• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Anthurium Gelombang Cinta diperkirakan berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis. Di habitat aslinya, Anthurium Gelombang Cinta hidup di bawah naungan atau tajuk pepohonan hutan. Anthurium Gelombang Cinta ini diduga dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa dan merupakan tanaman kesukaan istri istri pejabat kolonial karena penampilan bunganya yang elok dan berwarna ( Setiawan dan Agus, 2007 ).

Anthurium Gelombang cinta atau Anthurium polwmanii memiliki klasifikasi botani sebagai berikut

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Araceales Famili : Araceae Genus : Anthurium

Spesies :Anthurium polwmanii ( Tim Florihias, 2007 : 15 ).

Bentuk daun Anthurium Gelombang Cinta bergelombang rapat dan keriting dengan permukaan mengkilap. Tekstur daunnya tebal dan tegas, bila daunnya dipegang akan terasa lebih tebal. Warna daun Anthurium Gelombang Cinta ini hijau pekat dengan urat urat daunnya yang menonjol. Daunnya ini ditopang tangkai yang pendek atau batang daun pendek, karena jarak antara

tangkai daun dengan pangkal daunnya pendek. Arah pertumbuhan daun Anthurium Gelombang Cinta ini mengarah ke atas ( Lanny, 2007 : 10 ).

Bunga pada Anthurium Gelombang Cinta ini sebenarnya adalah seludung yang tumbuh sedemikian rupa sehingga menyerupai kelopak bunga. Bentuknya seperti tongkol jagung berukuran kecil kecil memanjang menempel pada tangkai yang mencuat di tengah tengah seludung. Bunga Anthurium Gelombang Cinta ini terdiri atas tangkai, mahlota, dan tongkol. Bunga Anthurium Gelombang Cinta tergolong bunga berumah satu. Artinya, baik bunga jantan ( tepung sari ) maupun bunga betina ( putik ) berada dalam satu bunga ( Setiawan dan Agus, 2007 ).

Akar Anthurium Gelombang Cinta disebut akar serabut sedikit liar, warna putih kehijauan. Akar pada batangnya menyembul ke atas permukaan media. Buah Anthurium Gelombang Cinta berwarna merah dimana di dalam buah akan terdapat biji biji. Biji biji yang segar berbentuk gembung, sedangkan biji yang sudah tua akan kisut. Satu tongkol berisi 1000 sampai 2000 biji. Namun ada tongkol yang panjangnya hingga 30 40 cm, tongkol yang sebesar lengan tangan orang dewasa ini berisi 7000 biji ( Tim Florihias, 2007 : 17 ).

Anthurium Gelombang Cinta cukup sensitif terhadap kebutuhan sinar matahari. Daunnya terlihat pucat dan lemas bila kekurangan sinar matahari. Namun sebaliknya, bila daun terkena sinar matahari dalam tempo lama setiap harinya, akibatnya daun Anthurium Gelombang Cinta menjadi kepucatan, memutih, ada titik titik terbakar dan bahkan terbakar total. Jadi lingkungan sekitarnya diharapkan bersuasana semi teduh. Karena itu dibutuhkan naungan atau paranet agar sinar matahari tidak langsung menerpanya sepanjang hari ( Junaedhie, 2000).

Kebutuhan suhu berkaitan langsung dengan pembentukan klorofil. Klorofil inilah yang membuat penampilan daun tampak hijau segar. Suhu yang ideal sekitar 24º - 28 º Celcius siang hari dan 18º - 21º Celcius malam hari. Anthurium Gelombang Cinta menyukai kelembapan tinggi seputar 70 80 %. Jika kelembapan diatas 80 %, akan mengundang penyakit pada Anthurium Gelombang Cinta ini. Sebaliknya, jika kelembapan dibawah 70 %, akan menyebabkan Anthurium ini cepat layu ( Tim Florihias, 2007 : 46 ).

Media tanam yang lazim dipakai untuk menanam gelombang cinta berupa campuran pakis, arang sekam, cocopeat dan pasir malang. Pakis dipakai sebagai campuran media untuk menjaga media tetap porous. Maksudnya disini adalah air tidak menggenang. Jika air menggenang akan menyebabkan pembusukan akar. Sebelum pakis digunakan sebaiknya pakis dicuci bersih kemudian disiram air mendidih dan ditutup 1 2 jam. Arang sekam berasal dari pembakaran sekam padi kering. Arang sekam sebagai salah satu campuran media karena aerasi udaranya baik. Pasir malang juga sebagai campuran media karena sifatnya porous atau mampu menyerap air. Cocopeat adalah serbuk sabut kelapa merupakan campuran media tanam ( Arie, 2007 ).

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif adalah pengembangan tanaman melalui perkawinan atau penyerbukan. Perbanyakan generatif dimulai dari proses penyerbukan dan penyemaian biji. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif adalah pengembangan tanaman diluar perkawinan atau penyerbukan. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara split anakan, pemotongan induk, dan stek bonggol ( Tanjung dan Agus, 2007 : 46 ).

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara generatif lebih disukai para pemilik usaha tani karena dengan cara ini dihasilkan ratusan tanaman muda. Besarnya jumlah tanaman muda yang dihasilkan karena dalam sebuah tongkol atau spadiks hasil penyerbukan bisa berisi 500 1000 biji. Dengan tingkat kegagalan perkecambahan hanya 15 % dari 1000 biji akan dihasilkan 850 tanaman muda ( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).

Kematangan buah sangat berpengaruh terhadap tingkat perkecambahan. Buah yang matang benar tingkat perkecambahan bijinya bisa mencapai 85 90 % dan akan berkecambah dalam waktu 2 minggu setelah semai. Sedangkan buah yang belum matang, selain tingkat perkecambahan biji rendah juga baru bisa berkecambah setelah 3 4 minggu disemai. Karena itu gunakan buah yang matang benar. Buah yang matang bisa diketahui dari warnanya ( Tanjung dan Agus, 2007 : 37 ).

Buah buah Anthurium Gelombang Cinta yang sudah matang kemudian ditekan agar bijinya terpisah dari daging buah dan bisa segera disemaikan di atas media semai yang telah disiapkan. Banyak jenis media semai yang bisa digunakan untuk menyemaikan Anthurium Gelombang Cinta antara lain cacahan pakis, sekam bakar, cocopeat, pasir halus, humus bamboo, dan humus eceng gondok ( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).

Apapun media semai yang digunakan kemudian dimasukan ke dalam wadah semai atau pot bermulut lebar, bisa menggunakan bak plastik. Buat lubang di dasar wadah untuk mengalirkan air siraman dan taruh pecahan arang sebagai drainasenya. Sesudah itu masukan media tanam sampai 2/3 ketinggian wadah, padat dan ratakan (Tanjung dan Agus, 2007 : 38 ).

Untuk mengurangi penguapan, bagian atas media semai ditutup plastik bening bening. Selain agar tetap lembap penutupan ini juga membuat suhu media semai hangat sehingga akan mempercepat perkecambahan . Selama biji belum berkecambah, media semai harus dijaga kelembapannya dengan cara penyiraman. Sebulan kemudian biji biji biasanya segera berkecambah dan tutup plastik bisa diambil (Tanjung dan Agus, 2007 : 40 ).

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara vegetatif akan menghasilkan daun daun yang ukuranya hampir sama dengan induknya dan tanaman baru tumbuh lebih cepat karena pada dasarnya tanaman tersebut memang telah dewasa. Kelemahannya, tanaman muda yang dihasilkan jumlahnya hanya sedikit maksimum empat buah dalam sekali perbanyakan ( Setiawan dan Agus, 2007 : 40 ).

Anthurium Gelombang cinta yang telah dewasa biasanya menghasilkan anakan. Sebaiknya anakan itu dipisahkan ( di split ) dari induknya. Anakan tersebut sekurang kurangnya memiliki tiga daun dan akar sendiri. Selain spllit anakan dapat dilakukan stek pucuk. Stek pucuk yakni melakukan pemotongan tanaman yang telah memiliki bonggol dan berumur enam bulan. Pucuk tersebut ditanam dan selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman baru. Dari bonggol ini nantinya akan menghasilkan tunas tunas baru ( Tim Florihias, 2007 : 48 ).

Stek bonggol juga dapat dilakukan . yang dimaksud dengan stek bonggol adalah melakukan pemotongan tanaman Anthurium Gelombang Cinta yang sudah cukup tua dengan ukuran bonggol yang sudah besar. Bonggol sengaja dipotong potong, dan setiap potongan bonggol panjangnya 5 10 cm dan mempunyai 2 4 mata tunas. Jadi untuk satu pohon Anthurium Gelombang Cinta

dapat dipisahkan menjadi 3 bagian yakni bonggol atas, bonggol tengah, dan bonggol bawah ( Tim Florihias, 2007 : 49 ).

Seseorang yang akan memasarkan Anthurium Gelombang Cinta biasanya bergerak sebagai breeder ( petani ) maupun grower ( bisnis pembesaran ). Sebagai breeder ( petani ), biasanya mereka menjual biji masak ( siap semai ) dan menjual bibit dengan asumsi tersendiri. Harga bibit Anthurium Gelombang Cinta umumnya sama, kalaupun ada variasi harga tidak berbeda jauh. Sebagai grower mereka menjual bibit Anthurium Gelombang Cinta dengan 2 3 daun dan 4 5 daun ( Junaedhie, 2000 : 34 ).

Landasan Teori

Sistem usahatani mengandung pengertian pola pelaksanaan usahatani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usahatani yang diterapkan sebagian besar petani adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga ( pola subistence ). Tetapi ada juga yang bertujuan untuk dijual ke pasar atau market oriented (Daniel, 2002 : 48 ).

Prinsip ekonomi dalam proses produksi diartikan sebagai kaidah kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam poses produksi agar tercapai hasil yang optimal. Sumber daya diartikan sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output tertentu. Input produksi yang diperlukan dalam usaha tani berupa tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. ( Prawirokusumo, 1990 : 27 ).

Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda beda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka

proses produksi tidak akan berjalan terutama tiga faktor yakni tanah, tenaga kerja dan modal. Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja tentu saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja siapa yang akan melakukan, begitu juga dengan faktor produksi yang lainnya saling terikat (Daniel, 2002 : 50 ).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya variabel ( variable cost ). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya lain lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel ( Mubyarto, 1994 : 72 ).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y

( Soekartawi, 2002 ).

Pendapatan kotor usaha tani ( gross farm income ) didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usaha tani ( total farm expense ) didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani.

Selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani disebut pendapatan bersih usaha tani ( Soekartawi, 1986 : 79 ).

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pd = TR TC

Dimana : Pd = Pendapatan usaha tani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya ( Soekartawi, 2002 ).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah podusen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli (Daniel, 2002 : 154 ).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda. Oleh karena itu saluran pemasaran muncul dalam kegiatan pemasaran ( Soekartawi, 1993 ).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sitem pemasaran semakin tidak efisien. Masing masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk

kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun ( Mubyarto, 1994 ).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalm proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga niaga bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin tataniaga dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing masing lembaga tataniga mengeluarkan biaya tataniaga dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin tataniaga (Daniel, 2002 : 159 ).

Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu : 1. Mampu menyampaikan hasil hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang barang itu. ( Mubyarto, 1994 ).

Setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat bagi manusia bila ia berada pada suatu keadaan tertentu, tempat tertentu, waktu tertentu, dan harga tertentu. Keempat poin ini merupakan syarat terjadinya transaksi jual beli antara produsen dengan konsumen. Proses pengengkutan, perubahan bentuk dan penyediaan merupakan fungsi dari tataniaga hasil pertanian. Fungsinya adalah meningkatkan kegunaan tempat, kegunaan waktu, dan kegunaan persediaan

barang sehingga bisa membentuk harga. Fungsi pemasaran jelas manfaatnya bagi penyampaian hasil pertanian dari produsen ke konsumen (Daniel, 2002 : 156 ).

Tataniaga memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya tataniaga. Konsumen yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil - hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa jasa sistem tataniaga yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil ( Mubyarto, 1994 : 168 ).

Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek maka biaya pengangkutannya kecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume / mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara ( lembaga niaga ) yang terlibat dalam pemasaran, maka biaya pemasaran semakin tinggi, dan margin tataniaga ( selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen ) juga semakin besar. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga pemasaran atau tataniaga yang terlibat dalam proses dapat lebih dari satu (Daniel, 2002 : 158 ).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut :

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga membutuhkan biaya tataniaga yang besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya tataniaga lebih rendah.

2. Lokasi / daerah produsen

Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Bila lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga niaga

Semakin banyak lembaga niaga yang terlibat semakin panjang rantai tataniaga dan semakin besar biaya tataniaganya.

(Daniel, 2002 : 158 ).

Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran. Makin panjang tataniaga maka semakin besar margin tataniaga. Secara teorotis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tataniaga hasil pertanian maka :

1. Biaya tataniaga semakin rendah. 2. Margin tataniaga semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

Efisiensi pemasaran ( Ep ) adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual, dinyatakan dengan persen. Bila nilai efisiensi pemasaran lebih kecil dari 50 % maka pemasaran akan semakin efisien.

Ep = 100%

dipasarkan yang

produk

Nilai Biayapemasaran ( Soekartawi, 2002 : 125 ).

Kerangka Pemikiran

Usahatani Anthurium Gelombang Cinta merupakan usaha budidaya dan pengembangan tanaman hias daun yaitu Anthurium Gelombang Cinta. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini meliputi sistem perbanyakan dan pemeliharaannya. Teknik perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta ini menjadi salah satu kunci sukses untuk menghasilkan Anthurium Gelombang Cinta yang berkualitas. Walaupun terkadang terdapat masalah dalam usaha tani ini tetapi petani selalu berupaya untuk mengatasi masalah masalah yang ada. Kesuksesan budidaya Anthurium Gelombang Cinta ini tidak terlepas dari teknik perbanyakannya.

Dampak dari usaha tani Anthurium Gelombang Cinta ini berpengaruh kepada masyarakat yakni terbukanya lapangan kerja. Dengan adanya usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini dapat menambah kesempatan kerja di lingkungan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerjanya.

Dalam usahatani ini, petani akan berupaya untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Kemajuan suatu usahatani tersebut diukur dengan tingkat produktivitasnya. Usahatani dikatakan produktif jika produktivitasnya tinggi.

Produktivitas suatu usahatani dapat diketahui dari banyaknya hasil produksi yang diperoleh petani dari satu kesatuan input.

Pemasaran merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen. Dalam pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ini terdapat harga yang harus dibayarkan oleh konsumen ke produsen yang disebut harga jual. Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya. Dalam pemasaran Anthurium Gelombang Cinta mengeluarkan biaya pemasaran.

Penerimaan dalam usaha tani juga dipengaruhi oleh biaya pemasaran untuk menyampaikannya ke konsumen. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ini tidak melibatkan lembaga pemasaran ( pedagang perantara ) tetapi langsung dijual ke konsumen. Dalam memasarkan Anthurium Gelombang Cinta ini dapat diketahui tingkat efisiensi pemasaran. Bila nilai efisiensi pemasaran semakin kecil maka pemasaran akan semakin efisien. Dan sebaliknya semakin tinggi nilai efisiensinya maka pemasarannya tidak efisien. Kriteria pemasaran yang dikatakan efisien yaitu apabila nilai efisiensi pemasarannya di bawah 50 %.

Dalam pelaksanaan usahatani dibutuhkan biaya untuk memperoleh produksi yang maksimal. Semua pengeluaran yang digunakan dalam usahatani dimasukan ke dalam biaya produksi. Adapun biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi disebut pendapatan bersih. Pendapatan petani Anthurium Gelombang Cinta bergantung pada jumlah produksi Anthurium Gelombang Cinta yang siap dijual dan sistem pemasarannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :

Petani Anthurium Gelombang Cinta

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : : Menyatakan Hubungan

Usahatani Anthurium Gelombang Cinta

Produksi

Masalah

Upaya Kesempatan Kerja

Pemasaran Harga Jual

Konsumen Penerimaan Pendapatan Bersih Biaya Produksi Efisiensi Pemasaran Pedagang Perantara

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibangun, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta sudah intensif di daerah penelitian.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian memberi kesempatan kerja.

3. Besar biaya produksi dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian cukup tinggi.

4. Besar penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian relatif tinggi.

5. Saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian pendek.

6. Sistem pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian cukup efisien.

7. Ada masalah masalah yang dihadapi dalam usahatani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

8. Ada upaya upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah masalah dalam usahatani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.