• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT KEBOCORAN AMONIAK DI UNIT PENYIMPANAN AMONIAK UTILITAS II PABRIK II PT PETROKIMIA GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT KEBOCORAN AMONIAK DI UNIT PENYIMPANAN AMONIAK UTILITAS II PABRIK II PT PETROKIMIA GRESIK"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT KEBOCORAN AMONIAK DI UNIT PENYIMPANAN

AMONIAK UTILITAS II PABRIK II PT PETROKIMIA GRESIK

JAWA TIMUR

Ristiana Widiastuti R.0008066

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT KEBOCORAN AMONIAK DI UNIT PENYIMPANAN AMONIAK UTILITAS II PABRIK

II PT PETROKIMIA GRESIK JAWA TRIMUR Ristiana Widiastuti 1, Harninto 2, Devi Aliyani 3

Tujuan: Msencari atas permasalahan yang telah dirumuskan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik, bagaimana tim dalam menjalankan perannya saat keadaan darurat serta bagaimana fasilitas tanggap darurat kebocoran amoniak di PT Petrokimia Gresik.

Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang gambaran pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak. Pengambilan data mengenai gambaran pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyaawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan membandingkan dengan Permenaker No. PER- 05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Hasil: PT Petrokimia Gresik mamiliki prosedur tanggap darurat kebocoran amoniak yang mana prosedur tersebut di uji secara berkala. Pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak mengacu prosedur yang dibuat oleh PT Petrokimia Gresik yang mana prosedur tersebut terdiri dari sarana peralatan, mekanisme operasional, dan organisasi tanggap darurat.

Simpulan: PT Petrokimia Gresik telah membentuk tim tanggap darurat serta memperhatikan fasilitas dan sarana penunjang yang digunakan dalam kondisi darurat. Tim emergency response telah memahami tugas masing±masing. Fasilitas emergency response yang dimiliki sudah baik ada beberapa yang harus diperbaiki.

Saran yang diberikan adalah supaya sebaiknya pemeliharaan safety equipment harus lebih ditingkatkan, lebih dijaga dan perlu dilakukan evaluasi agar selalu dalam kondisi siap bila sewaktu-waktu diperlukan pada saat terjadi keadaan/kejadian darurat baik kecil atau besar.

Kata kunci : Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat

2,3 Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

iv

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul ³*DPEDUDQ 3HODNVDQDDQ

Tanggap Darurat Kebocoran Amoniak di Unit Penyimpanan Amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik Jawa Timur´.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas sebelas Maret Surakarta.

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diliputi dengan keterbatasan dan kekurangan sehingga selalu membutukan bantuan orang lain.

Begitu pula dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akan dapat terlaksana apabila tidak ada sumbangsih dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan laropan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi mahasiswa di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Kepada Bapak Sumardiyono, SKM., M. Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

4. Bapak Harninto, dr., MS, Sp.Ok selaku Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini, yang telah memberikan petunjuk dan arahan hingga terselesainya penulisan laporan ini.

5. Ibu Devi Aliyani, SKM selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

6. Kepada Bapak Ibu Dosen yang senantiasa memberi bimbingan kepada kami.

v

(6)

commit to user

7. Kepada ibu\DQJVHODOXPHQGR¶DNDQVHUWDPHPEHULNDQUHVWXVHPDQJDWGDQ

dukungan kepada penulis.

8. Kepala Departemen Pendidikan dan Pelatihan PT Petrokimia Gresik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang di PT Petrokimia Gresik.

9. Bapak Ir. Nanang Teguh S, selaku Kepala Departemen Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik.

10. Bapak Achmad Zaid, ST selaku Pembimbing Lapangan, yang telah memberi pengarahan pada saat pelaksanaan Magang di PT Petrokimia Gresik.

11. Bapak Edy, Bapak Lukito, Bapak Arifin, Bapak Choirul, Bapak Mujiono, Bapak Zaenal, Bapak Harto, Bapak Ali, Bapak Susantyo, Ibu Anik dan rekan- rekannya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membimbing dan membantu penulis dalam mendapatkan informasi.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan

selanjutnya dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya

Surakarta, Mei 2011 Penulis,

Ristiana Widiastuti

vi

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Metode Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 34

vii

(8)

commit to user

D. Sumber Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Pelaksanaan ... 36

G. Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

viii

(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Isi Kotak P3K... 60

ix

(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Petunjuk Penyelamatan Diri ... 18

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 34

Gambar 3. Mekanisme Operasional Tanggap Darurat Kebocoran Amoniak .. 43

Gambar 4.Denah Pos Komando Pabrik II ... 45

Gambar 5. Denah Assembly Point Pabrik II ... 47

Gambar 6. Struktur Organisasi Bagian PMK ... 54

Gambar 7. Pedoman Bunyi Sirine Pelaksanaan Evakuasi ... 56

Gambar 8. Pedoman Bunyi Sirine Pada Status Aman ... 57

Gambar 9. Alur Penyebaran Informasi PKDP ... 57

x

(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Presensi Magang

Lampiran 2. Lay Out Penyimpanan Amoniak

Lampiran 3. Lay Out Seluruh Kawasan PT Petrokimia Gresik Lampiran 4. Daftar Pemegang Radio Komunikasi Tahun 2010

Lampiran 5. Struktur Tim/Organisasi Tanggap Darurat PT Petrokimia Gresik Lampiran 6. Pedoman Bunyi Sirine Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik Lampiran 7. Lampiran Nomor Telepon Penting PT Petrokimia Gresik

Lampiran 8. Lay Out Pemasangan Rambu Evakuasi

Lampiran 9. Lampiran I Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran 10. Lampiran II Permenaker No. Per-05/MEN/1996

Lampiran 11. Lampiran II Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008

xi

(12)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dewasa ini telah memasuki tahapan dimana pertumbuhan industri meningkat secara pesat, baik dalam jumlah, ragam maupun teknologi yang digunakan semakin canggih (Goenawan, 1995).

Keadaan ini semakin meningkatkan risiko kecelakaan. Selain itu industri yang mengolah bahan-bahan yang mudah meledak, mudah terbakar, dan beracun semakin banyak jumlahnya (Sahab, 1997).

Sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan industri untuk menanggulangi keadaan darurat, terutama bagi industri skala menengah dan besar kiranya sudah merupakan suatu kebutuhan. Sistem ini hendaknya tidak lagi dipandang sebagai sarana dan anjuran belaka khususnya bila ada indikasi kuat terdapat potensi bahaya yang serius di industri tersebut setelah ditinjau dan dikaji dari beberapa aspek, seperti :

1. Kualitas dan kuantitas bahan berbahaya dan beracun yang ada.

2. Sifat proses dan teknologi yang digunakan.

3. Jumlah dan akumulasi karyawan yang terlibat.

4. Lokasi pabrik dan lingkungannya.

(Goenawan, 1995)

Sebagai suatu industri petrokimia PT Petrokimia Gresik menyadari akan adanya risiko bahaya yang sangat potensial seperti kebakaran, peledakan, dan

(13)

commit to user

pencemaran lingkungan. Bahaya yang memungkinkan dapat berdampak luas adalah apabila terjadi ledakan atau kebocoran pada penyimpanan amoniak.

Amoniak adalah bahan baku pembuatan urea, ZA, NPK, dan Phonska.

Amoniak apabila terdapat kelebihan maka di tampung dalam tangki khusus penyimpan amoniak. Amoniak merupakan zat yang sangat reaktif dengan titik didih normal -33,35 0C pada tekanan atmosfer. Untuk mendapatkan amoniak dalam kondisi cair dan mempermudah dalam penyimpanan dan pengangkutan, maka pada gas amoniak diberlakukan proses tekanan dan suhu rendah melalui bantuan compressor, sehingga gas amoniak menjadi cair. Uap yang berada dalam tangki yang terbentuk akibat panas lingkungan diambil dan diproses pada compressor untuk dicairkan kembali. Amoniak sendiri merupakan bahan racun yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan tenggorokan (Susiyanto, 2007).

Sifat-sifat amoniak dan bahaya amoniak baik terhadap kesehatan maupun bahaya kebakaran bahkan peledakan dapat menimbulkan kekhawatiran dan kewaspadaan jika terjadi kegagalan operasi maupun faktor lain yang menyebabkan terlepasnya gas amoniak ke udara dalam jumlah besar yang dipastikan dapat mengakibatkan kecelakaan industri. Keselamatan manusia dan lingkungan harus mendapat perhatian penuh khususnya dalam menghadapi kemungkinan bocornya amoniak yang tak terkendali. Langkah penyelamatan harus telah diprogramkan secara matang dan diantisipasi oleh semua pihak yang terlibat berkaitan dengan bocornya sistem penyimpanan tangki penyimpan amoniak (Susiyanto, 2007).

(14)

commit to user

PT Petrokimia Gresik pernah mengalami kebocoran amoniak pada sistem tangki penyimpanan amoniak yang mana menyebabkan diberlakukannya keadaa darurat. Dari kasus kebocoran amoniak yang terjadi dan terdorong akan pentingnya perlindungan terhadap tenaga kerja, aset, dan lingkungan PT Petrokimia Gresik telah melaksanakan penanggulangan kebocoran amoniak untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan, dan aset perusahaan dimana pelaksanaan tanggap darurat terhadap kebocoran amoniak mengacu pada prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang PDVDODK WHUVHEXW PDND SHQXOLV PHQJDPELO MXGXO ³Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Kebocoran Amoniak di Unit Penyimpanan Amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gesik Jawa Timur ³

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme operasional tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik?

2. Bagaimana sarana prasarana tanggap darurat yang tersedia dalam pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik?

3. Bagaimana peranan tim/organisasi dalam menjalankan keadaan darurat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(15)

commit to user

1. Mengetahui bagaimana mekanisme operasional pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik.

2. Mengadakan pengamatan bagaimana sarana prasarana tanggap darurat yang tersedia dalam pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik.

3. Mengetahui bagaimana peranan tim/organisasi tanggap darurat dalam menjalankan keadaan darurat.

D. Manfaat Penelitian 1. Mahasiswa

Memberikan tambahan wawasan tentang ilmu Kesehatan Kerja di bidang sistem penanganan kecelakaan kerja serta sistem tanggap darurat yang di aplikasikan pada perusahaan.

2. Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam pelaksanaan tanggap darurat kebocoran cairan maupun gas khususnya amoniak yang sudah dilakukan oleh perusahaan.

3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan KK

Terjalinnya kerjasama dengan pihak perusahaan dan sebagai bahan masukan untuk dapat lebih mengembangkan pengetahuan mengenai aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

(16)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi

a. Tempat Kerja (Workplaces)

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, dan di udara (Tarwaka, 2008).

b. Potensi Bahaya (Hazard)

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan sistem kerja (Tarwaka, 2008).

c. Kebocoran

Kebocoran adalah kondisi abnormal dari peralatan, perpipaan dimana cairan dan atau gas keluar tersebar dan dapat membahayakan keselamatan manusia di sekitarnya (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2008).

Pelepasan bahan kimia dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan,

5

(17)

commit to user

masyarakat, dan lingkungannya. Prosedur yang efektif dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan kimia ini. Memberikan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi bahaya bahan kimia di perusahaan dan menjamin cara-cara yang tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi darurat (Subagyo, 2009).

d. Keadaan darurat

Keadaan darurat adalah kejadian/insiden/kondisi yang tidak direncanakan yang dapat membahayakan manusia, merusak lingkungan, dan atau perusahaan yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan tepat (Pertamina, 2005).

Keadaan darurat adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan (catastrophic) dan dapat mengakibatkan situasi krisis, baik yang disebabkan karena faktor internal maupun eksternal (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat, dan selamat. Untuk terlaksananya

(18)

commit to user

penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas dengan tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai (Okleqs, 2008).

Adapun berdasarkan penyebabnya, keadaan darurat (emergency) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (Kuntodi, 2008) :

1) Bencana alam (natural emergency)

Natural emergency adalah keadaan darurat yang disebabkan oleh kondisi alam dan diluar kendali manusia, seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan kebakaran hutan.

2) Karena perbuatan manusia (technological emergency)

Yang pertama harus diketahui adalah technological emergency terjadi sebagai akibat dari kegagalan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja. Contoh-contoh dari emergency golongan ini yaitu kebakaran, peledakan instalasi peralatan, kebocoran bahan kimia berbahaya, tumpahan bahan- bahan beracun, kebocoran nuklir, dan bencana akibat tindakan terorisme.

Baik natural atau technological emergency biasanya menyebabkan kondisi emergency yang luar biasa (Kuntodi, 2008).

Dalam keadaan darurat industri, menurut lokasi terjadinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Kuntodi, 2008) :

(19)

commit to user

1) Local emergency

Yaitu keadaan darurat yang timbul akibat kejadian yang berdampak pada bagian-bagian tertentu dalam suatu lokasi industri. Dalam hal ini dampak yang ditimbulkan diharapkan dapat dikendalikan oleh petugas setempat, juga diharapkan tidak terjadi penyebaran efek ke lokasi lain. Keadaan darurat ini contohnya adalah kebocoran bahan kimia berbahaya di gudang, kebocoran penutup dan kebocoran-kebocoran kecil lain.

2) On-site emergency

Adalah keadaan darurat yang berdampak pada manusia, harta benda, dan lingkungan dimana dampak tersebut menyebar ke seluruh bagian lingkungan kerja. Pada keadaan ini fasilitas- fasilitas pelayanan keadaan darurat sangat dibutuhkan. Contoh on-site emergency adalah kebakaran tangki penyimpan bahan kimia mudah terbakar, pecahnya pipa instalasi dalam proses kimia berbahaya.

3) Off-site emergency

Off-site emergency adalah keadaan darurat yang dampaknya dapat menyebar ke seluruh lingkungan kerja dan lingkungan luar. Misalnya pada kasus kebakaran dan peledakan tangki bahan bakar yang berkapasitas besar, kebocoran gas beracun, kecelakaan transportasi bahan-bahan berbahaya, ancaman bom pada instalasi proses kimia berbahaya.

(20)

commit to user

2. Amoniak (NH3)

Amoniak cair sudah diproduksi dan digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong pada industri-industri di indonesia. Untuk keselamatan dan pengamanan dalam penanganan amoniak cair, terdapat petunjuk yang meliputi : sifat-sifat, bahaya, pencegahan serta perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang ditimbulkannya (Biro Pemeriksaan dan Keselamatan Kerja PT Petrokimia Gresik, 1996).

a. Sifat-sifat Umum 1) Rumus kimia : NH3

2) Kenampakan : Pada suhu dan tekanan atmosfer amoniak adalah uap tak berwarna dan berbau tajam.

3) Sifat kimia

Amoniak adalah sangat reaktif, basa, dan pereduksi yang kuat. Berat molekul 17.032. Konsentrasi 16%-25% di udara, terbakar. Amoniak bereaksi dengan zat organik dan membentuk asap putih. Dalam keadaan lembab, amoniak berair sangat korosif terhadap tembaga, timah putih, seng, paduan-paduan khususnya tembaga.

4) Sifat fisik

a) Bentuk fisik : cair gas b) Titik didih (1 atm) : - 33,35 0C - c) Titik leleh : - 77,7 0C - d) Autoignation temp : - 651 0C

(21)

commit to user

e) Specific gravity : 0.6819 0.5970 f) Explosive limits : - 16%-25%

g) Warna : Tidak berwarna Tidak berwarna b. Bahaya Amoniak

1) Bahaya tehadap kesehatan

a) Umum

Amoniak bersifat basa baik dalam larutan maupun uap.

Cairan dingin dan mudah sekali menguap.

b) Toksisitas

Amoniak cair dapat menyebabkan luka pada kulit dan mata.

Uapnya terasa sakit jika kena mata, kulit, dan jalan pernafasan.

c) NAB

Nilai ambang batas amoniak 50 ppm atau 35 mg/m3 (di udara selama 8 jam) dalam udara tempat kerja. Beberapa orang dapat membau di bawah NAB. Iritasi dirasakan sedikit diatas NAB, disekitar 400 ppm iritasi pada kerongkongan, 700 ppm iritasi pada mata. Menghisap 2500 ppm lebih selama 30 menit membahayakan kehidupan. Konsentrasi di atas 10.000 ppm (1%) pada umumnya iritasi terhadap kulit yang basah dan luka- luka pada kulit terjadi pada konsentrasi uap di atas 3%.

d) Pertolongan pertama dan pertolongan diri

Percikan cairan amoniak yang mengenai korban, cuci dengan air sebanyak mungkin, lepaskan pakaian jika perlu untuk

(22)

commit to user

dapat menyiram lebih baik. Jika mata terkena, secepat mungkin cuci dengan air kurang lebih 15 menit dan bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat. Orang terkena uap amoniak harus segera dipindahkan ke udara segar. Kasus kesukaran atau sesak pernapasan harus segera dibawa ke dokter, gunakan pertolongan dengan oksigen jika pernafasan terhenti.

2) Bahaya kebakaran

a) Umum

Derajat penyalaan (flammability) dari amoniak (16%-25%

vol) di udara adalah lebih tinggi daripada hydrokarbon tetapi semprotan amoniak cair akan mendatangkan suatu bahaya kebakaran. Kebakaran amoniak sangat sukar dipadamkan.

Dengan adanya konsentrasi oksigen yang tinggi udara uap amoniak membakar. Derajat konsentrasi flammability dalam oksigen adalah 15%-75% sedangkan di udara adalah 16%-25%.

b) Kontrol

Jika dapat dilaksanakan, hentikan aliran amoniak ke dalam api. Gunakan pengabut air untuk membakar amoniak, dan kurangi uap amoniak dengan absorbsi dan pelarutan. Sejumlah besar air diperlukan untuk memadamkan kebakaran amoniak.

(23)

commit to user

3) Bahaya Peledakan

a) Umum

Mengetahui adanya amoniak pada konsentrasi yang rendah sangat diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya konsentrasi peledakan. Pengisian container berlebihan, menjatuhkannya dan menempatkan container dalam suhu tinggi, menggunakan peralatan, pipa tanpa valve untuk membuang tekanan berlebih.

Amoniak cair atau uap amoniak pada konsentrasi yang tinggi jika bercampur dengan oksigen dapat meledak oleh guncangan, panas, atau letupan listrik.

b) Pencegahan

Penyimpanan dan penanganan amoniak dilakukan dalam ruangan yang berventilasi cukup, bebas dari oksigen, minyak, panas, atau letupan. Siram atau semprot segera setiap tumpahan dengan air sebanyak mungkin.

4) Keselamatan

a) Umum

Semua kegiatan penanganan amoniak harus dikerjakan oleh kelompok yang terdiri dari dua oarang atau lebih.

b) Pendidikan personil

Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada setiap orang yang berhubungan dengan penanganan, penyimpanan, pemindahan amoniak dalam hal :

(24)

commit to user

(1) Sifat-sifat amoniak.

(2) Bahan yang tepat untuk konstruksi.

(3) Alat pelindung diri yang tepat untuk penanganan dan tindakan pengamatannya.

(4) Keselamatan, pertolongan diri, dan pertolongan pertama.

Latihan bagi pengawas meliputi semua kegiatan penting, termasuk penanggulangan bahaya yang ditimbulkan oleh amoniak cair.

c) Pelindung diri

Amoniak cair mudah sekali menguap dengan menyerap panas dengan seketika sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan kulit karena suhu penguapannya rendah. Untuk itu setiap tenaga kerja yang menangani amoniak harus diperlengkapi dengan alat pelindung diri. Alat-alat pelindung diri yang umum dipakai dalam menangani amoniak adalah : (1) Pelindung tubuh

Sepatu karet, sarung tangan karet beserta pakaian yang terbuat dari katun harus senantiasa dipergunakan selama seseorang bekerja dengan amoniak. Dalam hal keadaan darurat dimana terdapat kebocoran amoniak dalam jumlah besar, maka pakaian pelindung harus

(25)

commit to user

mempergunakan jenis yang terbuat dari karet dengan pelapis katun di bagian dalamnya.

(2) Pelindung mata dan pernafasan

Pekerjaan ringan yang berhubungan dengan amoniak, selain sarung tangan karet, sepatu karet, pakaian katun maka pekerja harus dilengkapi dengan kaca mata pelindung untuk amoniak (chemical goggles) dan single atau double nose respirator (half mask) yang diperlengkapi dengan cartridge untuk organik vapour (atmosfer tidak lebih dari 380 ppm amoniak).

(3) Pelindung muka, mata, dan pernafasan (a) Full face mask

Pekerjaan pemeliharaan dimana masih terdapat sisa-sisa amoniak tidak lebih dari 2%, maka selain sarung tangan karet, sepatu karet, dan pakaian katun maka pekerjaan harus dilengkapi gas masker dengan canister amoniak (atmosfer tidak lebih dari 2%

amoniak). Karena canister ini hanya dapat digunakan pada atmosfer yang mengandung tidak lebih dari 2% amoniak, maka dalam keadaan dimana kebocoran amoniak berjumlah besar haruslah digunakan tipe airline respirator ataupun self contain breathing apparatus.

(26)

commit to user

(b) Airline Respirator

Keadaan dimana kontaminasi amoniak lebih dari 2%, maka pekerja harus dilengkapi dengan sarung tangan karet, pakaian pelindung dari karet dan airline respirataor.

Airline respirator pada dasarnya sama dengan full face mask bedanya terletak pada sistem pernafasan dimana full face mask menggunakan amoniak canister sedangkan airline respirator menggunakan corrugated hose yang dihubungkan dengan selang udara dari suatu kompresor udara.

Kerugian daripada penggunaan alat-alat ini adalah bahwa pemakai kurang leluasa bergerak.

(c) Self contained breathing apparatus

Syarat kelengkapan sama dengan air line respirator bedanya adalah self contained breathing apparatus mendapat supplay udara dari tabung baja yang berada di punggung pemakai. Dengan menggunakan alat ini, maka sesorang dapat bebas bergerak kemana-mana.

Alat ini pula yang selalu dipergunakan dalam pelayaran keadaan darurat. Kapasitas tabung udara

(27)

commit to user

ada 2 macam yaitu dengan waktu pemakaian 30 menit atau 60 menit.

(d) Pakaian bertekanan udara

Pakaian bertekanan udara baik dari karet maupun Poly Vinil Clorida kebanyakan dipergunakan bersama-sama dengan alat bantu pernafasan, breathing apparatus, untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang besar seperti halnya mengatasi kebocoran amoniak dalam skala yang besar atau saluran-asaluran amoniak yang pecah dimana seluruh bagian tubuh dapat terlindungi.

(e) Escape mask

Berupa full face mask yang dilengkapi dengan tabung udara kecil yang dapat digantungkan di leher.

Perlengkapan ini dipergunakan khusus untuk penyelamatan seseorang dari ruangan atau tempat yang terdapat kebocoran amoniak ke ruangan atau tempat lainnya yang aman. Isi tabung akan habis dalam waktu 10 menit.

(f) Pertolongan pertama

Cidera yang serius tidak akan bisa dihindari jika air tidak segera digunakan, guna membersihkan bagian tubuh yang terkena cairan amoniak

(28)

commit to user

(menggosok bagian tubuh dengan tangan adalah sangat dilarang). Menggunakan obat salab atau sejenisnya adalah sangat dilarang selama usaha penetralan dengan air belum dilakukan. Bagian tubuh yang terbakar dengan cairan amoniak harus segera dicuci atau disiram air dengan terus menerus dalam waktu minimal 15 menit. Pakaian yang tercemar atau terkena cairan amoniak harus segera dilepaskan sejauh keadaan yang memungkinkan.

Sebab reaksi pembekuan dari liquid amoniak pada pakaian yang basah dapat membuat kulit korban terasa dingin dan permukaan kulit perlu dibersihakan lebih dahulu dengan air. Korban dijaga agar tetap diselimuti dan dibawa secepatnya ke dokter. Jika mata juga terkena dengan gas amoniak dan tertutup secara tidak sengaja, harus dibuka guna dicuci dengan air bersih sampai rasa pedih berkurang. Kegagalan mencuci mata yang terkena dengan cairan atau uap amoniak dapat mengakibatkan cidera mata tidak dapat diobati.

Usaha memberi pertolongan pada kebocoran amoniak di tangki, maka uap yang keluar dari tangki akan bergerak searah dengan arah angin. Jika tangki

(29)

commit to user

yang bocor itu bertekanan, maka uap gas yang keluar akan bergerak lebih cepat lagi. Bila merasa tidak tahan, maka segeralah mengatur nafas dengan cara menarik nafas sedikit-sedikit atau pelan-pelan atau bila mungkin tahan nafas dan lari ke arah yang berlawanan dengan arah angin atau memotong arah angin (lihat cerobong asap, bendera atau wind direction atau petunjuk arah angin). Dalam usaha membantu korban yang terjebak dengan gas amoniak yang terbawa angin, memerlukan beberapa alat bantu seperti selang 1,5 inchi dengan spray nozzle, yang ideal untuk kontrol di bawah angin.

Gambar 1. Petunjuk Penyelamatan Diri

Sumber : Biro Pemeriksaan dan Keselamatan Kerja PT Petrokimia Gresik, 1996 Penjelasan Gambar :

Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa jika terjadi kebocoran amoniak, arah penyelamatan diri harus berlawanan dengan arah angin dari sumber bau amoniak.

Daerah yang tercium bau amoniak

Arah Penyelamatan Diri

Sumber Bau amoniak

Arah Angin

(30)

commit to user

3. Sistem Penyimpanan Amoniak dalam Tangki

Prinsip dasar penyimpanan amoniak dalam tangki adalah untuk tetap menjaga agar amoniak tetap dalam kondisi cair saat penyimpanan, dengan menjaga tekanan dalam tangki mendekati atmosferik pada temperatur -33,35 0C. Selama disimpan dalam tangki tersebut, kondisi amoniak dipertahankan dalam kondisi seimbang, karena adanya panas yang masuk dan diatas kesetimbangannya, panas tersebut akan digunakan untuk menguapkan sejumlah amoniak yang ada, yang disebut dengan proses evaporation. Selanjutnya uap yang terbentuk dalam tangki melalui unit compressor dikompresi dan diembunkan secara terus-menerus dengan kecepatan tertentu. Hal ini akan menekan kenaikan tekanan dalam tangki yang membahayakan. Unit compressor yang menekan dan mengembunkan uap amoniak ini disebut system refregerasi (Susiyanto, 2007).

a. System Refregerasi

Fungsi dari suatu system refrigerasi adalah memindahkan panas dari ruang yang dingin (Coal Chamber) dimana temperatur lebih rendah dari lingkungan.

Bahan kerja refrigerator disebut refrigerant misal : amoniak, freon, etilen, dan aceton. Dalam industri, refrigerasi dipakai untuk mendinginkan ruangan pada proses pemisahan O2 dan N2 dari udara (Susiyanto, 2007).

Prinsip refrigerasi didasarkan pada hukum thermodinamika. Dimana sebetulnya hukum-hukum thermodinamika merupakan hipotesa-hipotesa alam dan didasarkan atas pengamatan kejadian alam, hukum ini membatasi perubahan dalam perpindahan energi. Hukum-1 thermodinamika dikenal sebagai hukum

(31)

commit to user

³.HNHNDODQ (QHUJL´ \DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD MXPODK HQHUJL DGDODK WHWDS

walaupun dapat berubah atau pindah tempatnya. Sedangkan hukum-II thermodinamika menyatakan bahwa energi panas tidak dapat diubah semuanya menjadi energi mekanis (kerja) tetapi selalu dibarengi dengan pembuangan sebagian panas ketempat lain. Panas akan selalu berpindah dari sistem yang lebih tinggi temperaturnya ke sistem yang lebih rendah temperaturnya (Susiyanto, 2007).

Sistem refrigerasi amoniak storage dimaksudkan untuk menjaga tekanan dan temperatur storage tetap rendah. Metode yang digunakan adalah mechanical refrigeration, yaitu refrigerasi dengan cara kombinasi antara kompresi dan penurunan temperatur. Dalam tangki terbentuk uap amoniak yang disebabkan oleh rambatan panas yang masuk dalam tangki. Cairan amoniak terlepas menjadi uap dan melalui suction compressor uap dihisap dan dikompresi secara bertingkat melalui beberapa stage dan diantara stage compressor dilengkapi dengan intercooler yang berfungsi sebagai pendingin. Dari hasil kompresi beberapa stage dihasilkan tekanan mencapai 18,9 kg/cm2 dengan temperatur 119 0C. Uap amoniak dengan tekanan tinggi yang keluar dari scharge compressor stage terakhir. Selanjutnya dilewatkan cairan amoniak dengan tekanan tinggi. Cairan ini ditampung dalam amoniak receiver pada kondisi temperatur 45 0C. Dari amoniak tekanan tinggi secara tiba-tiba tekanannya diturunkan dengan menggunakan

³Expantion Valve´ MDGLODK FDLUDQ DPRQLDN GHQJDQ WHNDQDQ UHQGDK \DQJ

selanjutnya dikembalikan ke tangki amoniak storage (Susiyanto, 2007).

b. Pengamanan terhadap penyimpanan amoniak

(32)

commit to user

Biasanya suatu pabrik amoniak mempunyai unit penimbunan amoniak dalam jumlah besar, berbentuk storage karena sifat amoniak yang sangat volatile maka desain storage nya harus dibuat sedemikian rupa sehingga cukup aman untuk melayani operasi normal.

Refrigerator biasanya mempunyai dinding ganda, yang satu dengan yang lainnya berjarak satu feet dan diisi dengan sejenis isolasi dan di dalam isolasi ini dimasukkan nitrogen yang berfungsi untuk memberi tekanan positif, agar udara luar tidak masuk (Susiyanto, 2007).

Tipisnya dinding storage dan besarnya kapasitas terdapat risiko yang besar jika terjadi kebocoran amoniak seandainya dinding storage robek atau pecah (susiyanto, 2007).

Sekeliling storage dibangun dike (tanggul beton) jika sewaktu- waktu terjadi suatu kebocoran tangki amoniak. Dike ini mempunyai volume yang sama dengan volume tangki, walaupun seluruh isi storage tersebut keluar dike mampu menampung amoniak. Tindakan berikutnya adalah mengurangi penguapan, untuk itu harus diusahakan memberi lapisan panas dipermukaan amoniak (Susiyanto, 2007).

Penyelamatan karyawan pabrik pada saat pertama bencana, perlu diadakan semacam gardu penyelamat. Gardu ini berbentuk bangunan kecil yang kedap udara yang dapat penampung 10-20 orang, dan diperlengkapi dengan suplai udara yang cukup untuk bernafas dan menjaga tekanan positif di dalam bangunan, paling sedikit untuk

(33)

commit to user

setengah jam. Dalam bangunan tersebut telefon dan beberapa breathing appparatus siap pakai. Gardu penyelamat tidak hanya dtujukan untuk kebocoran amoniak saja, tetapi dapat untuk kebocoran gas-gas beracun lainnya. Dengan menempatkan gardu penyelamat di bawah aliran angin dari arah storage amoniak sehingga akan sangat membantu usaha penyelamatan, seandainya terjadi bencana seperti itu (Susiyanto, 2007).

4. Prosedur Tanggap Darurat

Setiap organisasi bertanggung jawab untuk mengembangkan prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang sesuai dengan keperluannya, dalam mengembangkan prosedur tersebut organisasi seharusnya mempertimbangkan (ISO 14001 Elemen 4.4.7, 2004) :

a. Sifat bahaya di lokasi misalnya cairan mudah terbakar, tangki penyimpanan, gas bertekanan tinggi, dan tindakan yang dilakukan bila terjadi tumpahan atau pelepasan ke lingkungan karena kecelakaan.

b. Jenis dan skala situasi darurat atau kecelakaan yang paling mungkin terjadi.

c. Metode yang paling memadai untuk menanggapi kecelakaan atau situasi darurat.

d. Rencana komunikasi internal dan eksternal.

e. Tindakan yang diperlukan untuk meminimum kerusakan lingkungan.

f. Mitigasi dan tidakan tanggapan yang dilaksanakan untuk berbagai jenis kecelakaan dan situasi darurat yang berbeda-beda.

(34)

commit to user

g. Keperluan untuk proses evaluasi setelah kecelakaan untuk menetapkan dan menerapkan tindakan perbaikan dan pencegahan.

h. Pengecekan berkala terhadap prosedur tanggap darurat.

i. Pelatihan terhadap personil tanggap darurat.

j. Daftar personil kunci dan instansi pembantuan, termasuk informasi rinci untuk kontak (misal : Dinas Pemadam Kebakaran, Jasa Pembersihan Tumpahan).

k. Rute evakuasi dan tempat berkumpul yang aman.

l. Proteksi terjadinya situasi darurat atau kecelakaan pada fasilitas yang lokasinya berdekatan (misal : pbrik, jalan, lintasan kereta api).

m. Memungkinkan saling membantu dengan organisasi sekitarnya.

Rencana tanggap darurat yang sudah ditetapkan dalam prosedur penangggulangan keadaan darurat khususnya yang sifatnya fisik harus diuji cobakan secara rutin sesuai ketentuan yang berlaku, agar apabila keadaan darurat benar-benar terjadi seluruh karyawan dapat mengambil tindakan dengan cepat sesuai tanggung jawabnya masing-masing. Para karyawan dilatih secara rutin untuk melakukan suatu tindakan apabila keadaan darurat terjadi. Kemungkinan keadaan darurat bisa terjadi karena adanya pelanggaran terhadap suatu prosedur atau peraturan yang lain, sehingga untuk menaggulangi keadaan darurat tersebut selain pemahaman tentang tanda-tanda akan terjadinya suatu kondisi yang membahayakan juga harus mengetahui prosedur yang mengatur, termasuk peraturan terkait (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

(35)

commit to user

5. Pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Darurat

Pelaksanaan penanggulangan terhadap keadaan darurat perlu disusun tata cara penanggulangan yang komperhensif, sebagai contoh : terhadap keadaan darurat pabrik, telah disusun tata cara penanggulangannya dan dibentuk tim penanggulangan keadaan darurat pabrik. Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat pabrik ini melibatkan seluruh karyawan dan fasilitas perusahaan serta bantuan dan kerjasama dengan instansi lain dari luar perusahaan (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

a. Struktur Organisasi Tanggap Darurat

Tujuan pembentukan organisasi tanggap darurat adalah :

1) Menghimpun seluruh Karyawan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya bencana di lingkungan kerja yang dapat membahayakan jiwa maupun aset perusahaan secara terkoordinir, sehingga kerugian-kerugian yang mungkin timbul dapat dikurangi atau dicegah.

2) Menghindari timbulnya kepanikan dan mencegah tindakan- tindakan yang salah yang dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

3) Memberikan petunjuk kepada para petugas, agar operasi penanggulangan bencana dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.

(Okleqs, 2008).

(36)

commit to user

Pelaksanaan tanggap darurat perlu ditunjuk seorang pejabat sebagai koordinator umum untuk memimpin seluruh operasi dan koordinator lapangan sebagai pemegang komando di tempat kejadian.

Koordinator umum adalah pejabat paling senior yang ada dilokasi, biasanya adalah direktur atau manajer operasi. Koordinator harus dipilih diantara manajer senior yang mampu menguasai diri dalam keadaan stres yang berat. Karena karakteristik khusus keadaan darurat yang memerlukan ketahanan terhadap stres dan kemampuan fisik yang prima. Apabila diantara manajer senior tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih manajer yang lebih muda. Selanjutnya menyusun rantai komando dalam penanggulangan keadaan darurat. Rantai komando ini harus efektif dan sependek mungkin (Sahab, 1997).

Organisasi keadaan darurat memerlukan suatu ruang pusat komando yang aman dari ancaman bahaya, dilengkapi dengan peta area pabrik serta alat-alat komunikasi keseluruh bagian dan ke unit- unit penanggulangan darurat (Sahab, 1997).

Susunan organisasi tanggap darurat meliputi ketua, koordinator operasional, dan satuan satgas dalam hal ini adalah pengamanan, pemadam kebakaran, medis, SAR, evakuasi, komunikasi, Inventarisasi, dan perbaikan. Uraian tugas satgas tanggap darurat adalah sebagai berikut (Okleqs, 2008):

1) Ketua

(37)

commit to user

a) Mengkoordinir penanggulangan bencana di Unit Kerjanya (pabrik, kantor).

b) Memberikan keputusan pemberhentian Pabrik atau Instalasi.

c) Melaporkan kejadian ke Manajemen.

d) Merencanakan perbaikan akibat bencana.

2) Koordinator Operasional

a) Memimpin langsung pelaksanaan pertolongan pertama pada suatu kejadian bencana.

b) Memerintahkan penutupan sumber-sumber aliran yang dapat memperluas atau memperbesar bencana.

c) Memerintahkan beroperasi kepada seluruh Satgas dengan memberikan kode-kode bencana yang berlaku.

3) Satgas Komunikasi

a) Menghubungi Executive Group.

b) Membunyikan tanda bahaya sesuai perintah koordinator Operasional.

c) Merawat dan memelihara sistem komunikasi yang tersedia di lokasi Pabrik atau Perkantoran.

4) Satgas Pemadam Kebakaran

a) Memadamkan kebakaran dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia.

b) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kesiapsiagaan alat- alat pemadam kebakaran yang disediakan. Perusahaan atau

(38)

commit to user

Dinas Pemadam kebakaran untuk ditempatkan sesuai dengan fungsinya.

5) Satgas Pengamanan

a) Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi bencana.

b) Melaksanakan pengamanan area dan jalur jalan masuk/keluar untuk kelancaran keluar masuknya mobil Unit Damkar, Ambulance dan Tim Evakuasi.

6) Satgas Evakuasi

a) Mengusahakan pemindahan korban dari area bencana ke lokasi aman.

b) Melarang orang yang telah dievakuasi yang akan kembali kelokasi bencana sebelum dinyatakan aman.

7) Satgas SAR

a) Mencari dan melaksanakan pertolongan atau penyelamatan korban dari area bencana dan membawa ke tempat aman (Shelter).

b) Mengamankan dokumen penting dan barang-barang berharga.

8) Satgas Medis

Mengusahakan pertolongan pertama jika ada korban dengan teknik/sistem P3K.

Tim penanggulangan darurat harus dilengkapi tim medik, untuk memberikan pertolongan pada korban. Tim medik

(39)

commit to user

ditempatkan di lokasi yang aman, dipimpin oleh seorang dokter atau seorang paramedik yang terlatih. Tim ini dilengkapi dengan peralatan untuk pertolongan darurat medik seperti oksigen, alat resusitasi jantung paru, pembalut, dan obat-obatan. Perusahaan harus melatih sejumlah pekerja agar mampu memberikan pertolongan pertama serta mampu mengevakuasi korban dengan aman (Sahab, 1997).

9) Satgas Inventarisasi

a) Menginventarisasi kerugian akibat bencana.

b) Menghitung jumlah orang atau karyawan yang dievakuasi baik yang selamat atau menjadi korban bencana.

c) Membuat laporan kepada Koordinator Operasional.

10) Satgas Pemulihan atau Perbaikan

a) Melaksanakan perbaikan setelah kejadian bencana.

b) Melaksanakan pemeliharaan kelancaran saluran air, kelancaran jalan untuk lalu lintas dan sejenisnya.

c) Mengupayakan pencegahan adanya bahaya susulan yang dapat mengancam keselamatan maupun maupun menghambat proses produksi.

d) Melakukan pemulihan kondisi lingkungan yang terkena bencana, termasuk pelestarian lingkungan.

(40)

commit to user

6. Fasilitas Keadaan Darurat

a. Tempat Keadaan Darurat

Beberapa tempat atau bangunan yang ditetapkan sebagai basis untuk menghadapi kondisi atau keadaan darurat yang berdampak pada gangguan secara fisik, ditetapkan dalam prosedur penanggulangan keadaan darurat. Sebagai contoh, tempat yang ditetapkan basis untuk menghadapi keadaan darurat pabrik, antara lain :

1) Pos komando (control centre) 2) Pos emergency (emergency post) 3) Pos pertolongan pertama

4) Tempat berkumpul sementara (assembly point) 5) Tempat evakuasi aman mutlak

Tempat-tempat tersebut dilengkapi dengan tanda-tanda dan informasi yang dapat membantu karyawan untuk melakukan langkah- langkah yang diperlukan, kapan dan bagaimana cara untuk mencapai tersebut berdasarkan instruksi-instruksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk menyelamatkan diri (Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007).

b. Komunikasi keadaan darurat

Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan.

Tindakan cepat biasanya dapat membatasi agar keadaan dapat tetap terkendali. Ada 2 hal yang perlu ditentukan adalah :

(41)

commit to user

1) Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan darurat.

2) Melatih personil (Sahab, 1997)

Membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu pekerja yang ditunjuk perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan sedangkan seluruh karyawan perlu membiasakan dan memahaminya serta bersiap melaksanakan peran masing-masing sesuai dengan jenis bahaya yang terjadi (Sahab, 1997).

Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil menempati pos masing-masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasi dan prosedur yang ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima komando (Sahab, 1997).

Koordinator lapangan bila memperkirakan keadaan bisa berkembang tidak terkendali, segera menghubungi pusat pengendali dan pekerja yang tidak sedang langsung bertugas mengendalikan

(42)

commit to user

keadaan segera dievakuasi mulai dari tempat kejadian, lokasi yang berdekatan dan kemudian evakuasi seluruh area (Sahab, 1997).

Penanggulangan keadaan darurat harus ditunjuk seorang petugas komunikasi dengan daftar pos-pos yang perlu dihubunginya atas perintah koordinator lapangan. Siapa yang harus dihubungi serta pesan yang harus dikomunikasikan harus disiapkan tertulis sebelumnya sehingga tidak perlu penjelasan panjang yang menghabiskan waktu yang sangat berharga dalam keadaan darurat (Sahab, 1997).

Syarat sistem alarm pada keadaan darurat adalah :

1) Terdapat sistem peringatan dini jika terjadi kondisi darurat 2) Alarm sistem dipelihara dan diuji secara periodik

3) Power untuk alarm selalu tersedia pada saat emergency

4) Bunyi alarm dibedakan untuk masing-masing kondisi (darurat, evakuasi, aman dll)

5) Bunyi dan jenis alarm dimengerti oleh seluruh personil (Biro Lingkungan dan K3 PT. Petrokimia Gresik, 2007) c. Assembly Point dan Wind Direction

1) Terdapat petunjuk arah angin (wind direction) untuk menentukan tempat berkumpul sementara (Assembly Point ) untuk evakuasi ke tempat aman mutlak.

2) Tempat berkumpul sementara harus cukup untuk menampung personil yang ada disekitar area.

(43)

commit to user

3) Tempat berkumpul sementara harus diberi tanda dan tulisan yang jelas.

4) Tempat berkumpul sementara dan tempat aman mutlak harus berada di lokasi yang aman dari pengaruh penyebab bencana.

(Biro Lingkungan dan K3 PT Petrokimia Gresik, 2007) 7. Pemulihan Pasca Keadaan Darurat

Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan secepatnya harus dapat dipulihkan kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai prosedur di bawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi dibawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama adalah menginventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal (Sahab, 1997).

(44)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tempat Kerja

Penyimpanan amoniak

Pemulihan pasca keadaan darurat

Potensi bahaya

Kebocoran amoniak

Keadaan darurat

Pelaksanaan tanggap darurat a

Fasilitas tanggap darurat

1. Tempat keadaan darurat

2. Jalur evakuasi 3. Sarana pemadam

kebakaran 4. Regu pemadam

kebakaran

5. Sistem komunikasi keadaan darurat 6. Alat pelindung diri

Mekanisme operasional Organisasi/tim

tanggap darurat

Prosedur tanggap darurat

Normal

(45)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai keseluruhan tentang gambaran pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di PT Petrokimia Gresik Jawa Timur.

B. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di area unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik Jawa Timur.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah gambaran pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak di unit penyimpanan amoniak Utilitas II Pabrik II PT Petrokimia Gresik meliputi sistem tanggap darurat, organisasi tanggap darurat, serta sarana prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat.

34

(46)

commit to user

D. Sumber Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data diperoleh secara langsung yaitu dengan mengadakan observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan pihak terkait.

2. Data Sekunder

Data diperoleh secara tidak langsung yaitu dari dokumen perusahaan mengenai pelaksanaan keadaan darurat di PT Petrokimia Gresik dan literatur-literatur dari perpustakaan PT Petrokimia Gresik.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Dengan melakukan pengamatan secara langsung tempat penyimpanan amoniak, sarana keselamatan, dan rute evakuasi yang tersedia.

2. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan penulis dengan membaca literatur dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah sistem tanggap darurat yang dituangkan dalam dasar teori untuk dijadikan penulis sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian.

(47)

commit to user

3. Wawancara

Wawancara dengan operator penyimpanan amoniak dan tim yang berkaitan dengan pelaksanaan tanggap darurat jika terjadi kebocoran amoniak.

F. Pelaksanaan

Magang dilaksanakan pada tanggal 01 Februari sampai 31 Maret 2011 dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :

1. Tanggal 01 ± 08 Februari 2011 pembekalan magang di Departemen Diklat PT Petrokimia Gresik yang bertujuan untuk memperkenalkan sejarah, lingkungan kerja, produk, tata tertib selama magang, dan banyak aspek lainnya dan pada hari terakhir dilanjutkan dengan kegiatan magang dengan jadwal yang sudah diatur dari Departemen LK3 PT Petrokimia Gresik.

2. Tanggal 09 Februari 2011 pengenalan Alat Pelindung Diri, rambu-rambu keselamatan, blower dan sharing tentang K3 yang dilaksanakan di Departemen LK3, kantor Bagian K3.

3. Tanggal 10 Februari 2011 classroom GHQJDQ PDWHUL ³3HQJHORODDQ

/LQJNXQJDQ.HUMD´

4. Tanggal 11 Februari dan 14 Februari 2010 survey lapangan di pabrik II (unit produksi Phonska III, NPK III, dan ZK).

5. Tanggal 16 ± 17 Februari 2010 survey lapangan di pabrik III (unit SA, AlF3, dan CR).

(48)

commit to user

6. Tanggal 18 Februari 2011 survey lapangan di pabrik I (unit Urea dan Amoniak).

7. Tanggal 21 ± 25 Februari 2011 mengikuti kegiatan lomba K3 di fire ground yang meliputi BA, PPGD, dan Pemadaman Api.

8. Tanggal 21 ± 25 Februari 2011 pelatihan PMK dan Breating Aparatus.

9. Tanggal 1 ± 22 Maret 2011 pengambilan data dan pembuatan laporan.

10. Tanggal 23-25 Maret 2011 Konsultasi laporan dengan pembimbing lapangan.

11. Tanggal 26 Maret 2011 menyerahkan laporan dan mengembalikan KIB (Kartu Identitas Bekerja).

G. Analisa Data

Analisis data yang digunakan termasuk analisa deskriptif, menggambarkan pelaksanaan tanggap darurat di PT Petrokimia Gresik yang selanjutnya dibandingkan dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengenai Tanggap Darurat.

(49)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Unit Penyimpanan Amoniak

Unit penyimpanan amoniak terdapat di utilitas II pabrik II PT Petrokimia Gresik. Unit ini merupakan unit penyimpanan amoniak yang berasal dari pabrik I yang merupakan sisa amoniak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea selain itu unit penyimpanan amoniak ini memasok amoniak ke ZA I/III di pabrik I, NPK PHONSKA di pabrik II, dan ZA II di pabrik III, Selain dari unit I tadi unit penyimpanan amoniak juga memperoleh pasokan amoniak dari pupuk kaltim melalui kapal.

Unit penyimpanan amoniak di utilitas II pabrik II terdiri dari 3 storage antara lain 11 TK 801, 06 TK 801, dan 25 TK 801 yang masing-masing kapasitasnya 7.500 ton untuk tangki 11 TK 801, 10.000 ton untuk tangki 06 TK 801, dan 10.000 ton untuk tangki 25 TK 801 tetapi untuk 25 TK 801 pada waktu dilakukan penelitian belum di isi masih dalam proses finishing.

Pada dasarnya ke tiga tangki di atas sama dalam hal desain tangki yang membedakan hanyalah kapasitas tangki. Pada unit penyimpanan amoniak dikendalikan dengan sistem DCS (Distributed Computer System) yang terdapat di masing-masing Control Room, untuk tangki 11 TK 801

38

(50)

commit to user

dan 6 TK 801 dikendalikan dalam satu control room, namun untuk tangki 25 TK 801 dikendalikan dalam control room tersendiri yang pada waktu penelitian dilakukan masih dalam proses finishing.

Control room merupakan suatu tempat untuk mengontrol semua proses yang ada di unit penyimpanan jadi semua dikendalikan melalui sistem komputer, untuk setiap shift terdapat 3 operator yang bertugas untuk mengontrol semua proses yang terjadi di storage amoniak mulai dari tekanan tangki, uap, jumlah amoniak yang ada dalam tangki dan sistem loading amoniak. Dalam control room tersebut terdapat perlengkapan keselamatan seperti APAR, Breathing Apparatus, APD (Alat Pelindung Diri), kotak P3K dan di area penyimpanan amoniak terdapat safety shower sebagai pertolongan pertama jika terkena amoniak. Semua alat keselamatan tersebut dilakukan pemeriksaan kelayakannya secara berkala.

Amoniak disimpan dalam storage harus diubah dalam bentuk cair untuk mempermudah proses pemindahannya tetapi perlu di ingat bahwa amoniak merupakan gas yang ringan dan mudah menguap oleh karena itu dalam konstruksi tangki amoniak dilengkapi dengan isolasi pelindung hal ini dimaksudkan agar beban compressor tidak berat oleh banyaknya uap amoniak yang terbentuk. Isolasi panas adalah material atau kombinasi dan beberapa material yang digunakan untuk memperlambat laju perpindahan panas karena konduski, konveksi, dan radiasi.

(51)

commit to user

Pada tangki penyimpanan amoniak terdapat alat pengaman yang berfungsi untuk mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan kebocoran pada tangki.

Pengaman-pengaman (safety device) pada sistem tangki penyimpanan amoniak, diantaranya adalah :

a. Refrigerated sytem

Sistem ini berfungsi untuk mengubah uap yang dapat meningkatkan tekanan dalam tangki menjadi liquid dengan sistem kondensasi.

b. Incenerator burner

Sistem ini berfungsi untuk menurunkan tekanan dengan cara membakar gas yang dapat meningkatkan tekanan tangki.

c. Safety Valve

Pada tangki terdapat 2 safety valve yang terdapat di bagian atas tangki, valve ini berfungsi jika refrigerated system dan incenerator burner tidak dapat berfungsi dengan baik untuk menurunkan tekanan dalam tangki, maka valve bekerja dengan membuka secara otomatis jika tekanan naik dan mengeluarkan amoniak ke udara luar dengan catatan bahwa amoniak yang dikeluarkan ke udara luar masih berada dalam batas aman, kemudian valve akan menutup kembali secara otomatis seiring dengan penurunan tekanan.

(52)

commit to user

Unit penyimpanan amoniak mempunyai potensi bahaya untuk terjadi kebocoran pada tangki amoniak. Paparan amoniak dimungkinkan dapat terjadi karena 2 hal yaitu :

a. Faktor Kegagalan Operasi

Kegagalan operasi bisa berupa terjadinya penyimpangan kondisi pada tangki, seperti kelebihan tekanan banyaknya uap dalam tangki dan kelebihan volume yang melebihi batas setting tangki yang ditetapkan. Variasi penyebab penyimpangan-penyimpangan ini bisa oleh karena kegagalan kerja kompresor, kegagalan sistem instrumentasi atau karena perubahan sendirinya oleh karena kondisi temperatur lingkungan yang ekstrim yang mempengaruhi sistem tekanan dalam tangki.

b. Faktor Kerusakan Konstruksi

Kerusakan konstruksi tangki yang menyebabkan terjadinya kebocoran amoniak disebabkan oleh beberapa faktor seperti salah desain, salah dalam pengerjaan saat konstruksi atau salah dalam pemilihan spesifikasi material yang digunakan yang kemudian berakibat pada turunnya kualitas yang berpengaruh terhadap faktor fatique dan kemudahan korosi.

(53)

commit to user

2. Mekanisme Operasional Tanggap Darurat Kebocoran Amoniak

Kebocoran gas amoniak

Penanggulangan awal

Penanggulangan lanjut gagal dan kebocoran NH3 masih berlangsung

Penanggulangan lanjut dan pengaman an operasional

Penanggulangan Awal gagal

Menyemprotkan dengan air hydrant monitor oleh operator

Operator melapor karunya (Lewat HT Operasional) tentang kejadian serta kegagalan penanggulangan awal

1. Menutup Valve yang bocor oleh operator

2. Karu menghubungi inspektur keselamatan pabrik II

3. Inspektur KK datang dengan memakai APD lengkap dan alat ukur gas

1. Laporan kegagalan penanggulangan lanjut mulai dari Karu, Kasi, Kabag, Kadep, sampai Kakomp

2. Bersama-sama berkoordinasi untuk menetapkan keadaan darurat pabrik Karyawan yang pertama kali melihat (operator)

melaporkan ke karunya bahwa ada kebocoran amoniak.

bersambung

(54)

commit to user

Gambar 3. Mekanisme Penanggulangan Kebocoran Amoniak Sumber : Departemen LK3 PT Petrokimia Gresik, 2008

Bersambung sambungan

Keadaan Darurat Pabrik Tingkat I

1. Regu PMK membawa fire truck tambahan dan melakukan penanggulangan

2. Tim rescue membawa ambulance segera menuju lokasi untuk mencari korban dan mengamankan korban ke pos emergency 3. Kabag Daling menugaskan staffnya untuk

memantau/mengukur kadar pencemaran di kawasan perusahaan

4. Inspektur KK membantu penanggulangan Penanggulangan

Keadaan Darurat Pabrik Tingkat I

1. Menghubungi operator telepon di 2333 agar mengaktifkan console system keadaan darurat dan mengumumkan untuk dilakukan evakuasi 2. Menentukan jalur evakuasi berdasarkan arah

angin oleh kakomp

3. Menghubungi PMK /tim rescue oleh kabag 4. Mengaktifkan sirine evakuasi oleh PMK 5. Menentukan dan mengumumkan posko

keadaan darurat

Penanggulangan

Keadaan Darurat Pabrik Tingkat I Berhasil

1. Paparan gas amoniak sudah di bawah NAB.

2. Evakuasi telah selesai dilaksanakan 3. Tindakan penanggulangan keadaan darurat

telah selesai dan kondisi disekitar lokasi telah aman

4. Sistem komunikasi keadaan darurat pabrik ke normal operasi

5. Mengaktifkan sirine keadaan aman Status pasca keadaan

darurat

1. Mengamankan tempat kejadian dan

membiarkan dalam keadaan status quo guna investigasi.

2. Memasang safety line.

3. Membentuk tim investigasi.

4. Perbaikan dan rehabilitasi.

Selesai

(55)

commit to user

Mekanisme pelaksanaan tanggap darurat kebocoran amoniak ini mengacu pada prosedur penanggulangan kebocoran cairan dan gas yang dibuat oleh PT Petrokimia Gresik.

3. Sarana/fasililitas tanggap darurat kebocoran amoniak a. Tempat Keadaan Darurat

1) Pos komando

Pos komando adalah suatu tempat bangunan tertentu yang dipilih dan dianggap paling aman yang tidak akan terpengaruh oleh keadaan darurat, dan di tempat ini ketua tim penanggulangan kebocoran amoniak dalam hal ini adalah Kepala Kompartemen Pabrik II memberikan komando-komandonya. Pos komando berada di gedung Departemen Keamanan pabrik II. Penentuan pos komando ini jaraknya sudah diperhitungkan dengan sumber kebocoran jika terjadi kebocoran pada tangki amoniak dengan asumsi bahwa bau amoniak masih dalam batas normal jika sampai ke pos komando.

Gambar 4. Denah Pos Komando Pabrik II Sumber : Departemen LK3 PT Petrokimia Gresik, 2011

(56)

commit to user

2) Pos Darurat (Emergency Post)

Adalah suatu tempat yang dipilih dan dianggap aman yang tidak akan banyak terpengaruh oleh keadaan darurat, berjarak tidak terlalu jauh dari tempat kejadian sehingga dapat secara langsung mengawasi penanggulangan, dan di tempat ini Ketua Tim Operasi melakukan komando penanggulangan, dalam hal ini yang menjadi ketua tim operasi penanggulangan kebocoran amoniak adalah Kepala Departemen Utilitas II. Pos darurat ini sifatnya fleksibel jadi ditentukan pada saat terjadi keadaan darurat yang mana ditentukan oleh ketua tim penanggulangan berkoordinasi bersama anggota penanggulangan.

3) Pos Pertolongan Pertama

Adalah tempat yang berdekatan dengan pos darurat yang digunakan oleh tim medis untuk melakukan tindakan PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) bagi para korban sebelum dikirim ke Rumah Sakit PT Petrokimia Gresik atau Rumah Sakit rujukan lainnya. Pos pertolongan pertama ini juga ditentukan bersamaan dengan penentuan pos darurat.

4) Tempat Berkumpul Sementara (Assembly Point)

Adalah suatu tempat yang telah ditentukan, aman terhadap dampak keadaan darurat, diberi papan dengan tanda AP, yang merupakan tempat berkumpul sementara bagi para karyawan dan/atau personil yang tidak terlibat langsung dalam tindakan

(57)

commit to user

penanggulangan sebelum dibawa ke tempat evakuasi atau tempat aman mutlak.

Assembly Point dibangun sesuai dengan kapasitas karyawan yang bekerja di daerah tersebut dan dapat dijangkau dari segala arah.

G a G

Gambar 5. Denah Assembly Point Pabrik II Sumber : Departemen LK3 PT Petrokimia Gresik, 2011 5) Tempat Evakuasi Aman Mutlak

Adalah tempat yang digunakan untuk berkumpul bagi orang- orang yang dievakuasi. Tempat evakuasi aman mutlak ditempatkan di Gedung SOR (Sarana Olah Raga) PT Petrokimia Gresik yang mana sarana transportasi evakuasi dengan menggunakan bus.

(58)

commit to user

b. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi untuk menanggulangi jika terjadi keadaan darurat kebocoran amoniak tidak dibuat satu arah saja, melainkan beberapa arah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses evakuasi yang mana proses evakuasi dapat dilakukan berlawanan arah angin dari sumber kebocoran amoniak.

Jalur evakuasi di unit penyimpanan amoniak banyak diakses dari segala arah sehingga apabila terjadi kebocoran dapat dilakukan proses evakuasi dari segala arah tergantung arah angin sumber kebocoran.

Jalur evakuasi yang berada di belakang tangki penyimpanan amoniak sebenarnya cukup besar dan dapat digunakan untuk manuver fire truck maupun mobil evakuasi untuk proses evakuasi, namun jalur evakuasi ini banyak dipenuhi lumpur dan becek.

Jalur evakuasi di PT Petrokimia Gresik selalu disosialisasikan kepada seluruh karyawan PT Petrokimia Gresik baik karyawan shift maupun karyawan non shift melalui latihan-latihan yang diselenggarakan oleh Departemen LK3 secara rutin yaitu setiap 1 tahun sekali dan dilengkapi dengan peta evakuasi yang berfungsi untuk menunjukkan arah atau rute yang harus dilalui bila terjadi keadaan darurat.

(59)

commit to user

c. Sarana Pemadam Kabakaran

Kebocoran amoniak media penanggulangannya dengan menggunakan media air, oleh karena itu sarana proteksi kebakaran yang digunakan untuk menanggulangi kebocoran amoniak adalah : 1) Fire protection Fixed System

Fire protection fixed system berupa automatic water sprinkler.

Sarana pemadam sistem sprinkler ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank dan digunakan apabila terjadi kebocoran amoniak. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman, air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia.

2) Instalasi Fire Hydrant

Di seluruh unit penyimpanan amoniak telah dipasang jaringan pipa air pemadam kebakaran (fire water line) yang dilengkapi dengan hydrant, baik hydrant pilar maupun hydrant monitor yang dilakukan pemeriksaan setiap 3 bulan sekali meliputi selang, nozzle, kunci-kunci selang, maupun kopling penyambung.

Di unit penyimpanan amoniak memiliki 3 hydrant monitor dan 3 hydrant pilar yang masing-masing dipasang pada tiap tangki penyimpanan. Salah satu Hydrant monitor yang berada di unit penyimpanan amoniak pada waktu dilakukan observasi tidak ada nozzle dan selang nya selain itu pipa hydrant terlihat sudah berkarat.

(60)

commit to user

3) Tirai Air

Tirai air merupakan tirai air yang berbentuk payung yang merupakan lapisan air yang tipis tidak terputus-putus. Manfaat tirai air yaitu :

a) Pemakaian air sedikit.

b) Air yang membanjir kurang, mengurangi kerusakan peralatan oleh air.

c) Melindungi regu PMK (Pemadam Kebakaran) dari gas amoniak.

4) Pompa Pemadam

Air hydrant di unit penyimpanan amoniak merupakan jenis air hydrant bertekanan dan bekerja secara otomatis bila tekanan air naik atau turun yang dijalankan oleh :

a) Jockey pump bertugas untuk menjaga tekanan air statis dalam pipa hydrant.

b) Electric Fire Water Motor Pump (Main Pump) bekerja secara otomatis bila jockey pump turun hingga di bawah setting.

c) Diesel Fire Water Pump pada umumnya bekerja secara otomatis bila aliran listrik terputus/main pump mengalami kegagalan start. Dapat dimatikan manual jika tekanan air kembali start.

(61)

commit to user

Pompa pemadam yang digunakan di unit penyimpanan amoniak berasal dari pompa pemadam yang berada di pabrik II, antara lain :

a) Electric Fire Water Jockey Pump (JP-973) dengan kapasitas 30 m3/jam.

b) Electric Fire Water Jockey Pump (JP-976) dengan kapasitas 30 m3/jam.

c) Electric Fire Water Motor Pump (MP-971) dengan kapasitas 250 m3/jam.

d) Electrical Fire Water Motor Pump (MP-974) dengan kapasitas 250 m3/jam.

e) Diesel Fire Water Pump (DP-972) dengan kapasitas 250 m3/jam.

f) Diesel Fire Water Pump (DP-975) dengan kapasitas 250 m3/jam.

5) Kendaraan Pemadam Kebakaran (Fire Truck)

Bagian Pemadam Kebakaran memiliki 7 Fire Truck dengan kapasitas dan media yang berbeda. Fire truck di Bagian PMK (Pemadam Kebakaran) PT Petrokimia Gresik dilakukan pengujian setiap hari dengan memanasi armada damkar pada setiap awal dan akhir pergantian shift ± 15 menit, untuk pemanasan pada shift I mobil damkar agar diparkir di luar, sedangkan untuk shift II dan III cukup dipanasi di tempat. Perbaikan fire truck dilakukan oleh

(62)

commit to user

bagian bengkel transport di bawah Departemen hukum dan sekretariat. Berikut jenis fire truck yang dimiliki PT Petrokimia Gresik :

a) Fire Truck No.Pol W-8497-E Kapasitas tangki : 4000 L Media Pemadam : Foam

Pompa Air : Portable pump (pompa digerakkan oleh mesin diesel dengan bahan bakar bensin)

b) Fire Truck No.Pol W-9337-E (1) Kapasitas : 4000 L

Media : Air

(2) Kapasitas : 1000 L Media : Busa/foam

Jenis pompa : Power Take Off/PTO (Pompa digerakkan dengan mesin truck)

c) Fire Truck No.Pol W-8849-F (1) Kapasitas : 3000 L

Media : Air (2) Kapasitas : 300 L

Media : Busa/Foam

Jenis pompa : Power Take OFF/PTO (Pompa digerakkan dengan mesin truck)

d) Fire Truck No.Pol W-8498-F

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan pengertian penalaran formal, maka jelas bahwa seorang siswa yang ingin berhasil dalam suatu pelajaran tertentu atau ingin memperoleh hasil

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif

2.Menjelaskan bentuk dan proses terjadinya, penyebab dan gerak perubahan sosial 3.Menjelaskan pengaruh modernisasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik Assurance, Empathy, dan Responsiveness (DeLone & McLean, 2003) lebih mendekati sistem atau software e-excise dibandingkan

Tujuan menyusun Tugas Akhir ini adalah untuk melakukan perancangan struktur bangunan gedung kampus dengan melakukan analisis dan perhitungan. Gedung dirancang menggunakan Sistem

The result of Error Correction Model test of the variables shows SBI Rate, Time To Maturity, and Coupon Rate can be better to explained the change of Yield

Pada pola terkait hal ini yang telah dijabarkan di atas, ketika komunikasi disampaikan oleh pengguna Path yang bertindak sebagai komunikator menyampaikan pesannya, yaitu

Powered by