• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Permukiman

Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar dari istilah perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. Sedangkan permukiman merupakan wilayah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang tertentu, yang dilengkapi dengan sistem prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dan dengan penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Penataan ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan dan sebagainya dimaksudkan agar lingkungan tersebut sehat, aman, serasi, dan teratur serta dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.

Kastoer (1995) menjelaskan bahwa wilayah permukiman di perkotaan memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi dengan penerangan listrik. Kerangka jalannya ditata bertingkat mulai dari jalan raya, jalan penghubung, hingga jalan lingkungan atau lokal.

Simonds (1983) mengidentifikasi pemukiman terdiri dari kelompok- kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka hijau secara bersama-sama serta merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup besar untuk menampung semua fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, serta daerah penyangga. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), bentuk kawasan permukiman dengan model park housing complex merupakan lingkungan hunian yang akan memberikan lingkungan yang baik bagi warganya dalam arti memuaskan, aman, dan menyenangkan.

5

Lingkungan seperti ini dapat menunjang setiap individu yang bermukim di dalamnya untuk mengkreasikan seluruh aktivitas kehidupannya secara maksimum baik jasmani maupun rohani.

Chiara dan Koppelman (1989) menunjukkan tujuh karakter fisik yang harus diperhatikan pada kawasan permukiman agar layak dihuni yaitu (1) kondisi tanah dan lapisan tanah; (2) air tanah dan drainase; (3) bebas tidaknya dari bahaya banjir permukaan; (4) bebas tidaknya dari bahaya topografi; (5) pemenuhan pelayanan kesehatan, keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas; (6) potensi untuk pengembangan ruang terbuka; dan (7) bebas tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang menetapkan luas ideal RTHKP minimal yaitu 20% dari luas kawasan. Tujuan penetapan RTHKP bertujuan untuk (1) menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; (2) mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; (3) meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

Pengelolaan Lanskap

Menurut Arifin (2000), pengelolaan merupakan upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Dalam mengelola lanskap permukiman perlu mempertimbangkan tata ruang baik zonasi ruang sesuai fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, kesatuan antar ruang, dan hubungan antar ruang. Selain itu juga fungsi ekologis meliputi aspek resapan air, area penyangga, kesesuaian habitat, keanekaragaman flora dan fauna, pegendalian iklim mikro. Kemudian pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan, preferensi terhadap tumbuhan lokal sebagai identitas daerah, pelestarian tanaman langka, pertimbangan estetika dan nilai ekonomi. Juga didukung dengan pemanfaatan elemen taman untuk memperoleh efisiensi daur ulang dan aspek sosial budaya. Kesehatan dam kebersihan dinilai dari perencanaan drainase, penanganan limbah dan daur ulangnya, dan kesehatan

6

tanaman. Keamanan tentu menjadi aspek yang sangat penting untuk menciptakan rasa aman bagi penghuni. Keamanan ini dapat didapat dari adanya pagar, cul-de- sac, tipe-tipe perumahan/apartemen, condominium, dan kesesuaian lahan. Terakhir, hal yang sangat penting dalam pengelolaan lanskap permukiman yaitu kegiatan pemeliharaan baik fisik maupun ideal dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah.

Berdasarkan standar prinsip klasik, lanskap buatan terbentuk ketika lanskap dan objek di dalamnya dibangun oleh manusia/seniman. Contohnya adalah rumah yang terisolasi, desa, kota, dan jalur komunikasi merupakan elemen lanskap hasil kreasi manusia. Ketika pembangunan bersatu dalam kelompok baik desa maupun kota tantangan yang dihadapi dalam mengelolanya adalah permasalahan sirkulasi. Masukan, keluaran, dan aliran di dalam sistem membutuhkan pengawasan dan pengelolaan yang cermat.

Pentingnya pengelolaan lanskap untuk menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitasnya tetap sesuai dengan tujuan desain dan fungsi semula. Pengeloaan lanskap berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersedaiaan alat dan bahan, dan pendanaan. Secara teknis, dibutuhkan personel untuk menjalankan sistem pengelolaan. Pengelolaan dapat dilaksanakan oleh keluarga, kelompok kelurga, maupun instansi yang ditunjuk. Adapun tujuan akhir dari kegiatan pengelolaan untuk menjaga agar taman/lanskap yang dikelola tetap berkelanjuan.

Menurut John dan MacKinnon (1993), evaluasi keefektifan pengelolaan harus menjadi proses sadar yang bertujuan untuk menilai kemajuan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pengelolaan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Lebih jauh lagi evaluasi keefektifan ini menjadi tahap pengenalan dalam proses pengelolaan secara manyeluruh.

Pemeliharaan Lanskap

Dalam pemeliharaan taman, dikenal istilah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada desain dan tujuan semula. Sedangkan pemeliharaan fisik taman meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut meliputi kegiatan pembersihan taman, penggantian

7

elemen-elemen yang rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, dan penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.

Menurut Render dan Heizer (1997), pemeliharaan terbagi dalam dua kelompok yaitu preventive maintenance dan breakdown maintenance. Preventive maintenance menunjukkan inspeksi dan pelayanan rutin dalam menjaga fasilitas dengan perawatan yang baik. Dalam kegiatan pencegahan ini difokuskan untuk membangun sistem yang mampu menemukan potensi kegagalan dan membuat perubahan atau memperbaiki sehingga dapat mencegah kegagalan. Sedangkan breakdown maintenance merupakan upaya pergantian saat terjadi kerusakan pada peralatan dan harus diperbaiki pada basis prioritas atau kondisi darurat.

8

METODOLOGI

Dokumen terkait