• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Tani Dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Tani Dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA TANI DAN PEMASARAN ANTHURIUM

GELOMBANG CINTA

( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

NENCY VERAWATY S.

040304014

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHA TANI DAN PEMASARAN ANTHURIUM

GELOMBANG CINTA

SKRIPSI

Oleh :

NENCY VERAWATY S.

040304014

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Menyetujui,

Komisi Pembingbing

Ketua,

Anggota,

Ir. A.T.Hutajulu, MS

Ir.Hasudungan Butar-butar,MSi

Nip : 130877998

Nip : 131639808

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Nency Verawaty Siahaan, dengan judul skripsi Analisis Usahatani dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta , Studi Kasus di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah bimbingan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hasudungan Butar Butar, MSi selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Kecamatan Tanjung Morawa. Daerah penelitian ditentukan secara purpossive dengan dasar pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengusaha usahatani Anthurium Gelombang Cinta dengan jumlah populasi petani sebanyak 10 KK dengan luas lahan rata rata 75 m2 / KK dan jumlah produksi rata rata 881.5 pot / KK / tahun, dan penarikan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu seluruh pengusaha ( pemilik usahatani ) Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari dijadikan sampel.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini memiliki beberapa identifikasi masalah yang dianalisis dengan metode analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriftif dan dan analisis tabulasi sederhana untuk menghitung curahan tenaga kerja, biaya produksi, penerimaan pendapatan dan efisiensi pemasaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa :

1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian sudah intensif dengan teknik perbanyakan melalui biji dan pemeliharaan yang baik.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta memberi kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang terdapat di daerah penelitian. sebesar 235, 12 HKP per petani dan 133,37 HKP per 500 pot

3. Total biaya produksi untuk usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini adalah sebesar Rp. 26.382.168,75 per petani dan Rp. 14.964.361,17 per 500 pot. Adapun komponen biaya produksi terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya lahan dan biaya penyusutan antara lain :

 Biaya sarana produksi usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 68,02 % per petani dan 68,02 % per 500 pot.

 Biaya tenaga kerja usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 22,28 % per petani dan 22,27 % per 500 pot.

 Biaya lahan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar Rp. 4,27 % per petani dan 4,26 % per 500 pot.

 Biaya penyusutan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 5,44 % per petani dan 5,43 % per 500 pot.

4. Total penerimaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah sebesar Rp. 57.802.500 per petani dan Rp. 32.786.443,56 per 500 pot dan pendapatan bersih usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah sebesar Rp. 31.420.331,25 per petani dan Rp. 17.822.082,39 per 500 pot. 5. Saluran pemasaran pada pemasaran Anthurium Gelombang Cinta yaitu

saluran dimana petani langsung menjual ke konsumen.

(4)

bulan sebesar Rp. 7.800 per pot , tanaman yang berumur 7 9 bulan sebesar Rp. 10.340 per pot dan tanaman yang berumur 10 12 bulan sebesar Rp. 12.500 per pot.

7. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian efisien dimana tingkat efisiensinya lebih kecil dari 50 %.

8. Masalah yang dihadapi pengusaha dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian adalah terbatasnya modal untuk membangun rumah kasa dan sulitnya dalam penyediaan pupuk dan obat obatan. Masalah dalam pemasaran antara lain harga Anthurium Gelombang Cinta mahal maka peminat atau konsumen Anthurium Gelombang Cinta terbatas dan Anthurium Gelombang Cinta ini belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga pemasarannya kurang lancar.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Nency Verawaty Siahaan lahir pada tanggal 22 Januari 1986 di Rantau Prapat, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda E. Siahaan dan Ibunda T. Simorangkir.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Santo Antonius Medan, dan tamat tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Menegah Pertama Santo Thomas 1 Medan dan tamat tahun 2001.

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 1 Medan dan tamat tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juli 2008 melaksanakan PKL di Desa Nagasaribu Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala barkat dan anugerahnya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, menyelesaikan masa perkulihan dan dapat menyelesaikan skrisi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada :

1. Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS, selaku Ketua Komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan serta saran saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Hasudungan Butar Butar MSi, selaku Anggota Komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan serta saran saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. .

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 25

Metode Pengumpulan Data... 25

Metode Pegambilan Sampel... 25

Metode Analisis Data ... 26

Defenisi dan Batasan Operasional... 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 30

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta ... 37

Kesempatan Kerja ... 48

Biaya Produksi ... 49

Penerimaan Dan Pendapatan Bersih Usahatani... 54

Saluran Pemasaran ... 57

Sistem Pemasaran ... 59

Masalah Masalah ... 61

Upaya Upaya ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 63

Saran ... 65

(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1 Spesifikasi Pengumpulan Data 26 2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Desa Bangun Sari Tahun 2007 31 3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata

Pencaharian di Desa Bangun Sari Tahun 2007 32 4 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat

Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari 2007 32

5 Distribusi Luas Wilayah dan Penggunaan

Tanah di Desa Bangun Sari Tahun 2007 33

6 Sarana Dan Prasarana di Desa Bangun Sari

Tahun 2007 34

7 Karakteristik Petani Bunga Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari Tahun 2007

35

8 Perbandingan Pengelolaan Anthurium Gelombang Cinta Antara Anjuran Literatur Dengan Keadaan Di Daerah Penelitian

46

9 Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 1 Tahun

48

10 Biaya Lahan Pada Usahatani Anthurium

Gelombang Cinta 50

11 Biaya Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

50

12 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

(10)

13 Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

52

14 Total Biaya Produksi Pada Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot

53

15 Total Penerimaan Usahatani Anthurium

Gelombang Cinta Selama 1 Tahun 54 16 Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium

Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

55

17 Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Menurut Umur Selama 1 Tahun

56

18 Total Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 23 2 Tongkol Anthurium Gelombang Cinta yang

Sudah Masak Buahnya 39

3 Buah Anthurium Gelombang Cinta Ditekan

untuk Mengeluarkan Bijinya 39 4 Biji Anthurium Gelombang Cinta 40

5 Biji yang Disemaikan 40

6 Biji yang Sudah Selesai Disemai 41 7 Biji yang Sudah Berkecambah 41 8 Anthurium Gelombang Cinta Berumur 3 4

Bulan 44

9 Anthurium Gelombang Cinta Berumur 5 6

Bulan 44

10 Anthurium Gelombang Cinta Berumur 7 9

Bulan 45

11 Anthurium Gelombang Cinta Berumur 10 12

Bulan 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Karakteristik Petani Sampel Di Daerah Penelitian Tahun 2007

2 Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Di Desa Bangun Sari Selama 1 Tahun 2a Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per

Petani Di Desa Bangun Sari Selama 3 4 Bulan

2b Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 5 6 Bulan

2c Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 7 9 Bulan

2d Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 10 12 Bulan

3 Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani dan Per 500 Pot Di Desa Bangun Sari Selama 1 Tahun

3a Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 3 4 Bulan

3b Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 5 6 Bulan

3c Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 7 9 Bulan

3d Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun Sari Selama 10 12 Bulan

4 Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

4a Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

4b Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

(13)

4d Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 10 12 Bulan

5 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

5a Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

5b Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

5c Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 7 9 Bulan

5d Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 10 12 Bulan

6 Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

6a Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

6b Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

6c Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 7 9 Bulan

6d Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 10 12 Bulan

7 Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

7a Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

7b Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

7c Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 7 9 Bulan

(14)

8 Produksi Dan Penerimaan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

9 Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

9a Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

9b Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

9c Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 7 9 Bulan

9d Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani Selama 10 12 Bulan

10 Sistem Pemasaran Pada Saluran I Dari Petani ke Pedagang Perantara Per Petani

11 Sistem Pemasaran Pada Saluran II Dari Pedagang ke Konsumen Per Petani

12 Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada Saluran I Produksi Umur 3 4 Bulan

13 Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada Saluran I Produksi Umur 5 6 Bulan

14 Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada Saluran I Produksi Umur 7 9 Bulan

(15)

ABSTRAK

Nency Verawaty Siahaan, dengan judul skripsi Analisis Usahatani dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta , Studi Kasus di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah bimbingan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hasudungan Butar Butar, MSi selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Kecamatan Tanjung Morawa. Daerah penelitian ditentukan secara purpossive dengan dasar pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengusaha usahatani Anthurium Gelombang Cinta dengan jumlah populasi petani sebanyak 10 KK dengan luas lahan rata rata 75 m2 / KK dan jumlah produksi rata rata 881.5 pot / KK / tahun, dan penarikan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu seluruh pengusaha ( pemilik usahatani ) Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari dijadikan sampel.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini memiliki beberapa identifikasi masalah yang dianalisis dengan metode analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriftif dan dan analisis tabulasi sederhana untuk menghitung curahan tenaga kerja, biaya produksi, penerimaan pendapatan dan efisiensi pemasaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa :

1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian sudah intensif dengan teknik perbanyakan melalui biji dan pemeliharaan yang baik.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta memberi kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang terdapat di daerah penelitian. sebesar 235, 12 HKP per petani dan 133,37 HKP per 500 pot

3. Total biaya produksi untuk usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini adalah sebesar Rp. 26.382.168,75 per petani dan Rp. 14.964.361,17 per 500 pot. Adapun komponen biaya produksi terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya lahan dan biaya penyusutan antara lain :

 Biaya sarana produksi usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 68,02 % per petani dan 68,02 % per 500 pot.

 Biaya tenaga kerja usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 22,28 % per petani dan 22,27 % per 500 pot.

 Biaya lahan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar Rp. 4,27 % per petani dan 4,26 % per 500 pot.

 Biaya penyusutan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar 5,44 % per petani dan 5,43 % per 500 pot.

4. Total penerimaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah sebesar Rp. 57.802.500 per petani dan Rp. 32.786.443,56 per 500 pot dan pendapatan bersih usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah sebesar Rp. 31.420.331,25 per petani dan Rp. 17.822.082,39 per 500 pot. 5. Saluran pemasaran pada pemasaran Anthurium Gelombang Cinta yaitu

saluran dimana petani langsung menjual ke konsumen.

(16)

bulan sebesar Rp. 7.800 per pot , tanaman yang berumur 7 9 bulan sebesar Rp. 10.340 per pot dan tanaman yang berumur 10 12 bulan sebesar Rp. 12.500 per pot.

7. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian efisien dimana tingkat efisiensinya lebih kecil dari 50 %.

8. Masalah yang dihadapi pengusaha dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian adalah terbatasnya modal untuk membangun rumah kasa dan sulitnya dalam penyediaan pupuk dan obat obatan. Masalah dalam pemasaran antara lain harga Anthurium Gelombang Cinta mahal maka peminat atau konsumen Anthurium Gelombang Cinta terbatas dan Anthurium Gelombang Cinta ini belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga pemasarannya kurang lancar.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias merupakan tumbuhan yang biasa ditanam orang sebagai hiasan. Umumnya pengertian hiasan adalah hiasan di halaman rumah, dalam rumah, atau taman taman umum, oleh karena ditanam di rumah atau ditanam di rumah atau taman, otomatis ukuran tanaman tidak terlalu besar dan rimbun. Pada umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias dengan bagian bunga yang menarik. Adapun tanaman hias daun merupakan tanaman dengan daun yang menarik. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa organ daun terdiri dari pelepah, tangkai, dan helaian, oleh karena itu tanaman yang mempunyai pelepah menarik ( Prihmantoro, 1997 : 2 ).

Jumlah tanaman hias daun tidak dapat dihitung secara pasti karena makin banyak tumbuhan liar yang kini digolongkan menjadi tanaman hias. Selain tanaman liar, tanaman yang didatangkan dari luar negeri atau impor pun akan menambah kekayaan jenis tanaman hias di suatu daerah. Belum lagi hibrida atau hasil silangan tanaman yang kini banyak dihasilkan berkat campur tangan manusia. Itulah sebabnya jumlah tanaman hias daun akan senantiasa bertambah ( Trubus, 1998 : 4 ).

(18)

tanaman yang berdaun mirip talas dengan bunga berbentuk unik, seperti telapak tangan membuka berwarna merah cerah dan sebentuk lilin batangan di tengahnya atau tanaman dengan bentuk daun seperti jantung hati, berwarna hijau bergaris garis putih membentuk tulang daun. ( Tanjung dan Agus, 2007 : 1 ).

Anthurium, nama tanaman hias yang satu ini kini begitu fenomenal di jagad bisnis tanaman hias. Padahal, tanaman dari keluarga Araceae ini tiga tahun lalu tidak terdengar gaungnya. Tanaman berdaun kekar ini masih dianggap kalah bersaing dengan tanaman tanaman hias yang sudah populer sebelumnya, seperti adenium, aglonema, dan euphorbia. Hanya beberapa orang yang tertarik dengan keelokan daunya yang lebar dan tebal ( Junaedhie, 2007 : 4 ).

Anthurium adalah satu genus dari keluarga Araceae atau talas talasan. Tanaman ini berkerabat sangat dengan caladium, aglonema, dieffenbachia, monstera, philodendron, scindapsus dan syngonium. Kata anthurium berasal dari bahasa Yunani yang berarti ekor. Hal ini karena bunga anthurium berbentuk seperti ekor, mencuat dari tengah tengah kelopak bunga yang warnanya mencolok. Di negara negara Eropa anthurium disebut juga pigtail plant atau tail olant, alias bunga ekor ( Setiawan dan Agus, 2007 : 9 ).

(19)

Daya tarik anthurium daun sebagai tanaman hias sudah tentu kerena bentuk daunnya yang indah, beragam dan ukurannya yang besar. Daun daunnya yang lebar berdaun hijau dan juga tebal. Urat urat daunnya tampak sangat jelas. Daun daun anthurium membentuk roset atau lingkaran yang rapat, bentuk daun anthurium yang sangat indah dan berukuran besar tampak spektakuler ( Arie, 2007 : 4 ).

Anthurium dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu anthurium berbunga cantik dan anthurium berdaun indah yang masing masing terdiri atas puluhan bahkan ratusan jenis. Karena ada lima ratusan jenis anthurium spesies alam untuk pengenalannya akan lebih mudah dikelompokan berdasarkan bentuk daunnya yakni anthurium berdaun jantung hati dan anthurium berdaun oval ( Tanjung dan Agus, 2007 : 5 ).

Anthurium berdaun jantung hati memiliki daun bulat seperti jantung hati. Ukuran daunnya ada yang hanya selebar telapak tangan orang dewasa hingga bergaris tengah 30 cm. Yang termasuk jenis ini antara lain Anthurium macrophyllum, Anthurium concorde, Anthurium corong dan Anthurium daun sirih. Anthurium berdaun oval memiliki daun berbentuk oval atau bulat telur dengan tepi rata atau bergelombang, misalnya Anthurium hookeri, Anthurium crassinervium, Anthurium jenmanii dan Anthurium Gelombang Cinta ( Tanjung dan Agus, 2007 : 10 ).

(20)

Anthurium Gelombang Cinta ini mempunyai inner beauty, suatu kecantikan yang berasal dari dalam . Inner beauty akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaruh konkretnya membuat tanaman menjadi sehat. Daun Anthurium Gelombang Cinta ini rajin mengeluarkan minyak. Kelenjar minyak ini membuat daun daunnya tampak berkilauan secara alami ( Tim Florihias, 2007 : 2 ).

Anthurium Gelombang Cinta ini cukup terkenal karena umurnya tergolong panjang. Anthurium indukan yang memiliki jumlah daun lebih dari 20 daun bisa berumur belasan hingga puluhan tahun. Betapa jauh waktu terbentang sejak tanaman ini berbentuk biji hingga menjadi tanaman indukan ( Junaedhie, 2007 : 56 ).

Biji, anakan, Anthurium dewasa dan indukan sama sama mendatangkan pendapatan yang berlimpah pada pemiliknya. Dampak nyata dari naiknya tanaman hias ini adalah lahirnya jutawan jutawan baru dari membudidayakan dan memperdagangkan tanaman hias ini. Kesuksesan budidaya dan bisnis Anthurium Gelombang Cinta tidak terlepas dari keberhasilan perbanyakannya. Sistem dan teknik perbanyakan Anthurium ini menjadi salah satu kunci untuk menghasilkan tanaman anthurium anthurium yang berkualitas dalam usaha tani Anthurium Gelombang Cinta ( Setiawan dan Agus, 2007 ).

(21)

jumlah tenaga kerjanya. Ketersediaan tenaga kerja pertanian sangat besar dan tidak terbatas ( Tim Penulis, 1995 : 76 ).

Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Pengusaha tanaman hias yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan dapat dipenuhi oleh anggota keluarga sendiri. Namun untuk pengusaha tanaman hias yang besar dan dilakukan secara intensif, penggunaan tenaga kerja dari luar mutlak diperlukan.( Rahardi, dkk, 1994 : 12 ).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat obatan serta sejumlah tenaga kerja. Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produk fisik dikalikan dengan harga produksinya ( Soekartawi, 1993 : 58 ).

(22)

Pemasaran tercakup semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/ tata niaganya. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha tanaman hias, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar dalam usaha tani tanaman hias, seperti pasar khusus yang terdiri dari hotel, restoran, rumah tangga, florist, dan pengsaha rental. Selain itu masih ada saluran distribusi lain, seperti pasar swalayan, koperasi dan eksportir ( Soekartawi, 1993 : 94 ).

Sebelum sampai di tangan konsumen, produk dari usaha tani tanaman hias hampir selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk dari produsen dengan atau tanpa perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga. Tanaman hias dalam pot dijual dengan jalur pemasaran yang sederhana, yaitu langsung ke konsumen atau melalui perantara ( Rahardi, 1994 : 38 ).

(23)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

2. Seberapa besar kesempatan kerja yang tercipta dalam usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

3. Berapa besar biaya produksi dalam usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

4. Berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

5. Bagaimana saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

6. Apakah sistem pemasaran Anthurium Gelombang Cinta sudah efisien di daerah penelitian ?

7. Apa saja masalah masalah yang dihadapi dalam usaha tani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

(24)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui pengelolaan usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui besarnya kesempatan kerja yang tercipta dalam usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi dalam usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui besarnya penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui masalah masalah yang dihadapi dalam usaha tani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

(25)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian ini. 2. Sebagai bahan informasi bagi bagi petani dalam pengembangan usaha tani

dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta.

(26)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Anthurium Gelombang Cinta diperkirakan berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis. Di habitat aslinya, Anthurium Gelombang Cinta hidup di bawah naungan atau tajuk pepohonan hutan. Anthurium Gelombang Cinta ini diduga dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa dan merupakan tanaman kesukaan istri istri pejabat kolonial karena penampilan bunganya yang elok dan berwarna ( Setiawan dan Agus, 2007 ).

Anthurium Gelombang cinta atau Anthurium polwmanii memiliki klasifikasi botani sebagai berikut

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Araceales

Famili : Araceae Genus : Anthurium

Spesies :Anthurium polwmanii ( Tim Florihias, 2007 : 15 ).

(27)

tangkai daun dengan pangkal daunnya pendek. Arah pertumbuhan daun Anthurium Gelombang Cinta ini mengarah ke atas ( Lanny, 2007 : 10 ).

Bunga pada Anthurium Gelombang Cinta ini sebenarnya adalah seludung yang tumbuh sedemikian rupa sehingga menyerupai kelopak bunga. Bentuknya seperti tongkol jagung berukuran kecil kecil memanjang menempel pada tangkai yang mencuat di tengah tengah seludung. Bunga Anthurium Gelombang Cinta ini terdiri atas tangkai, mahlota, dan tongkol. Bunga Anthurium Gelombang Cinta tergolong bunga berumah satu. Artinya, baik bunga jantan ( tepung sari ) maupun bunga betina ( putik ) berada dalam satu bunga ( Setiawan dan Agus, 2007 ).

Akar Anthurium Gelombang Cinta disebut akar serabut sedikit liar, warna putih kehijauan. Akar pada batangnya menyembul ke atas permukaan media. Buah Anthurium Gelombang Cinta berwarna merah dimana di dalam buah akan terdapat biji biji. Biji biji yang segar berbentuk gembung, sedangkan biji yang sudah tua akan kisut. Satu tongkol berisi 1000 sampai 2000 biji. Namun ada tongkol yang panjangnya hingga 30 40 cm, tongkol yang sebesar lengan tangan orang dewasa ini berisi 7000 biji ( Tim Florihias, 2007 : 17 ).

(28)

Kebutuhan suhu berkaitan langsung dengan pembentukan klorofil. Klorofil inilah yang membuat penampilan daun tampak hijau segar. Suhu yang ideal sekitar 24º - 28 º Celcius siang hari dan 18º - 21º Celcius malam hari. Anthurium Gelombang Cinta menyukai kelembapan tinggi seputar 70 80 %. Jika kelembapan diatas 80 %, akan mengundang penyakit pada Anthurium Gelombang Cinta ini. Sebaliknya, jika kelembapan dibawah 70 %, akan menyebabkan Anthurium ini cepat layu ( Tim Florihias, 2007 : 46 ).

Media tanam yang lazim dipakai untuk menanam gelombang cinta berupa campuran pakis, arang sekam, cocopeat dan pasir malang. Pakis dipakai sebagai campuran media untuk menjaga media tetap porous. Maksudnya disini adalah air tidak menggenang. Jika air menggenang akan menyebabkan pembusukan akar. Sebelum pakis digunakan sebaiknya pakis dicuci bersih kemudian disiram air mendidih dan ditutup 1 2 jam. Arang sekam berasal dari pembakaran sekam padi kering. Arang sekam sebagai salah satu campuran media karena aerasi udaranya baik. Pasir malang juga sebagai campuran media karena sifatnya porous atau mampu menyerap air. Cocopeat adalah serbuk sabut kelapa merupakan campuran media tanam ( Arie, 2007 ).

(29)

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara generatif lebih disukai para pemilik usaha tani karena dengan cara ini dihasilkan ratusan tanaman muda. Besarnya jumlah tanaman muda yang dihasilkan karena dalam sebuah tongkol atau spadiks hasil penyerbukan bisa berisi 500 1000 biji. Dengan tingkat kegagalan perkecambahan hanya 15 % dari 1000 biji akan dihasilkan 850 tanaman muda ( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).

Kematangan buah sangat berpengaruh terhadap tingkat perkecambahan. Buah yang matang benar tingkat perkecambahan bijinya bisa mencapai 85 90 % dan akan berkecambah dalam waktu 2 minggu setelah semai. Sedangkan buah yang belum matang, selain tingkat perkecambahan biji rendah juga baru bisa berkecambah setelah 3 4 minggu disemai. Karena itu gunakan buah yang matang benar. Buah yang matang bisa diketahui dari warnanya ( Tanjung dan Agus, 2007 : 37 ).

Buah buah Anthurium Gelombang Cinta yang sudah matang kemudian ditekan agar bijinya terpisah dari daging buah dan bisa segera disemaikan di atas media semai yang telah disiapkan. Banyak jenis media semai yang bisa digunakan untuk menyemaikan Anthurium Gelombang Cinta antara lain cacahan pakis, sekam bakar, cocopeat, pasir halus, humus bamboo, dan humus eceng gondok ( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).

(30)

Untuk mengurangi penguapan, bagian atas media semai ditutup plastik bening bening. Selain agar tetap lembap penutupan ini juga membuat suhu media semai hangat sehingga akan mempercepat perkecambahan . Selama biji belum berkecambah, media semai harus dijaga kelembapannya dengan cara penyiraman. Sebulan kemudian biji biji biasanya segera berkecambah dan tutup plastik bisa diambil (Tanjung dan Agus, 2007 : 40 ).

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara vegetatif akan menghasilkan daun daun yang ukuranya hampir sama dengan induknya dan tanaman baru tumbuh lebih cepat karena pada dasarnya tanaman tersebut memang telah dewasa. Kelemahannya, tanaman muda yang dihasilkan jumlahnya hanya sedikit maksimum empat buah dalam sekali perbanyakan ( Setiawan dan Agus, 2007 : 40 ).

Anthurium Gelombang cinta yang telah dewasa biasanya menghasilkan anakan. Sebaiknya anakan itu dipisahkan ( di split ) dari induknya. Anakan tersebut sekurang kurangnya memiliki tiga daun dan akar sendiri. Selain spllit anakan dapat dilakukan stek pucuk. Stek pucuk yakni melakukan pemotongan tanaman yang telah memiliki bonggol dan berumur enam bulan. Pucuk tersebut ditanam dan selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman baru. Dari bonggol ini nantinya akan menghasilkan tunas tunas baru ( Tim Florihias, 2007 : 48 ).

(31)

dapat dipisahkan menjadi 3 bagian yakni bonggol atas, bonggol tengah, dan bonggol bawah ( Tim Florihias, 2007 : 49 ).

Seseorang yang akan memasarkan Anthurium Gelombang Cinta biasanya bergerak sebagai breeder ( petani ) maupun grower ( bisnis pembesaran ). Sebagai breeder ( petani ), biasanya mereka menjual biji masak ( siap semai ) dan menjual bibit dengan asumsi tersendiri. Harga bibit Anthurium Gelombang Cinta umumnya sama, kalaupun ada variasi harga tidak berbeda jauh. Sebagai grower mereka menjual bibit Anthurium Gelombang Cinta dengan 2 3 daun dan 4 5 daun ( Junaedhie, 2000 : 34 ).

Landasan Teori

Sistem usahatani mengandung pengertian pola pelaksanaan usahatani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usahatani yang diterapkan sebagian besar petani adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga ( pola subistence ). Tetapi ada juga yang bertujuan untuk dijual ke pasar atau market oriented (Daniel, 2002 : 48 ).

Prinsip ekonomi dalam proses produksi diartikan sebagai kaidah kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam poses produksi agar tercapai hasil yang optimal. Sumber daya diartikan sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output tertentu. Input produksi yang diperlukan dalam usaha tani berupa tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. ( Prawirokusumo, 1990 : 27 ).

(32)

proses produksi tidak akan berjalan terutama tiga faktor yakni tanah, tenaga kerja dan modal. Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja tentu saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja siapa yang akan melakukan, begitu juga dengan faktor produksi yang lainnya saling terikat (Daniel, 2002 : 50 ).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya variabel ( variable cost ). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya lain lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel ( Mubyarto, 1994 : 72 ).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y

( Soekartawi, 2002 ).

(33)

Selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani disebut pendapatan bersih usaha tani ( Soekartawi, 1986 : 79 ).

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pd = TR TC

Dimana : Pd = Pendapatan usaha tani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya ( Soekartawi, 2002 ).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah podusen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli (Daniel, 2002 : 154 ).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda. Oleh karena itu saluran pemasaran muncul dalam kegiatan pemasaran ( Soekartawi, 1993 ).

(34)

kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun ( Mubyarto, 1994 ).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalm proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga niaga bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin tataniaga dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing masing lembaga tataniga mengeluarkan biaya tataniaga dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin tataniaga (Daniel, 2002 : 159 ).

Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu : 1. Mampu menyampaikan hasil hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang barang itu. ( Mubyarto, 1994 ).

(35)

barang sehingga bisa membentuk harga. Fungsi pemasaran jelas manfaatnya bagi penyampaian hasil pertanian dari produsen ke konsumen (Daniel, 2002 : 156 ).

Tataniaga memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya tataniaga. Konsumen yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil - hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa jasa sistem tataniaga yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil ( Mubyarto, 1994 : 168 ).

Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek maka biaya pengangkutannya kecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume / mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara ( lembaga niaga ) yang terlibat dalam pemasaran, maka biaya pemasaran semakin tinggi, dan margin tataniaga ( selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen ) juga semakin besar. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga pemasaran atau tataniaga yang terlibat dalam proses dapat lebih dari satu (Daniel, 2002 : 158 ).

(36)

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga membutuhkan biaya tataniaga yang besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya tataniaga lebih rendah.

2. Lokasi / daerah produsen

Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Bila lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga niaga

Semakin banyak lembaga niaga yang terlibat semakin panjang rantai tataniaga dan semakin besar biaya tataniaganya.

(Daniel, 2002 : 158 ).

Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran. Makin panjang tataniaga maka semakin besar margin tataniaga. Secara teorotis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tataniaga hasil pertanian maka :

1. Biaya tataniaga semakin rendah. 2. Margin tataniaga semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

(37)

Efisiensi pemasaran ( Ep ) adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual, dinyatakan dengan persen. Bila nilai efisiensi pemasaran lebih kecil dari 50 % maka pemasaran akan semakin efisien.

Ep = 100%

dipasarkan yang

produk

Nilai Biayapemasaran

( Soekartawi, 2002 : 125 ).

Kerangka Pemikiran

Usahatani Anthurium Gelombang Cinta merupakan usaha budidaya dan pengembangan tanaman hias daun yaitu Anthurium Gelombang Cinta. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini meliputi sistem perbanyakan dan pemeliharaannya. Teknik perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta ini menjadi salah satu kunci sukses untuk menghasilkan Anthurium Gelombang Cinta yang berkualitas. Walaupun terkadang terdapat masalah dalam usaha tani ini tetapi petani selalu berupaya untuk mengatasi masalah masalah yang ada. Kesuksesan budidaya Anthurium Gelombang Cinta ini tidak terlepas dari teknik perbanyakannya.

Dampak dari usaha tani Anthurium Gelombang Cinta ini berpengaruh kepada masyarakat yakni terbukanya lapangan kerja. Dengan adanya usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini dapat menambah kesempatan kerja di lingkungan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerjanya.

(38)

Produktivitas suatu usahatani dapat diketahui dari banyaknya hasil produksi yang diperoleh petani dari satu kesatuan input.

Pemasaran merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen. Dalam pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ini terdapat harga yang harus dibayarkan oleh konsumen ke produsen yang disebut harga jual. Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya. Dalam pemasaran Anthurium Gelombang Cinta mengeluarkan biaya pemasaran.

Penerimaan dalam usaha tani juga dipengaruhi oleh biaya pemasaran untuk menyampaikannya ke konsumen. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ini tidak melibatkan lembaga pemasaran ( pedagang perantara ) tetapi langsung dijual ke konsumen. Dalam memasarkan Anthurium Gelombang Cinta ini dapat diketahui tingkat efisiensi pemasaran. Bila nilai efisiensi pemasaran semakin kecil maka pemasaran akan semakin efisien. Dan sebaliknya semakin tinggi nilai efisiensinya maka pemasarannya tidak efisien. Kriteria pemasaran yang dikatakan efisien yaitu apabila nilai efisiensi pemasarannya di bawah 50 %.

(39)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :

Petani Anthurium Gelombang Cinta

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : : Menyatakan Hubungan

Usahatani Anthurium Gelombang Cinta

Produksi

Masalah

Upaya

Kesempatan Kerja

Pemasaran Harga Jual

Konsumen

Penerimaan

Pendapatan Bersih

Biaya Produksi Efisiensi

(40)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibangun, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta sudah intensif di daerah penelitian.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian memberi kesempatan kerja.

3. Besar biaya produksi dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian cukup tinggi.

4. Besar penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian relatif tinggi.

5. Saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian pendek.

6. Sistem pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian cukup efisien.

7. Ada masalah masalah yang dihadapi dalam usahatani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

(41)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Alasan memilih daerah ini karena daerah ini memiliki jumlah terbesar usahatani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta dengan jumlah populasi sebanyak 10 KK dengan luas lahan rata rata 75 m2/ KK dan jumlah produksi rata rata 881,5 pot / KK / tahun.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sensus yaitu seluruh pengusaha ( pemilik usahatani ) Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari dijadikan sampel yakni sebanyak 10 KK. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus karena jumlah petani Anthurium Gelombang Cinta hanya sebesar 10 KK dari seluruh pemilik usahatani bunga hias.

Metode Pengumpulan Data

(42)

Tabel 1. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Metode digunakanAlat yang

1 Identitas Pengusaha Responden Wawancara Kuesioner 2 Pengelolaan usahatani Responden Wawancaradan

Observasi

Kuesioner dan Pengamatan 3 Biaya Responden Wawancara Kuesioner 4 Penerimaan Responden Wawancara Kuesioner 5 Pendapatan Responden Wawancara Kuesioner 6 Sistem Pemasaran Responden Wawancara Kuesioner danPengamatan

Metode Analisis Data

Hipotesis 1, dianalisis secara deskriftif dengan cara menjelaskan pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

Hipotesis 2, dianalisis secara deskriftif dengan menganalisis curahan tenaga kerja dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta mulai dari persiapan lahan sampai dengan Anthurium Gelombang Cinta siap untuk dijual baik tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga di daerah penelitian.

Hipotesis 3, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost ( Total Biaya ) FC = Fixed Cost ( Biaya Tetap ) VC = Variable Cost ( Biaya Variabel ) ( Soekartawi, 2002 ).

(43)

Dimana : TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y ( Soekartawi, 2002 ).

Pd = TR TC

Dimana : Pd = Pendapatan usaha tani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya ( Soekartawi, 2002 ).

Hipotesis 5, dianalisis secara deskriftif dengan menjelaskan saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

Hipotesis 6, dianalisis dengan menghitung efisiensi pemasaran

EP = 100%

dipasarkan yang

produksi

Nilai Biaya Pemasaran

Dimana EP = Efisiensi Pemasaran ( Soekartawi, 2002 ).

Bila nilai EP < 50 % maka pemasaran akan semakin efisien. Dan sebaliknya bila nilai EP > 50 % maka pemasarannya tidak efisien.

Hipotesis 7, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan masalah masalah yang dihadapi dalam usahatani dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.

(44)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Petani Anthurium Gelombang Cinta adalah petani yang mengusahakan tanaman anthurium mulai dari perbanyakan sampai pemasaran.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara Anthurium Gelombang Cinta.

3. Kesempatan kerja adalah penyerapan tenaga kerja pada usahatani Anthurium Gelombang Cinta.

4. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani Anthurium Gelombang Cinta yaitu Anthurium Gelombang Cinta yang siap untuk dijual.

5. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan dari Anthurium Gelombang Cinta.

6. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi dengan harga jual.

7. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses usaha taninya.

(45)

9. Pemasaran adalah proses menyampaikan barang dari petani ke konsumen.

10. Biaya pemasaran adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari petani ke konsumen.

11. Efisiensi pemasaran adalah rasio antara biaya pemasaran terhadap nilai produk yang dipasarkan kepada konsumen.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

2. Penelitian dilakukan pada tahun 2008.

3. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatani Anthurium Gelombang Cinta.

4. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 10 orang.

5. Anthurium Gelombang Cinta yang siap dijual adalah mulai umur tiga bulan.

(46)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah penelitian Luas dan Topografi Desa

Desa Bangun Sari terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1053,97 Ha. Jumlah penduduk di Desa Bangun Sari sebanyak 10.569 jiwa. Daerah ini berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata rata 1500 2500 mm/ tahun.

Desa Bangun Sari berjarak 13 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara, yakni Medan dan 16 km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang serta 3,5 km dari Ibukota Kecamatan Tanjung Morawa. Dilihat dari jarak antar desa dengan ibukota kecamatan maka dapat diasumsikan bahwa desa tersebut dapat cepat menerima informasi yang berasal dari luar daerah tersebut, sehinggga pada akhirnya akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan desa.

Adapun batas batas dari Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasa dengan Kecamatan Percut Sei Tuan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ujung Serdang dan Kecamatan Medan Amplas

(47)

Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bangun Sari berjumlah 10.569 jiwa meliputi 5.210 jiwa ( 49,29 % ) laki laki dan 5.359 jiwa ( 50,07 % ) perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.058 KK.

Menurut kelompok umur jumlah penduduknya bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Sari Tahun 2007.

No Umur ( Tahun ) Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Persentase ( % )

1 0 6 810 7,66

2 7 12 1.221 11,55

3 13 15 1.460 13,81

4 16 19 1.509 14,28

5 20 26 1.581 14,96

6 27 40 1.442 13,64

7 41 56 1.283 12,14

8 57 1.263 11,95

Total 10.569 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari 2007

Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada kelompok umur 16 57 tahun yaitu 7.078 jiwa ( 66,97 % ) dan jumlah penduduk yang terkecil berada pada kelompok umur 0 15 tahun yaitu sejumlah 3.491 jiwa. ( 33,03 % ).

(48)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bangun Sari Tahun 2007

No Uraian Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Persentase ( % )

1 Karyawan 5.855 55,39

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari 2007

Tabel 3 menunjukan bahwa penduduk Desa penelitian memiliki beragam pekerjaan. Sebagai karyawan sebanyak 5.855 jiwa ( 55,39 % ), wiraswasta sebanyak 1.453 jiwa ( 13,75 ), pegawai sebanyak 824 jiwa ( 7,80 %), dan ABRI sebanyak 75 jiwa ( 0,70 % ) dan petani sebanyak 2.127 jiwa (20,12 % ).

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat terutama dalam menerima suatu inovasi dan informasi yang diberikan. Gambaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Bangun Sari dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase( % )

1 Belum sekolah 1.150 10,88

2 Tidak tamat SD 1.508 14,27

3 Tamat SD 271 2,56

4 Tamat SLTP 2.505 23,70

5 Tamat SLTA 4.800 45,42

6 Tamat Akademi ( D1, D2, D3 ) 115 1,08

7 Sarjana 220 2,08

Total 10.569 100,00

(49)

Tabel 4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Bangun Sari dapat dikatakan tinggi karena 48,58 % dari seluruh penduduk dapat menyelesaikan pendidikan formal. Dengan demikian cara berfikir dan wawasan penduduk sudah maju.

Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah

Luas wilayah Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, perkebunan, perikanan, lahan kering, persawahan dan untuk sosial budaya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah di Desa Bangun Sari Tahun 2007

No Uraian Luas ( Ha ) Persentase ( % )

1 Pemukiman 267,00 25,30

2 Perkebunan 161,00 15,25

3 Perikanan 1,58 0,15

4 Lahan Kering 482,70 45,80

5 Sawah 109,00 10,36

6 Perkuburan, Jalan, Sekolah,

Mesjid, Gereja 32,69 3,14

Total 1.053,97 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari 2007

Tabel 5 menunjukan bahwa penggunaan lahan kering merupakan yang terluas yaitu 482,70 Ha ( 45,80 % ). Lahan kering banyak digunakan untuk perkebunan negara, padi, palawija, sayur sayuran dan buah buahan. Lahan yang digunakan untuk pemukiman 267 Ha ( 25,30 % ).

(50)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarananya maka akan mempercepat laju perkembangan daerah tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bangun Sari yaitu sarana ibadat, sarana kesehatan, sarana pendidikan dan sarana perhubungan. Sarana dan prasana ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Sarana Dan Prasarana di Desa Bangun Sari Tahun 2007

No Uraian Jumlah

1 Mesjid 6

2 Musholla 9

3 Gereja 8

4 Vihara 1

5 Rumah Sakit Umum Swasta 1

6 Puskesmas Pembantu 1

7 Klinik 3

8 TK 6

9 SD 5

10 SLTP 2

11 SLTA 1

12 Jalan Protokol 2,8 Km

13 Jalan Desa 4,5 Km

14 Jalan dusun 7,5 Km

15 Jembatan 2 Buah

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari Tahun 2007

(51)

Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Karakteristik petani sampel di dalam penelitian ini meliputi umur tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, dan pengalaman bertani dari petani sampel. Gambaran karakteristik petani sampel ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Petani Bunga Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari Tahun 2007.

No Uraian Range Rataan

1 Umur ( Tahun ) 31 - 50 38

2 Tingkat Pendidikan ( Tahun ) 6 - 12 9,6

3 Jumlah Tanggungan (Jiwa ) 1 - 5 3,1

4 Luas Lahan ( Meter ) 10 - 300 75

5 Pengalaman Bertani (Tahun ) 1 2,5 1,95

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.

Berdasarkan tabel 7 dapat dikemukakan bahwa umur petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 31 - 50 tahun dengan rataaan 38 tahun Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa petani sampel berada pada usia produktif sehingga masih memiliki potensi yang besar untuk mengelola usahataninya.

Tingkat pendidikan formal petani sampel berkisar 6 - 12 tahun dengan rataan 9,6 tahun/ KK. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel rata rata adalah tamatan SMA. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan petani sampel sudah baik. Hal ini dapat menjadi penunjang petani dalam mengembangkan usaha taninya dan lebih inovatif dalam memasarkan Anthurium Gelombang Cinta.

(52)

petani banyak yang sudah dewasa dan bahkan sudah menikah sehingga tidak lagi menjadi tanggungan petani sampel. Selain itu ada juga petani yang memang memiliki sedikit anak dan masih sekolah sehingga mereka tidak dapat membantu dalam mengelola usahatani tersebut.

Luas lahan usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini berkisar antara 10 - 300 meter dengan rataaan 75 meter/ KK. Luas lahan ini tergolong kecil karena kebanyakan petani hanya menggunakan pekarangan rumahnya sendiri untuk usahatani ini dan hanya sebagian petani saja yang memiliki lahan tersendiri untuk usahataninya.

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta

Perbanyakan Bibit dan Penanaman Anthurium Gelombang Cinta

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dilakukan dengan stek bonggol dan secara generatif melalui penyerbukan alami dengan bantuan serangga dan angin yang menghasilkan biji.. Di daerah penelitian pemilik usahatani Anthurium Gelombang Cinta lebih banyak melakukan perbanyakan secara generatif yaitu melalui biji.

Di daerah penelitian perbanyakan dilakukan melalui biji, dimana pemilik usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini membeli indukan Anthurium Gelombang Cinta yang sudah bertongkol dan berbuah. Perbanyakan melalui biji ini dilakukan dimulai dari melihat tongkol indukan yang berbuah, kemudian melihat buah Anthurium Gelombang Cinta yang sudah masak yakni sudah berwarna merah.

Kemudian buah Anthurium Gelombang Cinta yang sudah masak diambil dari tongkolnya kemudian ditekan buahnya agar bijinya terpisah dari daging buah. Dalam satu buah Anthurium Gelombang Cinta ini terdapat dua biji. Setelah biji keluar dari daging buah, kemudian biji tersebut dicuci sampai bersih. Untuk membersihkan bijinya dapat menggunakan ancracol. Setelah itu biji dikeringkan untuk menghilangkan zat panghambat yang terkandung pada kulit buah serta untuk mencegah tumbuhnya jamur parasit.

(54)

Untuk mengurangi penguapan bagian atas media pakis atau cocopeat ditutup dengan plastik bening. Hal ini berguna untuk mempercepat perkecambahan. Sebelum biji berkecambah, pakis atau cocopeat tersebut harus disiram. Tiga atau empat minggu kemudian setelah biji sudah berkecambah plastik penutup dibuka. Setelah itu biji yang sudah berkecambah tersebut siap dipindahkan ke paper pot atau polibag.

Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara vegetatif sangat jarang diterapkan petani. Kalaupun ada, perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan petani Anthurium Gelombang Cinta ini di daerah penelitian ini adalah perbanyakan dengan cara stek bonggol

Stek bonggol dilakukan pada tanaman Anthurium Gelombang Cinta yang sudah cukup tua minimal berumur 2 tahun. Bongkar Anthurium Gelombang Cinta secara hati hati dengan cara mancabut Anthurium dari pot tanpa merusak perakarannya. Kemudian akar dibersihkan dengan air lalu Anthurium Gelombang Cinta dipotong di pangkal batang menjadi dua bagian. Bagian atas yang dipotong adalah pangkal batang dengan beberapa akar dan daun sedangkan bagian bawah batang seluruhnya.

(55)

Cara perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta melalui biji dilakukan di daerah penelitian ternyata sesuai dengan cara perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta yang dikemukakan oleh Setiawan dan Agus.

Tahapan perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta melalui biji yaitu : 1. Melihat tongkol indukan yang sudah berbuah kemudian melihat buah

Anthurium Gelombang Cinta yang sudah masak dengan cirri cirri buahnya sudah berwarna merah.

Gambar 2. Tongkol Anthurium Gelombang Cinta yang sudah masak buahnya.

(56)

3. Setelah biji dikeluarkan dari daging buahnya biji dicuci sampai bersih, untuk membersihkannya ada yang menggunakan ancracol. Setelah itu biji dikeringkan.

Gambar 4. Biji Anthurium Gelombang Cinta

4. Biji yang sudah dikeringkan siap untuk disemaikan. Biji ini disemaikan dengan menggunakan media pakis ataupun dengan menggunakan cocopeat. Bagian atas media ditutup dengan plastik bening untuk mengurangi penguapan dan berguna untuk mempercepat perkecambahan.

(57)

5. Sebelum biji berkecambah, media tanam pakis dan cocopeat harus disiram.

Gambar 6. Biji yang sudah selesai disemai

6. Tiga atau empat minggu kemudian setelah biji sudah berkecambah plastic penutup dibuka. Biji yang sudah berkecambah siap dipindahkan ke polibag.

(58)

Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk Anthurium Gelombang Cinta berbeda beda untuk setiap pemilik usaha tetapi memiliki sifat yang sama yakni subur dan lembab tetapi tidak sampai basah dan sangat porous. Media tanam yang paling banyak dipakai adalah cacahan pakis supaya dapat membantu akar anthurium yang lunak untuk menembusnya. Cacahan pakis ini dapat digunakan tanpa campuran ataupun dengan campuran. Cacahan pakis, sekam padi dan cocopeat adalah campuran media tanam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Ada juga yang menggunakan campuran kompos, cocopeat sekam padi, sekam padi bakar dan pakis dengan perbandingan yang sesuai dan juga campuran pakis, cocopeat, pasir malang dan kompos dengan perbandingan 1:1:1:1.

Sebelum media tanam tersebut digunakan sebaiknya media tanam disterilisasi untuk mencegah hama penyakit. Sterilisasi dapat dilakukan dengan teknik pemanasan media tanam yang dibungkus dengan plastik berlubang kemudian dikukus atau dijemur di terik matahari kemudian dimasukan ke dalam plastik yang masih hangat dan ditutup rapat selama seminggu. Setelah selesai media siap dipakai.

Penyiapan media tanam yang dilakukan petani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian sudah sesuai dengan anjuran yang dikemukakan oleh Setiawan dan Agus.

Penanaman

(59)

dapat mengalir keluar. Masukan di bagian bawah dasar pot potongan potongan arang kayu, atau strerofoam. Kemudian media tanam dimasukan ke dalam pot sampai setengah pot lalu masukan bibit di tengah pot dan timbun dengan media tanam sampai mulut pot. Kemudian disiram sampai air mengalir dari lubang pot dan pot diletakan di tempat yang teduh.

Penanaman yang dilakukan di daerah penelitian sesuai dengan cara anjuran dalam literatur Setiawan dan Agus.

Pemeliharaan Anthurium Gelombang Cinta

Anthurium Gelombang Cinta membutuhkan air yang cukup yakni tidak kurang dan tidak lebih. Salah satu sifat anthurium ini adalah membutuhkan media yang lembab dan basah setiap waktu tetapi tidak sampai tergenang. Jika kekurangan air anthurium ini akan layu dan berkerut dan jika kelebihan air akan tumbuh cendawan. Sebaiknya anthurium disiram sekali dua hari. Yang disiram adalah media tanamnya bukan daunnya.

Pemupukan juga merupakan bagian perawatan agar Anthurium Gelombang Cinta dapat tumbuh sehat dan subur. Setelah pemupukan awal pada saat memindahkan bibit ke pot dilakukan lagi pemupukan. Pupuk yang digunakan antara lain Dacastar, Alimin, NPK dan B1. Pemberian pupuk dilakukan 1 bulan sekali dengan dosis satu sendok teh per pot. Penyemprotan pada Anthurium Gelombang Cinta ini dilakukan 1 kali dalam 2 bulan.

(60)

tanamnya hingga lembab. Kemudian tanaman dikeluarkan dari pot lama. Lalu akar akar yang kurus, kering dan busuk digunting. Setelah itu tanaman dipindahkan ke pot baru yang telah diisi media tanam baru.

Gambar 8. Anthurium Gelombang Cinta berumur 3 4 bulan

(61)

Gambar 10. Anthurium Gelombang Cinta berumur 7 9 bulan

Gambar 11. Anthurium Gelombang Cinta berumur 10 12 bulan

(62)

Tabel 8. Perbandingan Pengelolaan Anthurium Gelombang Cinta Antara Anjuran Literatur Dengan Keadaan di Daerah Penelitian

No TahapanKegiatan Anjuran Keadaan diLapangan Keterangan 1 Penyiapan Biji Buah yang masak

kemudian dipencet masak diambil dari tongkolnya lalu ditekan buahnya agar biji terpisah dari daging buah lalu dicuci dengan ancracol kemudian dikeringkan

Sesuai

2 Penyemaian Benih Biji yang sudah

dicuci dan

dikeringkan

kemudian disemaikan dengan ,media tanam pakis, sekam bakar atau cocopeat.

Biji yang sudah dikeringkan

kemudian disemaikan dengan media tanam

pakis atau cocopeat. Sesuai

3 Penyiapan Media

(63)

setengah pot lalu

tanam dimasukan ke dalam pot sampai setengah pot lalu masukan bibit di tengah pot dan timbun dengan media tanam sampai mulut pot. Kemudian disiram sampai air mengalir dari lubang pot dan pot diletakan di tempat yang teduh.

5 Pemeliharaan Anthurium disiram dengan melihat kelembapan media tanam sebaiknya sekali dua hari. Pemberian pupuk dilakukan 2 bulan sekali dengan dosis sesuai pupuk yang digunakan dacastar, NPK, Gandasil.Bila tubuh Anthurium sudah tidak seimbang dengan besarnya pot, akan diganti pot. Pot sebaiknya diganti 6 hingga 8 bulan sekali. Sebelum pot diganti, media tanam disiram hingga lembab. Lalu tanaman dikeluarkan terlebih dahulu telah diisi media tanam baru.

dilakukan 1 bulan sekali dengan dosis 1 sendok teh per pot. Pupuk yang dipakai yaitudacastar, alimin, NPK dan B1.

Penggantian pot dilakukan bila pertumbuhan sudah tidak sesuai dengan besarnya pot. Pot sebaiknya diganti 6 hingga 8 bulan sekali. Sebelum diganti pot, disiram media tanam hingga lembab. Kemudian tanaman dikeluarkan dari pot lama. Lalu akar telah diisi media tanam baru.

Sesuai

(64)

Kesempatan Kerja

Petani Anthurium Gelombang Cinta membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan usahataninya. Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini yakni tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, akan tetapi jumlah tenaga kerja luar keluarga lebih banyak daripada tenaga kerja dalam keluarga.

Besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel 9 :

Tabel 9. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

Tahapan

Benih 5,37 21,49 26,86 3,05 12,19 15,24

Penyiapan

Media Tanam 7,71 61,71 69,42 4,38 35,00 39,38

Penanaman 16,53 57,85 74.38 9,38 32,81 42,19

Penyiraman 6,70 33,52 40,22 3,80 19,01 22,81

Pemupukan 4,41 10,58 14,99 2,50 6,00 8,50

Pemberantasan Hama

Penyakit 2,64 6,61 9,25 1,50 3,75 5,25

TOTAL 43,36 191,76 235,12 24,61 108,76 133,37 Sumber : Data diolah dari Lampiran 4.

(65)

Dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini menggunakan tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar 191,76 HKP per petani atau sebesar 81,56 %. Dengan curahan tenaga kerja sebesar 235,12 HKP dapat menghasilkan rata rata produksi Anthurium Gelombang Cinta sebesar 881,5 pot. Artinya semakin besar jumlah tanaman akan semakin besar jumlah curahan tenaga kerja. Ini menunjukan bahwa usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar yakni menyerap tenaga kerja luar keluarga.

. Dengan demikian hipotesis 2 diterima yakni terdapat usahatani Anthurium Gelombang Cinta memberi kesempatan kerja.

Biaya Produksi

Biaya produksi pada usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini meliputi biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya variebel ( variable cost ). Yang termasuk ke dalam biaya tetap antara lain biaya tanah, biaya sewa lahan, dan biaya pajak. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tetap antara lain yaitu biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan yang digunakan.

Biaya Tetap

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Spesifikasi Pengumpulan Data
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal diDesa Bangun Sari 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Tema 6 Cita- Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita Citaku Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Number Heads Together

Perlindungan lain: Guna apron tahan kimia atau pakaian kedap lain untuk mengelakkan sentuhan kulit yang berpanjangan atau berulang.. Perlindungan Pernafasan: Program

Hal ini berarti bahwa: (1) upaya untuk memperoleh kualitas bahan pangan yang baik harus dimulai dari sejak pra-panen sampai pascapanen, dan (2) negara-negara berkembang didiskreditkan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuai ada tidaknya hubungan terpaan tayangan Provocative Proactive di Metro TV dengan tingkat berfikir kritis mahasiswa di

Proyek Gedung Pagelaran Konser Musik di Surabaya ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya

Masih terkait dengan penelitian otoritas perempuan, peneliti juga menggunakan penelitian yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM IAIN Syarif Hidayatullah

Inovasi mangrove dari ketiga jenis mangrove mayor tersebut, diharapkan tidak hanya akan melayani pasar berdasarkan tren namun juga dapat dikembangkan sebagai pasar

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Makan dan Pengaruh Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Filicaulis bleekeri Keferstein (Mollusca: Gastropoda)