• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Hak Berserikat di PT. PLN (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan Hak Berserikat di PT. PLN (Persero)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

INDAH KURNIAWATI

NIM. E0008165

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Nama : Indah Kurniawati

NIM : E0008165

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO) adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka.Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang

saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 28 Juni 2012

Yang Membuat Pernyataan,

INDAH KURNIAWATI

(5)

commit to user

ABSTRAK

Indah Kurniawati. E0008165. 2012. PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT

DI PT. PLN (PERSERO). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta untuk mengetahui legalitas serikat pekerja-serikat pekerja yang berada di PT. PLN (PERSERO) termasuk legalitas dari produk hukum yang dibuat antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO). Penelitian hukum ini juga bertujuan untuk mengetahui berbagi implikasi hukum yang ditimbulkan atas ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO).

Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal (doctrinal reseach) bersifat preskriptif dan terapan, mempelajari dan menemukan konsep aturan hukum yang tepat dalam mengatasi problematik yuridis yang muncul pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum yang berkaitan dengan problematik yuridis yang muncul dalam upaya terpenuhinya hak-hak yang seharusnya didapat oleh serikat pekerja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi kepustakaan, kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dipaparkan kemudian dianalisis untuk digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan hukum terkait pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) beserta implikasi hukumnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, problematik yuridis yang muncul dalam pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) yaitu adanya indikasi terjadinya pemberangusan hak berserikat (union busting) yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. PLN (PERSERO) dengan membentuk serikat pekerja boneka yang menggunakan atribut serikat pekerja yang telah secara sah terdaftar di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigarsi Republik Indonesia dan melakukan perundingan dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama hanya dengan serikat pekerja boneka tersebut. Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia maka ditimbulkan implikasi hukum, baik pidana maupun privat atas tindakan manajemen tersebut.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Indah Kurniawati. E0008165. 2012. IMPLEMENTATION OF RIGHTS

ASSOCIATION IN PT. PLN (PERSERO). Faculty of Law Sebelas Maret

University.

Legal research aims to find out how the exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) as well as to determine the legality of union labours that are in PT. PLN (PERSERO), including the legality of the laws that were made between management and union parties PT. PLN (PERSERO). Legal research is also aimed to determine the legal implications arising share the signing of the Collective Labour Agreement (CLA) between management and union parties PT. PLN (PERSERO).

This study is a doctrinal legal research (doctrinal reseach) are prescriptive and applied research, learn and find the right concept of the rule of law in dealing with emerging problematic juridical exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and set the standard procedure, the provisions, the guidelines in implementing the rule of law relating to jurisdiction which appears problematic in an effort to fulfill the rights that should be obtained by the union. Type of data used are secondary data. Secondary data sources used include primary legal materials and secondary legal materials. The technique of collecting legal materials used in this research is literature study engineering, then inventoried and classified by adjusting the problems discussed. Legal materials relating to the issues discussed, presented and analyzed for use as a basis to address legal issues related to implementation of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and its legal implications.

Based on the results of research and discussion, juridical problematic in the application or the right of association in the PT. PLN (PERSERO) is an indication of the suppression of rights of association (union busting) conducted by the management of PT. PLN (PERSERO) by forming a union puppet that uses attributes that unions have been legally registered in the Ministry of Labor and Transmigarsi Republic of Indonesia and negotiate the creation of the Joint Working Agreement with the union simply dolls. Under the legislation in Indonesia is caused legal implications, both criminal and private for the actions of the management.

(7)

commit to user

MOTTO

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka

itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)

Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT

(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

“Optimislah, jangan pernah berputus asa dan menyerah tanpa usaha. Berbaik sangkalah kepada Rabb. Dan, tunggulah segala kebaikan dan keindahan

dari-Nya.” (Dr. Aidh Al Qorni, dalam bukunya “La Tahzan”)

"Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya" (Abraham Lincoln)

Sebetulnya hidup ini sangat sederhana, tetapi kita merumitkannya. Dengan rencana yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang kita lalaikan, dan dengan larangan yang kita langgar.

(Mario Teguh)

There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle. (Albert Einstein)

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Penulisan Hukum (Skripsi) ini Penulis

persembahkan untuk :

Allah SWT, Pemilik Semesta Raya, yang senantiasa memberikan anugerah yeng indah dalam kehidupan;

Ayahanda dan Ibunda tercinta; Adikku tersayang Fajar Budi Utomo; Sahabatku Ira, Norma, Ria;

(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum

(skripsi) ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam

bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dengan

judul : PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO).

Penulis menyadari tidak mungkin menyelesaikan penulisan hukum

(skripsi) ini tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta, beserta seluruh Pembantu Rektor;

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, beserta seluruh Pem bantu Dekan;

3. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan

penulisan hukum ini;

4. Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing pertama dengan

segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penulisan hukum ini;

5. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H., selaku dosen pembimbing kedua

dengan segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penulisan hukum ini;

6. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing seminar

proposal yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk

(10)

commit to user

7. Suranto, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan;

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal

ilmu selama masa perkuliahan dan semoga dapat penulis amalkan di masa

mendatang;

9. Segenap Bapak dan Ibu Karyawan bagian pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan

dalam bidang akademik kepada penulis selama masa studi;

10.Sahabat-sahabat terbaikku sekaligus editor dalam pembuatan penulisan

hukum ini, Ira Oktafia Latifah, Megaria Dhiah Ambarwati, dan Norma

Evita Hayati yang selalu setia menemani hari-hariku;

11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penyusunan penulisan hukum ini baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat dan

dapat berguna untuk melengkapi pengetahuan kita khususnya pengetahuan

hukum. Penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

Surakarta, 05 Juli 2012

Penulis,

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. ... Lat ar Belakang Masalah ... 1

B. ... Per umusan Masalah ... 7

C. ... Tuj uan Penelitian ... 7

(12)

commit to user

E. ... Met

ode Penelitian ... 8

F.... Sist

ematika Penulisan Hukum ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ... Ker

angka Teori... 15

1. ... Tinj

auan tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas Kebebasan

Berorganisasi ... 15

2. ... Tinj

auan tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh... ... 21

a. Pe

ngertian Serikat pekerja/serikat buruh... 21

b. T

ata Cara Pembentukan Serikat pekerja/serikat buruh... 23

c. F

ungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Beserta Hak dan

Kewajibannya... 29

3. ... Tinj

auan tentang Hubungan Kerja ... 33

a. ... Perj

anjian Kerja ... 33

b. ... Per

aturan Perusahaan... 34

c. ... Perj

anjian Kerja Bersama ... 39

B. ... Ker

(13)

commit to user BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. ... L

egalitas Pendirian Serikat Pekerja PT. PLN (PERSERO) ... 48

a.... P

engaturan Pendirian Serikat Pekerja di PT. PLN(PERSERO) dalam

Perspekti Berbagai Regulasi Perundang-undangan di Indonesia ... 50

1) ... K

ovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya ... 50

2) ... K

ovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik ... 51

3) ... D

eklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang digagas

PBB tahun 1945 ... 51

4) ... U

ndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .... 52

5) ... U

ndang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia ... 53

6) ... U

ndang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh ... 53

7) ... U

ndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan... ... 58

8) ... U

ndang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) ... 60

9) K

eputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998

(14)

commit to user

Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi... 62

b. ... K

etersesuaian Pendirian Serikat Pekerja di PT. PLN (PERSERO)

dengan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku ... 62

2. ... P

elaksanaan Fungsi Serikat Pekerja di PT. PLN(PERSERO) ... 70

a... S

ebagai Pihak dalam Pembuatan PKB dan Penyelesaian Hubungan

Industrial ... 70

b. ... S

ebagai Wakil dalam Lembaga Kerja Sama ... 84

c... S

ebagai Sarana Menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis,

Dinamis, dan Berkeadilan ... 85

d. ... S

ebagai Sarana Penyalur Aspirasi ... 85

e.... S

ebagai Perencana, Pelaksana, dan Penanggung Jawab Pemogokan

Buruh ... 86

3. ... Imp

likasi Hukum Bagi PT. PLN (PERSERO) Jika Mendiskriminasikan Salah

Satu Serikat Pekerja... ... 87

BAB IV PENUTUP

A. ... Sim

pulan ... 95

B. ... Sar

(15)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Perbedaan PKB Yang Lama Dan PKB Yang Baru ... 74

DAFTAR GAMBAR

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal, manajemen, dan

pekerja. Mereka adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dan mempunyai

motivasi yang berbeda pula. Pengusaha adalah yang menanamkan modal,

sehingga yang menjadi perhatian utama mereka tentulah untuk mendapatkan

keuntungan semaksimal mungkin. Manajemen selalu ada di sana untuk

melindungi kepentingan dari para pengusaha. Pada prosesnya, pekerja selalu

menjadi korban eksploitasi dari pihak pengusaha. Sebagai bagian dari industri,

pekerja menginginkan keadilan guna mendapatkan “kembalian hak” sebagai

hasil pelaksana industri. Tentunya pekerja mempunyai kekuatan untuk

menghilangkan permasalahan seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi

pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara

individual pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya karena

melawan hebatnya kombinasi antara pengusaha dan manajemen, di mana

mereka mempunyai kekuasaan, uang, dan pengaruh.

Pihak pekerja harus mengetahui dan memahami bahwa sebagai

perseorangan tidak akan banyak yang akan dicapai. Hanya melalui usaha

mengorganisir dirinya dan kegiatan kolektif, mereka dapat secara efektif

menjunjung martabatnya sebagai individu dan pekerja, menghormati perintah

dari pengusaha, juga berusaha keras untuk memperbaiki dan memelihara mata

pencaharian, meningkatakan pengupahan, status sosial ekonomi, kesejahteraan

yang lebih baik dan hal-hal prinsip lainnya. Dalam jurnal internasional oleh John O‟Reilly and Nate Hawthorne dijelaskan bahwa (John O‟Reilly and Nate Hawthorne, 2011 : 4) :

(17)

commit to user

strengthen our power across connected industrial chains. While One Big Unionism is a set of principles that guides our work, Industrial Unionism gives us practical suggestions about how to best implement our ideas and win when we fight the bosses. Industrial Unionism is understanding how we carry out our rinciples in action. Industrial Unionism is fundamentally about how to build and exert power in the most effective way possible in the near future. Organizing along the supply chain amplifies our power: a union of agricultural workers, food processing workers, truckers, and fast food workers in one chain has more power against the employer or employers on that chain than organizing all the fast food workers in one city. Industrial Unionism builds upon the strength of workers whose jobs are related as way to win fights. We use these fights to win membership to our union and use our membership to win these fights.

Serikat pekerja/serikat buruh adalah gagasan bahwa perlu dibangun

sebuah organisasi agar terhubung satu sama lain secara logis berdasarkan

ekonomi modern. Dengan terbentuknya serikat pekerja/serikat buruh, dapat

menguatkan posisi para pekerja dalam hal hubungannya dengan pihak

manajemen perusahaan dan merupakan sarana yang paling efektif dalam

penyaluran aspirasi para pekerja.

Organisasi yang dibutuhkan pekerja adalah serikat pekerja/serikat

buruh, tetapi pada kenyataannya banyak pekerja tidak menyadari bahwa

serikat pekerja/serikat buruh adalah hak yang melekat bagi pekerja (worker

right is human right), Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa

setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga

negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis kelamin, agama

dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan

memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan

memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang digagas

(18)

commit to user

23 huruf d, yang berbunyi “Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki

serikat pekerja/serikat buruh untuk melindungi kepentingannya.”

Kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi juga

dituangkan dalam Konvensi International Labour Organitation (ILO) Nomor

87 Tahun 1956 tentang Freedom Of Association and Protection Of The Right

to Organize (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan

Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi), di mana pemerintah Indonesia telah

meratifikasinya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83

Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning

Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi

Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk

Berorganisasi)yang berbunyi sebagai berikut :

1. Pasal (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi).

“Para pekerja dan Pengusaha, tanpa perbedaan apapun, berhak untuk mendirikan dan menurut aturan organisasi masing-masing bergabung dengan organisasi-organisasi atas pilihan mereka sendiri tanpa pengaruh pihak lain;”

2. Pasal (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi)

“Organisasi pekerja dan pengusaha tidak boleh dibubarkan atau dilarang kegiatannya oleh penguasa administratif.”

Mengacu dari regulasi tersebut, maka sudah secara jelas diatur bahwa

negara menjamin adanya kebebasan untuk berserikat dan secara tegas melarang

segala bentuk upaya pemberangusan hak berserikat. Kebebasan berserikat yang

diinginkan oleh para pekerja dalam serikat pekerja/serikat buruh tidak

diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan begitu saja, namun

(19)

commit to user

penjajahan hingga keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang

Serikat pekerja/serikat buruh. Efektif tidaknya undang-undang tersebut dalam

praktek tergantung kepada posisi Organisasi buruh itu sendiri.

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang

Serikat pekerja/serikat buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan

mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin

kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat

buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh

dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan

berkeadilan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat

buruh didasarkan pada Pasal 28 E Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi

Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai

Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk

Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98

Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta

diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah

secara radikal. Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah

dimanfaatkan oleh para aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan

bermacam nama dan bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip,

organisasi buruh dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan

buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan

(20)

commit to user

Berdasarkan konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa

pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak

pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah

organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh

bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,

serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan

keluarganya. Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat pekerja/serikat

buruh dalam memperjuangkan hak anggotanya sangat besar, sehingga

pekerja/buruh telah banyak merasakan manfaat organisasi serikat

pekerja/serikat buruh yang betul-betul mandiri (independence) dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak buruh.

Seperti halnya kasus yang terjadi di PT.PLN (PERSERO), di mana

telah terjadi adanya upaya pelemahan salah satu organisasi serikat pekerja yang

tidak sependapat dengan ketentuan manajemen. Serikat Pekerja PT PLN

(PERSERO) atau disingkat SP PLN, adalah organisasi buruh independen yang

dibangun sebagai wadah aspirasi bagi para pekerja yang berada di dalam tubuh

PT PLN, yang sah dan terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja RI Nomor

KEP. 385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 serta telah tercatat pada

Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Selatan dengan Nomor

Bukti Pencatatan Nomor 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April 2001. SP PLN

dikenal kritis terhadap kebijakan perusahaan termasuk pemerintah, hal ini

dibuktikan ketika mereka berhasil membatalkan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2002 tentang ketenagalistrikan yang isinya memuat

aturan unbundling dan privatisasi PLN, melalui Judicial Review ke Mahkamah

Konstitusi. Kekritisan ini telah disikapi dengan represi oleh managemen PLN

di bawah pimpinan Dahlan Iskan. Terlebih ketika SP PLN kembali

mengajukan Judicial Review tehadap Undang-Undang Ketenagalistrikan yang baru atau Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009. Segera setelah PLN di

bawah Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama, SP PLN terus menerus

mengalami tindakan anti serikat. Pemberangusan Serikat Pekerja PT. PLN

(21)

commit to user

dilakukan oleh Dahlan Iskan yakni memecah belah serikat pekerja, membajak

serikat pekerja PT. PLN menjadi Serikat boneka/tandingan, membuat

Perjanjian Kerja Bersama dengan Serikat Pekerja boneka/tandingan buatan

pihak management PT. PLN, melakukan mutasi Pengurus SP. PLN,

Melakukan PHK, mengeluarkan ancaman-ancaman PHK serta membuat Surat

Edaran ke unit-unit PLN bahwa yang diakui hanya SP buatannya, sehingga SP

yang lain tidak berhak difasilitasi aktifitasnya.(Lembaga Bantuan Hukum

Jakarta, Menolak Privatisasi PLN, Serikat Pekerja PLN Diberangus Dahlan Iskan

dan Manajemen PT. PLN :

http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/berita/press-release/428-

menolak-privatisasi-pln-serikat-pekerja-pln-diberangus-dahlan-iskan-dan-managemen-pt-pln).

Kasus serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) ini memuncak ketika

manajemen Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai Direktur Umum PT.

PLN (PERSERO) justru mengakui serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) kubu

lain dengan Ketua Umum Riyo Supriyanto. Padahal ketika itu, Ketua Umum

serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) berdasarkan Musyawarah Besar tanggal

29-30 Mei 2007 adalah Ahmad Daryoko. Berikutnya, manajemen juga

memecat Sumadi, yang ketika itu menjabat Sekretaris Jenderal serikat pekerja

PT. PLN (PERSERO), serta memutasi dua pengurus daerah. Manajemen

perusahaan bahkan telah berencana melakukan pengosongan ruangan serikat

pekerja PT. PLN (PERSERO) di kantor pusat PLN di Jakarta. (hukumonline,

SP PLN Lawan Union Busting via Praperadilan :

http://hukumonline.com/berita/baca/lt4e72e5ef30d94/sp-pln-lawan-union-busting-via-praperadilan).

Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam

memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat

buruh akan meningkatkan posisi mereka, baik secara individu maupun

keseluruhan. Serikat pekerja/serikat buruh dapat mengawasi (control)

pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, serikat

(22)

commit to user

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya

di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan

dalam penulisan hukum dengan judul “PELAKSANAAN HAK

BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO)”

B. Rumusan Masalah

Menurut uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Apakah pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

3. Apa implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan

salah satu serikat pekerja?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang hendak

dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini

adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk memberikan preskripsi pendirian serikat pekerja di PT. PLN

(PERSERO);

b. Untuk memberikan preskripsi pelaksanaan fungsi serikat pekerja di

PT. PT. PLN (PERSERO);

c. Untuk memberikan preskripsi implikasi hukum bagi PT. PLN

(PERSERO) jika mendiskriminasikan salah satu serikat pekerja.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data serta informasi yang penulis pergunakan

dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar

Sarjana Strata satu dalam Ilmu hukum pada Fakultas Hukum di

(23)

commit to user

b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai peran serikat

pekerja/serikat buruh guna mengakomodasi kepentingan dan

melindungi hak-hak para pekerja;

c. Sebagai cara untuk menerapkan serta mendalami teori dan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang

dapat diambil. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini,

antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya dalam bidang

hukum ketenagakerjaan;

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi di bidang

karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta

berguna bagi para pihak yang berkepentingan.

2.Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan masukan dan gambaran bagi pemerintah serta

pemerhati yang tertarik terhadap masalah pentingnya serikat

pekerja/serikat buruh, khususnya tentang implementasi hak berserikat;

b. Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi

masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait

dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana

yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami

ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan

(24)

commit to user

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisisnya. Metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang

dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. Metode penelitian yang

digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan jenis penelitian

hukum kepustakaan, atau dikenal sebagai penelitian hukum doctrinal, yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

dan bahan hukum tersier (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 35). Bahan-bahan

hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu

kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai

pelaksanaan hak serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), utamanya pada

ketersesuaian peran dan fungsi serikat pekerja dalam memenuhi hak-hak para

pekerja dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu,

penelitian ini juga menyoroti mengenai bentuk konsekuensi pengaturan

kewajiban pihak manajemen atau pengusaha dalam memberikan kebebasan

berorganisasi bagi para pekerjanya.

2. Sifat Penelitian

Sifat dalam penelitian hukum adalah preskriptif dan terapan. Sebagai

ilmu yang bersifat prespektif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum,

nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan

norma-norma hukum. Sedangkan sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan

standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan

aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22). Sifat preskriptif dalam

penelitian ini yaitu penulis akan mempelajari konsep hukum mengenai

pelaksanaan hak berserikat bagi para pekerja, kemudian bentuk terapannya

(25)

commit to user

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh.

3. Pendekatan Penelitian

Untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini, penulis menggunakan

pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual

(conseptual approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum

yang sedang dianalisis. Selanjutnya, pendekatan konseptual diaplikasikan

dengan beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada, penulis akan menemukan ide-ide

yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan

asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Telaah

demikian diperlukan oleh penulis karena maksud penelitian ini memang ingin

diperoleh suatu analisis berkaitan dengan aspek filosofis dan pola pikir yang

melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari, di mana hal itu merupakan

kelanjutan perkembangan dari proses isu hukum yang sebelumnya.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Untuk memecahkan memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan

preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber

penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi

sumber-sumber penelitan yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan

hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku

teks, kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum (Peter Mahmud Marzuki,

(26)

commit to user

Dalam penelitian ini penulis meggunakan jenis dan sumber bahan

hukum primer dan sekunder. Tentunya sumber bahan hukum yang dimaksud

berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas pemasalahan penelitian

yang diketengahkan penulis. Mengenai jenis dan sumber bahan hukum yang

penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah :

1) Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya;

2) Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil Dan Politik;

3) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang

digagas PBB pada tahun 1945;

4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia;

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh;

7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

8) Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan.

b. Bahan Hukum Sekunder

1) Buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan;

2) Jurnal hukum yang berkaitan dengan permasalahan;

3) Kamus hukum;

4) Artikel-artikel baik di media cetak maupun internet yang

berkaitan dengan permasalahan.

(27)

commit to user

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yaitu

kamus.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan teknik

studi pustaka. Studi pustaka yang dimaksud dilakukan dengan cara

melakukan pengkodean atas bahan-bahan hukum baik primer maupun

sekunder yang telah didapatkan. Bahan hukum yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas dipaparkan, disistemisasi, kemudian dianalisis untuk

menginterpretasikan hukum yang berlaku.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik análisis bahan hukum yang akan digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah dengan metode deduktif, yaitu cara berpikir berpangkal

pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang

akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap

fakta-fakta yang bersifat khusus. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara

deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat

umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi (Johny Ibrahim, 2006 :

393).

Dalam penulisan hukum ini yang dimaksud fakta umum adalah konsep

serikat pekerja Indonesia yang telah diakomodasi dalam Pasal 28

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang-Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sedangkan

fakta khususnya adalah implikasi pelaksanaan serikat pekerja bagi para

pelaku usaha di PT. PLN (PERSERO).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

(28)

commit to user

mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka

peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari

4 (empat) bab dan dalam tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang

dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil

penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan metode penelitian. Metode penelitian terdiri

atas jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, jenis dam

sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik

analisis bahan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua ini membahas mengenai kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah

tinjauan umum mengenai pengertian dan tata cara pendirian serikat

pekerja/serikat buruh, pengaturan hak berserikat dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia, fungsi serikat pekerja/serikat buruh

beserta hak dan kewajibannya, dan perlindungan hukum kepada pekerja

atas kebebasan berorganisasi.

Kerangka pemikiran berisi alur pemikiran yang hendak ditempuh oleh

penulis yang dituangkan dalam bentuk skema/ bagan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memuat hasil penelitian dan pembahasan

tentang apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), dan

implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan

salah satu serikat pekerja dikaitkan dengan sistem hukum positif di

(29)

commit to user

BAB IV : PENUTUP

Berisi simpulan-simpulan yang didapat dari hasil penelitian dan

pembahasan serta saran-saran yang diajukan penulis sebagai implikasi

(30)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1.Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas

Kebebasan Berorganisasi

Alinea ketiga dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu negara melindungi segenap bangsa

dan negara Indonesia. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 27

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu

setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan. Setiap warga negara berhak atas penghasilan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Buruh adalah bagian dari

bangsa Indonesia, sehingga berhak pula untuk dilindungi dan mendapatkan

penghidupan yang layak.

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat

dan berkumpul dalam suatu wadah serikat pekerja/serikat buruh.

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat

merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dari suatu negara

hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki

manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena

pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi

manusia dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan

keadilan. Pengakuan atas negara hukum salah satu tujuannya melindungi

hak asasi manusia, berarti hak dan sekaligus kemerdekaan atau kebebasan

perorangan diakui, dihormati dan dijunjung tingg. Pengakuan dan

perlindungan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan

dapat dikatakan sebagai tujuan dari negara hukum.

(31)

commit to user

Kebebasan berserikat dan berkumpul termuat dalam konvensi ILO

Nomor 87 Tahun 1948 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak

berorganisasi, telah diratifikasi dan dituangkan dalam Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998, dan Konvensi ILO Nomor 98

Tahun 1949 tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, telah

diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956. Konvensi

Nomor 87 dimaksudkan secara keseluruhan untuk melindungi kebebasan

berserikat terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah. Konvensi

Nomor 98 ditujukan untuk mendorong pengembangan penuh mekanisme

perundingan kolektif sukarela.

Esensi pentingnya pekerja membentuk organisasi atau serikat

pekerja/serikat buruh ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh. Secara eksplisit

konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menyebutkan, serikat

pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan,

melindungi dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja/buruh

beserta keluarganya, serta mewujudkan hubungan industrial yang

harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Ketentuan demikian ditegaskan kembali dalam Ketentuan Umum

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat

buruh dan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yang

intinya menyatakan serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang

dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di

luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan

bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak

dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan

pekerja/buruh dan keluarganya. Panitia pembentuk serikat pekerja/serikat

buruh dalam mendirikan serikat pekerja/serikat buruh dilindungi oleh:

a. Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang mengatur adanya kemerdekaan berserikat dan

(32)

commit to user

b. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang

Serikat pekerja/serikat yang menyatakan bahwa setiap

pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota Serikat

pekerja/serikat buruh.

Pihak yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk

membentuk serikat pekerja/serikat buruh dengan cara melakukan

pemutusan hubungan kerja dikenakan sanksi pidana paling singkat satu

tahun dan paling lama lima tahun dan atau denda paling sedikit Rp

100.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00. Hal ini diatur

dalam pasal 28 jo. pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh.

Dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh tidak diatur

bahwa adanya kewajiban bagi pekerja untuk meminta ijin terlebih dahulu

kepada perusahaan sebelum mendirikan serikat pekerja/serikat

buruh. Yang diatur dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh

adalah pemberitahuan setelah serikat pekerja/serikat buruh itu mencatatkan

diri ke dinas Tenaga Kerja Setempat (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh). Jika

manajemen perusahaan tetap memberikan ancaman PHK jika serikat

pekerja/serikat buruh terbentuk, maka hal tersebut dapat dilaporkan ke

bagian Pengawasan Dinas Tenaga Kerja setempat atau kepolisian.

Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya hak-hak

asasi manusia (HAM). Manusia mempunyai kedudukan sentral dalam

penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan subyek dalam rangka

penegakan hukum tersebut. Hak asasi manusia memang menyangkut

masalah di dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi

manusia individu maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia

individu merupakan hak yang menyangkut kepentingan perorangan dan

hak asasi manusia kolektif menyangkut kepentingan bangsa dan negara.

Hak hak asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul

(33)

commit to user

perilaku manusia dalam hubungan dengan sesama manusaia. Inti paham

hak-hak asasi manusia, menurut Magnis Suseno, terletak dalam kesadaran

bahwa masyarakat atau umat manusia tidak dapat dijunjung tinggi kecuali

setiap manusia individual, tanpa diskriminasi dan tanpa kekecualian,

dihormati dalam keutuhannya (Frans Magnis Suseno, 2001 : 145).

Konsep tentang hak asasi manusia bukan merupakan hal baru bagi

bangsa Indonesia. Salah satu komitmen Indonesia terhadap penghormatan

dan jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua

Pancasila, dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah Pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan

hak-hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi,

sosial, dan kebudayaan. Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini dirumuskan tiga tahun sebelum

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa

(Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam

bidang hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2)

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk

bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam

hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap

warga negara tanpa memandang segala perbedaan yang ada pada diri

seseorang berhak mendapatkan dan melakukan pekerjaan serta menerima

imbalan secara adil.

Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap

orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga

(34)

commit to user

dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan

memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan

memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat.

HAM dan demokrasi memiliki kaitan yang sangat kuat. Demokrasi

memberikan pengakuan lahirnya keikutsertaan publik secara luas dalam

pemerintahan. Dalam perkembangan sejarah awal demokrasi, desakan ke

arah hadirnya peran serta publik mencerminkan adanya pengakuan

kedaulatan. Aktualisasi peran publik dalam ranah pemerintahan

memungkinkan untuk terciptanya keberdayaan publik. Adapun HAM

memberikan perluasan otoritas bagi manusia untuk diakui dan dilindungi

sebagai makhluk yang bermartabat. Perlindungan dan pemenuhan HAM

melalui rezim yang demokratik berpotensi besar untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat. (Majda El Mhtaj, 2008 : 45).

Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 deklarasi PBB

tentang hak asasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan : (Bahder Johan

Nasution, 2004 : 100-101)

a. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara

bebas, atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan serta

atas perlindungan dari pengangguran.

b. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama

untuk pekerjaan yang sama.

c. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan

menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak bagi

martabat manusia untuk dirinya sendiri dan keluarganya, dan

dilengkapi, manakala perlu oleh sarana perlindungan sosial lainnya.

d. Setiap orang berhak untuk membentuk dan bergabung ke dalam

serikat buruh guna melindungi kepentingan-kepentingannya.

Peraturan hukum di Indonesia serikat pekerja/serikat buruh diatur

dan dibentuk berdasarkan :

(35)

commit to user

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. Piagam dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (4);

d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi

ILO Nomor 98 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar Dari Hak Untuk

Berorganisasi Dan Untuk Berunding Bersama;

e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh;

g. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

h. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI);

i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998

Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak

Untuk Berorganisasi);

j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat pekerja/serikat buruh;

k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat

buruh;

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh, membagi serikat pekerja/serikat buruh itu menjadi

serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan dan serikat pekerja/serikat

buruh di luar perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,

serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat

buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di

beberapa perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3

(36)

commit to user

serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat

pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang bekerja

di luar perusahaan.

Selanjutnya serikat pekerja/serikat buruh itu dapat membentuk

federasi serikat pekerja/serikat buruh maupun konferensi serikat

pekerja/serikat buruh. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,

konferensi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat

pekerja/serikat buruh.

Pekerja yang ada di suatu perusahaan dapat bergabung membentuk

serikat pekerja/serikat buruh. Antara serikat pekerja/serikat buruh yang ada

di beberapa perusahaan dapat bergabung membentuk federasi serikat

pekerja/serikat buruh. Beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh

selanjutnya dapat membentuk konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

2.Tinjauan Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

a. Pengertian Serikat pekerja/serikat buruh

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat

dan berkumpul dalam suatu wadah Serikat Pekerja/Buruh. Kemerdekaan

berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak

dasar yang dimiliki warga negara dari suatu negara hukum demokratis

yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan

martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat

atau negara disebut hak asasi manusia (Frans Magnis Suseno, 1999 : 73).

Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kebebasan

berserikat dan berkumpul bagi buruh selanjutnya dituangkan dalam

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh. Hak

berserikat dan berkumpul mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.

(37)

commit to user

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh (Asri Wijayanti, 2009 : 86).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat

buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh,

baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,

terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna

memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja

dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya. Penjelasan dari sifat-sifat serikat pekerja/serikat buruh ini

adalah sebagai berikut (Zaeni Asyhadi, 2009 :22-23) :

1) Bebas

Yaitu sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan

kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh tidak di bawah pengaruh dan tekanan

dari pihak lain.

2) Terbuka

Ialah bahwa serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dalam menerima anggota

dan atau memperjaungkan pekerja/buruh tidak membedakan aliran

politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.

3) Mandiri

Bahwa dalam mendirikan, menjalankan, dan

mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak

dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi

4) Demokratis

Bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus,

memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi

(38)

commit to user 5) Bertanggung jawab

Ialah bahwa dalam hal mencapai tujuan dalam melaksanakan

kewajibannya serikat pekerja/serikat buruh, federasi, dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab kepada anggota,

masyarakat dan negara.

Serikat pekerja/serikat buruh merupakan bentuk pelaksanaan dari

hak seseorang untuk berserikat dan berkumpul. Adanya serikat

pekerja/serikat buruh sangat penting bagi kelangsungan hubungan

industrial. Serikat pekerja/serikat buruh diharapkan dapat melaksanakan

fungsinya secara maksimal dalam rangka meningkatkan hubungan

industrial di tingkat perusahaan.

b.Tata Cara Pembentukan Serikat pekerja/serikat buruh

Pekerja atau buruh memerlukan suatu wadah organisasi yang

berfungsi sebagai alat pemersatu dan pembela kepentingan mereka

sehingga dapat meningkatkan jiwa kebersamaan. Untuk itu yang

dibutuhkan adalah suatu organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang

kuat, didirikan dan didukung oleh sebanyak-banyaknya pekerja agar dapat

berperan secara optimal dalam membela kepentingan pekerja serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui peningkatan kesejahteraan

pekerja dan keamanan serta menciptakan suasana kerja yang kondusif.

Organisasi serikat pekerja/serikat buruh menjadi sangat diperlukan

kehadirannya dan akan dirasakan secara langsung oleh setiap pekerja.

Organisasi serikat pekerja/serikat buruh dapat menampung dan

menyalurkan aspirasi pekerja memperjuangkan kepentingan pekerja dan

keluarganya, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban, membela

pekerja dalam menghadapi masalah hubungan industrial. Selain itu juga

sebagai wahana peningkatan profesionalisme pekerja dan menyusun

kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

kepegawaian serta syarat-syarat yang dituangkan ke dalam Perjanjian

Kerja Bersama (PKB) yang dibuat bersama-sama antara perusahaan yang

(39)

commit to user

pekerja/serikat buruh. Jelaslah melalui organisasi serikat pekerja/serikat

buruh akan dapat diciptakan suasana kerja yang kondusif, kenyamanan dan

keamanan kerja serta terwujud suasana kerja yang bebas korupsi, kolusi

dan nepotisme. Profesionalisme dan semangat kerja yang tinggi, jujur dan

disiplin, pekerja dapat berperan memajukan perusahaan dan meningkatkan

kesejahteraan.

Diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 87 tahun 1948 tentang

Kebebasan Berserikat bagi Pekerja dengan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 83 tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi) pada masa pemerintahan

Presiden BJ. Habibie, maka dalam penerapannya setiap pekerja/pegawai

disetiap perusahaan, baik perusahaan swasta, BUMN, BUMD termasuk

anak-anak perusahaannya dapat mendirikan atau masuk pada suatu

organisasi serikat pekerja/serikat buru secara sukarela dan tanpa paksaan

dari pihak lain. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang serikat

pekerja/serikat buruh yang sifatnya mandirI (independen) dan tidak

berafiliasi pada partai politik tertentu serta tidak diarahkan untuk

mendukung pada suatu faham politik tertentu atau aliran suatu golongan

tertentu melainkan bertujuan memperjuangkan/membela kepentingan

pekerja dan keluarganya serta sebagai suatu wadah untuk meningkatkan

kesatuan dan persatuan pegawai dalam rangka mewujudkan suasana kerja

yang kondusif dan berupaya meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja.

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000

tentang Serikat pekerja/serikat buruh, seorang pekerja /buruh tidak boleh

menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu

perusahaan. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan

ternyata tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang

bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat

(40)

commit to user

pekerja/serikat buruh tanpa melihat statusnya dalam suatu perusahaan,

manager atau direktur ketika posisinya adalah pekerja, ia mempunyai hak

untuk menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal

pengaturan tentang posisi pengurus serikat pekerja/serikat buruh menurut

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh, pada prinsipnya manajer boleh menduduki posisi

pengurus serikat pekerja/serikat buruh, yang tidak boleh adalah

pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan

dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak

pengusaha dan pekerja/buruh diperusahaan tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, mekanisme pemberitahuan

atau pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara

tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. Pemberitahuan sebagaimana

dimaksud, dengan dilampiri :

1) Daftar nama anggota pembentuk;

2) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

3) Susunan dan nama pengurus.

Syarat pembentukan federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah

sebagai berikut:

1) Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi

anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.

2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh

sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh .

Syarat pembentukan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

adalah sebagai berikut :

1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan

(41)

commit to user

2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh

sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Mekanisme pembentukan federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, sebagai berikut.

1) Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang akan diberitahukan

tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat

buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang

telah tercatat terlebih dahulu;

2) Instansi pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat

(1), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh wajib mencatat dan memberikan nomor bukti

pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi

ketentuan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja

terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan;

3) Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh dapat menangguhkan pencatatan dan

pemberian nomor bukti pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat

buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh

belum memenuhi ketentuan;

4) Penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dan

alasan-alasannya diberitahukan secara tertulis kepada serikat

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima

pemberitahuan.

Saat ini ada beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh tingkat

(42)

commit to user

nasional oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia, hal ini disebabkan karena anggotanya yang di daerah

dimasing-masing provinsi belum dicatatkan ke dinas terkait. Kondisi ini terjadi

pada Serikat pekerja/serikat buruh yang berbasis di BUMN atau

perusahaan swasta dengan sistem holding company yang anggotanya ada

di berbagai daerah. (Muhamad Rusdi :

http://rusdi123.wordpress.com/2009/09/15/dasar-hukum-tata-cara-pembentukan-serikat-pekerja/).

Dengan demikian untuk menjamin legalitas dari suatu serikat

pekerja maka harus dipenuhi syarat pencatatan serikat pekerja/serikat

buruh, federasi dan konfederasi, yaitu :

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh yang telah dibentuk memberitahukan secara

tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan kabupaten/kota berdasarkan domisili, untuk

dicatat.

2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat

pekerja/serikat buruh dilampiri syarat-syarat sebagai berikut :

a) daftar nama anggota pembentuk;

b)anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

c) susunan dan nama pengurus

Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor KEP-16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan

Serikat pekerja/serikat buruh dalam anggaran dasar, sekurang-kurangnya

harus memuat :

1) nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh;

2) asas dan tujuan yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan

(43)

commit to user 3) tanggal pendirian;

4) tempat kedudukan;

5) persyaratan menjadi anggota dan persyaratan pemberhetiannya;

6) hak dan kewajiban anggota;

7) persyaratan menjadi pengurus dan persyaratan pemberhetiannya;

8) hak dan kewajiban pengurus;

9) sumber, tata cara penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan;

10)ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah

tangga.

Tanggal pencatatan dan pemberian nomor bukti pencatatan

dilakukan selambat-lambatnya 21 (duapuluh satu) hari kerja terhitung

sejak tanggal diterimanya pemberitahuan dengan menggunakan formulir

sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri ini. Pengurus

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh setelah menerima nomor bukti pencatatan harus memberitahukan

secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatan

organisasinya.

Dengan diterimanya pemberitahuan, dinas tenaga kerja wajib

mencatat dan memberi nomor pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat

buruh, federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh. Pencatatan dan pemberian nomor pencatatan dapat

ditangguhkan, bahkan dapat ditolak apabila serikat pekerja/serikat buruh,

federasi serikat pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh tersebut (Zaeni Asyhadie, 2007 : 27-28) :

1) bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2) dibentuk oleh kurang dari sepuluh orang pekerja/buruh untuk

Serikat pekerja/serikat buruh, atau kurang dari lima serikat

pekerja/serikat buruh untuk federasi serikat pekerja/serikat buruh,

dan kurang dari tiga federasi serikat pekerja/serikat buruh untuk

Gambar

TABEL 1 :  Perbedaan PKB Yang Lama Dan PKB Yang Baru .......................  74
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel. 1 Perbedaan Antara PKB Lama dan PKB yang Baru

Referensi

Dokumen terkait

“Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang mempunyai hasil dari perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Buruh yang tercatat dalam instansi

Upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan Keberadaan Serikat Pekerja/Buruh yang Berasal dari Pekerja/Buruh Outsourcing...56.. BAB IV PENUTUP

mengenai “ PELAKSANAAN FUNGSI SERIKAT PEKERJA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA UNTUK.. MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH YANG MENJADI ANGGOTA (

Mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat. pekerja, pemberitahuannya ditandatangani oleh perwakilan yang ditunjuk sebagai

Pekerja dalam satu perusahaan adalah perselisihan antara serikat buruh atau.. serikat Pekerja dengan serikat buruh atau serikat Pekerja lainya dalam

Oleh karena munculnya asumsi keberadaan serikat pekerja pada reformasi yang dibangun sebagai "pembalasan" posisi tawar yang lemah dari organisasi buruh di era

Kemudian, pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari

KAP dapat menentukan jumlah sampel yang dikunjungi selain 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah sampel sepanjang disetujui oleh KPU Provinsi. 4) Terhadap penyumbang dana