• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Jeruk Bali Merah

2.1.1 Morfologi Jeruk Bali Merah (Citrus maximaMerr.)

Tanaman jeruk bali merah berbentuk pohon dan berkayu. Tingginya tergantung varietas dan umur tanaman. Jeruk ini yang berumur 16 tahun tingginya sekitar 5 m. Batang tanaman keras, kuat dan bengkok-bengkok. Diameternya sekitar 10-15 cm. Batang diselimuti oleh oleh kulit batang yang cukup tebal. Batangnya ada yang berduri dan ada yang mulus tidak berduri. Daun berbentuk bulat telur dan lebih besar dari jenis lain. Tepi daunnya agak rata, sedang dekat ujungnya agak berombak dan ujungnya tumpul. Bunganya merupakan bunga tunggal atau majemuk yang bertandan. Tiap tangkai jeruk bali menghasilkan satu buah dan bakal buah berkerucut. Setelah tua buah berubah menjadi bulat besar. Berat buahnya bervariasi antara 0,75-1,5 kg per buah dengan diameter 10-20 cm. Ketebalan kulit buah bergantung pada varietasnya. Kulit buah jeruk ini terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu kulit luar, kulit bagian tengah dan kulit bagian dalam. Kulit luar ada yang berwarna hijau, hijau kekuningan atau kuning. Sedang kulit buah bagian tengah berwarna putih bersih dan kulit bagian dalam berwarna pink muda. Tiap buah jeruk ini biasanya berisi 11-16 ruang atau sisir. Di dalam kulit buah bagian dalam inilah bias dijumpai daging buahnya yang segar dan banyak mengandung air. Daging buah ada yang putih, merah muda dan merah (Ade,2000).

2.1.2 Manfaat Jeruk Bali Merah

Manfaat dari jeruk bali merah pada beberapa literatur yaitu dinyatakan memiliki kandungan flavonoida yang mempunyai aktivitas sebagai poliferation, sitotoksik dan apoptosis terhadap kanker colon (Daniel et all, 1999). Literatur lain juga melaporkan bahwa flavonoida yang terkandung dalam tumbuhan jeruk (Citrus) mempunyai aktivitas sebagai antikanker (Evans, 1998).

2.1.3 Sistematika Jeruk Bali Merah (Citrus maximaMerr.)

Sistematika buah jeruk bali merah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Genus : Citrus

Spesies : Citrus maxima Merr. Nama Lokal : Jeruk Bali Merah

2.2 Tumbuhan Jeruk Bali

Jeruk Besar dalam bahasa Inggris disebut pummelos, bahasa Indonesia jeruk besar dan bahasa Jawa jeruk gulung. Jenis jeruk ini dapat tumbuh dengan baik didataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Jenis jeruk ini lebih menyukai daerah yang bertopografi datar (tidak bervariasi), permukaan air tanahnya dalam dan tidak tergenang air. Jenis jeruk berasal daerah kepulauan Polynesia sampai semenanjung Malaka. Berarti jenis jeruk ini asli berasal dari Indonesia. Setiap pohon yang besar dapat menghasilkan buah sebanyak 200 buah dalam satu musim. Waktu berbunga sama seperti jenis jeruk lain. Waktu pembentukan bunga sampai buah masak membutuhkan waktu sekitar 7-8 bulan. Jeruk besar terdiri dari berbagai macam jenis,

Jeruk Silempang, Jeruk Oyod Gondong, Jeruk Delima Kepyar (Kanisius, 1994), Jeruk Nambangan-Madiun, Jeruk Bali, Jeruk Gulung, Jeruk Pandanwangi (Soelarso, 1996).

Pomelo adalah sebutan untuk jeruk besar. Di Indonesia lebih dikenal sebagai jeruk bali atau jeruk gulung. Meskipun popular dengan sebutan jeruk bali, sentra jeruk ini bukan dipulau Bali, melainkan di Nambangan, Magetan (Jawa Timur). Tanaman jeruk bali tidak hanya terdapat di Nambangan. Tanaman asli Indonesia sudah menyebar di Iran, Pakistan, India, Malaysia, RRC dan Australia. Salah satu varietasnya, yaitu pomelo sudah dikembangkan di Negara-negara subtropis dan popular dengan sebutan grapefruit. Ukuran grapefruit sedikit lebih kecil dari jeruk bali dan kegunaannya hanya untuk konsentrat. Konsentrat grapefruit yang didinginkan biasa diminum pada pagi hari sebelum masyarakat menyantap roti, kentang, daging dan sarapan lainnya.

Jeruk bali merupakan terna pohon dengan pertumbuhan cabang mulai dari pangkal batang. Ketinggian tajuk hanya sekitar 10 m. Batang jeruk bali berkayu keras dan liat. Daun jeruk bali berbentuk jorong dengan ujung meruncing dan bersayap pada bagian tangkainya. Warna daun hijau muda, tebal dan mengilap. Bunga berwarna putih dan dan beraroma sangat harum, tumbuh pada ujung ranting. Bentuk buah bervariasi mulai dari bundar agak pipih hingga bundar sempurna. Warna kulit buah bervariasi dari hijau gelap sampai hijau kekuningan setelah masak. Diameter buah rata-rata sekitar 20 cm. Biji berukuran sekitar 1 cm. Daging buah mudah diurai, berwarna mulai dari putih, kekuningan merah jambu dan merah tua. Rasanya bervariasi dari masam, manis masam, manis sampai manis bercampur getir (agak pahit). Menteri pertanian RI melepas tujuh varietas jeruk bali. Ketujuh varietas tersebut adalah nambangan, nambangan merah, nambangan putih, nagetan tanpa biji, srinyonya, ades duku dan gulung (Rahardi, 2004).

2.3 Klasifikasi Bahan Alam

Bahan alam didefenisikan di sini sebagai senyawa organik dengan bobot molekul antara 100 hingga 2000. Dalam arti yang lebih luas, istilah bahan alam juga dapat digunakan untuk senyawa ruahan dari alam, seperti bahan tanaman mentah, bahan makanan, resin dan eksudat tanaman atau ekstrak bahan tanaman (Heinrich, 2005).

Senyawa kimia bermolekul besar merupakan bagian utama dalam organ tanaman kering. Senyawa bermolekul besar ini berfungsi sebagai pembentuk struktur tanaman (selulosa, kitin, lignin dan pektin), sebagai cadangan makanan amilum, protein, lipoprotein) atau untuk memenuhi fungsi metabolisme penting lainnya (protein dan enzim). Senyawa kimia dari tanaman yang berbeda-beda dapat disari dengan pelarut umum; berupa senyawa kimia tanaman dengan molekul kecil. Sejumlah kelompok bahan alam dapat dibuat dari asam amino fenilalanin, terutama fenilpropana, lignin, kumarin dan flavonoid, semuanya memiliki substruktur umum yang berbasis cincin 6-karbon aromati (unit C6) dengan rantai 3-karbon (unit C3) yang melekat pada cincin aromatik. Dengan meningkatnya jenis dan tipe senyawa yang ditentukan didalam berbagai bahan alam, senyawa yang terdapat dalam tumbuhan adalah senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder (Heinrich, 2005).

2.3.1 Senyawa Metabolit Primer

Polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat merupakan penyusun utama dari makhluk hidup, karena itu disebut metabolit primer. Keseluruhan proses sintesis dan perombakan zat-zat ini, yang dilakukan oleh organisme untuk kelangsungan hidupnya, disebut proses-proses metabolisme primer. Metabolisme primer dari semua organisme sama, meskipun sangat berbeda genetiknya (Manitto, 1981).

2.3.2 Senyawa Metabolit Sekunder

Proses-proses kimia jenis lain terjadi hanya pada spesies tertentu sehingga memberikan produk yang berlainan, sesuai dengan spesiesnya. Reaksi yang demikian nampaknya tidak merupakan proses yang terpenting bagi eksistensi dari suatu organisme, karena itu disebut proses metabolisme sekunder. Produk-produk metabolisme sekunder, serupa dengan yang semula disebut sebagai produk alami oleh para ahli kimia organik (Manitto, 1981).

Senyawa kimia bermolekul besar merupakan bagian utama dalam organ tanaman kering. Senyawa bermolekul besar ini berfungsi sebagai pembentuk struktur tanaman ( selulosa, kitin, lignin dan pektin), sebagai cadangan makanan amilum, protein, lipoprotein) atau untuk memenuhi fungsi metabolisme penting lainnya (protein dan enzim). Senyawa kimia dari tanaman yang berbeda-beda dapat disari dengan pelarut umum; berupa senyawa kimia tanaman dengan molekul kecil. Di antara senyawa kimia tanaman bermolekul kecil ini terdapat sekelompok senyawa kimia yang banyak dijumpai dalam semua tanaman; dan kelompok senyawa kimia yang khas untuk tanaman tertentu. Senyawa kimia molekul kecil dari kelompok yang disebut terakhir dengan penyebaran terbatas; selanjutnya kelompok ini disebut sebagai metabolit sekunder. Berikut ini beberapa penggolongan metabolit sekunder ; minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, resin, glikosida, kumarin, terpenoid dan steroid (Midian, 2007).

Metabolit sekunder meskipun tidak sangat penting bagi eksistensi suatu individu, sering berperan pada kelangsungan hidup suatu spesies dalam perjuangan menghadapi spesies-spesies lain. Misalnya: zat kimia untuk pertahanan, penarik seks dan feromon (Manitto, 1981).

Senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linear yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini dapat ditulis sebagai C6 -C3-C6. Jadi senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoida adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa-senyawa neoflavonoida adalah senyawa 1,1 diarilpropana (Manitto, 1992).

Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6 – C3 (fenilpropana) yang bersumber dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA, yang bergabung dengan unit C6 – C3 ( sebagai KoA tioester) untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.

Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat memiliki ikatan C2 – C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon, atau dihidroksilasi pada posisi C3 cincin piranon untuk menghasilkan gugus flavanol pada flavonoid. Flavanol ini selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan antosianin, yang memberikan warna biru terang pada bunga dan anggur merah gelap (Heinrich, 2005).

Adapun struktur dari flavonoida adalah struktur yang mempunyai dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan tiga karbon yang membentuk suatu cincin yang terdapat gugus eter (C-O-C) dan satu karbonil (C=O) yang dinotasikan cincin C. Kedua cincin aromatik ini dinotasikan cincin A dan B. Pada cincin A dan B ada dijumpai atau terdapat substituent hidroksil (OH) atau metoksi, juga gugus gula yang bentuk C-glikosida atau O-glikosida. Tapi ada juga senyawa flavonoida tanpa adanya gugus C=O yang disebut senyawa flavan (Ikan, 1969).

Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit,tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit saja catatan yang

melaporkan adanya flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, ‘propopolis’ (sekresi lebah) dan didalam sayap kupu-kupu ; itupun dengan anggapan bahwa flavonoid tersebut berasal dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis didalam tubuh mereka (Markham, 1988).

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Akhirnya flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh, tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya : flavon dan flavonol terdapat disemesta, sedangkan isoflavon dan biflavon hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan (Harborne, 1996).

Struktur cincin flavonoid dan isoflavonoid berasal dari biosintesis campuran, cincin A yang berasal dari tiga unit asetat dari kepala ke ekor, sedangkan cincin b dan tiga karbon dari cincin pusat yang berasal dari asam sinamat. Sebagai unit asetat terlebih dahulu dikonversikan ke malonyl CoA kedua asetat-malonat dan jalur asam sikimat berkontribusi terhadap biosintesis flavonoid (Vickery, 1981).

Dalam tubuh manusia, flavonoid dapat berguna untuk mengobati gangguan sirkulasi perifer, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aquaresis. Banyak juga obat-obat mengandung flavonoid yang dipasarkan di berbagai negara sebagai obat anti-inflamasi, antispasmodik, antialergi dan antivirus ( Catherine, 1998).

2.4.1 Struktur Dasar senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut :

C C C

A B

Gambar 2.1 Kerangka dasar senyawa flavonoida

( Sastrohamidjojo, 1988)

2.4.2 Kegunaan Flavonoida

Bagi tumbuhan untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan dan untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyebaran biji. Bagi manusia dalam dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Midian,2007).

Senyawa flavonoid juga berperan dalam memberikan banyak warna lain di alam, terutama daun mahkota kuning dan jingga, bahkan flavonoid tidak berwarna mengabsorb cahaya pada spektrum UV (karena banyak memiliki gugus kromofor) dan dapat dilihat oleh banyak serangga. Senyawa ini diduga memiliki manfaat ekologi yang besar di alam berkat warnanya sebagai penarik serangga dan burung untuk membantu penyerbukan tanaman. Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan; misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan kesat seperti flavanon naringin, pada kulit grapefruit ( Citrus paradisi ). Senyawa flavonoid diduga sangat bermanfaat dalam makanan karena, berupa senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Banyak kondisi penyakit yang diketahui bertambah parah oleh adanya radikal bebas seperti superoksida dan hidroksil. Dan flavonoid memiliki kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif ‘menyapu’ spesies pengoksidasi yang merusak ini. Oleh karena itu, makanan yang kaya flavonoid dianggap penting untuk mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung ( Heinrich, 2005).

Ada juga beberapa literatur melaporkan bahwa senyawa flavonoida ini mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Nessa et all, 2004), sebagai inhibitor aktivitas cyclcooxcigenase-2 (Dae et all, 2002), sebagai anti mikroba (Leo et all, 2004), sebagai sitotoksi (Shi et all, 2001), memiliki aktivitas sebagai anti HIV ( Meralgeman et all, 2001 ), sebagai poliferation, sitotoksik dan apoptosis terhadap kanker colon (Daniel et all, 1999).

2.4.3 Klasifikasi Senyawa Flavonoida

1. Flavonoida O-glikosida

Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida; pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air (cairan),misalnya 7-hidroksil pada flavon, isoflavon dan dihidroflavon. 2. Flavonoida C-glikosida

Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Misalnya galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.

3. Flavonoida Sulfat

Golongan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat padahidroksil fenol atau gula. Secara teknis senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat sebagai garam. Banyak yang berupa glikosida bisulfat, bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada suatu gula.

4. Biflavonoida

Biflavonoid adalah flavonoid dimer walaupun prosianidin dimer biasanya tidak dimasukkan kedalam golongan ini. Flavonoid yang biasanya terlibat ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai biosintesis yang

sederhana 5,7,4’ dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan karbon-karbon atau ikatan eter. Monomer flavonoid yang digabungkan menjadi golongan biflavonoid yang satu jenis atau berbeda dan letak ikatannya berbeda-beda. Banyak sifat fisika dan kimia biflavonoid menyerupai sifat monoflavonoid pembentuknya misalnya spektrum UV-tampak, uji warna dan lain-lain. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.

5. Aglikon Flavonoida

Sejumlah aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik. Yang termasuk dalam golongan flavonoid ini ialah flavanon, dihidroflavonol , katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavonoid (Markham, 1988).

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu flavonol, flavon, isoflavon, flavanon, dihidrofavonol, katekin, leukoantosianidin, antosianidin, khalkon dan auron (Robinson, 1995).

1. Flavanon

Struktur senyawa ini terdiri dari 2 cincin aromatik (A dan B), cincin ini dihubungkan dengan satu cincin siklis yang memiliki gugus eter dan keton dan pada atom C-2 dan C-3 tidak terdapat ikatan rangkap (jenuh) yang disebut dengan cincin C. Spektrum UV dari flavanon pada metanol terletak pada panjang gelombang band I 300-303 nm dan band II 270-295 nm.

O

O

1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8 Flavanon

A

B

C

(Bhat, 2005)

Flavanon biasanya sebagai glikosida, terdapat dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus Prunus dan buah jeruk , dua glikosida yang paling lazim adalah naringin dan hesperetin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk (Sastrohamidjojo, 1996).

2. Flavon

Struktur senyawa ini juga terdiri dari 2 cincin aromatik (A dan B) dan dihubungkan dengan cincin C, strukturnya cincin C nya sama dengan flavanon kecuali pada atom C-2 dan C-3 terdapat ikatan rangkap yang disebut cincin tak jenuh. Senyawa flavon

ini mempunyai panjang gelombang (λmax) pada metanol dimana band I 304 nm dan

band II 240-285 nm.

O

O

1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8 Flavon

A

B

C

(Bhat, 2005) Flavon merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning, beberapa flavon secara ekonomi masih penting dan luteolin barangkali zat warna pertama yang dipakai di Eropa. Kuersetin adalah salah satu senyawa yang paling umum pada tumbuhan berpembuluh, diikuti oleh kamferol (Robinson, 1991).

Titik lebur senyawa ini 99-1000C tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Dapat diisolasi dari Primula pulverulenta, P. japonica, P. imperialis, daun seribu (Achillea millefolium), Ginje (Thevetia peruviana), pada biji jagung (Zeamays) dan pada rambut (Midian, 2007).

3. Flavonol

Struktur senyawa ini mirip dengan struktur dari struktur flavon, kecuali dibedakan dari cincin C pada atom C-3 adanya gugus hidroksil (OH) atau disebut juga

Flavon-3-O-l. Senyawa Flavonol ini mempunyai serapan UV pada metanol (λmax) pada band I

352 nm dan band II pada 240-285 nm.

O

O

1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8

OH

Flavonol

A C

B

(Bhat, 2005) Flavonol lazim sebagi konstituen tanaman tinggi dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3, 5, 7- tri-hidroksiflavon, sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3, 5, 7, 8, 3’, 5’- heptahidrosiflavon. Dua flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quersetin. Flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili tanaman tinggi, genus melicope

mengandung melisimpleksin dan ternatin. Dan genus Citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’, 4’, 5, 6, 7-pentametoksiflavon (Sastrohamijdojo, 1996).

4. Dihidroflavanol

Struktur dari senyawa ini mirip dengan struktur dari flavanon, kecuali pada cincin C pada atom C-3 ada gugus hidroksil (-OH). Senyawa ini memberikan absorbsi pada

UV dengan (λmax) dalam metanol pada band I 300-320 nm band 270-295 nm. Senyawa

ini disebut juga Flavanon 3-O-1 ( Bhat, 2005).

O O 1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8 OH Dihidroflavonol

A C

B

5. Isoflavon

Struktur senyawa ini sama dengan struktur flavon kecuali pada cincin B terikat pada cincin C pada atom C-3. Ini mungkin terjadi proses migrasi dari gugus aril dan ini juga sebagai isomer dari senyawa Flavon. Senyawa ini menunjukkan serapan UV (λmax) pada metanol dimana band I 300-340 nm dan band II 245-270 nm (Bhat,2005).

O

O

1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8 Isoflavon

A C

B

Senyawa-senyawa isoflavon terutama terdapat dalam spesies-spesies dari famili Leguminosae, mereka tidak bewarna. Mereka semua menunjukkan daya estrogenik lemah, karena terdapat bagian struktur stilbena fenolik. Ada dua senyawa isoflavonoid yaitu senyawa-senyawa rotenoid dan senyawa homoisoflavonoid. Gugus hidroksil pada kedudukan 2’ pada struktur isoflavon menyebabkan organisme mampu untuk merubah struktur isoflavon menjadi lebih lanjut, misalnya senyawa-senyawa pterokarpana seringkali dihasilkan sebgai fitoaleksin, yaitu senyawa anti fungi yang dihasilkan oleh tumbuhan akibat serangan virus atau zat-zat jamur (Manitto, 1981). Isoflavon menunjukkan aktivitas sebagai estrogeni, insektisida, beberapa diantaranya berguna untuk racun ikan (Midian, 2007).

6. Auron

Senyawa ini terdiri dari cincin aromatik (A dan B) tetapi dihubungkan dengan satu cincin yang mengandung gugus eter dan karbonil juga dengan satu ikatan rangkap.

Senyawa ini memberikan serapan pada UV dengan λmax pada metanol dengan band I

370-430 nm dan band II 240-300 nm (Bhat, 2005).

1 2 3 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7 8 O O C H Auron

A C B

Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metal. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah ros (Robinson, 1991).

7. Kalkon

Kalkon ini juga turunan dari senyawa fenolik dan ini adalah sebagai prekursor metabolisme untuk senyawa flavonoid. Struktur ini tidak terdiri dari sebuah cincin γ – pyron dan terdapat cincin terbuka yang terdiri dari 3 atom karbon α, β karbonil tak jenuh yang menghubungkan cincin aromatik. Senyawa ini menunjukkan serapan UV

pada (λmax) dalam metanol pada band I 340-390 nm band II 220-270 nm (Bhat, 2005).

O

1 2 3 4 5 6 1' 2' 3' 4' 5' 6' Kalkon

A B

Polihidroksi kalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusi dialam tidak lazim. Alasan pokok bahwa kalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Kalkon terdapat dalam tanaman terutama sebagai pigmen daun bunga bewarna kuning, dalam kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe dan family Compositae

(Sastrohamidjojo, 1996).

8. Katekin

Katekin adalah senyawa flavon-3-ol yang paling banyak terdapat dalam alam dan mudah sekali didapatkan dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering mengandung senyawa ini sekitar 30%, 60 % nya mengandung epigalokatekin-3-galat, 15% adalah epikatekin 3-galat dan epikatekin. Dalam kebanyakan buah, hanya satu flavan-3-ol yang sering ditemukan (Manitto, 1981).

O HO OH OH OH OHO 9. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tanpa warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol. O HO OH OH Leukoantosianidin 10. Antosianidin

Antosianin ialah pigmen daun bunga merah samapi biru yang biasa, banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Antosianin terdapat juga dalam

bagian lain tumbuhan tinggi dan diseluruh dunia tumbuhan kecuali fungi. Antosianin paku-pakuan dan lumut, khas berupa glukosida apigeninidin dan luteolinidin. Stafnorubin adalah antosianin yang tidak biasa yang terdapat dalam dinding sel membran sphagnum dalam musim gugur (Robinson, 1991).

O

OH

Antosianin

Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:

Tabel 2.1. Golongan-golongan flavonoida menurut Harborne

Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Antosianin pigmen bunga merah marak,dan biru juga dalam daun dan jaringan lain.

larut dalam air, λmaks 515-545 nm, bergerak dengan BAA pada kertas.

Proantosianidin terutama tan warna, dalam daun tumbuhan berkayu.

menghasilkan antosianidin bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M selama setengah jam.

Flavonol terutama ko-pigmen tanwarna dalam bunga sianik dan asianik; tersebar luas dalam daun.

setelah hidrolisis, berupa bercak kuning murup pada kromatogram Forestal bila disinari sinar UV;

Dokumen terkait