• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, di Inggris disebut madeira vine. Sinonim Boussingaulatia gracilis

Miers. Boussingaultia cordifolia Boussingaultia basselloides. Tanaman

binahong (A. cordifolia) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari

tanaman ini masih banyak yang perlu diteliti sebagai bahan fitofarmaka (Manoi, 2009).

Tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli disana belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat sebagai obat telah diakui. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh. Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya (Manoi, 2009).

Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang, bunga dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal. Tanaman ini memang tumbuh baik dalam lingkungan yang dingin dan lembab (Shabella, 2012).

Taksonomi Tanaman Binahong

Berdasarkan taksonominya, tanaman binahong dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Shabella, 2012) :

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Caryphyllales Famili : Basellaceae Genus : Anredera

Spesies: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Daun Binahong

Daun binahong adalah jenis tanaman yang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Beberapa lembar daun ini dikunyah hingga halus atau dimasak dengan segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah di jus atau diblender. Adapun khasiat dari daun binahong dapat dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti batuk/muntah darah, paru-paru/bolong, diabetes, sesak nafas, borok akut (menahun), patah tulang, darah rendah, radang ginjal, gatal-gatal/eksim kulit, geger otak ringan/berat, disentri/buang air besar, ambeien berdarah, hidung mimisan, luka pasca bedah/operasi, luka bakar, kecelakaan/cedera benda tajam, jerawat, usus bengkak, gusi berdarah, kurang nafsu makan, haid tidak lancar, penyembuhan pasca bersalin/melahirkan, menjaga stamina tubuh, penghangat badan, lemah syahwat, kanker dan lain sebagainya (Shabella, 2012).

Kandungan Senyawa Kimia pada Tanaman Binahong

Menurut Astuti, dkk., (2011) yang telah melakukan penelitian pada tanaman binahong (A. cordifolia) dengan ekstraksi cara maserasi menggunakan

pelarut akuades, etanol dan metanol pada sampel umbi, daun dan batang binahong mengungkapkan adanya zat obat aktif saponin triterpenoid, steroid, glikosida dan alkaloid. Dengan tes skrining saponin dari sampel segar dan kering tanaman binahong, semua sampel diperoleh senyawa saponin yang positif, dengan

menunjukkan hasil stabil persisten saponin dari sampel segar dan kering. Manoi (2009) menyatakan tanaman ini dikenal dengan sebutan Madeira Vine

dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus.

Setiaji (2009) yang telah melakukan ekstraksi rhizoma binahong menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol 70% diperoleh senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Sedangkan pada uji kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak petroleum eter diperoleh saponin, ekstrak etil asetat diperoleh alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol sedangkan ekstrak etanol 70% diperoleh alkaloid, saponin, dan flavonoid.

Selawa, dkk., (2013) juga telah melakukan penelitian tentang ekstraksi pada sampel segar dan serbuk kering daun binahong menggunakan pelarut etanol diperoleh senyawa flavonoid dan jenis flavonoid yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi serbuk segar dan serbuk kering ekstrak etanol daun binahong ialah flavonol. Ekstrak etanol daun binahong juga diperoleh senyawa antioksidan dimana antioksidan sampel segar lebih besar dari sampel kering.

Senyawa Antibakteri Pada Tanaman Binahong Flavonoid

Flavonoid umumnya terdapat pada tanaman sebagai glikosida (Sirait, 2007). Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan

menggangu fungsi kerja dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus (Manoi, 2009).

Terpenoid

Terpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis, terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan dan hewan (Sirait, 2007). Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh (Manoi, 2009).

Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran. Pada daun tempat proses fotosintesis terjadi dapat dibuat alkaloid. Selain pada daun, alkaloid juga terdapat pada kuncup muda, akar dan juga pada getah (Sirait, 2007). Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid memiliki aktivitas hipoglikemik (Manoi, 2007).

Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan

busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun bagi ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin ada dua jenis yaitu saponin triterpenoid dan saponin steroid yang kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995). Saponin dapat menurunkan kolesterol,

mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik (Manoi, 2009).

Uji Antibakteri Antibakteri

Antibakteri adalah antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pengertian antimikroba secara umum adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia dan hewan (Gan, dkk., 1980).

Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja luas, spektrum kerja sempit), cara kerja (bakterisid atau bakteriostatik) dan ditentukan juga oleh konsentrasi minimum inhibisi (KMI) serta potensi pada KMI. Suatu antibakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila KMI terjadi pada kadar antibiotik yang rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar (Wattimena, dkk., 1991).

Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alkohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat warna, deterjen, sulfonamide dan antibiotika (Dwidjoseputro, 1978).

Bakteri Uji

Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif lebih besar daripada virus, yaitu

antara 0,3-0,5 mikron. Bentuknya berbeda menurut genusnya. Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang dapat tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok, berbentuk rantai atau benang, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau atau tidak, halus atau kasar, metabolism aerob atau anaerob dan membutuhkan media tertentu untuk mengkultur disertai dengan menghasilkan asam atau gas. Kebanyakan bakteri patogen ikan termasuk golongan Gram negatif, seperti Aeromonas, Vibrio, dan Flexibacter (Ghufran dan Kordi, 2004).

Aeromonas hydrophila

Aeromonas hydrophila merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,

motil, merupakan agen penyebab hemoragik septicemia Bacterial Hemorrhagic

Septicemia (BHS) atau Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) pada beragam

spesies ikan air tawar. A. hydrophila merupakan bakteri patogen pada ikan budidaya air tawar seperti pada ikan lele (Clarias batrachus) ikan mas (Cyprinus

carpio) ikan gurami (Osphronemus gouramy) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) (Irianto, 2005).

Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik tinggi. Ciri utama bakteri Aeromonas adalah bentuknya seperti batang, ukurannya 1-4 x 0,4-1 mikron, bersifat gram negatif, fakultatitf aerobik (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, senang hidup di lingkungan bersuhu 15-30oC dan pH antara 5,5-9 (Ghufran dan Kordi, 2004).

Pada dasarnya A. hydrophila merupakan oportunis karena penyakit yang disebabkannya mewabah pada ikan-ikan yang mengalami stress atau

pemeliharaan dengan padat tebaran tinggi. Umumnya penyebaran terjadi secara

horizontal lewat kontak langsung dengan air atau hewan yang sakit (Irianto, 2005).

Bakteri Aeromonas menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan ikan kakap putih yang dipelihara ditambak bersalinitas rendah. Kerugian yang ditimbulkannya sangat besar, sebab dalam waktu relatif singkat puluhan ton ikan mati secara massal, baik ukuran benih maupun induk. Serangan bakteri ini bersifat laten (berkepanjangan). Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang disebabkan oleh penurunan kualitas air,

kekurangan pakan atau penanganan ikan yang kurang baik (Ghufran dan Kordi, 2004).

Motile Aeromonads Septicaemia (MAS)

Penyakit bercak merah atau septicemia haemorahagica disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. Bakteri Aeromonas termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae yang terdiri atas tiga spesies utama, yaitu Aeromonas

punctata, A. hydrophila, dan A. liquiefacieus yang bersifat patogen

(Ghufran dan Kordi, 2004).

Tanda-tanda klinis infeksi A. hydrophila bervariasi, tetapi umumnya ditunjukkan adanya hemoragik pada kulit, insang, rongga mulut dan borok pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot. Sering pula tanda-tanda klinis ditunjukan

dengan terjadinya eksoptalmia, ascites, pembengkakan limpa dan ginjal (Irianto, 2005).

Ikan yang terserang penyakit ini biasanya memperlihatkan gejala-gejala seperti warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang menurun, mata ikan rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, ikan terlihat megap-megap dipermukaan air, insangnya rusak sehingga sulit bernapas, kulit ikan menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok-borok, perut ikan kembung (dropsi), dan apabila dilakukan pembedahan maka akan kelihatan pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa (Ghufran dan Kordi, 2004).

Beberapa Bahan Alami yang dapat Digunakan dalam Pengendalian Bakteri

Aeromonas hydrophila

Wardiyanto, dkk (2008) yang telah melakukan penelitian menggunakan ekstrak daun papaya (Carica papaya L) dalam menghambat A. hydrophila pada ikan mas. Uji yang dilakukan dalam penelitian ini memperoleh hasil yaitu ekstrak daun pepaya dapat menghambat bakteri A. hydrophila pada konsentrasi tertentu karena ekstrak daun pepaya mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavonoid, alkaloid, dan saponin.

Muslim, dkk (2010) yang telah melakukan penelitian tentang ekstrak bawang putih dalam mengobati benih ikan patin siam yang diinfeksi bakteri A.

hydrophila. Konsentrasi ekstrak bawang putih yang digunakan adalah 0 %

(kontrol), 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %. Penelitian ini menghasilkan bahwa pada konsentrasi 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 gejala klinis pada tubuh ikan berangsur sembuh setelah direndam dengan ekstrak bawang putih.

Sutama (2002) yang telah melakukan penelitian menggunakan ekstrak daun jambu biji, sambiloto, dan daun sirih untuk mengendalikan infeksi A.

hydrophila pada ikan lele dumbo. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pakan

yang mengandung ekstrak tumbuhan tersebut dapat mengobati penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila. Ekstrak daun jambu biji dan sambiloto yang digunakan setiap 100 gram pelet yaitu 2 gram/60 ml. Sedangkan ekstrak daun sirih yang digunakan yaitu 0,2 gram/60 ml.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melihat potensi perairan dan sumber daya manusia serta sumber daya ikan yang ada dan untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan serta memenuhi kebutuhan manusia akan produk perikanan, maka budidaya ikan di Indonesia merupakan slah stu usaha yang dapat dilakukan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Budidaya ikan biasanya dilakukan pada kolam-kolam, tambak ataupun keramba jaring apung. Budidaya ikan juga mengalami bebera masalah. Masalah yang sering terjadi dalam proses budidaya ikan terbesar adalah terjadinya serangan penyakit (Ghufran dan Kordi, 2004).

Satu diantara beberapa penyakit yang sering menyebabkan kematian ikan adalah penyakit Motile Aeromonads Septicaemia (MAS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri A. hydrophila. Bakteri A. hydrophila adalah bakteri penyebab penyakit pada ikan, umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik tinggi (Aoki, 1999).

Upaya pengendalian penyakit MAS pada budidaya ikan, sampai saat ini masih menggunakan antibiotik. Namun, pemakaian antibiotik untuk jangka panjang, yang tidak terkontrol dan tidak tepat dosis dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak ini bukan saja dikhawatirkan dapat memunculkan strain-strain bakteri resisten terhadap antibiotik yang dapat membahayakan manusia (zoonotik) dan juga dapat mencemari lingkungan perairan, bahkan berdampak pada kesehatan karena adanya residu kimia dari antibiotik pada produk perikanan yang dikonsumsi (Sukenda, dkk., 2008).

Penggunaan bahan-bahan kimia dianggap sangat praktis, efektif, dan murah. Tetapi perlu diingat, karena obat-obatan kebanyakan tidak spesifik dan dapat menimbulkan strain bakteri yang resisten dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebab kesalahan pengobatan, selain dapat merusak lingkungan perairan juga dapat membuat beberapa jenis penyakit menjadi kebal terhadap

pengobatan serta ikan-ikan budidaya mudah mengalami kematian (Ghufran dan Kordi, 2004).

Penggunaan bahan-bahan alami untuk mengendalikan penyakit yang menyerang ikan perlu ditingkatkan untuk menggantikan bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Satu diantara beberapa bahan-bahan alami yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit ikan yaitu daun binahong. Tanaman binahong (A. cordifolia) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Bagian tanaman binahong yang dapat digunakan sebagai obat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi (Manoi, 2009).

Penggunaan bahan-bahan kimia sebagai pengobatan penyakit ikan yang dapat menyebabkan dampak negatif seperti pencemaran limgkungan dapat digunakan alternative pengobatan dengan bahan-bahan alami. Berdasarkan hal

tersebut maka dilakukan penelitian untuk melihat apakah daun binahong (A. cordifolia) dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, penyakit ikan merupakan masalah yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan dan penggunaan bahan-bahan kimia untuk menanggulangi penyakit dapat menyebabkan resistensi penyakit terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Oleh karena itu diperlukan alternatif pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alami salah satunya adalah daun binahong. Satu diantara khasiat daun binahong adalah dapat digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit. Selain itu terdapat golongan senyawa metabolit sekunder yang telah diteliti dari daun binahong antara lain saponin, terpenoid, steroid, glikosida, alkaloid yang berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui besifat antibakteri (Astuti, dkk., 2011).

Pengujian fitokimia dilakukan terhadap golongan senyawa metabolit sekunder seperti saponin, tanin, steroida/terpenoida, glikosida, alkaloida, flavonoida. Pengujian fitokimia dilakukan untuk mendeteksi golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan sehingga dapat menjadi informasi awal untuk mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas antibakteri dari tumbuhan tersebut.

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Penggunaan pelarut etanol ini diharapkan dapat menarik senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan. Ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator untuk menghilangkan sisa pelarut sehingga diperoleh ekstrak kental yang selanjutnya akan dibuat dalam beberapa konsentrasi untuk pengujian antibakteri.

Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi disk dengan menggunakan kertas cakram yang mengandung ekstrak akan diletakkan langsung diatas media agar yang mengandung bakteri uji. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri Gram negatif A. hydrophila. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan mengukur daerah bening disekitar kertas cakram. Bagan alir kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Input

Metode difusi disk

proses

Output

Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir penelitian

Motile Aeromonads Septicaemia (MAS)

Bahan Kimia

Bahan alami yaitu Daun Binahong Aeromonas hydrophila Ekstrak Daun Binahong Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Variasi Konsentrasi Ekstrak daun binahong

Konsentrasi Ekstrak yang Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Perumusan Masalah

Uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam

daun binahong (A. cordifolia) yang bersifat antibakteri?

2. Apakah senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak daun binahong (A. cordifolia) memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat

pertumbuhan A. hydrophila ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di daun binahong (A. cordifolia) yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

b. Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun binahong (A. cordifolia) dalam mengahambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila

secara in vitro.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang ekstrak daun binahong dapat digunakan sebagai antibakteri dan sebagai bahan referensi bagi masyarakat tentang tumbuhan alami daun binahong (A. cordifolia) yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit ikan secara in vitro serta sebagai literatur pendukung untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai daun binahong.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dibuat hipotesis yaitu senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun binahong (A. cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila penyebab penyakit Motile Aeromonads Septicaemia (MAS) secara in vitro.

ABSTRACT

PRITA YULIANTI ANASTA BR GINTING. Phytochemical Screening of Secondary Metabolite in Binahong Leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) to Test In Vitro Inhibitation Growth of Aeromonas hydrophila. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and INDRA LESMANA.

Binahong leaves are one of natural product to be used to treat the disease of living organisme due to having secondary metabolite to show antibacterial activity. The purpose of this research was to study secondary metabolite of Binahong leaves of which showing antibacterial, to analysis effectivity of antibacterial Binahong leaves extract to inhibit growth of bacteria Aeromonas

hydrophila.

An experimental laboratory with six treatments and three replications for

in vitro was tested. A paper disc soaked in a solution of Binahong leaves extract

was used for in vitro at a concentration of 0% (w/v); 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; positive control (Oxytetracycline), then placed on a Tryptose Soya Agar (TSA) medium containing bacteria A. hydrophila and then incubated at 37oC for 24 hours.

In vitro test showed that Binahong leaves extract inhibited the growth of

bacteria A. hydrophila with a inhibition area around the paper disc. The increase concentration of Binahong leaves extract enhanced the growth inhibition area. Phytochemical screening of Binahong leaves extract showed that the extracts contained flavonoid, phenol, saponin, alkaloid, triterpenoid and β-sitosterol.

Keywords : Binahong leaves, Aeromonas hydrophila, flavonoid, phenol, saponin, alkaloid, triterpenoid, β -sitosterol

ABSTRAK

PRITA YULIANTI ANASTA BR GINTING. Skrining Fitokimia Metabolit Sekunder Pada Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) untuk Uji In

Vitro Daya Hambat Pertumbuhan Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh

MOHAMMAD BASYUNI dan INDRA LESMANA.

Daun Binahong merupakan satu diantara bahan alami yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit pada makhluk hidup karena memiliki senyawa metabolit sekunder yang bersifat antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui senyawa metabolit sekunder dalam daun binahong yang bersifat antibakteri, untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun binahong dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen di laboratorium dengan enam perlakuan dan tiga ulangan secara in vitro. Perlakuan uji in vitro menggunakan metode difusi disk dengan cara kertas cakram direndam dalam larutan ekstrak daun binahong pada konsentrasi 0% (b/v); 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; kontrol positif (Oksitetrasiklin), kemudian diletakkan pada media Tryptose

Soya Agar (TSA) yang telah disebar bakteri A. hydrophila lalu diinkubasi pada

suhu 37oC selama 24 jam.

Hasil uji in vitro menunjukkan ekstrak daun binahong mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila ditunjukkan adanya daerah bening disekitar kertas cakram. Diameter daerah bening yang terbentuk yaitu 0 mm (0% kontrol negatif); 8,4 mm (0,2%); 9,4 mm (0,4%); 10,5 mm (0,6%); 11,9 mm (0,8%); 27,5 mm (kontrol positif). Peningkatan konsentrasi ekstrak daun binahong menunjukkan pertambahan daerah bening. Hasil skrining fitokimia ekstrak daun binahong menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, fenolik, saponin, alkaloid, triterpenoid, β -sitosterol.

Kata kunci: Daun Binahong, Aeromonas hydrophila, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, β -sitosterol

SKRINING FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER PADA

Dokumen terkait