• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

a. Tempat Kerja (Workplaces)

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, dan di udara (Tarwaka, 2008).

b. Potensi Bahaya (Hazard)

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan sistem kerja (Tarwaka, 2008).

c. Kebocoran

Kebocoran adalah kondisi abnormal dari peralatan, perpipaan dimana cairan dan atau gas keluar tersebar dan dapat membahayakan keselamatan manusia di sekitarnya (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2008).

Pelepasan bahan kimia dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan,

5

commit to user

masyarakat, dan lingkungannya. Prosedur yang efektif dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan kimia ini. Memberikan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi bahaya bahan kimia di perusahaan dan menjamin cara-cara yang tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi darurat (Subagyo, 2009).

d. Keadaan darurat

Keadaan darurat adalah kejadian/insiden/kondisi yang tidak direncanakan yang dapat membahayakan manusia, merusak lingkungan, dan atau perusahaan yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan tepat (Pertamina, 2005).

Keadaan darurat adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan (catastrophic) dan dapat mengakibatkan situasi krisis, baik yang disebabkan karena faktor internal maupun eksternal (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat, dan selamat. Untuk terlaksananya

commit to user

penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas dengan tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai (Okleqs, 2008).

Adapun berdasarkan penyebabnya, keadaan darurat (emergency) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (Kuntodi, 2008) :

1) Bencana alam (natural emergency)

Natural emergency adalah keadaan darurat yang disebabkan oleh kondisi alam dan diluar kendali manusia, seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan kebakaran hutan.

2) Karena perbuatan manusia (technological emergency)

Yang pertama harus diketahui adalah technological emergency terjadi sebagai akibat dari kegagalan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja. Contoh-contoh dari emergency golongan ini yaitu kebakaran, peledakan instalasi peralatan, kebocoran bahan kimia berbahaya, tumpahan bahan-bahan beracun, kebocoran nuklir, dan bencana akibat tindakan terorisme.

Baik natural atau technological emergency biasanya menyebabkan kondisi emergency yang luar biasa (Kuntodi, 2008).

Dalam keadaan darurat industri, menurut lokasi terjadinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Kuntodi, 2008) :

commit to user

1) Local emergency

Yaitu keadaan darurat yang timbul akibat kejadian yang berdampak pada bagian-bagian tertentu dalam suatu lokasi industri. Dalam hal ini dampak yang ditimbulkan diharapkan dapat dikendalikan oleh petugas setempat, juga diharapkan tidak terjadi penyebaran efek ke lokasi lain. Keadaan darurat ini contohnya adalah kebocoran bahan kimia berbahaya di gudang, kebocoran penutup dan kebocoran-kebocoran kecil lain.

2) On-site emergency

Adalah keadaan darurat yang berdampak pada manusia, harta benda, dan lingkungan dimana dampak tersebut menyebar ke seluruh bagian lingkungan kerja. Pada keadaan ini fasilitas-fasilitas pelayanan keadaan darurat sangat dibutuhkan. Contoh on-site emergency adalah kebakaran tangki penyimpan bahan kimia mudah terbakar, pecahnya pipa instalasi dalam proses kimia berbahaya.

3) Off-site emergency

Off-site emergency adalah keadaan darurat yang dampaknya dapat menyebar ke seluruh lingkungan kerja dan lingkungan luar. Misalnya pada kasus kebakaran dan peledakan tangki bahan bakar yang berkapasitas besar, kebocoran gas beracun, kecelakaan transportasi bahan-bahan berbahaya, ancaman bom pada instalasi proses kimia berbahaya.

commit to user

2. Amoniak (NH3)

Amoniak cair sudah diproduksi dan digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong pada industri-industri di indonesia. Untuk keselamatan dan pengamanan dalam penanganan amoniak cair, terdapat petunjuk yang meliputi : sifat-sifat, bahaya, pencegahan serta perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang ditimbulkannya (Biro Pemeriksaan dan Keselamatan Kerja PT Petrokimia Gresik, 1996).

a. Sifat-sifat Umum 1) Rumus kimia : NH3

2) Kenampakan : Pada suhu dan tekanan atmosfer amoniak adalah uap tak berwarna dan berbau tajam.

3) Sifat kimia

Amoniak adalah sangat reaktif, basa, dan pereduksi yang kuat. Berat molekul 17.032. Konsentrasi 16%-25% di udara, terbakar. Amoniak bereaksi dengan zat organik dan membentuk asap putih. Dalam keadaan lembab, amoniak berair sangat korosif terhadap tembaga, timah putih, seng, paduan-paduan khususnya tembaga.

4) Sifat fisik

a) Bentuk fisik : cair gas b) Titik didih (1 atm) : - 33,35 0C - c) Titik leleh : - 77,7 0C - d) Autoignation temp : - 651 0C

commit to user

e) Specific gravity : 0.6819 0.5970 f) Explosive limits : - 16%-25%

g) Warna : Tidak berwarna Tidak berwarna b. Bahaya Amoniak

1) Bahaya tehadap kesehatan

a) Umum

Amoniak bersifat basa baik dalam larutan maupun uap.

Cairan dingin dan mudah sekali menguap.

b) Toksisitas

Amoniak cair dapat menyebabkan luka pada kulit dan mata.

Uapnya terasa sakit jika kena mata, kulit, dan jalan pernafasan.

c) NAB

Nilai ambang batas amoniak 50 ppm atau 35 mg/m3 (di udara selama 8 jam) dalam udara tempat kerja. Beberapa orang dapat membau di bawah NAB. Iritasi dirasakan sedikit diatas NAB, disekitar 400 ppm iritasi pada kerongkongan, 700 ppm iritasi pada mata. Menghisap 2500 ppm lebih selama 30 menit membahayakan kehidupan. Konsentrasi di atas 10.000 ppm (1%) pada umumnya iritasi terhadap kulit yang basah dan luka-luka pada kulit terjadi pada konsentrasi uap di atas 3%.

d) Pertolongan pertama dan pertolongan diri

Percikan cairan amoniak yang mengenai korban, cuci dengan air sebanyak mungkin, lepaskan pakaian jika perlu untuk

commit to user

dapat menyiram lebih baik. Jika mata terkena, secepat mungkin cuci dengan air kurang lebih 15 menit dan bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat. Orang terkena uap amoniak harus segera dipindahkan ke udara segar. Kasus kesukaran atau sesak pernapasan harus segera dibawa ke dokter, gunakan pertolongan dengan oksigen jika pernafasan terhenti.

2) Bahaya kebakaran

a) Umum

Derajat penyalaan (flammability) dari amoniak (16%-25%

vol) di udara adalah lebih tinggi daripada hydrokarbon tetapi semprotan amoniak cair akan mendatangkan suatu bahaya kebakaran. Kebakaran amoniak sangat sukar dipadamkan.

Dengan adanya konsentrasi oksigen yang tinggi udara uap amoniak membakar. Derajat konsentrasi flammability dalam oksigen adalah 15%-75% sedangkan di udara adalah 16%-25%.

b) Kontrol

Jika dapat dilaksanakan, hentikan aliran amoniak ke dalam api. Gunakan pengabut air untuk membakar amoniak, dan kurangi uap amoniak dengan absorbsi dan pelarutan. Sejumlah besar air diperlukan untuk memadamkan kebakaran amoniak.

commit to user

3) Bahaya Peledakan

a) Umum

Mengetahui adanya amoniak pada konsentrasi yang rendah sangat diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya konsentrasi peledakan. Pengisian container berlebihan, menjatuhkannya dan menempatkan container dalam suhu tinggi, menggunakan peralatan, pipa tanpa valve untuk membuang tekanan berlebih.

Amoniak cair atau uap amoniak pada konsentrasi yang tinggi jika bercampur dengan oksigen dapat meledak oleh guncangan, panas, atau letupan listrik.

b) Pencegahan

Penyimpanan dan penanganan amoniak dilakukan dalam ruangan yang berventilasi cukup, bebas dari oksigen, minyak, panas, atau letupan. Siram atau semprot segera setiap tumpahan dengan air sebanyak mungkin.

4) Keselamatan

a) Umum

Semua kegiatan penanganan amoniak harus dikerjakan oleh kelompok yang terdiri dari dua oarang atau lebih.

b) Pendidikan personil

Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada setiap orang yang berhubungan dengan penanganan, penyimpanan, pemindahan amoniak dalam hal :

commit to user

(1) Sifat-sifat amoniak.

(2) Bahan yang tepat untuk konstruksi.

(3) Alat pelindung diri yang tepat untuk penanganan dan tindakan pengamatannya.

(4) Keselamatan, pertolongan diri, dan pertolongan pertama.

Latihan bagi pengawas meliputi semua kegiatan penting, termasuk penanggulangan bahaya yang ditimbulkan oleh amoniak cair.

c) Pelindung diri

Amoniak cair mudah sekali menguap dengan menyerap panas dengan seketika sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan kulit karena suhu penguapannya rendah. Untuk itu setiap tenaga kerja yang menangani amoniak harus diperlengkapi dengan alat pelindung diri. Alat-alat pelindung diri yang umum dipakai dalam menangani amoniak adalah : (1) Pelindung tubuh

Sepatu karet, sarung tangan karet beserta pakaian yang terbuat dari katun harus senantiasa dipergunakan selama seseorang bekerja dengan amoniak. Dalam hal keadaan darurat dimana terdapat kebocoran amoniak dalam jumlah besar, maka pakaian pelindung harus

commit to user

mempergunakan jenis yang terbuat dari karet dengan pelapis katun di bagian dalamnya.

(2) Pelindung mata dan pernafasan

Pekerjaan ringan yang berhubungan dengan amoniak, selain sarung tangan karet, sepatu karet, pakaian katun maka pekerja harus dilengkapi dengan kaca mata pelindung untuk amoniak (chemical goggles) dan single atau double nose respirator (half mask) yang diperlengkapi dengan cartridge untuk organik vapour (atmosfer tidak lebih dari 380 ppm amoniak).

(3) Pelindung muka, mata, dan pernafasan (a) Full face mask

Pekerjaan pemeliharaan dimana masih terdapat sisa-sisa amoniak tidak lebih dari 2%, maka selain sarung tangan karet, sepatu karet, dan pakaian katun maka pekerjaan harus dilengkapi gas masker dengan canister amoniak (atmosfer tidak lebih dari 2%

amoniak). Karena canister ini hanya dapat digunakan pada atmosfer yang mengandung tidak lebih dari 2% amoniak, maka dalam keadaan dimana kebocoran amoniak berjumlah besar haruslah digunakan tipe airline respirator ataupun self contain breathing apparatus.

commit to user

(b) Airline Respirator

Keadaan dimana kontaminasi amoniak lebih dari 2%, maka pekerja harus dilengkapi dengan sarung tangan karet, pakaian pelindung dari karet dan airline respirataor.

Airline respirator pada dasarnya sama dengan full face mask bedanya terletak pada sistem pernafasan dimana full face mask menggunakan amoniak canister sedangkan airline respirator menggunakan corrugated hose yang dihubungkan dengan selang udara dari suatu kompresor udara.

Kerugian daripada penggunaan alat-alat ini adalah bahwa pemakai kurang leluasa bergerak.

(c) Self contained breathing apparatus

Syarat kelengkapan sama dengan air line respirator bedanya adalah self contained breathing apparatus mendapat supplay udara dari tabung baja yang berada di punggung pemakai. Dengan menggunakan alat ini, maka sesorang dapat bebas bergerak kemana-mana.

Alat ini pula yang selalu dipergunakan dalam pelayaran keadaan darurat. Kapasitas tabung udara

commit to user

ada 2 macam yaitu dengan waktu pemakaian 30 menit atau 60 menit.

(d) Pakaian bertekanan udara

Pakaian bertekanan udara baik dari karet maupun Poly Vinil Clorida kebanyakan dipergunakan bersama-sama dengan alat bantu pernafasan, breathing apparatus, untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang besar seperti halnya mengatasi kebocoran amoniak dalam skala yang besar atau saluran-asaluran amoniak yang pecah dimana seluruh bagian tubuh dapat terlindungi.

(e) Escape mask

Berupa full face mask yang dilengkapi dengan tabung udara kecil yang dapat digantungkan di leher.

Perlengkapan ini dipergunakan khusus untuk penyelamatan seseorang dari ruangan atau tempat yang terdapat kebocoran amoniak ke ruangan atau tempat lainnya yang aman. Isi tabung akan habis dalam waktu 10 menit.

(f) Pertolongan pertama

Cidera yang serius tidak akan bisa dihindari jika air tidak segera digunakan, guna membersihkan bagian tubuh yang terkena cairan amoniak

commit to user

(menggosok bagian tubuh dengan tangan adalah sangat dilarang). Menggunakan obat salab atau sejenisnya adalah sangat dilarang selama usaha penetralan dengan air belum dilakukan. Bagian tubuh yang terbakar dengan cairan amoniak harus segera dicuci atau disiram air dengan terus menerus dalam waktu minimal 15 menit. Pakaian yang tercemar atau terkena cairan amoniak harus segera dilepaskan sejauh keadaan yang memungkinkan.

Sebab reaksi pembekuan dari liquid amoniak pada pakaian yang basah dapat membuat kulit korban terasa dingin dan permukaan kulit perlu dibersihakan lebih dahulu dengan air. Korban dijaga agar tetap diselimuti dan dibawa secepatnya ke dokter. Jika mata juga terkena dengan gas amoniak dan tertutup secara tidak sengaja, harus dibuka guna dicuci dengan air bersih sampai rasa pedih berkurang. Kegagalan mencuci mata yang terkena dengan cairan atau uap amoniak dapat mengakibatkan cidera mata tidak dapat diobati.

Usaha memberi pertolongan pada kebocoran amoniak di tangki, maka uap yang keluar dari tangki akan bergerak searah dengan arah angin. Jika tangki

commit to user

yang bocor itu bertekanan, maka uap gas yang keluar akan bergerak lebih cepat lagi. Bila merasa tidak tahan, maka segeralah mengatur nafas dengan cara menarik nafas sedikit-sedikit atau pelan-pelan atau bila mungkin tahan nafas dan lari ke arah yang berlawanan dengan arah angin atau memotong arah angin (lihat cerobong asap, bendera atau wind direction atau petunjuk arah angin). Dalam usaha membantu korban yang terjebak dengan gas amoniak yang terbawa angin, memerlukan beberapa alat bantu seperti selang 1,5 inchi dengan spray nozzle, yang ideal untuk kontrol di bawah angin.

Gambar 1. Petunjuk Penyelamatan Diri

Sumber : Biro Pemeriksaan dan Keselamatan Kerja PT Petrokimia Gresik, 1996 Penjelasan Gambar :

Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa jika terjadi kebocoran amoniak, arah penyelamatan diri harus berlawanan dengan arah angin dari sumber bau amoniak.

Daerah yang tercium bau amoniak

Arah Penyelamatan Diri

Sumber Bau amoniak

Arah Angin

commit to user

3. Sistem Penyimpanan Amoniak dalam Tangki

Prinsip dasar penyimpanan amoniak dalam tangki adalah untuk tetap menjaga agar amoniak tetap dalam kondisi cair saat penyimpanan, dengan menjaga tekanan dalam tangki mendekati atmosferik pada temperatur -33,35 0C. Selama disimpan dalam tangki tersebut, kondisi amoniak dipertahankan dalam kondisi seimbang, karena adanya panas yang masuk dan diatas kesetimbangannya, panas tersebut akan digunakan untuk menguapkan sejumlah amoniak yang ada, yang disebut dengan proses evaporation. Selanjutnya uap yang terbentuk dalam tangki melalui unit compressor dikompresi dan diembunkan secara terus-menerus dengan kecepatan tertentu. Hal ini akan menekan kenaikan tekanan dalam tangki yang membahayakan. Unit compressor yang menekan dan mengembunkan uap amoniak ini disebut system refregerasi (Susiyanto, 2007).

a. System Refregerasi

Fungsi dari suatu system refrigerasi adalah memindahkan panas dari ruang yang dingin (Coal Chamber) dimana temperatur lebih rendah dari lingkungan.

Bahan kerja refrigerator disebut refrigerant misal : amoniak, freon, etilen, dan aceton. Dalam industri, refrigerasi dipakai untuk mendinginkan ruangan pada proses pemisahan O2 dan N2 dari udara (Susiyanto, 2007).

Prinsip refrigerasi didasarkan pada hukum thermodinamika. Dimana sebetulnya hukum-hukum thermodinamika merupakan hipotesa-hipotesa alam dan didasarkan atas pengamatan kejadian alam, hukum ini membatasi perubahan dalam perpindahan energi. Hukum-1 thermodinamika dikenal sebagai hukum

commit to user

³.HNHNDODQ (QHUJL´ \DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD MXPODK HQHUJL DGDODK WHWDS

walaupun dapat berubah atau pindah tempatnya. Sedangkan hukum-II thermodinamika menyatakan bahwa energi panas tidak dapat diubah semuanya menjadi energi mekanis (kerja) tetapi selalu dibarengi dengan pembuangan sebagian panas ketempat lain. Panas akan selalu berpindah dari sistem yang lebih tinggi temperaturnya ke sistem yang lebih rendah temperaturnya (Susiyanto, 2007).

Sistem refrigerasi amoniak storage dimaksudkan untuk menjaga tekanan dan temperatur storage tetap rendah. Metode yang digunakan adalah mechanical refrigeration, yaitu refrigerasi dengan cara kombinasi antara kompresi dan penurunan temperatur. Dalam tangki terbentuk uap amoniak yang disebabkan oleh rambatan panas yang masuk dalam tangki. Cairan amoniak terlepas menjadi uap dan melalui suction compressor uap dihisap dan dikompresi secara bertingkat melalui beberapa stage dan diantara stage compressor dilengkapi dengan intercooler yang berfungsi sebagai pendingin. Dari hasil kompresi beberapa stage dihasilkan tekanan mencapai 18,9 kg/cm2 dengan temperatur 119 0C. Uap amoniak dengan tekanan tinggi yang keluar dari scharge compressor stage terakhir. Selanjutnya dilewatkan cairan amoniak dengan tekanan tinggi. Cairan ini ditampung dalam amoniak receiver pada kondisi temperatur 45 0C. Dari amoniak tekanan tinggi secara tiba-tiba tekanannya diturunkan dengan menggunakan

³Expantion Valve´ MDGLODK FDLUDQ DPRQLDN GHQJDQ WHNDQDQ UHQGDK \DQJ

selanjutnya dikembalikan ke tangki amoniak storage (Susiyanto, 2007).

b. Pengamanan terhadap penyimpanan amoniak

commit to user

Biasanya suatu pabrik amoniak mempunyai unit penimbunan amoniak dalam jumlah besar, berbentuk storage karena sifat amoniak yang sangat volatile maka desain storage nya harus dibuat sedemikian rupa sehingga cukup aman untuk melayani operasi normal.

Refrigerator biasanya mempunyai dinding ganda, yang satu dengan yang lainnya berjarak satu feet dan diisi dengan sejenis isolasi dan di dalam isolasi ini dimasukkan nitrogen yang berfungsi untuk memberi tekanan positif, agar udara luar tidak masuk (Susiyanto, 2007).

Tipisnya dinding storage dan besarnya kapasitas terdapat risiko yang besar jika terjadi kebocoran amoniak seandainya dinding storage robek atau pecah (susiyanto, 2007).

Sekeliling storage dibangun dike (tanggul beton) jika sewaktu-waktu terjadi suatu kebocoran tangki amoniak. Dike ini mempunyai volume yang sama dengan volume tangki, walaupun seluruh isi storage tersebut keluar dike mampu menampung amoniak. Tindakan berikutnya adalah mengurangi penguapan, untuk itu harus diusahakan memberi lapisan panas dipermukaan amoniak (Susiyanto, 2007).

Penyelamatan karyawan pabrik pada saat pertama bencana, perlu diadakan semacam gardu penyelamat. Gardu ini berbentuk bangunan kecil yang kedap udara yang dapat penampung 10-20 orang, dan diperlengkapi dengan suplai udara yang cukup untuk bernafas dan menjaga tekanan positif di dalam bangunan, paling sedikit untuk

commit to user

setengah jam. Dalam bangunan tersebut telefon dan beberapa breathing appparatus siap pakai. Gardu penyelamat tidak hanya dtujukan untuk kebocoran amoniak saja, tetapi dapat untuk kebocoran gas-gas beracun lainnya. Dengan menempatkan gardu penyelamat di bawah aliran angin dari arah storage amoniak sehingga akan sangat membantu usaha penyelamatan, seandainya terjadi bencana seperti itu (Susiyanto, 2007).

4. Prosedur Tanggap Darurat

Setiap organisasi bertanggung jawab untuk mengembangkan prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang sesuai dengan keperluannya, dalam mengembangkan prosedur tersebut organisasi seharusnya mempertimbangkan (ISO 14001 Elemen 4.4.7, 2004) :

a. Sifat bahaya di lokasi misalnya cairan mudah terbakar, tangki penyimpanan, gas bertekanan tinggi, dan tindakan yang dilakukan bila terjadi tumpahan atau pelepasan ke lingkungan karena kecelakaan.

b. Jenis dan skala situasi darurat atau kecelakaan yang paling mungkin terjadi.

c. Metode yang paling memadai untuk menanggapi kecelakaan atau situasi darurat.

d. Rencana komunikasi internal dan eksternal.

e. Tindakan yang diperlukan untuk meminimum kerusakan lingkungan.

f. Mitigasi dan tidakan tanggapan yang dilaksanakan untuk berbagai jenis kecelakaan dan situasi darurat yang berbeda-beda.

commit to user

g. Keperluan untuk proses evaluasi setelah kecelakaan untuk menetapkan dan menerapkan tindakan perbaikan dan pencegahan.

h. Pengecekan berkala terhadap prosedur tanggap darurat.

i. Pelatihan terhadap personil tanggap darurat.

j. Daftar personil kunci dan instansi pembantuan, termasuk informasi rinci untuk kontak (misal : Dinas Pemadam Kebakaran, Jasa Pembersihan Tumpahan).

k. Rute evakuasi dan tempat berkumpul yang aman.

l. Proteksi terjadinya situasi darurat atau kecelakaan pada fasilitas yang lokasinya berdekatan (misal : pbrik, jalan, lintasan kereta api).

m. Memungkinkan saling membantu dengan organisasi sekitarnya.

Rencana tanggap darurat yang sudah ditetapkan dalam prosedur penangggulangan keadaan darurat khususnya yang sifatnya fisik harus diuji cobakan secara rutin sesuai ketentuan yang berlaku, agar apabila keadaan darurat benar-benar terjadi seluruh karyawan dapat mengambil tindakan dengan cepat sesuai tanggung jawabnya masing-masing. Para karyawan dilatih secara rutin untuk melakukan suatu tindakan apabila keadaan darurat terjadi. Kemungkinan keadaan darurat bisa terjadi karena adanya pelanggaran terhadap suatu prosedur atau peraturan yang lain, sehingga untuk menaggulangi keadaan darurat tersebut selain pemahaman tentang tanda-tanda akan terjadinya suatu kondisi yang membahayakan juga harus mengetahui prosedur yang mengatur, termasuk peraturan terkait (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

commit to user

5. Pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Darurat

Pelaksanaan penanggulangan terhadap keadaan darurat perlu disusun tata cara penanggulangan yang komperhensif, sebagai contoh : terhadap keadaan darurat pabrik, telah disusun tata cara penanggulangannya dan dibentuk tim penanggulangan keadaan darurat pabrik. Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat pabrik ini melibatkan seluruh karyawan dan fasilitas perusahaan serta bantuan dan kerjasama dengan instansi lain dari luar perusahaan (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

a. Struktur Organisasi Tanggap Darurat

Tujuan pembentukan organisasi tanggap darurat adalah :

1) Menghimpun seluruh Karyawan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya bencana di lingkungan kerja yang dapat membahayakan jiwa maupun aset perusahaan secara terkoordinir, sehingga kerugian-kerugian yang mungkin timbul dapat dikurangi atau dicegah.

2) Menghindari timbulnya kepanikan dan mencegah tindakan-tindakan yang salah yang dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

3) Memberikan petunjuk kepada para petugas, agar operasi penanggulangan bencana dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.

(Okleqs, 2008).

commit to user

Pelaksanaan tanggap darurat perlu ditunjuk seorang pejabat sebagai koordinator umum untuk memimpin seluruh operasi dan koordinator lapangan sebagai pemegang komando di tempat kejadian.

Koordinator umum adalah pejabat paling senior yang ada dilokasi, biasanya adalah direktur atau manajer operasi. Koordinator harus

Koordinator umum adalah pejabat paling senior yang ada dilokasi, biasanya adalah direktur atau manajer operasi. Koordinator harus

Dokumen terkait