• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelejaran merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat dua komponen utama yaitu guru sebagai pengajar dan murid sebagai orang yang belajar. Dalam hal ini menurut Ali Imron (1996 : 2) “belajar untuk mencari pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang dikenal dengan guru “ sehingga pembelajaran ini merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Berkaitan dengan pembelajaran H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Satijan. (1998: 32) menyatakan, “pembelajaran atau instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar yang disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik mempelajarinya”.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga kejadian secara bersama yaitu. (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu peserta didik atau murid, (3) tujuan yaitu perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan ketiga komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1998: 30) sebagai berikut:

1) Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peran lainnnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

commit to user

2) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.

Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan mencapai tujuan pendidikan.

b. Hakikat Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan

commit to user

11

Sutijan (1998:30) bahwa “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa”.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur

commit to user

perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegiatan mengajar meliputi pengetauan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang dikemukakan Nana Sudjana (2005: 19) yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta dan Yudha M.Saputra (2000: 4) mengemukakan bahwa:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi dikelas dilapangan, ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajran dapat tercapai. Hal yang

commit to user

13

terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa” perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

2. Pendidikan Jasmani

Pengertian tentang pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Di bawah ini disajikan beberapa pengertian yang disusun oleh

commit to user

beberapa ahli diantaranya dikutip dalam (Yusuf Adisasmita, 1989: 2) sebagai berikut:

J.B Nash mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari

proses pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan dorongan aktivitas untuk mengembangkan fitness, organic, control neuro-muscular, kekuatan, intelektual dan control emosi.

William, Brownell, dan Vernier mengindikasikan bahwa pendidikan

jasmani, kegiatan-kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap yang berguna bagi pelaku.

Nixon dan Cozen mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai bagian dari

pendidikan keseluruhan dengan melibatkan penggunaan system aktivitas kekuatan otot untuk belajar, sebagai akibat peran serta dalam kegiatan ini.

Baley dan Field mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang

menguntungkan dalam penyesuaian dan belajar organic, neuro-muscular, intelektual, social, kebudayaan, emosional dan etika sebagai akibat dan timbul melalui pilihan dan aktivitas kekuatan otot yang agak baik.

”Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi” ( Samsudin, 2008: 2).

”Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempat yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik” (Abdul Kadir Ateng, 1989: 1). ”Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan

fisik”. (Toho Cholik, Rusli Lutan, 2001: 2)

Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari physical education yang di gunakan di Amerika. Makna dari pendidikan jasmani adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang. Jadi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan jasmani adalah adalah “suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan

commit to user

15

kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan” (Syarifuddin & Muhadi, 1992: 04).

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diserahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses sosialisasi dan transformasi nilai-nilai melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terencana, terprogram, dan bertujuan.

Program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah apabila dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa baik pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah kepada usaha-usaha keras yang sangat berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungan.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang dilakukan seumur hidup. Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan, yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.

Pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan ketrampilan jasmani, tetapi masih banyak mereka yang tidak memahami bahwa Pendidikan jasmani juga mengembangkan ketrampilan sosial (social Skill), emosional dan intelektual. Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi kelemahan dan kekuranganya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan keunggulannya. Pemahaman dan penilaian yang demikian sudah barang tentu tidaklah benar. Bila

commit to user

dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar mengembangkan ketrampilan berolahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual, emosional, dan bukan aktivitasnya olahraga semata. Pendidikan jasmani yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakikatnya adalah proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya.

a. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan Jasmani (Samsudin, 2008: 3), yaitu :

1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas

(outdoor education).

6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

b. Fungsi Pendidikan Jasmani

1) Aspek organik (Samsudin, 2008:3)

a) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan.

commit to user

17

b) Meningkatkan kekuatan, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.

c) Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.

d) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus-menerus dalam waktu relative lama; dan

e) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cedera.

2) Aspek neuromuskuler

a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.

b) Mengembangkan ketermpilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir dan menarik.

c) Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok.

d) Mengembangkan ketermpilan dasar manipulatif, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli.

e) Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan.

f) Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, bela diri.

g) Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah, berenang, dan lainnya.

3) Aspek perseptual

a) Mengebangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.

b) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan, atau sebelah kiri, dari dirinya.

c) Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu kemampuan mengoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki.

d) Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.

e) Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan / kiri dalam melempar atau menendang.

f) Mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu, kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri.

g) Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.

commit to user 4) Aspek kognitif

a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan.

b) Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika. c) Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang

terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.

d) Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungus tubuh dan hubunganya dengan aktivitas jasmani.

e) Menghargai kinerja tubuh: penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya.

f) Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

5) Aspek sosial

a) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan di mana berada. b) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan

dalam situasi kelompok.

c) Belajar berkomunikasi dengan orang lain.

d) Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok.

e) Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.

f) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat. g) Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.

h) Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif

i) Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6) Aspek emosional

a) Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani. b) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.

c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.

d) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas. 3. Hasil Belajar

Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevalusai taraf keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya maka diperlukan sebuah informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa.

Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral. Untuk mempermudah dalam sistematika penjabaran hasil belajar siswa dapat

commit to user

19

menggunakan penggolongan perilaku menurut Bloom yang terdiri atas kawasan atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Abin Syamsyuddin yang dikutip dalam A. Tabrani Rusyan (1989 : 22) beberapa indikator dan kemungkinan cara pengungkapan dari hasil belajar dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa

Jenis Hasil Belajar Indikator Cara Pengungkapan a. Kognitif - Pengamatan/ perceptual Dapat menunjukan, membandingkan , menghubungkan.

Tugas, tes, observasi.

- Hafalan / ingatan

Dapat menyebutkan dan menunjukan lagi

Pertanyaan, tugas tes - Pengertian/

pemahaman

Dapat menjelaskan dan mengidentifikasikan dengan kalimat sendiri

Pertanyaan - Aplikasi/ penggunaan Dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat, memecahkan masalah

Soal, tes tugas

- Analisis Dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan

Tugas, persoalan, tes - Sitesis Dapat menghubungkan,

dan menyimpulkan, mengeneralisasikan

Tugas, persoalan, tes

- Evaluasi Dapat

menginterprestasikan, memberikan kritik, memberikan

pertimbangan penilaian

Tugas, persoalan, tes

b. Afektif

- Penerimaan Bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya

Pertanyaan, tes skala sikap

- Sambutan Bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan, atau sebaliknya

Tugas, observasi dan tes

- Penghargaan/ Apresiasi

Memandang penting, bernilai, berfaedah indah, harmonis, kagum, atau

Skala penilaian, tugas, dan observasi.

commit to user sebaliknya. - Internalisasi/ Pendalaman Mengakui, mempercayaai, meyakinkan, atau sebaliknya

Skala sikap, tugas ekspresif, pro efektif

- Karakterisasi/ Penghayatan

Melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perlakuanya sehari – hari Observasi c. Psikomotorik - Keterampilan bergerak/ bertindak

Koordinasi mata, tangan, dan kaki

Tugas, observasi, tindakan

- Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal

Gerak, mimic, ucapan Tugas, observasi, tindakan

4. Permainan Bola Voli

Bola voli merupakan jenis permainan olahraga beregu yang masing-masing regu terdiri atas enam orang. Cara bermain bola voli adalah kedua regu yang bertanding berada dalam setiap lapangan permaianan yang dipisahkan oleh net atau jaring. Tujuan dari permainan ini adalah setiap regu yang bermain berusaha melewatkan bola melalui atas net diantara dua antena (rod) sampai bola tersebut menyentuh lantai atau tanah dalam lapangan sendiri.

Untuk dapat memainkan bola voli dengan baik, diperlukan penguasaan teknk dasar. Teknik dasar menurut Suharno HP ( 1985:12 ) adalah “suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola

voli”. Sedangkan menurut M. Yunus ( 1991/1992 :108 ) “teknik dasar adalah cara

melakukan sesuatu untukmencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai aturan yang berlaku untk mencapai hasil yang optimal “. Dalam melatih ataupun mengajarkan teknik dasar bola voli diperlukan suatu cara atau metode yang digunakan oleh seorang pelatih atau guru agar mudah dipelajari oleh atlit atau siswa didiknya sehingga diharapkan dapat menunjang latihan atau hasil belajar teknik dasar bola voli.

commit to user

21

a. Sejarah

Permainan bola voli diciptakan oleh william G Morgan pada tahun 1895 yaitu seorang pimpinan dan ahli olahraga dari YMCA Holyoke Massachusetts. Permainan ini masuk Indonesia pada tahun 1928 yang dikenal pada masa

Dokumen terkait