• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Lanskap

Menurut Simonds dan Starke (2006) Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu, yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap alami dan lanskap buatan. Lanskap alami terdiri dari hutan, sungai, kolam, rawa, bukit pasir, padang rumput, gunung, danau, laut, bukit, jurang, lembah dan padang pasir. Sedangkan lanskap buatan merupakan suatu lanskap alami yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menunjang aktivitas manusia tanpa merusak lanskap tersebut.

Major feature (fitur lanskap mayor) merupakan bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan lanskap alam yang dominan, sangat sedikit dapat diubah. Beberapa elemen lanskap alami yang tidak dapat diubah yaitu bentukan topografi seperti bentukan pegunungan, lembah, sungai dan pantai, penampakan presipitasi, embun, kabut dan sebagainya. Sedangkan minor feature (fitur lanskap minor) yaitu elemen lanskap yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar, dan parit, dimana seorang perencana dapat memodifikasinya (Simonds dan Starke, 2006).

2.2. Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (Pasal 1 Butir 14 UU No. 5 Tahun 1990).

Dalam Pasal 32 disebutkan bahwa kawasan taman nasional dikelola dengan sistem yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluannya. Zona inti adalah bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona pemanfaatan adalan bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Zona lain adalah diluar zona tersebut, karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi dan sebagainya.

Kemudian dalam Pasal 34 Ayat 1 dinyatakan bahwa, pengelolaan taman nasional dilakukan oleh pemerintah dengan penjelasannya, yaitu pada dasarnya pengelolaan kawasan pelestarian alam merupakan kewajiban dari pemerintah sebagai konsekuensi pengusahaan oleh negara atas sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan atas zona pemanfaatan taman nasional pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan kepada koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, dan perorangan.

Selanjutnya, dalam pasal 35 UU No. 5 tahun 1990 dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan, dan menutup taman nasional sebagian atau seluruhnya untuk waktu tertentu. Yang dimaksud adalah karena bencana alam seperti gunung meletus, keluar gas beracun, bahaya kebakaran, dan kerusakan akibat pemanfaatan terus menerus yang dapat membahayakan pengunjung atau kehidupan flora dan faunanya

Menurut Arief (2001), taman nasional adalah lanskap pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Lanskap ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Ketetapan pembagian zonasi diberikan batasan atau kriteria berdasarkan kandungan jenis tumbuhan dengan kerapatan tertentu, ciri khas habitat beserta satwanya ataupun yang endemik. Kriteria batasan dalam penetapan zonasi taman nasional adalah sebagai berikut :

1. Zona Inti, yaitu mengandung jenis tumbuhan > 200 jenis spesies/1.000 hektar, mengandung jenis tumbuhan endemik, mengandung ekosistem khas, merupakan habitat/daerah jelajah satwa yang dilindungi, dan mengandung tumbuhan langka/dilindungi.

2. Zona Rimba, yaitu mengandung jenis tumbuhan 200 spesies/1.000 hektar, mengandung tegakan dan rapatan > 100 batang/hektar, dan merupakan habitat/daerah jelajah satwa liar.

3. Zona Pemanfaatan, yaitu mengandung objek wisata yang menarik dan memungkinkan dikembangkan sebagai pusat kunjungan.

4. Zona Pemanfaatan tradisional, yaitu lebih dari 25 % kebutuhan pokok warga desa setempat tergantung pada lanskap taman nasional, berdekatan dengan wilayah desa, dan mempunyai ekosistem yang tidak asli.

5. Zona Rehabilitasi, yaitu kandungan tegakan < 100 batang/hektar, merupakan daerah tangkapan air potensial, merupakan koridor satwa liar, dan mempunyai ekosistem yang asli.

Pembentukan zonasi dalam taman nasional tersebut tidak semua sesuai dengan kriteria, sehingga hanya beberapa saja yang memenuhi kriteria. Kelima manfaat dan fungsi zona tersebut merupakan zonasi yang tidak baku sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lanskap taman nasional. Manfaat dan fungsi zonasi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Zona Inti, yaitu zona secara khusus diperuntukkan bagi upaya perlindungan dan pelestarian, maka dalam zona ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan pengunjung kecuali kegiatan penelitian. Kedudukan zona ini sama dengan cagar alam ata suaka margasatwa.

2. Zona Rimba, yaitu zona yang dapat dikunjungi dengan berbagai kegiatan rekreasi, tetapi dalam batas-batas tertentu. Kegiatan yang ada umumnya suatu pengelolaan habitat dan pembuatan jalan setapak atau paling sedikit wisata alam terbatas.

3. Zona Pemanfaatan Intensif, yaitu zona yang dialokasikan untuk menampung bentuk kegiatan rekreasi dan penyediaan sarana untuk pengelolaan, misalnya kantor dan stasiun penelitian, bumi perkemahan, tempat parkir, dan lain-lain. Zona ini mudah dicapai oleh pengunjung dan memiliki manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. Zona ini sama dengan hutan wisata/taman wisata atau wana wisata.

2.3. Wisata Alam

Nurisyah dan Pramukanto (2008) berpendapat bahwa wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap.

Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan.

Gunn (1994) menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kawasan wisata adalah ketersediaan obyek dan atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Obyek dan atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata.

Lebih lanjut Gunn (1994) menyatakan wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan atraksi utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari lima bentukan dasar alam, yaitu air, perubahan topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumberdaya alam yang sangat umum untuk dikembangkan adalah air seperti telaga, danau, laut, air terjun, dan sebagainya. Selain itu potensi alam seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan modifikasi lanskap serta flora dan fauna endemik yang sangat bervariatif akan sangat menarik bagi pengunjung. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan (2001) wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

2.4. Perancangan Lanskap

Rogers (2011) menyatakan bahwa, arsitek lanskap merupakan profesi yang menerapkan seni dan prinsip ilmu pengetahuan untuk penelitian, perencanaan, perancangan, dan manajemen lingkungan. Praktisi profesi ini menerapkan keterampilan yang kreatif dan kemampuan teknis serta pengetahuan, budaya, dan politik dalam menyusun unsur-unsur alam yang direncanakan dan dibangun diatas tanah dengan kepedulian terhadap pengelolaan dan konservasi alam, konstruksi dan sumberdaya manusia. Lingkungan yang dihasilkan harus melayani pengguna, estetik, aman, dan menyenangkan.

Perancangan lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perancangan menekankan pada seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, struktur, tumbuh-tumbuhan, dan

kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam tapak (Laurie, 1986).

Perancangan menurut Simonds (1983) merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, dan aspek psikologis serta fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume mempunyai bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna dan kualitas lain yang dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai.

Menurut Booth (1983), proses perancangan harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien. Proses desain menurut Booth (1983) yaitu:

1. Penerimaan proyek (Project acceptance) 2. Riset dan Analisis (Research and analysis)

a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis c. Wawancara dengan klien d. Pengembagian program 3. Desain/perancangan (Design)

a. Diagram fungsi

b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan

d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan

h. Design development

4. Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings) a. Layout plan

c. Planting plan d. Construction details 5. Pelaksanaan (Implementation)

6. Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Construction Evaluation Maintenance) 7. Pengelolaan (Management)

Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa dalam merancang sebuah lanskap terdapat sebuah prinsip, yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan mengekspos elemen-elemen yang baik. Dalam merancang lanskap resort, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis. Dalam perancangan terdapat proses yang memiliki beberapa tahapan. Menurut Simonds (2006), proses perencanaan/perancangan terdiri dari enam tahapan, yaitu:

1. Comission merupakan tahapan pemberian tugas dan persiapan, yang berhubungan dengan persetujuan kontrak dengan klien dalam bentuk tertulis sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas.

2. Research merupakan tahap pengumpulan data berbagai informasi yang didapat dari kegiatan inventarisasi.

3. Analysis pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang ada dan penentuan kendala serta potensi.

4. Syntesis merupakan tahap pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi sebagai bentuk persiapan dalam menentukan alternatif perencanaan.

5. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi, dan pengecekan pelaksanaan.

6. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta observasi tapak.

2.5. Konsultan Lanskap

Sharky (1994) menyatakan bahwa konsultan adalah seseorang yang menyediakan pelayanan konsultasi dalam industri desain dengan menawarkan ide, rekomendasi, saran, dan keahlian untuk harga suatu desain. Konsultasi merupakan

aktivitas penyedia saran dalam bentuk informasi, rekomendasi prosedur, atau ide. Dalam pertukaran pelayanan konsultan, klien membayar konsultan dengan sejumlah biaya yang disepakati antara klien dan konsultan untuk memulai suatu pekerjaan berdasarkan spesifikasi dan penjelasan ruang lingkup pekerjaan. Jenis aktivitas konsultasi meliputi riset, investigasi, pendapat ahli, rekomendasi teknis, analisis dan evaluasi, perbaikan anggaran biaya dan modal, atau rencana kesesuaian proyek.

Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang swasta yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi dalam kota. Perencana kota dan arsitek lanskap berperan penting dalam kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia. Lebih lanjut Gold (1980) menyatakan, konsultan memiliki beberapa kelebihan di antaranya: 1. Kemampuan profesional, yaitu memiliki kompetensi secara teknis berupa

kemampuan dari segi perancangan yang dapat dilihat dari proyek desain yang telah dikerjakan.

2. Penyediaan pelayanan, dimana kualitas pelayanan jasa yang telah dikerjakan dapat dievaluasi dari referensi klien sebelumnya.

3. Kemampuan untuk menyediakan staf tim perencanaan dengan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik untuk mengerjakan suatu proyek dan menyelesaikannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 4. Kemampuan untuk menyewa staf ahli tambahan yang dibutuhkan sesuai

beban kerja yang dibutuhkan.

5. Memiliki latar belakang pengalaman, alat-alat dan pengetahuan langsung yang berkaitan dengan situasi dan proyek yang beragam.

6. Hasil kerja yang obyektif dan profesional.

7. Sistem kerja berdasarkan pada jadwal kerja yang telah dibuat.

Dalam Kepres No. 80 Tahun 2003 mengenai pengadaan barang dan jasa, dijelaskan bahwa penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa. Sedangkan jasa konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan

konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan pengguna jasa.

Dalam hal ini konsultan merupakan penyedia jasa, oleh karena itu konsultan yang baik haruslah memenuhi persyaratan sebagai penyedia jasa. Lebih lanjut dalam Kepres No. 80 Tahun 2003 disebutkan bahwa persyaratan sebagai penyedia barang/jasa adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi perundang-undangan untuk menjalankan usaha.

2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial. 3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit.

4. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk menandatangani kontrak. 5. Memenuhi kewajiban pajak.

6. Dalam waktu kurun waktu 4 tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan (termasuk pengalaman memperoleh pekerjaan sub-kontrak), kecuali bagi perusahaan yang baru berdiri kurang dari 3 tahun.

7. Memiliki SDM (termasuk tenaga ahli yang kompeten), modal, peralatan dan fasilitas.

8. Tidak termasuk dalam daftar hitam (black list). 9. Memiliki alamat tetap.

2.6. Manajemen Proyek

Stoner and Freeman (1992) menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi yang telah ditetapkan. Proses manajemen mencakup empat fungsi utama yaitu:

1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu proses manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan perumusan perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka panjang.

2. Pengorganisasian (organizing), adalah suatu proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumberdaya dikalangan anggota

organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum.

3. Pengarahan (directing), merupakan tahap yang mencakup hal yang mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Pengendalian (controlling), adalah fungsi pengendalian manajemen yang mencakup penetapan standar kerja, mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini dengan standar kerja yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan untuk mengantisipasi apabila terjadi penyimpangan.

Manajemen proyek menurut Soeharto (1999) adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan yaitu:

1. Pengelolaan sumber daya manusia, bertujuan untuk mengupayakan secara efektif sumber daya manusia untuk melaksanakan proyek. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek.

2. Pengelolaan waktu (jadwal), meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan urutan kegiatan, perkiraan kurun waktu dan penyusunan jadwal.

3. Pengelolaan biaya, meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek.

4. Pengelolaan komunikasi, merupakan proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat dalam proyek, memperoleh informasi yang diperlukan pada waktu yang tepat.

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT. Idea Consultant yang beralamat di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Kabupaten Bogor. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada awal Maret 2011 sampai pertengahan Juni 2011. Jadwal harian kegiatan magang adalah hari Senin-Jumat, pukul 09.00-17.00 WIB. Jadwal pelaksanaan kegiatan magang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang

3.2. Metode

Metode magang untuk kegiatan perancangan di PT. Idea Consultant dilakukan dengan cara:

No Jenis Pekerjaan Bulan Maret Bulan April Bulan Mei Bulan Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan 2 Kegiatan Administrasi 3 Kegiatan Studio a. Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Bogor di Rumpin b. The Bintangur Eco Camp c. The Halfway to The Wilderness d. The Tasik Betung e. Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang

1. Partisipasi aktif dalam pengerjaan proyek utama yaitu Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, TNUK, dilakukan baik dalam kegiatan pengamatan (survey) lapang secara langsung maupun kegiatan studio.

2. Partisipasi aktif juga dilakukan pada proses perancangan di studio untuk beberapa proyek yang dikerjakan oleh perusahaan selama kegiatan magang berlangsung. Proyek-proyek tersebut adalah:

a. “The Bintangur Eco Camp”, Riau (Sinar Mas Forestry Project). b. “The Halfway to The Wilderness”, Riau (Sinar Mas Forestry Project). c. “The Tasik Betung”, Riau (Sinar Mas Forestry Project).

d. Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Bogor di Rumpin.

Selain berpartisipasi aktif dalam proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan, kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan selama magang yaitu:

1. Melakukan studi pustaka untuk membantu pengumpulan data pada proses pengerjaan proyek yang sedang berlangsung, baik melalui buku maupun website yang terkait.

2. Wawancara dengan Direktur Utama, Manager Pengelola, Manager Produksi (Perencanaan dan Perancangan), serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek yaitu penanggung jawab dari pihak balai TNUK dan penanggung jawab dari pihak Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL).

3.3. Data

Jenis data magang yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu meliputi data kelembagaan perusahaan dan data untuk keperluan proyek. Data kelembagaan perusahaan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, jadwal kerja, bahan, alat, dan metode kerja. Data keperluan proyek meliputi lokasi proyek, tujuan proyek, inventarisasi dan analisis tapak, konsep dan rencana tata ruang, serta pengembangan desain pada tapak. Masing-masing data tersebut dibedakan berdasarkan bentuk data yaitu data deskriptif dan data spasial (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Magang

3.4. Tahapan Kegiatan Magang

Kegiatan magang dilakukan pada perusahaan PT. Idea Consultant. dengan melalui tahapan kegiatan magang sebagai berikut:

1. Persiapan

Meliputi pembuatan proposal usulan magang dan mengurus administrasi dengan PT. Idea Consultant.

2. Pengenalan Kelembagaan Perusahaan

Kegiatan ini merupakan orientasi mahasiswa magang dengan staf yang ada di PT. Idea Consultant selain itu juga dilakukan pengenalan struktur organisasi, pembagian kerja dan prosedur pengerjaan proyek. Pengenalan Kelembagaan dilakukan pada awal kegiatan magang.

3. Kegiatan di studio

Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang dilakukan saat melakukan kegiatan magang yaitu mempelajari seluruh proses pengerjaan pada proyek yang dilaksanakan perusahaan. Mahasiswa magang melakukan pengumpulan data dan studi pustaka mengenai perusahaan dan proyek yang dikerjakan.

No Jenis Data Bentuk Sumber

1. Kelembagaan

a. Profil Perusahaan b. Struktur organisasi c. Sistem kerja d. Bahan, alat dan

metode kerja Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Studi pustaka Wawancara Wawancara Wawancara, dokumentasi 2. Proyek a. Lokasi b. Tujuan c. Inventarisasi dan analisis tapak d. Konsep dan rencana

tata ruang e. Pengembangan Desain Deskriptif, spasial Deskriptif Deskriptif, spasial Deskriptif, spasial Deskriptif, spasial Perusahaan, BTNUK, wawancara, studi pustaka, tinjauan lapang

Persiapan

Pelaksanaan

Pembuatan gambar kerja Inventarisasi dan analisis

Desain Konsep

Pengembangan desain

Sumber data berasal dari klien, pihak perusahaan, semua pihak yang terkait dengan proyek dan studi pustaka.

3.5. Batasan Magang

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi pembelajaran terhadap sistem manajemen serta mekanisme kerja studio di PT. Idea Consultant. Selain itu juga pemahaman terhadap proses selama pengerjaan proyek yang dilakukan di perusahaan. Tahapan perancangan lanskap yang dilakukan perusahaan meliputi tahap persiapan, inventarisasi dan analisis, desain konsep, pengembangan desain, pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan (Gambar 1).

Tahap 1 – Persiapan

Tahap 2 – Pengumpulan data

dan Penilaian Tapak

Tahap 3 – Pembuatan konsep

dan rencana tata ruang

Tahap 4 – Design Development

(Planning Application)

Gambar 1. Tahapan Perancangan Lanskap perusahaan dan Batasan Magang Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang

Pada setiap proyek yang dikerjakan perusahaan selama kegiatan magang berlangsung, mahasiswa magang hanya mengikuti sampai pada tahap

BATASAN MAGANG