• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Deskripsi Tumbuhan Nepenthes

Tumbuhan Nepenthes dapat hidup di daerah rawa dan memiliki enzim yang dapat mencerna serangga yang masuk ke dalam kantong tersebut sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperoleh dari hasil pencernaan serangga tadi. Unsur yang diperoleh berupa nitrat dan zat hara lain yang didapatkan dari serangga yang terjebak bukan dari tanah sehingga kantong semar sangat cocok tumbuh di tanah tandus (Riplay, 1983 dalam Akmalia, 1999).

Status tumbuhan kantong semar termasuk tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi

Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies

kantong semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 spesies: Nepenthes rajah dan

Nepenthes khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam

kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi (Mansur, 2006).

Nepenthes hidup di tanah, ada juga yang menempel pada batang atau ranting

pohon lain sebagai epifit. Keunikan dari tumbuhan ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Sebenarnya kantong tersebut adalah ujung daun yang

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

berubah bentuk dan fungsinya menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya. Dengan kemampuan itu maka tumbuhan tersebut digolongkan sebagai

canivorus plant. Ada juga yang menamakan insectivorous plant karena serangga

lebih sering terperangkap kedalam kantong yang menawan ini. Tidak sedikit orang menyangka bahwa kantong tersebut sebagai bunganya, padahal kantong adalah daun yang berubah bentuk (Mansyur, 2006).

Bunga berkelamin tunggal berumah dua, aktinomorf, berwarna hijau atau merah, biasanya tersusun dalam rangkaian berupa tanda atau bulir. Kelopak terdiri atas dua daun kelompak, yang bagian dalamnya berkelenjar madu, daun mahkota juga berjumlah dua, benang sari berjumlah 4 – 46, tangkai sarinya berlekatan membentuk suatu kolom. Bakal buah menumpang, beruang empat, berisi banyak bakal bji. Tangkai putik 1 atau tidak terdapat, kepala putik berlekuk-lekuk. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah ruang biji panjang dan mempunyai endosperm dan lembaga yang panjang (Handoyo dan Malogdyn, 2006). Seperti yang terdapat pada Gambar 1.

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Gambar 1. Morfologi Bunga Nepenthes spp

2.2. Taksonomi Tumbuhan Nepenthes

Menurut Qronquist (1981) dalam Jones & Luchsinger (1989), klasifikasi lengkap Nepenthes spp berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan berbunga yang disusun oleh Qronquist adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantea Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Magnoliophyta Kelas : Choripetaleae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes Spesies : Nepenthes spp.

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Nepenthes spp (kantong semar) adalah tumbuhan yang hidup di hutan dataran

rendah mulai dari garis pantai hingga ketinggian 2750 m dpl. Nepenthes satu-satunya genus dalam keluarga Nepenthecae. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang hidup menjalar, merambat, ataupun membentuk kecambahnya terdiri dari dari dua daun lembaga. Kebanyakan orang mengetahui serangga-serangga dipikat ke dalam piala, di mana serangga ini tergelincir dari bibir piala yang licin berlapis lilin kemudian tenggelam ke dalam piala yang berisi cairan yang terdapat pada dasar piala tersebut. Kelenjar-kelenjar di bagian dalam piala mengeluarkan enzim-enzim pencerna, sehingga makanan yang berasal dari serangga yang tertangkap dirombak menjadi makanan bagi kantung semar (Anwar et al., 1984).

Beberapa daun dari kantung semar memiliki helai yang rata dan berfungsi seperti daun-daun lain, tetapi ada juga yang berbentuk bejana atau kendi-kendi yang memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi, dengan atau tanpa penutup yang menyerupai payung di bagian ujung yang terbuka. Beberapa spesies kantung semar yang terdapat di Asia memiliki sebagian kecil tanaman insektivora memiliki cara yang unik dan hubungan yang luar biasa antara hewan dan tumbuhan yang menggunakan serangga sebagai makanan. Pada tanaman berkantung, daun-daunnya dimodifikasikan menjadi kantung atau kendi. Bagian bawah dari kantung tersebut diisi oleh air. Di bagian atas dari bagian dalam kantung terdapat rambut-rambut kelenjar dan lapisan lilin, hal tersebut memudahkan serangga untuk tergelincir ke

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

dalam air dan susah untuk memanjat ke luar (Sinnot dan Wilson, 1987 dalam Akmalia, 1999).

2.3. Bentuk Kantong Nepenthes

Di habitat aslinya, Nepenthes dapat tumbuh mencapai tinggi 15 – 20 meter dengan cara menjalar ke tanaman lainnya. Keunikannya terletak pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya yang beragam. Bisa beralih fungsi menjadi perangkap serangga dan binatang kecil lainnya. Panjang langsit, gendut bak periuk, hingga ada yang seperti kendi. Namun biasanya bentuk kantong tidak jauh berbeda dengan piala. Tinggi kantong Nepenthes pun beragam, dari yang berukuran 2 cm hingga lebih dari 45 cm, tergantung pada spesies dan asal habitatnya. Nepenthes rajah merupakan spesies terbesar yang tumbuh di Kalimantan (Mansur, 2006).

Pada umumnya Nepenthes memiliki tiga bentuk kantong yang berbeda meski dalam satu individu, ketiga kantong tersebut dikenal dengan nama:

a. Kantong roset, yaitu kantong yang keluar dari kantong ujung roset.

b. Kantong bawah, yaitu kantong yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantong, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga naik hingga kemulut kantong. c. Kantong atas, yaitu kantong berbentuk corong, pinggang atau silinder dan tidak

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

untuk menangkap serangga terbang, bukan serangga tanah, ciri lainnya adalah ujung sulur berada di bawah kantong (Mansur, 2006).

Secara keseluruhan, semua spesies Nepenthes memiliki lima bentuk kantong yaitu bentuk tempayan (Nepenthes ampullaria), bulat telur/oval (Nepenthes

rafflesiana), silinder (Nepenthes gracillis), corong (Nepenthes rafflesiana) dan

pinggang (Nepenthes reinwardhtiana) atau (Nepenthes gymnamphora). Untuk seluruh spesies Nepenthes memiliki bentuk kantong, seperti pada Gambar 2 (Mansur, 2006).

Gambar 2. Lima Bentuk Kantong Nepenthes

Terna menanjak atau menjalar, tinggi 2,5–1,5 meter, sering kali pangkalnya berkayu. Daun pada batang yang berbunga tidak bertangkai, pangkal setengah memeluk batang, melansat, 10–35 cm x 2–6 cm, permukaan bawah berbintik cokelat. Kantong pada daun berwarna kuning, hijau muda atau berbintik coklat hingga merah. Ujung mengerut berbentuk leher, panjangnya 7–22 cm, gigi pada mulut panjang 0,3–1 mm. Perbungaan tandan, panjang 25–50 cm. bunga biasanya berpasangan, jarang yang menyendiri, kuping tenda bunga panjang 1,5– 3,5 cm pada Gambar 3 (Backer & van den Brink, 1963).

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Gambar 3. Morfologi Nepenthes

Nepenthes mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan protein untuk

mendapatkan senyawa N yang disebut proteolase. Enzim ini dikeluarkan oleh kelenjar yang ada pada dinding kantong di zona pencernaan yang berfungsi sebagai enzim pengurai. Dengan bantuan enzim tersebut serangga atau binatang yang terperangkap di dalam kantong, kemudian diuraikan menjadi zat-zat yang sederhana, seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan garam-garam mineral. Zat-zat sederhana inilah kemudian diserap oleh tumbuhan untuk kebutuhan hidupnya (Mansur, 2000).

Nepenthes seperti kebanyakan tanaman epifit lainnya dapat ditemukan tumbuh

di beberapa tempat. Seringkali tanaman epifit ini hanya dapat hidup di tempat yang memiliki kelembaban udara tertentu, sehingga frekuensi penyebaran mereka sangat teratur. Penyebaran yang berbeda ini dipengaruhi oleh cahaya, angin dan penyediaan air kadang kala dipengaruhi oleh bahan-bahan organik tanah (Barbour, 1987 dalam Akmalia, 1999).

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

2.4. Beberapa Tipe-tipe Habitat Nepenthes yang Telah Ditemukan

a. Hutan Hujan Tropik Dataran Rendah

Tipe ekosistem hutan ini memiliki spesies vegetasi lebih beragam dibandingkan dengan tipe lainnya. Tersebar mulai dari garis pantai hingga ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Suhunya cukup tinggi antara 22– 34o C dengan kelembaban udara 70–95%. Umumnya, didominasi oleh pohon-pohon yang berdiameter batang 10–20 cm dengan tinggi tajuk rata-rata 20–30 m (Mansur, 2006).

Nepenthes yang hidup di habitat ini ada yang bersifat epifit, yaitu

menempel pada batang atau cabang pohon lain, contohnya Nepenthes veitchii dan Nepenthes gymnamphora. Adapula yang hidup terestrial di permukaan tanah dan di tempat-tempat yang terbuka, seperti di pinggir sungai atau di puncak bukit yang didominasi oleh paku resam (Gleichenia spp.) (Mansur, 2006).

b. Hutan Pegunungan

Mintakat dasar dalam suatu deretan gunung-gunung pada umumnya mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dari pada daratan-daratan rendah di dekatnya, dan sebagai akibatnya sering ditempati oleh komunitas-komunitas yang mirip dengan komunitas-komunitas-komunitas-komunitas yang suka kelembaban yang terdapat di daratan-daratan rendah. Hutan basah dapat tersebar sangat luas dan sering kali sangat lebat pada lereng-lereng bagian bawah di

gunung-Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

gunung. Tipe vegetasi mintakat gunung lebih mirip dengan daerah iklim sedang, atau dengan kata lain lebih sesuai dengan hutan basah daerah iklim sedang (Polunin, 1990).

Selain itu, batang atau cabang sering ditumbuhi lumut. Oleh karena itu, habitat ini sering disebut hutan lumut yang biasanya memiliki lapisan tanah yang tipis, pH bersifat asam, dan lapisan bawahnya mengandung batu-batuan. Terkadang lapisan tanah ditutupi oleh lumut Sphagnum yang bentuknya seperti hamparan kasur sebagai penyimpan cadangan air yang cukup banyak. Nepenthes yang hidup di habitat pegunungan, antara lain

Nepenthes tentaculata yang biasa hidup terestrial dan Nepenthes lowii yang

hidupnya sering sebagai epifit di hutan lumut (Mansur, 2006).

c. Hutan Gambut

Formasi hutan gambut didefinisikan sebagai bentuk hutan yang spesial dan lebih ditekankan pada bentuk habitatnya daripada struktur atau penampakan vegetasinya (Simbolon dan Mirmanto, 2000). Umumnya, hutan digenangi air secara priodik yang bersifat asam. Kondisi lingkungan semacam ini sering juga disebut sebagai hutan rawa gambut. Tumbuhan yang hanya toleran terhadap genangan asam yang dapat hidup di lingkungan yang selalu memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi ini, termasuk beberapa spesies

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Nepenthes, diantaranya Nepenthes refflesiana, Nepenthes ampullaria, dan Nepenthes gracilis (Mansur, 2007).

d. Hutan Kerangas

Ciri utama hutan kerangas adalah lantai hutannya ditutupi oleh pasir putih yang bersifat asam dan berasal dari batuan ultrabasik. Umumnya, pohon yang tumbuh di daerah ini memiliki tinggi tajuk rendah (tinggi kurang dari 10 m) dan seragam, ukuran batang dan daun biasanya kecil, serta cabang dan ranting tumbuh rapat pada setiap pohon. Meskipun demikian, sinar matahari tetap dapat menembus hingga lantai hutan (Mansur, 2007).

e. Gunung Kapur

Tipe habitat ini lebih ekstrim daripada hutan kerangas. Spesies tumbuhan yang mampu beradaptasi di habitat yang tanahnya berbatu kapur ini umumnya dalam jumlah sedikit. Umumnya, spesies-spesies pionir seperti paku-pakuan, lumut, dan beberapa spesies tumbuhan semak. Sangat jarang tumbuhan berbentuk pohon tumbuh di tempat ini (Simbolon dan Mirmanto, 2000).

f. Padang Savana

Umumnya, daerah padang savana datar hanya ditumbuhi rumput-rumputan. Tipe habitat ini ditemukan di daerah Wuasa-Sulawesi Tengah pada ketinggian 1.100 m dpl. Di tempat inilah Nepenthes maxima hidup berkelompok dekat sumber-sumber air, seperti parit dan sungai kecil.

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Umumnya Nepenthes yang hidup di daerah savana hidup terestrial, tumbuhan tegak, dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Mansur, 2006).

g. Danau

Danau juga merupakan salah satu habitat beberapa spesies Nepenthes baik spesies dataran rendah (seperti Nepenthes mirabilis yang ditemukan di Danau Dendam Tak Sudah – Bengkulu pada ketinggian 1.600 mdpl). Di danau tersebut, Nepenthes mirabilis hidup berdampingan dengan Vanda

hookeriana dan bakung. Ketiga tumbuhan ini toleran terhadap genangan air

(Mansur, 2006).

2.5. Pemanfaatan

Tumbuhan Nepenthes sebagai tanaman hias yang sangat menarik, selain

sebagai tanaman hias Nepenthes juga dapat digunakan sebagai tanaman obat, di daerah Maluku, apabila musim kemarau terlalu panjang orang Ambon tersebut

secara rahasia pergi ke gunung untuk menuangkan semua air yang terdapat di dalam periuk-periuk kecil tersebut. Menurut kepercayaan mereka setelah mengerjakan ini akan ada hujan yang lebat. Untuk mengobati anak yang suka ngompol dapat diambil tumbuhan ini yang masih penuh cairan. Cairan ini sebagian dituangkan di atas kepala dan sebagian lagi diminum. Demikian juga dengan orang tua yang tidak dapat menahan keluarnya air seni dapat juga meminum cairan ini (Mansur, 2006).

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Nepenthes ampullaria di daerah Bangka digunakan untuk menggantikan

rotan. Di daerah tersebut tumbuhan ini banyak sekali ditemukan di rawa-rawa. Batang yang panjangnya beberapa meter dikupas kemudian dijemur. Batang Nepenthes ini dikatakan lebih tahan lama daripada rotan. Di Bangka tumbuhan ini mendapat perlakuan yang sama dengan rotan. Selain itu cairan yang terdapat di dalam periuk-periuk kecil tersebut digunakan sebagai obat batuk. Cairan yang berasal campuran air periuk Nepenthes, bunga kenanga dan garam digunakan untuk mencuci mata (Heyne, 1982).

Dariana : Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, 2010.

Dokumen terkait