daerah. (Muhamad Rusdi :
http://rusdi123.wordpress.com/2009/09/15/dasar-hukum-tata-cara-pembentukan-serikat-pekerja/).
Dengan demikian untuk menjamin legalitas dari suatu serikat
pekerja maka harus dipenuhi syarat pencatatan serikat pekerja/serikat
buruh, federasi dan konfederasi, yaitu :
1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah dibentuk memberitahukan secara
tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota berdasarkan domisili, untuk
dicatat.
2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat
pekerja/serikat buruh dilampiri syarat-syarat sebagai berikut :
a) daftar nama anggota pembentuk;
b)anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c) susunan dan nama pengurus
Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan
Serikat pekerja/serikat buruh dalam anggaran dasar, sekurang-kurangnya
harus memuat :
1) nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh;
2) asas dan tujuan yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
commit to user 3) tanggal pendirian;
4) tempat kedudukan;
5) persyaratan menjadi anggota dan persyaratan pemberhetiannya;
6) hak dan kewajiban anggota;
7) persyaratan menjadi pengurus dan persyaratan pemberhetiannya;
8) hak dan kewajiban pengurus;
9) sumber, tata cara penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan;
10)ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah
tangga.
Tanggal pencatatan dan pemberian nomor bukti pencatatan
dilakukan selambat-lambatnya 21 (duapuluh satu) hari kerja terhitung
sejak tanggal diterimanya pemberitahuan dengan menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri ini. Pengurus
pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh setelah menerima nomor bukti pencatatan harus memberitahukan
secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatan
organisasinya.
Dengan diterimanya pemberitahuan, dinas tenaga kerja wajib
mencatat dan memberi nomor pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat
buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh. Pencatatan dan pemberian nomor pencatatan dapat
ditangguhkan, bahkan dapat ditolak apabila serikat pekerja/serikat buruh,
federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh tersebut (Zaeni Asyhadie, 2007 : 27-28) :
1) bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2) dibentuk oleh kurang dari sepuluh orang pekerja/buruh untuk
Serikat pekerja/serikat buruh, atau kurang dari lima serikat
pekerja/serikat buruh untuk federasi serikat pekerja/serikat buruh,
dan kurang dari tiga federasi serikat pekerja/serikat buruh untuk