• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Focus Group Discussion

Focus group discussion adalah suatu kegiatan diskusi kelompok yang diadakan untuk kepentingan khusus guna mendiskusikan suatu masalah tertentu melalui curah pendapat (brain storming) dengan peserta terfokus dan bersifat homogen (Munir, 2004)

1.1 Beberapa prinsip focus group discussion:

Pertama, peserta diskusi terdiri 6-12 orang, kelompok terdiri 6-12 orang untuk memungkinkan setiap anggota memperoleh kesempatan mengeluarkan pendapatnya dan mendapat tanggapan dari anggota lain. Lebih dari 12 dikhawatirkan ada anggota kelompok yang tidak sempat mengeluarkan pendapatnya dan bersembunyi di balik anggota kelompok yang dominan.

Kedua, peserta tidak saling mengenal, idealnya anggota focus group discussion

tidak saling mengenal, asalkan mempunyai kesamaan dalam hal tertentu seperti kesamaan dalam kompetensi atau pengetahuan dan pengalaman sehubungan dengan topik yang akan didiskusikan. Kriteria tidak saling mengenal dimaksudkan agar diperoleh masukan yang valid bukan ikut-ikutan meskipun pada kenyatannya sulit menemukan situasi dimana peserta focus group discussion betul-betul tidak saling mengenal, mengingat peserta focus group discussion biasanya orang-orang yang bekerja di institusi atau tinggal di satu wilayah penelitian tertentu dan besar kemungkinannya mereka sudah saling mengenal. Sebagai jalan keluarnya adalah pilih mereka yang tidak memiliki kerja langsung, bukan atasan dan bawahan, yang

commit to user

setidaknya dapat dikondisikan dalam dinamika kelompok sehingga situasi mereka menjadi cair.

Ketiga, focus group discussion merupakan suatu proses pengumpulan data yang bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi tidak mencari konsensus, tidak mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang harus diambil oleh kelompok.

Keempat, focus group discussion dimanfaatkan dalam pengumpulan data kualitatif. Focus group discussion diharapkan terkumpul data kualitatif yang cukup mendalam mengenai persepsi, pandangan peserta. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan dalam focus group discussion bersifat terbuka dan terstruktur sehingga peserta bisa memberikan jawaban disertai dengan penjelasan yang diperlukan.

Kelima, focus group discussion menggunakan diskusi yang terfokus. Artinya topik diskusi ditentukan terlebih dahulu, sesuai dengan kebutuhan informasi yang ingin diperoleh, pertanyaan diatur secara berurutan dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh peserta diskusi.

1.2 Penggunaan focus group discussion,

Diawal program misalnya untuk membuat hipotesa suatu penelitian, merancang kuesioner pengumpulan data, ditengah pelaksanaan program misalnya untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap dan persepsi dan diakhir pelaksanaan program misalnya untuk mengklarifikasi data yang diperoleh dengan metode pengumpulan data lain, memperoleh informasi tambahan dari peserta. 1.3 Tujuan focus group discussion.

Pertama, memperoleh masukan mengenai kompetensi atau kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas, organisasi, kesan atau persepsi peserta. Kedua, memperoleh masukan tentang kesenjangan yang terjadi dalam organisasi. Ketiga,

commit to user

memperoleh masukan mengenai cara-cara mengatasi kesenjangan menurut peserta

focus group discussion.

1.4 Waktu Pelaksanaan focus group discussion,

Waktu yang digunakan biasanya berlangsung 60 – 90 menit

1.5 Tempat Pelaksanaan focus group discussion.

Focus group discussion sebaiknya dilaksanakan disuatu tempat yang netral dan nyaman agar peserta dapat secara bebas tidak merasa khawatir dalam mengemukakan pendapatnya. Waktu pelaksanaan focus group discussion sebaiknya disesuaikan dengan kondisi peserta, namun rata-rata maksimal 2 jam, jika materi belum selesai namun kondisi tidak memungkinkan untuk meneruskan diskusi lebih baik membuat kesepakatan untuk mengatur lanjutan.

1.6 Tim focus group discussion.

Fasilitator, notulis, moderator, pengamat. Tim fasilitator terutama yang berperan sebagai pengamat sebaiknya memperhatikan reaksi dan bahasa tubuh dari para peserta, untuk menjadikan masukan yang akan memperkaya hasil focus group discussion.

1.7 Langkah – langkah pelaksanaan focus group discussion

1. Fasilitator menyiapkan diri dengan pengetahuan tentang kondisi wilayah, minimal dari data sekunder atau hasil social mapping, serta menentukan targetfocus group discussion yang hendak dicapai berkaitan dengan topik .

2. Fasilitator menciptakan suasana yang nyaman bagi semua peserta untuk berdiskusi, bertegur sapa dan bersilaturahmi dengan semua peserta.

3. Fasilitator/ moderator meminta kesepakatan dari peserta tentang topik yang akan dibahas.

commit to user

4. Mederator meminta peserta untuk menceritakan tentang kondisi dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta. Sebagai moderator, fasilitator mengatur jalannya diskusi agar peserta tidak saling berebut bicara.

5. Selanjutnya, moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban dari peserta. 6. Moderator memberikan pertanyaan kunci berikutnya dengan berdasarkan pada

jawaban peserta, bagaimana karakteristik menurut pendapat peserta. 7. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta. 8. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta.

9. Moderator mengajukan pertanyaan kunci, dimana lokasi dan penduduk yang termasuk golongan miskin menurut pendapat peserta.

10. Moderator mengklarifikasi dan merumuskan jawaban peserta. 1.8 Persiapan focus group discussion

1. Mempersiapkan undangan

Penting dalam penyelenggaraan focus group discussion untuk menghadirkan peserta yang homogen, sesuai dengan informasi yang ingin digali artinya memiliki kesamaan tingkat pendidikan, pekerjaan, profesi, jenis kelamin dan sebagainya. Dalam undangan perlu dijelaskan tentang identitas lembaga yang mengadakan focus group discussion dan tujuan, rencana focus group discussion mengenai tanggal, jam, tempat dan lamanya pertemuan, meminta pada calon peserta untuk berpartisipasi dalamfocus group discussion dan jelaskan pentingnya kontribusi mereka dalam pertemuan ini.

commit to user

2. Mempersiapkan fasilitator

Penting bagi fasilitator untuk mempersiapkan petunjuk diskusi agar lebih terarah dan terfokus berupa sejumlah daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terstruktur dan mengalir teratur dari awal sampai akhir. Peranan fasilitator adalah: a. Menjelaskan tujuan dan topik focus group discussion

Fasilitator tidak perlu seorang ahli mengenai substansi dari topik tertentu. Yang penting adalah dia harus memahami topik diskusi untuk dapat menguasai pertanyaan, selain itu dia harus mampu memancing dan mendorong peserta agar dapat mengeluarkan pendapatnya.

b. Mengarahkan kelompok bukan diarahkan oleh kelompok.

Tugas utama fasilitator adalah mengajukan pertanyaan dan harus netral terhadap jawaban peserta. Tekankan bahwa tidak ada penilaian benar atau salah terhadap jawaban peserta. Fasilitator menampung jawaban peserta tidak boleh menimpali dengan kata setuju atau tidak setuju terhadap jawaban peserta.

c. Amati peserta atau tanggap terhadap reaksi peserta.

Mendorong peserta untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dan jangan dibiarkan ada peserta yang mendominasi.

d. Ciptakan hubungan baik dengan peserta agar dapat menggali jawaban dan memberi komentar lebih dalam.

e. Bersikap fleksibel dan terbuka terhadap saran dan perubahan.

f. Amati komunikasi non verbal antar peserta dan tanggap terhadap hal tersebut. g. Pelihara nada sura dalam mengajukan pertanyaan agar selalu terkesan

commit to user

3. Mempersiapkan petugas pencatat (notulen)

Tugas notulen selain mencatat hasil diskusi secara deskriptif apa adanya tanpa dicampuri pikiran dan kesimpulan notulis sendiri, juga mengamati proses diskusi berlangsung dan mencatat proses diskusi berlangsung sehubungan dengan komunikasi nonverbal diantara peserta diskusi. Hal-hal yang perlu dicatat notulen: a. Tanggal pertemuan dan waktu mulai dan berkhirnya diskusi.

b. Nama dan jumlah peserta diskusi, jenis kelamin, umur, pendidikan serta identitas dan informasi lain yang mungkin bisa berpengaruh terhadap aktivitas peserta.

c. Deskripsi umum mengenai suasana pertemuan, tingkat partisipasi peserta, adakah peserta yang mendominasi kelompok atau peserta yang kurang berpartisipasi dan sebagainya.

d. Deskripsi mengenai tempat dan ruangan pertemuan, apakah suasana ruangan cukup nyaman dan mendukung keefektifan pertemuan ataukah sebaliknya. e. Notulen juga perlu mengingatkan fasilitator bila ada pertanyaan yang

terlupakan atau juga mengusulkan pertanyaan baru sesuai dengan situasi yang bekembang dalam diskusi.

1.9 Pelaksanaan focus group discussion

1. Persiapan penyelenggaraan focus group discussion, fasilitator dan notulis harus datang tepat waktu sebelum peserta datang dan sebaiknya berbincang secara informal dengan peserta. Ambillah kesempatan ini untuk mengenal nama peserta dan yang menjadi perhatian mereka. Fasilitator menyiapkan tempat duduk peserta secara melingkar bersama fasilitator, sehingga peserta merasa samarata dan terdorong untuk mau berbicara. Notulis biasanya duduk di luar lingkaran,

commit to user

fasilitator menjaga agar tidak ada interupsi dari luar forum focus group discussion. Semua perlengkapan focus group discussion dipersiapkan misalnya kaset, baterai, petunjuk diskusi dan sebagainya.

2. Pembukaan focus group discussion

Pada waktu membuka diskusi fasilitator memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jelaskan tujuan diadakan focus group discussion serta perkenalkan nama

fasilitator serta notulis dan peranannya masing-masing.

b. Minta peserta memperkenalkan diri dan fasilitator harus cepat mengingat nama peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta. c. Jelaskan bahwa pertemuan terebut tidak bertujuan untuk memberikan

ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta.

d. Tekankan bahwa waktu fasilitator mengajukan pertanyaan jangan berebutan menjawabnya pada waktu yang sama.

e. Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaaan yang sifatnya umum yang tidak berkaitan dengan topik.

1.10 Teknik pengelolaanfocus group discussion

1. Klarifikasi, sesudah peserta menjawab pertanyaan fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Misalnya apakah saudara dapat menjelaskan lebih lanjut tentang hal tesebut.

2. Reorientasi, agar supaya diskusi hidup dan menarik. Teknik reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat menggunakan jawaban seorang peserta untuk ditanyakan kepada peserta lain, serta peserta yang kurang aktif.

commit to user

3. Kehadiran orang ahli atau orang berpengaruh, usahakan agar focus group discussion

tidak dihadiri oleh ahli atau orang yang berpengaruh, tetapi jika tidak dapat dihindari mohon kepada mereka untuk diam dan mendengarkan diskusi dan jika ada ide atau saran bisa dikemukakan kepada fasilitator setelah selasai diskusi.

4. Terhadap peserta dominan, apabila ada peserta dominan maka fasilitator harus lebih banyak mengalihkan perhatian kepada peserta lain agar lebih berpatisipasi sehingga tidak mendorongnya untuk memberikan jawaban terus menerus. Kalau tidak berhasil maka secara sopan fasilitator dapat menyatakan kepadanya untuk memberikan kesempatan kepada peserta lain berbicara.

5. Terhadap peserta yang diam, agar peserta yang diam mau berpartisipasi maka sebaiknya memberikan perhatian yang banyak kepadanya dengan selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.

6. Penggunaan gambar dan foto, dalam melakukan focus group discussion fasilitator dapat menggunakan foto atau gambar. misalnya foto anak kurang gizi dan menanyakan “Bagaimana keadaan anak tersebut? Apa yang harus ibu lakukan?” 1.11 Penutupan focus group discussion

Untuk menyimpulkan pertemuan focus group discussion ini, fasilitator sebaiknya memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Jelaskan bahwa pertemuan sudah selesai. Tanyakan pada peserta apakah masih ada lagi sesuatu yang ingin disampaikan. Komentar yang sesuai masih dapat digali lebih mendalam lagi.

2. Ucapkan terimakasih kepada peserta untuk partisipasinya dan nyatakan bahwa ide-ide mereka sangat berguna utuk penyusunan program atau untuk merancang materi pendidikan dan pelatihan. Sesudah focus group discussion selesai fasilitator

commit to user

dan notulis harus bertemu untuk melengkapi dan mengklarifikasi catatan hasil diskusi.

1.12 Keuntungan teknik focus group discussion

1. Kekuatan

a. Sinergisme dan Social Support, suatu kelompok mampu mengahasilkan informasi, pandangan yang lebih luas sehingga mampu memberikan motivasi antar anggota kelompok dalam menyampaikan perasaan dan pikiran.

b. Snowballing/ Social Cohesivness, pendapat yang muncul secara acak dari seorang peserta dapat memacu reaksi berantai dari peserta lain sehingga menghasilkan ide baru.

c. Stimulation/ Social Cohesiveness, pengalaman dalam kelompok sendiri merupakan sesuatu yang menyenangkan dan mendorong partisipasi.

d. Ventilasi (Pelepasan) dan Security, secara individu peserta merasa aman di dalam kelompok dan merasa bebas mengutarakan perasaan dan pikirannya. e. Spontanitas, tidak diharuskan setiap individu untuk menjawab setiap

pertanyaan, siapa saja yang secara spontan mempunyai ide jawaban dipersilakan menyumbangkan idenya, sehingga jawaban yang diperoleh lebih memiliki arti, karena melalui suatu proses kelompok secara spontan.

2. Konsep Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,

commit to user

kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.

Dalam keperawatan pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok atau masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.

2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Menurut Green (1972) yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesempatan pembelajaran. Nyswander (1947) yang dikutip Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah perubahan proses perilaku yang dinamis, bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat secara individu, kelompok atau masyarakat serta merupakan komponen dari program kesehatan (Suliha et al., 2002).

2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pada dasarnya Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dalam

commit to user

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha et al., 2002).

2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang Lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, tempat pelaksanaan pendidikan, dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.

2.3.1 Sasaran pendidikan kesehatan

1. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. 3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

2.3.2 Tempat pelaksananaan pendidikan

1. Pendidikan kesehatan di sekolah.

2. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan. 3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

2.3.3 Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan

Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) :

1. Promosi kesehatan (Health Promotion).

2. Perlindungan Kesehatan (Spesific Protection).

3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment).

4. Pembatasan cacat (Disability Limitation). 5. Rehabilitasi (Rehabilitation).

commit to user

2.4 Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku

Pengubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan memalui proses pendidikan kesehatan. Hasil perubahan pengubahan perilaku yang diharapkan melalui proses pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah perilaku sehat. Perilaku sehat dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok dan masyarakat (Suliha et al., 2002).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan yang berupa pengetahun, sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal, dan diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku sehat, yaitu faktor predisposisi

(predispossing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor pendorong ( reinforcing factors).

Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi dan keakinan.

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan individu berperilaku, karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan ketrampilan.

Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan ketrampilan petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua dan majikan (Suliha et al., 2002).

commit to user

2.6 Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran pendidikan. Suatu metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan sasaran, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, ketersediaan fasilitas pendukung.

2.6.1 Metode Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan seorang pembicara di depan sekelompok orang. Metode ceramah digunakan pada sasaran belajar yang mempunyai perhatian selektif, sasaran belajar mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar memerlukan informasi yang katagoris atau sistematis, sasaran belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu menggunakan informasi yang diterima.

2.6.2 Metode Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin diskusi. Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan kesehatan diharapkan: 1. Dapat saling mengemukakan pendapat.

2. Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi. 3. Mengharapkan suasana informal.

4. Diperoleh pendapat dari orang – orang yang tidak suka bicara. 5. Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas.

commit to user

2.6.3 Metode Panel

Panel adalah pembicaraan yang direncakana didepan peserta tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Metode panel digunakan bila :

1. Pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda tentang suatu topik. 2. Jika tersedia panelis dan moderator yang memenuhi persyaratan.

3. Jika topik pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok.

4. Jika peserta tidak diharapkan memberikan tanggapan secara verbal dalam diskusi.

2.6.4 Metode Forum Panel

Forum panel adalah panel yang didalamnya peserta perpartisipasi dalam diskusi. Metode forum panel digunakan bila:

1. Jika ingin menggabungkan penyajian topik dengan reaksi peserta. 2. Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi pada diskusi. 3. Jika tersedia waktu yang cukup.

4. Jika peserta mengajukan pandangan yang berbeda-beda.

2.6.5 Metode Permainan Peran

Permainan peran adalah pemeranan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Metode ini digunakan apabila:

1. Peserta perlu mengetahui pandangan yang berlawanan.

2. Peserta mempunyai kemampuan untuk melakukan metode tersebut. 3. Pada waktu membantu peserta memahami suatu masalah.

4. Jika akan mengubah sikap, pengaruh emosi dapat membantu dalam penyajian masalah.

commit to user

5. Untuk pemecahan masalah. 3. Metode Simposium.

Symposium adalah serangkaian pidato pendek di depan peserta dengan seorang pemimpin. Pidato tersebut mengemukanan aspek yang berbeda dari topik tertentu. Metode simposium digunakan bila:

1. Untuk mengemukakan aspek yang berbeda dari topik tertentu. 2. Pada kelompok besar.

3. Kelompok itu memerlukan keterangan ringkas. 4. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat. 5. Jika tidak memerlukan reaksi peserta.

6. Ketika pokok pembicaraan sudah ditentukan. 4. Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah pembelajaran yang menyajikan suatu p;rosedur atau tugas, cara menggunakan alat, cara beinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan langsung atau menggunakan media seperti video dan film. Metode demonstrasi digunakan apabila:

1. Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar. 2. Apabila tersedia alat – alat peraga.

3. Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil. 4. Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain.

5. Untuk melihat serta kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan mengatur sesuatu, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu (Suliha et al., 2002).

commit to user

3. Koping Individu

3.1 Definisi Mekanisme Koping

Koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stres termasuk upaya dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dari masalah (Stuart dan Sundeen, 2005). Menurut Keliat (1999), koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respons terhadap situasi yang mengancam. Lazarus (2000) mendefinisikan koping sebagai perubahan kognitif dan perilaku secara tetap untuk mengatasi tuntutan internal ataupun ekternal yang melebihi sumber individu.

Dari definisi tersebut maka yang disebut koping adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi secara kognitif dan perilaku. Koping tidak selalu berarti reaksi dalam menyelesaikan masalah, namun juga meliputi upaya menghindari, mentoleransi, meminimalkan atau menerima kondisi yang penuh dengan tekanan tersebut.

Koping dibagi menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan maladaptif (Kozier, et al. 2004). Koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan (Stuart dan Sundeen, 2005), seperti relaksasi, berbicara dengan orang lain, latihan dan aktifitas yang konstruktif serta memecahkan masalah secara efektif. Koping ini berfokus pada masalah dan bersifat aktif (Lazarus, 2000). Koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Yang termasuk koping maladaptif yaitu tidak makan ataupun makan berlebihan, menghindar, bekerja berlebihan. Koping

commit to user

maladaptif yang dilakukan wanita menopause dapat membawa dampak yang cukup serius seperti terjadinya stres dan depresi pada wanita.

3.2 Beberapa sumber koping pada wanita menopause (Kozier, et al, 2004)

3.2.1 Sumber Internal.

Sumber internal dipengaruhi oleh karakter seseorang, meliputi kesehatan dan energi, sistem kepercayaan, komitmen atau tujuan hidup, dan perasaan seseorang seperti: harga diri, pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan sosial.

3.2.2 Sumber eksternal

Sumber eksterna meliputi tiga kategori yaitu: Pertama, kategori informasi yang membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai (dukungan emosional). Kedua, kategori informasi yan membuat seseorang merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai (dukungan harga diri); Ketiga kategori informasi yang membuat seseorang merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan.

Fiset dan Rees (2006), mengatakan bahwa hipnosis, akupuntur, hidroterapi, aromaterapi, terapi cahaya, terapi musik, massage, support group, dapat digunakan sebagai cara dalam mengatasi gangguan emosional saat menopause. Gangguan atau keluhan fisik yang timbul saat menopause dapat dikurangi dengan berbagai cara seperti self help, terapi komplementer ataupun pengobatan medis (terapi sulih hormon) (Stoppard, 2002).

National Institute of Health (2005) dan Stoppard (2002) menyatakan bahwa hot

Dokumen terkait