commit to user
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI
PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI
COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/211
SKRIPSI
Oleh:
KACENG HERMAWAN
X4607023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI
PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI
COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/211
Oleh:
KACENG HERMAWAN
X4607023
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Kaceng Hermawan. PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011)
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui peningkatan hasil belajar passing
atas bola voli melalui pendekatan bermain pada siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Intack Group dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 35 siswa. Data hasil belajar
passing atas bola voli diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan
untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran
passing atas bola voli melalui pendekatan bermain.
commit to user
vi ABSTRACT
Kaceng Hermawan. THE IMPROVEMENT OF VOLLEYBALL UPPER
PASSING LEARNING ACHIEVEMENT USING GAME APPROACH IN THE
X3 GRADERS OF SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, May 2011.
This research aims to find out the improvement of volleyball upper passing learning achievement using game approach in the X3 graders of SMA Negeri Colomadu Karanganyar in the school year of 2010/2011.
The research method employed was a descriptive qualitative method. Intact Group in this research was the X3 graders of SMA Negeri Colomadu Karanganyar in the school year of 2010/2011 consisting of 35 students. The data on volleyball upper passing learning achievement was obtained through demonstration test, while the observation sheet was used for collecting data on student activity in attending the volleyball passing learning process through playing approach.
From the result of research it can be concluded as follows: from the three aspects of
learning: affective, cognitive and psychomotor of student, it can be found that the
upper passing learning achievement increases from 34.28% student who passes
successfully in prior condition to 62.85% in the end of cycle I and increases to
82.85% in the end of cycle II. Considering the result of research, it can be concluded
that the learning approach through game approach can improve the volleyball upper
passing learning achievement using game approach in the X3 graders of SMA Negeri
commit to user
vii MOTTO
Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan Kebesaran dan
Kuasa-Nya, pada hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa.
( D’Massiv)
Kau mungkin saja kecewa jika percobaanmu gagal, tetapi kau pasti takkan berhasil jika tidak mencoba.
( Beverly Sills)
Pada akhirnya, orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba.
( David Viscott)
Kegagalan tentu saja menyakitkan, tetapi kegagalan adalah kunci untuk kita memperoleh kesuksesan.
( Penulis )
Orang yang sabar dan tekun dalam melakukan sesuatu pasti orang tersebut akan mendapatkan yang ia inginkan, janganlah putus asa dalam menghadapi
segala cobaan.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu Tercinta
Kakak yang selalu mendukung
Dwi Susanti ku tersayang
Rekan-rekan angkatan ‘07
Almamater
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi
ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Waluyo, S.Pd, M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Agus Mukholid, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Djoko Nugroho,
S.Pd, M.Or selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sukarni, M, Hum. Kepala SMA Negeri Colomadu Karanganyar, beserta
staf dan jajarannya.
6. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Siswa kelas X-3 SMA Negeri Colomadu, Karangantar yang telah bersedia
menjadi sampel penelitian, dan Bapak Drs. Achmad Syalabi, selaku guru
kolaborator.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha
Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
commit to user
x DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGAJUAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A.Tinjauan Pustaka ... 9
1. Pembelajaran ... 9
a. Pengertian Pembelajaran ... 9
b. Hakeket Pembelajaran ... 10
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 13
2. Pendidikan Jasmani ... 13
a. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 16
b. Fungsi Pendidikan Jasmani ... 16
commit to user
xi
4. Permainan Bola Voli ... 20
a. Sejarah ... 21
b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli ... 21
c. Teknik Passing Atas ... 23
d. Variasi Passing Atas ... 25
5. Hakekat Bermain ... 27
a. Pengertian Bermain ... 27
b. Pendekatan Bermain ... 29
c. Jenis - Jenis Permainan ... 30
d. Permainan Indoor-Outdoor ... 31
6. Karakteristik Siswa SMA ... 32
B. Kerangka Pikir ... 33
C.Hipotesis Tindakan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37
1.Tempat Penelitian ... 37
2.Waktu Penelitian ... 37
B. Subjek Penelitian ... 38
C.Sumber Data ... 38
D.Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Analisis Data ... 40
F. Prosedur Penelitian ... 40
G.Proses Penelitian ... 43
1. Siklus I... 43
a. Tahap Perencanaan ... 43
b. Tahap Pelaksanaan ... 44
c. Tahap Observasi/Pengamatan ... 44
d. Tahap Evaluasi ( Refleksi ) ... 44
commit to user
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A.Deskripsi Kondisi Awal Pra Siklus Pra Siklus ... 46
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47
1. Siklus I ... 47
a. Perencanaan Tindakan I ... 47
b. Pelaksanaan Tindakan I ... 49
c. Observasi ... 54
d. Refleksi ... 58
2. Siklus II ... 59
a. Perencanaan Tindakan II ... 59
b. Pelaksanaan Tidakan II ... 62
c. Observasi ... 68
d. Refleksi ... 69
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
1. Motivasi Mengikuti Pembelajaran Passing Atas Bola Voli Meningkat ... 73
a. Meningkatnya Keaktifan Siswa ... 73
b. Meningkatnya Perhatian Siswa ... 74
c. Meningkatnya Keterampilan Guru Dalam Mengelola Kelas 74
2. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Meningkat ... 74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 77
A.Simpulan ... 77
B. Implikasis ... 78
C.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penjabaran Sistematika Hasil Belajar Siswa ... 19
Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu Dan Pelaksanaan Penelitian ... 37
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 39
Tabel 4. Prosentase Target Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 45
Tabel 5. Deskripsi Hasil Belajar Kondisi Awal ( Pra siklus) ... 46
Tabel 6. Deskripsi Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Siswa Siklus I .... 56
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Posisi Perkenaan Bola Pada Telapak Tangan ... 24
Gambar 2. Posisi Badan Saat Menerima Bola ... 24
Gambar 3. Variasi Pass-Atas pada Bola Rendah ... 25
Gambar 4. Variasi Pass-Atas dengan Bola Disamping Badan ... 25
Gambar 5. Variasi Pass-Atas dengan Bergeser Mundur... ... 26
Gambar 6. Variasi Pass-Atas dengan bergerak Mundur 45º ... 26
Gambar 7. Variasi Pass-Atas dengan Meloncat... ... 26
Gambar 8. Variasi Pass-Atas Kebelakang ... 27
Gambar 9. Variasi Pass-Atas Kebelakang Berputar 180º ... 27
Gambar 10. Kerangka Beerfikir Penelitian Tindakan Kelas ... 35
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I ... 84
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II ... 97
Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelas X 3 ... 111
Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 113
Lampiran 5. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Pra Siklus ... 115
Lmpiiran 7. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Siklus I ... 117
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam rangka
membentuk manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa
pendidikan jasmani, Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada
pertumbuhan fisik saja melainkan juga perkembangan psikis siswa.
Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani menjadi sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang seimbang dan mendukung dalam proses
pembelajaran, yaitu dengan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi, secara tidak
langsung mempengaruhi tingkat belajar siswa, dikarenakan hubungan yang tidak
dapat dipisahkan yaitu dengan bugarnya kondisi jasmani siswa akan
mempengaruhi pola fikir siswa, begitu pula jika kondisi kurang baik atau dalam
keadaan kurang fit tingkat intelegensi siswa akan berkurang. Oleh karena itu
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan yang utama
untuk menunjang prestasi siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang
sehat dalam dunia pendidikan harus meliputi anak didik, pendidik, tujuan
pendidikan, alat pendidikan, lingkungan pendidikan.
Komponen-komponen diatas harus ada dalam berlangsungnya suatu
pendidikan. Jadi pendidikan tidak akan berarti apabila tidak ada yang di didik,
demikian pula dengan pendidikan juga tidak akan berjalan apabila tidak ada siapa
yang menjalankan pendidikan tersebut, serta pendidikan tidak ada gunanya kalau
tidak ada tujuan. Pendidikan jasmani di sekolah harus memenuhi konsep-konsep
diatas, dan mempunyai tujuan tertentu yang mengarah ke tujuan pendidikan.Yaitu
meningkatkan kesegaran jasmani dan daya tahan tubuh siswa, dengan bugarnya
kondisi siswa akan mempengaruhi tingkat belajar siswa serta minat dalam
mengikuti pembelajaran.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum
karena pendidikan jasmani merupakan salah satu dari subsistem-subsistem
commit to user
pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik.
Menurut Rusli Lutan (2001) ”bahwa pendidikan jasmani merupakan serangkaian materi pelajaran yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani
peserta didik”. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus diutamakan mengingat mempunyai tujuan yang penting dalam pengembangan pembelajaran. Banyak
yang mengagap, kurang penting mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani,
dikarenakan belum mengerti peran dan fungsi pendidikan jasmani.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia hingga
dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di
sekolah-sekolah, kondisi rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
dasar, atau sekolah lanjutan telah dikemukakan didalam berbagai forum oleh
beberapa pengamat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah
terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber
yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani.
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan
jasmani cenderung tradisional, atau hanya menggunakan satu gaya mengajar saja,
sehingga membuat situasi pembelajaran monoton dan membuat siswa jenuh untuk
mengikuti pembelajaran tersebut. Model metode-metode praktek ditekankan pada
teacher centered dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah
yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut tidak pernah dilakukan anak
sesuai inisiatif sendiri.
Guru cenderung menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada olah
raga prestasi dalam pembelajarannya, sehingga dalam proses pembelajaranya jelas
beda dari pendidikan jasmani itu sendiri, tujuan utamanya bukan proses
melainkan hasil akhir sebuah penilaian. Dalam pendekatan ini guru menentukan
tugas-tugas bagi siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti latihan olahraga.
Biasanya tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasaan yang mengarah pada
pencapaian tujuan prestasi tanpa melakukan modifikasi baik dalam peraturan,
ukuran lapangan maupun jumlah pemain. Pendekatan seperti ini membuat siswa
commit to user
3
jasmani, karena mereka tidak mampu dan sering gagal untuk melaksanakan tugas
yang diberikan dalam bentuk yang kompleks. Untuk itu kebutuhan untuk
memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani sebagai suatu jalan alternative
dalam pengajaran pendidikan jasmani disekolah, hal tersebut mutlak perlu
dilakukan. Guru harus memiliki kemampuan untuk memodifikasi ketrampilan
yang hendak diajarkan agar sesuai tingkat perkembangan siswa. Guru dituntut
harus lebih kreatif, inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang akan diberikan
kepada siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa atau
menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran tersebut sehingga hasil
belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, banyak faktor yang
mempengaruhi baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari dalam individu sendiri atau
intern, misalnya motivasi dan antusiasme siswa terhadap materi pembelajaran.
Sedangkan faktor ekstern atau eksternal mencakup keluarga dan lingkungan
sekitar yang dapat berupa guru, lingkungan, materi, media, metode dan
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.
Salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah
adalah permainan bola besar (bola voli), dalam permainan bola voli ada beberapa
tekhnik yang harus diajarkan pada siswa agar siswa dapat bermain bola voli
dengan baik diantaranya servis, passing, smash (spike), bendungan (block). Dari
beberapa tekhnik dalam permainan bola voli salah satu yang harus diajarkan agar
siswa dapat bermain bola voli dengan baik adalah passing, dalam permainan bola
voli passing merupakan unsur yang sangat penting, tanpa menguasai tekhnik
dasar passing dengan baik permainan bola voli tidak akan berjalan dengan
sempurna. Passing dalam permainan bola voli dibagi menjadi dua yaitu passing
atas dan passing bawah, begitu pentingnya tekhnik passing dalam permainan bola
voli sehingga perlu diajarkan dengan benar agar siswa dapat bermain bola voli
dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan di SMA
commit to user
mengalami kesulitan dalam melakukan passing, terutama passing atas bola voli.
Sedikit siswa yang baru menguasai teknik dasar passing atas, karena dalam
melakukan passing atas banyak unsur-unsur yang harus diperhatikan yang
pertama sikap permulaan dalam sikap permulaan kedua kaki berdiri selebar dada,
berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan, lutut ditekuk dengan badan
merendah. Tempatkan badan secepat mungkin dibawah bola, dengan kedua
tangan diangkat lebih tinggi dari dahi dan jari-jari tangan terbuka lebar
membentuk cekungan seperti setengah lingkaran dengan kedua lengan terbuka.
Yang kedua gerakan pelaksanaan, tepat saat bola berada diatas dan sedikit
didepan dahi, lengan diluruskan dengan gerakan agak eksplosif untuk mendorong
bola. Perkenaan bola pada permukaan jari-jari ruas pertama dan kedua yang
dominan mendorong bola adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Yang
ketiga gerak lanjutan saat bola memantul denga baik, lanjutkan dengan
meluruskan lengan kedepan atas sebagai suatu gerakan lanjutan diikuti dengan
memindahkan berat badan kedepan dengan melangkahkan kaki belakang kedepan
dan segera mengambil sikap siap dalam posisi normal kembali.
Kenyataan dilapangan kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar
tahun ajaran 2010/2011, masih banyak melakukan kesalahan yaitu pada sikap
permulaan, kesalahan yang sering dilakukan pada sikap permulaan diantaranya
kaki tidak berdiri selebar dada, lutut masih kebanyakan lurus dan badan tidak mau
merendah. Pada sikap pelaksanaan, kesalahan yang sering dilakukan yaitu ketika
mendorong bola lengan tidak sepenuhnya diluruskan, jari-jari tidak dibuka,
perkenaan bola masih pada telapak tangan dan kesalahan yang terjadi pada gerak
lanjutan yaitu tidak melangkahkan kaki belakang kedepan sehingga hasil belajar
meraka tidak optimal, tingninya Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) sekolah
yaitu 70 sehingga guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang lebih baik
agar hasil belajar siswanya dapat tercapai secara optimal.
Hasil observasi pra penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri
Colomadu, Karangnyar kelas X 3 tahun ajaran 2010/2011. Mereka masih
kesulitan dalam melakukan passing atas bola voli. Dari data tes yang dilakukan
commit to user
5
Karanganyar tahun ajaran 2010/2011, Terbukti dari jumlah 35 siswa, hanya 12
orang yang dapat dikatakan tuntas belajar passing atas bola voli atau sekitar 34,28
% dari jumlah siswa sesuai dengan kreteria penilaian pembelajaran.
Hal tesebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya
partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, proses pembelajaran yang
belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat utama
pembelajaran, guru kurang menerapkan model pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang
dapat menarik siswa mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan, selain itu juga sarana dan prasarana yang kurang mendukung
sehingga proses pembelajaran tidak efektif yang mengakibatkan hasil belajar
siswa kurang optimal.
Hasil wawancara guru pendidikan jasmani di SMA Negeri Colomadu
Karanganyar, menunjukan bahwa siswa-siswi di SMA tersebut secara umum
memiliki kemampuan menengah ke bawah, disamping beberapa siswa memiliki
intelegensi diatas rata-rata. Dalam sebuah observasi kelas, dapat diketahui bahwa
siswa-siswi di kelas X 3 memiliki minat dan motivasi yang kurang terhadap
pelajaran pendidikan jasmani terutama pada materi bola besar (bola voli) terutama
pada pokok bahasan passing atas bola voli. Masih tampak beberapa siswa yang
mengobrol dengan temannya sendiri, tidak semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran, serta malas-malasan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Sebagian besar siswa mengeluh dan merasa tidak mampu mengerjakan
tugas yang diberikan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani di SMA
Negeri Colomadu, Karanganyar dalam usaha meningkatkan hasil belajar passing
atas bola voli. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung,
terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran bola voli, serta terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani
untuk melakuakan model-model pembelajaran pendidikan jasmani yang ada saat
commit to user
adalah dalam hal menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa
berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Oleh
karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa
dalam mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Antusiasme siswa dalam sebuah pembelajaran sangat penting menurut
Syaiful Sagala (2007: 152) ”dalam pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian”. Jadi guru harus berusaha dan berpikir keras untuk membuat konsep yang tepat dan
bervariasi dalam mengembangkan rencana pembelajaran sehingga saiwa atau
peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh
guru.
Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dalam menerima materi
pembelajaran berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain, terkadang siswa
itu cenderung malu apabila disuruh memperagakan suatu gerakan, guru perlu
menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mempermudah siswa
menerima pelajaran dengan baik. Apabila pendekatan pembelajaran tersebut tepat
maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik sehinga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
Pendekatan permainan atau bermain diharapkan dapat digunakan untuk
mendukung dalam meningkatkan kemampuan teknik passing atas bola voli
khususnya kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Manfaat
dari permainan itu sendiri sangatlah besar, permainan merupakan media yang
sangat baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak karena ada
aturan-aturan tertentu yang harus diikuti semua siswa. Apabila aturan-aturan
dalam permainan sudah dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik maka
secara tidak sadar mereka belajar untuk menghormati orang lain dan mematuhi
batas-batas sosial. Jika siswa memahami permainan itu siswa semakin sadar
mengenai kebutuhan kerja tim, karena beberapa permainan yang lebih kompleks
commit to user
7
Dengan pendekatan bermain diharapkan siswa lebih aktif , lebih senang
dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru, siswa dapat
belajar sambil bermain sehingga siswa tidak sadar bahwa permainan yang
dilakukan mengandung unsur utama pembelajaran, karena dalam memilih
permainan tidak lepas dari pokok bahasan yang akan diberikan pada siswa,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar khususnya passing atas bola voli siswa
kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011.
Berdasarkan observasi mengenai permasalahan umum yang dihadapi
oleh guru pendidikan jasmani dalam penyampaian materi khususnya pada materi
passing atas bola voli, maka akan diadakan Penelitian Tindakan Kelas (
Classroom Action Research/ CAR ) pada siswa kelas X 3 di SMA Negeri
Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011, dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli melalui Pendekatan Bermain “.
Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan
dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan yang selama ini dihadapi oleh
guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ( Penjasorkes ) di SMA Negeri
Colomadu Karanganyar, dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya
dan pembelajaran passing atas bola voli pada khususnya, sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri
Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini apat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar
passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu, Karanganyar
commit to user C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar passing atas bola voli melalui
pendekatan bermain pada siswa kelas X 3, SMA Negeri Colomadu, Karanganyar,
tahun ajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Guru Penjasorkes di SMA Negeri Colomadu, Karanganyar
a. Memotivasi kreatifitas guru di sekolah dalam rangka menciptakan suasana
pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani menjadi efektif
dan berkualitas.
b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternative pembelajaran
yang akan dilakukan terutama pada saat mengajar kelas X 3, SMA Negeri
Colomadu, Karanganyar, tahun ajaran 2010 / 2011 pada pokok bahasan
passing atas bola voli.
c. Untuk meningkatkan kinerja guru penjasorkes di SMA Negeri Colomadu,
Karanganyar dalam menjalankan tugasnya secara profesional.
2. Bagi Siswa Kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan
jasmani, serta meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli.
b. Mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh
guru atau pengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani terutama pada
materi passing atas bola voli. Serta mampu meningkatkan kemampuannya
dalam menguasai teknik keterampilan dasar passing atas bola voli
commit to user
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelejaran merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat dua
komponen utama yaitu guru sebagai pengajar dan murid sebagai orang yang
belajar. Dalam hal ini menurut Ali Imron (1996 : 2) “belajar untuk mencari pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang dikenal dengan guru “ sehingga pembelajaran ini merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. Berkaitan dengan pembelajaran H.J.
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Satijan. (1998: 32) menyatakan, “pembelajaran atau instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar yang disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga
kejadian secara bersama yaitu. (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini
guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu peserta didik atau murid, (3) tujuan yaitu
perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan ketiga
komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1998: 30) sebagai berikut:
commit to user
2) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.
Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga
mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the
learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses
pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan mencapai
tujuan pendidikan.
b. Hakikat Pembelajaran
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi
aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan
belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan
perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi
saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini
guru lebih berperan sebagai pengelola.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut
commit to user
11
Sutijan (1998:30) bahwa “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa”.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan
antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran
adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta
didik.
Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran
berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan
belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan
aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis.
Namun setelah guru berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian
siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi
berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan
semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar
terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.
Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah,
dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social kultural
melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya
proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat,
termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya Sebagian kecil
saja pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.
Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini
berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika
tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak
mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar
commit to user
perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu
menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan
suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegiatan mengajar meliputi
pengetauan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai
dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang
dikemukakan Nana Sudjana (2005: 19) yaitu:
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:
1) Merencanakan program belajar mengajar.
2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.
4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.
Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan
menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki
kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan
diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika
seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses
pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek
kegiatan. Husdarta dan Yudha M.Saputra (2000: 4) mengemukakan bahwa:
Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi dikelas dilapangan, ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.
Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam
commit to user
13
terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu
menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa
manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa
suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip
H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa” perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala
aspek organisme atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut
Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:
1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan
3) Mengembangkan kemampuan sosial
4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa
7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi
8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan
oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh
hasil belajar yang optimal.
2. Pendidikan Jasmani
Pengertian tentang pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun
commit to user
beberapa ahli diantaranya dikutip dalam (Yusuf Adisasmita, 1989: 2) sebagai
berikut:
J.B Nash mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari
proses pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan dorongan aktivitas untuk mengembangkan fitness, organic, control neuro-muscular, kekuatan, intelektual dan control emosi.
William, Brownell, dan Vernier mengindikasikan bahwa pendidikan
jasmani, kegiatan-kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap yang berguna bagi pelaku.
Nixon dan Cozen mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai bagian dari
pendidikan keseluruhan dengan melibatkan penggunaan system aktivitas kekuatan otot untuk belajar, sebagai akibat peran serta dalam kegiatan ini.
Baley dan Field mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang
menguntungkan dalam penyesuaian dan belajar organic, neuro-muscular, intelektual, social, kebudayaan, emosional dan etika sebagai akibat dan timbul melalui pilihan dan aktivitas kekuatan otot yang agak baik.
”Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi” ( Samsudin, 2008: 2).
”Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempat
yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan
keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau
berkualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik” (Abdul Kadir Ateng, 1989: 1). ”Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan
fisik”. (Toho Cholik, Rusli Lutan, 2001: 2)
Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari physical education yang di
gunakan di Amerika. Makna dari pendidikan jasmani adalah pendidikan mengenai
fisik dan mental seseorang. Jadi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak
melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan jasmani adalah
commit to user
15
kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta
nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan” (Syarifuddin & Muhadi, 1992: 04).
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diserahkan
pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan
aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui
aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses sosialisasi dan
transformasi nilai-nilai melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terencana,
terprogram, dan bertujuan.
Program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah
apabila dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa baik pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka
menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah kepada usaha-usaha keras
yang sangat berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam
membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar
pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungan.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang dilakukan seumur
hidup. Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan,
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,
sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.
Pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan ketrampilan
jasmani, tetapi masih banyak mereka yang tidak memahami bahwa Pendidikan
jasmani juga mengembangkan ketrampilan sosial (social Skill), emosional dan
intelektual. Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi kelemahan dan
kekuranganya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan keunggulannya.
commit to user
dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar
mengembangkan ketrampilan berolahraga. Pengajaran yang baik tersebut
melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari
oleh siswa melalui partisipasinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual,
emosional, dan bukan aktivitasnya olahraga semata. Pendidikan jasmani yang
merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakikatnya adalah proses
pendidikan dimana terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang
dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia
seutuhnya.
a. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan Jasmani (Samsudin, 2008: 3), yaitu :
1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.
2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas
(outdoor education).
6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
b. Fungsi Pendidikan Jasmani
1) Aspek organik (Samsudin, 2008:3)
commit to user
17
b) Meningkatkan kekuatan, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.
c) Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.
d) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus-menerus dalam waktu relative lama; dan
e) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cedera.
2) Aspek neuromuskuler
a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.
b) Mengembangkan ketermpilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir dan menarik.
c) Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok.
d) Mengembangkan ketermpilan dasar manipulatif, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli.
e) Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan.
f) Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, bela diri.
g) Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah, berenang, dan lainnya.
3) Aspek perseptual
a) Mengebangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.
b) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan, atau sebelah kiri, dari dirinya.
c) Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu kemampuan mengoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki.
d) Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
e) Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan / kiri dalam melempar atau menendang.
f) Mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu, kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri.
commit to user 4) Aspek kognitif
a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan.
b) Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika. c) Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang
terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
d) Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungus tubuh dan hubunganya dengan aktivitas jasmani.
e) Menghargai kinerja tubuh: penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya.
f) Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
5) Aspek sosial
a) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan di mana berada. b) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan
dalam situasi kelompok.
c) Belajar berkomunikasi dengan orang lain.
d) Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok.
e) Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
f) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat. g) Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.
h) Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif
i) Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6) Aspek emosional
a) Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani. b) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
d) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
3. Hasil Belajar
Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevalusai taraf
keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk dapat melihat
sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan
dapat dipercaya maka diperlukan sebuah informasi yang didukung oleh data yang
objektif dan memadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa.
Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar
dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral. Untuk
commit to user
19
menggunakan penggolongan perilaku menurut Bloom yang terdiri atas kawasan
atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Abin Syamsyuddin yang dikutip dalam A. Tabrani Rusyan
(1989 : 22) beberapa indikator dan kemungkinan cara pengungkapan dari hasil
[image:34.595.118.509.250.751.2]belajar dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa
Jenis Hasil Belajar Indikator Cara Pengungkapan a. Kognitif - Pengamatan/ perceptual Dapat menunjukan, membandingkan , menghubungkan.
Tugas, tes, observasi.
- Hafalan / ingatan
Dapat menyebutkan dan menunjukan lagi
Pertanyaan, tugas tes
- Pengertian/ pemahaman
Dapat menjelaskan dan mengidentifikasikan dengan kalimat sendiri
Pertanyaan - Aplikasi/ penggunaan Dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat, memecahkan masalah
Soal, tes tugas
- Analisis Dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan
Tugas, persoalan, tes
- Sitesis Dapat menghubungkan, dan menyimpulkan, mengeneralisasikan
Tugas, persoalan, tes
- Evaluasi Dapat
menginterprestasikan, memberikan kritik, memberikan
pertimbangan penilaian
Tugas, persoalan, tes
b. Afektif
- Penerimaan Bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya
Pertanyaan, tes skala sikap
- Sambutan Bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan, atau sebaliknya
Tugas, observasi dan tes
- Penghargaan/ Apresiasi
Memandang penting, bernilai, berfaedah indah, harmonis, kagum, atau
commit to user sebaliknya. - Internalisasi/ Pendalaman Mengakui, mempercayaai, meyakinkan, atau sebaliknya
Skala sikap, tugas ekspresif, pro efektif
- Karakterisasi/ Penghayatan
Melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perlakuanya sehari – hari
Observasi
c. Psikomotorik - Keterampilan
bergerak/ bertindak
Koordinasi mata, tangan, dan kaki
Tugas, observasi, tindakan
- Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal
Gerak, mimic, ucapan Tugas, observasi, tindakan
4. Permainan Bola Voli
Bola voli merupakan jenis permainan olahraga beregu yang
masing-masing regu terdiri atas enam orang. Cara bermain bola voli adalah kedua regu
yang bertanding berada dalam setiap lapangan permaianan yang dipisahkan oleh
net atau jaring. Tujuan dari permainan ini adalah setiap regu yang bermain
berusaha melewatkan bola melalui atas net diantara dua antena (rod) sampai bola
tersebut menyentuh lantai atau tanah dalam lapangan sendiri.
Untuk dapat memainkan bola voli dengan baik, diperlukan penguasaan
teknk dasar. Teknik dasar menurut Suharno HP ( 1985:12 ) adalah “suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola
voli”. Sedangkan menurut M. Yunus ( 1991/1992 :108 ) “teknik dasar adalah cara
melakukan sesuatu untukmencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai aturan yang berlaku untk mencapai hasil yang optimal “. Dalam melatih ataupun mengajarkan teknik dasar bola voli diperlukan suatu cara atau metode yang
digunakan oleh seorang pelatih atau guru agar mudah dipelajari oleh atlit atau
siswa didiknya sehingga diharapkan dapat menunjang latihan atau hasil belajar
commit to user
21
a. Sejarah
Permainan bola voli diciptakan oleh william G Morgan pada tahun 1895
yaitu seorang pimpinan dan ahli olahraga dari YMCA Holyoke Massachusetts.
Permainan ini masuk Indonesia pada tahun 1928 yang dikenal pada masa
penjajahan Belanda. Perkembangan olahraga ini begitu cepat sehingga pesta PON
III di Medan pada tahun 1956 cabang olahraga ini masukdaftar pertandingan.
Bola voli adalah permainan diatas lapangan persegi empat yang lebarnya
900 cm dan panjang 1800 c, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Ditengah - tengah
lapangan dipasang jaring yang panjangnya 900 cm terbentang kuat dengan
ketinggian 243 cm dari bawah untuk putra, sedangkan untuk putri 224 cm.
Permainan ini merupakan permainan beregu dengan jumlah pemain 6 orang tiap
timnya. Permainan bola voli biasanya dilaksanakan didalam atau diluar ruangan.
b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli
Permainan bola voli merupakan aktifitas kelompok, kemampuan suatu
regu bola voli ditentukan oleh keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh setiap
anggota regu untuk memberikan kemampuan terbaik untuk regunya. Teknik dasar
hendaknya dimilki oleh setiap pemain bola voli untuk menunjang pencapaian
prestasi maksimal. Soedarwo, M. Mariyanto dan Soeyati R. (1991: 1 ) berpendapat bahwa, “Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktuan suatu praktek denga sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bola voli”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar
bermain bola voli adalah cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai
dengan peraturan permainan bola voli yang berlaku guna mencapai suatu hasil
yang optimal.
Penguasaan teknik dasar suatu cabang olahraga merupakan salah satu
unsur yang menentukan menang dan kalahnya suatu regu didalam suatu
pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik, dan mental.
Kesempurnana teknik dalam permainan bola voli hanya akan dapat dicapai
commit to user
keteknik yang lebih kompleks yang akhirnya harus menuju pada gerakan – gerakan otomatis.
Untuk meningkatkan mutu permainan bola voli, maka teknik dasar ini
hendaknya betul beul sudah dikuasai oleh setiap pemain terlebih dahulu.
Sudjarwo (1992: 13 ) mengemukakan pendapat, “Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar keteknik tinggi yang akhirnya harus menuju
gerakan-gerakan otomatis. Penguasaan gerakan-gerakan-gerakan-gerakan otomatis tersebut menjadi tujuan dari pembentukan teknik untuk setiap cabang olahraga yang ditekuni”.
Teknik dasar merupakan kemampuan awal yang hendaknya dimiliki oleh
setiap pemain bola voli. Selain itu, teknik dasar sangatlah mempengaruhi bantuk
dan mutu permainan bola voli. Dengan dimikian penguasaan teknik dasar
merupakan kebutuhan yang tidak dapat dianggap remeh oleh seseorang yang akan
bermain bola voli, M. Yunus (1992: 68 ) bahwa: “Beberapa unsur gerakan dan teknik memainkan bola dalam permainan bola voli meliputi : sikap dasar siap,
gerakan menyongsong bola, gerakan menjangkau bola, passing, set-up, servis,
smash atau spike dan blok”.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik dasar
bermain bola voli yang hendak dikuasai oleh setiap pemain guna mendukung
pencapaian prestasi disamping kondisi fisik yang baik, pemahaman taktik
bermain, mempunyai mental bertanding serta pelatih yang berkualitas selain itu
juga dengan didukung oleh penguasaan teknik dasar yang baik, baik itu servis,
smash, blok, set-up, gerakan menyonsong dan menjangkau bola dan passing.
Dari beberapa teknik dasar bermain bola voli tersebut, salah satu yang
menjadi obyek penelitian ini adalah teknik passing, kususnya passing atas.
Didalam mengajarkan teknik passing atas baik itu oleh pelatih maupun oleh guru
disekolah harus diajarkan dengan benar mulai dari yang sederhana menuju
kompleks agar pencapaian hasil belajar passing atas dapat tercapai secara optimal.
Pengertian dari masing-masing teknik dasar permainan bola voli tersebut
diatas dijelaskan sebagai berikut :
1) Servis yaitu tanda dimulainya petandingan, karena perkembangan
commit to user
23
2) Passing yaitu suatu teknik memainkan bola dengan tujuan untuk
mengarahkan bola tersebut kesuatu tempat atau agar bola tersebut dapat
diumpankan oleh pemain lawan pada smasher untuk diumpan.
3) Smash ( spike ) yaitu pukulan bola yang keras dan tajam serta jalannya bola
memukik tajam.
4) Block ( bendungan ) yaitu usaha untuk menahan serangan lawan dengan
cara membendung serangan tersebut diatas net atau jaringan.
5) Gerakan menyongsong dan menjangkau bola adalah gerakan menuju
kesuatu tempat dimana bola tertuju, dan usaha untuk menempatkan diri
sehingga bola yang datang dapat dimainkan dengan mudah dan berhasil
dengan baik.
Penguasaan teknik dasar bermain bola voli tersebut hanya dapat dicapai
oleh setiap pemain bola voli dengan latihan yang sistematis, berulang-ulang dan
kontinyu serta melakukan pertandingan persahabatan yang direncanakan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan teknik, kemampuan fisik, taktik dan
mental pemain secara terus menerus dan berkelanjutan guna menghadapi suatu
pertandingan untuk memperebutkan kejuaraan.
c. Teknik Passing atas
Salah satu teknik dasar yang hendaknya dikuasai dan diajarkan pada
peserta didik dalam pokok ahasan permainan bola voli adalah passing. Menurut
M. Yunus ( 1992: 68 ), “ passing adalah suatu teknik memainkan bola dengan
tujuan untuk mengarahkan bola tersebut kesuatu tempat atau agar bola tersebut dapat diumpan oleh pemain lawan kepada smasher untuk diumpan”.
Dalam permainan bola voli terdapat dua macam passing, yaitu passing
bawah dan passing atas. Obyek penelitian ini adalah passing atas yang dijelaskan
senagai berikut :
1) Sikap Permulaan
Ambil posisi sikap siap normal, yaitu kedua kaki berdiri selebar dada, berat
badan menumpu pada telapak kaki depan, lutut ditekuk dengan badan
commit to user
tangan diagkat lebih tinggi dari dahi dan jari – jari tangan terbuka lebar membentuk cekungan separti setengah lingkaran.
2) Gerakan Pelaksanaan
Tepat saat bola berada diatas dan sedikit didepan dahi, lengan diluruskan
dengan gerakan agak eksplosif untuk mendorong bola. Perkenaan bola pada
permukaan jari – jari ruas pertama dan kedua, yang dominan mendorong bola adalah ibu jar, telunjuk dan jari tengah. Pada waktu perkenaan bola, jari – jari agak ditegangan, kemudian diikuti dengan gerakan pergelangan tangan agar bola dapat memantul dengan baik.
3) Gerak Lanjutan
Setelah bola memantul dengan baik, lanjutkan dengan meluruskan lengan
kedepan atas sebagai suatu gerakan lanjutan, diikuti dengan memindahkan
berat badan kedepan dengan melangkahkan kaki belakang kedepan dan
segera mengambil sikap siap dalam posisi normal kembali.
[image:39.595.261.407.587.711.2]Gambar 1. Posisi perkenaan bola pada telapak tangan
commit to user
25
d. Variasi Passing Atas
Menurut M. Yunus (1992: 81) macam-macam pass-atas dapat dibagi
sebagai berikut :
1) Pass-atas pada bola rendah
[image:40.595.141.508.235.636.2]Kunci pelaksanaan: segera merendah dengan menekuk lutut hingga salah satu lutut menyentuh lantai agar dapat menempatkan badan dibawah bola.
Gambar 3. Pass-atas pada bola rendah
2) Pass-atas dengan bola disamping badan ( Sideway Overhand Pass ) Kunci pelaksanaanya : segera geser badan ke bawah bola dengan melakukan langkah samping.
Gambar 4. Pass-atas dengan bola disamping badan
3) Pass-atas dengan bergeser mundur (Backward Overhand Pass)
commit to user
Gambar 5. Passs-Atas dengan Bergeser Mundur
4) Pass-atas dengan bergerak mundur diagonal 45 derajat (45 Degree
Diagonal Overhand pass)
[image:41.595.142.511.248.633.2]Kunci pelaksanaanya : putar badan kesamping, lakukan langkah silang diagonal kebelakang dan segera diikuti kaki belakang untuk mengambil posisi yang tepat dibawah bola.
Gambar 6. Pass-atas dengan bergerak mundur diagonal 45 derajat
5) Pass-atas dengan meloncat (Overhand Jumping pass)
Kunci pelaksanaan : cepat bergerak kebawah bola, meloncat setinggi mungkin dan dorongkan bola dengan meluruskan lengan kemudian mendarat dengan mengeper.
Gambar 7. Pass-atas dengan meloncat
6) Pass atas kebelakang (Overhand Back Pass)
[image:41.595.171.414.538.607.2]commit to user
[image:42.595.144.511.111.569.2]27
Gambar 8. Pass-atas kebelakang
7)Pass-atas kebelakang dengan berputar 180 derajat (Reverse Overhand
Back Pass)
Kunci pelaksanaannya : putar badan 180 derajat, tempatkan badan tegak lurus dengan bola, badan merendah dengan menekuk lutut, dorong bola dengan meluruskan lengan kebelakang atas, pandangan mengikuti atah bola.
Gambar 9. Pass-atas kebelakang dengan berputar 180 derajat
5. Hakikat Bermain
a. Pengertian Bermain
Menurut Dani Wardani (2009: 17-18) Permainan, bermain atau padanan
kata dalam bahasa Inggris disebut “games” (kata benda), “to play” (kata kerja),
“toys” (kata benda) ini berasal dari kata “main”. Dalam kamus bahasa Indonesia,
commit to user
alat tertentu atau tidak) ; berbuat sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja.”
Dan dalam dunia psikologi kegiatan bermain dipandang sebagai “suatu kegiatan (atau lebih luasnya aktivitas) yang mengandung keasyikan (fun) dan dilakukan
atas kehendak diri sendiri, bebas, tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut”.
Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain adalah
kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (2004: 17)
mengartikan” bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk
menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4) menyatakan bahwa :
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani
siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan
mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat
berharga untuk siswa.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat
mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang
kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut
commit to user
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain
adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu
untuk bersenang-senang.
b. Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang
dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa,”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 35)
berpendapat,”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi
pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan
modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally
Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.
Menurut kurikulum penjas (2004: 28) dijelaskan,”metode permainan bertujuan
untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan
tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”.
Berdasarkan pendapat dari tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu
teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan,
diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi
lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan
teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk
itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
commit to user
permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai
beberapa pilihan sebagai berikut” :
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.
2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai s