• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Mengkudu ( Morinda citrifolia L.)

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal secara komersial dengan sebutan noni, banyak ditemukan di sepanjang Kepulauan Pasifik. Mengkudu pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji dan Florida. Mengkudu dikenal dengan berbagai nama yaitu mengkudu, pace, kemudu, kudu (Jawa), cangkudu (Sunda), kodhuk (Madura), wengkudu (Bali), noni (Hawaii), nono (Tahiti), nonu (Tonga), ungcoikan (Myanmar) dan ach (Hindi), indian mulberry (Inggris), kikiri di pulau Solomon, kura di Fiji dan lain-lain (Nelson, 2006).

Pengklasifikasian mengkudu adalah : Filum : Angiospermae Sub filum : Dycotiledones Divisi : Lignosae Famili : Rubiaceae Genus :Morinda Spesies :citrifolia

Mengkudu merupakan tanaman perdu atau pohon kecil yang tumbuh agak membengkok dengan tinggi 3-8m, banyak bercabang dengan ranting persegi empat. Letak daun berhadapan secara bersilang, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai berbentuk oval, panjang 10-40cm dengan lebar 5-17cm, tebal mengkilap, tepi rata, ujung runcing, bagian pangkal menyempit, tulang daun menyirip dan bewarna hijau tua (Wijayakusuma, 1998). Pohon mengkudu dapat dilihat pada Gambar 1.

Mengkudu dapat tumbuh dalam lingkungan yang kurang subur, tanah yang asam dan basa baik tanah kering maupun basah. Semua bagian tanaman mengkudu mempunyai manfaat dibidang kesehatan maupun industri. Akar dan kulit pohon digunakan untuk pewarna dan obat, batang untuk kayu bakar dan membuat peralatan, serta daun dan buah yang dijadikan sebagai makanan dan obat-obatan (Nelson 2006).

serta triptofan (EFSA, 2008). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Wijayakusuma (1998) bahwa daun mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten dan askorbat, selain itu juga mengandung asam kapron dan kaprilat yang mudah menguap. Komposisi kimia daun mengkudu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Mengkudu (mentah)

Komposisi Daun Mengkudu Satuan Per 100 g

Air g 93.7 Protein g 1 Lemak g 0.2 Karbohidrat g 4.4 Serat g 1.1 Abu g 0.7 Kalsium ng 0.7 Fosfor mg 93 Besi mg 4.4 Beta karoten mg 0.3 Riboflavin mg 0.07 Niasin mg 5.6 Asam askorbat mg 50 Sumber : EFSA (2008) Protease Tumbuhan

Semua sel tumbuhan mengandung lebih dari 10.000 protein. Beberapa dari protein ini mungkin tidak dibutuhkan lagi karena sudah tidak berfungsi. Beberapa yang lain mungkin rusak selama sintesis atau karena kelebihan panas atau karena stress lainnya. Lainnya beberapa enzim didisain berumur pendek karena hanya dibutuhkan pada awal reaksi dan protein yang mengalamimisfolding. Alasan ini membuat protein merupakan subjek untuk didegradasi oleh enzim proteolitik yang disebut protease (Hopkin dan Norman (2004).

Degradasi protein adalah bentuk kegiatan menjaga sel atau pemeliharaan sel dimana protein yang tidak diinginkan atau rusak diurai menjadi asam amino dan dapat digunakan kembali. Biasanya hampir separuh protein penyusun sel diganti setiap 4-7 hari. Protein didegradasi di beberapa bagian sel seperti kloroplas, nukleus, mitokhondria, vakuola serta sitosol (Hopkin dan Norman, 2004).

Selama proses pelayuan tumbuhan, kadar total protein menurun seiring dengan meningkatnya aktifitas enzim proteolitik dan menurunnya sintesa protein.

Degradasi protein dan remobilisasi dari asam amino ke jaringan yang berkembang merupakan proses metabolisme yang utama dalam proses pelayuan (Nooden, 2004).

Klasifikasi Protease

Naz (2002) mengklasifikasikan protease menjadi beberapa subklas. Diantaranya yaitu serin (EC. 3.4.21) memiliki residu ser pada sisi aktif, sistein (EC.3.4.22) yang memiliki residu cys pada sisi aktif, aspartat (EC.3.4.23) tergantung residu Asp pada aktifitas katalitiknya dan metalloprotease (EC.3.4.24) yang menggunakan ion metal pada mekanisme katalitiknya.

Protease sistein menghidrolisa ikatan peptida protein dan dapat dihambat oleh peraksi sulfidril. Protease sistein yang diambil dari tumbuhan diantaranya papain dari pepaya (EC.3.4.4.10), fisin dari fig (EC.3.4.4.12), dan bromelain dari nenas (EC.3.4.4.24). Protease sistein dipercaya sebagai protease utama yang terlibat dalam hidrolisis protein. Protease sistein telah diidentifikasi dari pelayuan daun, pelayuan bunga dan pematangan buah (Nooden, 2004).

Protease sistein atauthiol proteasememegang peranan penting dalam respon tanaman menghadapi ransangan. Ransangan seperti protein rusak dan misfolded, pathogen, suhu lingkungan seperti panas atau dingin, kekurangan air dan lainnya. Protein rusak atau protein yang mengalamimisfolded harus dihilangkan dengan degradasi protein dan digantikan oleh protein yang baru. Peristiwa degradasi atau rusaknya protein selalu diikuti oleh penyusunan protein yang baru (Grudkowska dan Zagdanska, 2004) .

Protease sistein muncul pada daun gandum sebagai respon menghadapi kekurangan air seperti yang dilaporkan oleh Simova-Stoilova et al. (2010). Forsthoefelet al. (1998) juga mengidentifikasi protease sistein yang muncul pada daun Mesembryanthemum crystallinum dalam menghadapi tekanan lingkungan yaitu salinitas yang tinggi.

Protease sistein juga terlibat dalam degradasi protein. Pada saat germinasi biji barley, 42 protease terlibat dan 27 diantaranya adalah protease sistein (Zhang dan Jones, 1996), sedangkan pada saat berkecambahnya jagung (De Baros dan

Larkins, 1990) dan gandum (Bottari et al., 1996), 90% protease yang terlibat dalam degradasi prolamin (protein utama sereal) adalah protease sistein.

Programmed cell death (PCD) adalah salah satu mekanisme pertahanan tanaman menghadapi serangan patogen (Grudkowska dan Zagdanska, 2004). Caspase-like proteinase merupakan protease sistein yang terlibat dalam PCD yang ditemukan pada tembakau yang terinfeksi tobacco mosaic virus (Del Pozo dan Lam, 1998). Di bawah ini (Tabel 2) adalah beberapa protease sistein yang telah dikenal masyarakat.

Kelas protease yang lain adalah protease serin. Protease serin pun telah diisolasi dan dimurnikan dari berbagai tanaman dan organ tanaman. Protease serin ada di biji, buah bahkan getah tanaman. Protease serin yang berasal dari biji diantaranya biji barley (Hordeum vulgare L cv Morex), kacang kedele (Glycine max L. Merr) dan padi (Oryza sativa L). Protease serin yang diisolasi dari getah diantaranya : Euphorbia supina, dandelion (Taraxacum officinale Webb. SI.), dan nangka (Artocarpus heterophyllusL) (Antao dan Malcata, 2005). Di bawah ini (Tabel 3) adalah beberapa protease serin yang telah diisolasi dari berbagai tumbuhan.

Protease serin sangat berperanan dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Fungsi protease serin pada tanaman diantaranya adalah respon tanaman terhadap serangan pathogen yang mengakibatkan nekrosis dan kematian sel sehingga pertumbuhan pathogen terganggu, pembelahan sel jaringan pada tanaman, proses pelayuan, mikrosporogenesis dan sebagainya (Antao dan Malcata, 2005).

Protease aspartat adalah kelas protease yang lain. Pepsin dan renin adalah enzim yang tergolong ke dalam kelas protease aspartat. Pepsin mempunyai berat molekul 35kDa dan disusun oleh rantai polipeptida tunggal yang terdiri dari 321 asam amino. Penggunaan renin dalam pembuatan keju telah dikenal luas (Naz, 2002).

Kelas protease yang lain adalah metaloprotease. Salah satu contoh metaloprotease adalah termolisin. Termolisin diproduksi oleh Bacillus stearothermophilus yang aktif dengan adanya ion Ca. Termolisin dan juga metaloprotease lain dapat dihambat oleh senyawa pengkelat seperti EDTA, sitrat

dan fosfat yang sering digunakan dalam bahan tambahan pangan. Termolisin mempunyai berat molekul 34kDa (Naz, 2002).

Tabel 2. Beberapa Protease sistein Tanaman

Enzim Tumbuhan Berat

Moleku l (kDa)

Metode Pemurnian Referensi

Stem Bromelain Fruit Bromelain Bromelain Stem bromelain Bromelain Stem bromelain Stem bromelain Ananain Papain Papain Protease sistein Protease sistein Protease sistein Phaseolus vulgarisleaf cysteine proteinase 1 dan 3 Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Bromelain batang nenas Carica papaya Carica papaya Barley jagung Triticum aestivum Phaseolus vulgaris 22.831 39.055 34.159 33 38.823 35 23 25 & 26 38.922 23 29-37 12-36 61-62,5 30 dan 25,1 - - - - - Sedimentasi, ultrasentrifugasi Analisis asam amino SDS-PAGE Kromatografi afinitas, sepharose semi carbazone, kromatografi penukar kation - - - - Filtrasi gel, SDS- PAGE Filtrasi gel, 2 kromatografi penukar ion, kromatografi kovalen pada tioprofil-sepharose UniProt (2010) UniProt (2010) UniProt (2010) Murachiet al.(1964)*) UniProt (2010) Otaet al.(1964)*) Bobb (1972)*) Rowanet al.(1988) UniProt (2010) Naz (2002)

Poulle dan Jones (1996)**), Zhang &Jones (1996)**) Abeet al. (1977)**) Fahmyet al.(2004) Popovicet al.(1998) Sumber :*)Wharton (1974) **)Fahmy et al(2004)

11 Tabel 3. Berbagai Protease serin dari Tumbuhan

Enzim Tumbuhan Metode Pemurnian Berat

Molekul (kDa) Referensi Plantagolisis Protease serin Cucumisin (EC 3.4.21.25) Protease serin Kiwano protease Protease B Protease serin Plantago maior C.melo L. C. melo L.var.Prince Cucurbita ficifolia Cucumis metuliferus E. supine Triticum aestivumcv. Pro INTA Isla Verde

Amm sulfat, kromatografi afinitas pada bacitrasin- sepharose, kromatografi penukar ion pada mono-Q Amm sulfat, filtrasi gel, kromatografi penukar ion Kromatografi penukar ion pada CM-selulosa, filtrasi gel sephadex G-75

Amm. Sulfat, filtrasi gel pada sephacryl S-300, kromatografi penukar ion pada CM sepharose Amm sulfat, kromatografi penukar ion pada CM- sepharose

Kromatografi penukar ion pada DEAE-sepharose, filtrasi gel pada sepharil S-300

Amm sulfat, filtrasi gel pada sepharil S-200, kromatografi penukaranion pada kolom Q

19 26 54 60 78 80 110 Bogacheva (2001)*) Nodaet al.(1994)*) Kaneda dan Tominaga (1975)*), Yamagata et al.(1989)*) Curottoet al. (1989)*) Uchikobaet al.(2001)*) Arimaet al.(2000)*) Robertset al.(2003)*) Sumber :*) Antao dan Malcata (2005)

Pemurnian Enzim

Pemurnian enzim bertujuan untuk memisahkan enzim yang diinginkan dari senyawa lain yang tidak dikehendaki. Tahap-tahap pemurnian bergantung pada tujuan akhir yaitu tujuan komersial atau penelitian. Enzim kasar atau yang dimurnikan sebagian masih dapat digunakan untuk komersial, sedangkan enzim murni atau hampir murni dikehendaki dalam penelitian atau dipakai dalam produk analitik.Harris (1989) menyebutkan, minimal ada tiga strategi dalam pemurnian enzim yang harus diperhatikan yaitu (1) kualitas; perlu tindakan untuk mempertahankan aktifitas protein dengan cara mengurangi proteolisis dan denaturasi, (2) kuantitas; pemakaian akhir dari protein murni akan menentukan kuntitas enzim yang diperlukan, (3) ekonomis; merupakan hal penting bila akan digunakan di industri atau diterapkan dalam skala laboratorium. Secara umum pemurnian enzim dapat dibagi menjadi ekstraksi, pemekatan dan fraksinasi. Ekstraksi Enzim

Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan enzim dari sumbernya, yaitu tanaman, hewan maupun mikroba. Adapun kelebihan enzim dari tanaman diantaranya adalah terjaganya ketersediaan yaitu bisa dipanen berulang-ulang. Menurut Bollag dan Edelstein (1991) metode yang bisa dipilih dalam ekstraksi tanaman adalah blade homogenization atau blender maupun grinding (penggerusan).

Buffer digunakan dalam proses ekstraksi enzim untuk menjaga pH lingkungan sehingga diharapkan mampu meminimalkan denaturasi dan inaktivasi enzim. Buffer ekstraksi dapat ditambah beberapa bahan kimia dengan tujuan untuk mencegah kerusakan enzim. Bahan kimia yang bisa ditambahkan diantaranya EDTA, gliserol dan lain-lain (Harris, 1989).

Pemekatan Enzim

Pemekatan enzim dilakukan untuk memisahkan konsentrat protein dari komponen biomolekul lainnya diantaranya karbohidrat, lemak dan asam nukleat. Ada dua metode pemekatan enzim yaitu analitik dan preparatif (penyiapan).

Metode analitik menggunakan pengendapan asam (misalnya asam trikloroasetat), pengendapan organik (misalnya aseton atau etanol), dan imunopresipitasi yang dapat menyebabkan denaturasi protein. Metode preparatif bertujuan untuk tetap mempertahankan aktifitas enzim, misalnya menggunakan garam, pelarut organik, polimer organik, ultrafiltrasi dan liofilisasi (Bollag dan Edelstein, 1991).

Prinsip presipitasi dengan garam adalah mengendapkan protein sehingga protein terpisah dari komponen terlarut lainnya. Garam yang dapat digunakan untuk presipitasi diantaranya ammonium sulfat dan sodium sulfat. Ammonium sulfat lebih disukai karena solubilitasnya tinggi, harga murah, non toksik dan tidak mempengaruhi struktur protein (Suhartono, 1989).

Sisa garam dari proses presipitasi enzim dihilangkan dengan cara dialisis menggunakan kantong selofan dan ultrafiltrasi. Dengan demikian, konsentrat enzim bebas garam dapat dimurnikan lebih lanjut dengan fraksinasi enzim (Bollag dan Edelstein, 1991).

Fraksinasi enzim

Fraksinasi merupakan tahap akhir dalam pemurnian enzim, yang bertujuan untuk memisahkan enzim dari protein non enzim lainnya. Metode fraksinasi umum untuk pemurnian enzim, meliputi kromatografi kolom dan elektroforesis. Elektroforesis adalah suatu teknik untuk memisahkan molekul-molekul berdasarkan muatan dan berat molekul.

Elektroforesis gel poliakrilamid (PAGE = Poly Acrylamide Gel Electrophoresis) merupakan metode yang sering digunakan dalam analisis sampel biologis karena kemampuannya dalam memisahkan campuran protein yang kompleks dengan baik dan resolusi yang tinggi (Bollag dan Edelstein, 1991). Elektroforesis pada gel poliakrilamida adalah metode yang paling sering digunakan untuk karakterisasi protein dan campuran protein, karena prosedur ini relatif cepat dan sensitif.

Elektroforesis didefnisikan sebagai perpindahan partikel-partikel bermuatan karena pengaruh muatan medan listrik. Mekanisme pada elektroforesis gel poliakrilamida sodium dodesil sulfat (SDS-PAGE) adalah protein akan bereaksi dengan SDS yang merupakan deterjen anionik membentuk kompleks berikatan

dengan SDS. Kompleks protein yang bermuatan negatif ini kemudian akan terpisahkan berdasarkan muatan dan ukurannya secara elektroforesis di dalam matriks gel. Berat molekul protein dapat diukur menggunakan protein standar yang telah diketahui berat molekulnya dengan cara membandingkan nilai mobilitas relatifnya (Rf) (Bollag dan Edelstein 1991).

Zimografi adalah teknik elektroforesis untuk menetapkan aktifitas enzim secara in situ. Berbeda dengan SDS-PAGE, gel pemisah zimografi mengandung substrat enzim yang akan dihidrolisis oleh enzim selama masa inkubasi. Enzim dipisahkan dalam gel denaturasi (SDS), namun dalam kondisi tidak tereduksi. Penambahan deterjen Triton X-100 akan melepaskan SDS sehingga protein kembali melipat (renaturasi). Gel selanjutnya diwarnai sehingga molekul protein yang memiliki aktifitas tampak sebagai pita bening. Metode zimografi bersifat mudah, sensitif dan kualitatif dalam menganalisis aktifitas enzim. Adapun substrat yang bisa digunakan untuk zimogram diantaranya kasein, gelatin dan lain-lain (Leber dan Balkwill 1997).

Aplikasi Protease

Keunggulan utama penggunaan enzim pada proses industri adalah (a) kespesifikan enzim terhadap substrat sehingga mampu menghasilkan produk dalam jumlah maksimal dengan produk samping yang minimal, (b) enzim mampu mereduksi konsumsi energi yang akan menurunkan Greenhouse Gas Emission (GGE), (c) enzim juga mampu mereduksi konsumsi air dan produk limbah selama proses industri berlangsung. Keunggulan enzim tersebut akan meminimalkan resiko dan dampak proses indutri bagi kehidupan manusia dan lingkungan.

Enzim protease dimanfaatkan diantaranya untuk pembuatan keju, pengempuk daging, penjernih bir, pembuatan hidrolisa protein kedele, penyembuh luka serta terapi untuk tumor, pembengkakan dan penggumpalan darah.

Pembuatan keju

Contoh klasik penggunaan protease adalah untuk pembuatan keju (Naz, 2002). Pengolahan susu menjadi keju menggunakan enzim protease. Contoh

Renin bisa diperoleh dari lambung anak sapi dan mikroba. Aktifitas penggumpalan kasein susu oleh renin berlangsung dengan hasil optimum dibandingkan dengan protease lain seperti pepsin.

Kasein merupakan kompleks fosfoprotein yang membentuk suspensi koloid yang terdiri dari α, β, γ dan kapa kasein. Renin menghidrolisa kapa kasein hingga menimbulkan destabilisasi struktur koloid dan menimbulkan proses penggumpalan α dan β kasein bila terdapat kalsium dan fosfat pada lingkungan. Gumpalan ini merupakan jalinan molekul para kapa kasein dan makropeptida, air, laktosa, mineral, globula lemak, vitamin dan sejumlah senyawa terlarut lainnya di dalam gumpalan tersebut (Suhartono, 1989) dan (Naz, 2002). Enzim renin mempunyai berat molekul sebesar 31kDa. Renin paling menonjol dalam menggumpalkan kasein dibandingkan dengan protease lain (Suhartono, 1989). Pengempuk daging

Penggunaan potease untuk pengempuk daging telah dilakukan dari zaman dulu, yaitu menggunakan daun pepaya untuk mengempukkan daging. Setelah diisolasi dan diteliti diketahui bahwa enzim yang berperanan dalam menguraikan protein daging adalah protease. Protease yang diisolasi dari pepaya dikenal dengan papain. Papain terdiri dari 102 asam amino berberat molekul 21kDa dengan sisi aktif yang melibatkan histidin 159 dan sistein 25 (Suhartono, 1989).

Papain cocok digunakan untuk pengempuk daging karena aktif pada pH daging. Enzim ini memotong protein daging pada sisi karboksil valin, lisin dan arginin. Komponen yang paling aktif dari getah pepaya adalah kimopapain yang aktif dalam lingkungan asam, optimum kimopapain adalah pH 5 dan sesuai dengan pH daging.

Enzim protease yang diisolasi dari tanaman lain pun dapat juga digunakan untuk melunakkan daging. Penelitian yang dilakukan oleh Naveenaet al. (2004) yang memanfaatkan protease dari Cucumis trigonus Roxb (kachri) danZingiber officinaleRoscoe (jahe) untuk mengempukkan daging kerbau.

Penjernih bir

Pada proses pembuatan bir, papain diperlukan untuk menghilangkan protein penyebab kekeruhan pada bir. Kekeruhan ini disebabkan oleh komplek yang dibentuk oleh protein dan tanin (Naz, 2002).

Pembuatan Hidrolisa Protein Kedele

Penggunaan hidrolisa protein kedele di industri pangan telah meluas, walaupun demikian sifat fungsional protein tersebut tidak selalu diinginkan. Modifikasi enzimatis digunakan untuk menghasilkan protein dengan sifat fungsional yang diinginkan (Naz, 2002). Hidrolisa protein kedele oleh protease meningkatkan iso-electric solubilitydari 5% menjadi 42%, kapasitas emulsi dari 100mL/g menjadi 280mL/g danwhipping expansion dari 20% menjadi 200% bila dibandingkan dengan protein kedele sebelum dihidrolisa (Naz, 2002).

Penyembuh Luka

Protease dibidang kesehatan pun telah populer digunakan. Bromelain banyak digunakan dalam bidang kesehatan karena dapat bertindak sebagai penyembuh luka (Maurer, 2001). Menurut Suhartono (1989) proteolitik berfungsi untuk mengurangi cairan luka, nanah dan jaringan nekrosa yang timbul pada luka bakar, luka operasi maupun luka lainnya. Substrat enzim ini adalah jaringan fibrin, mukoprotein, kolagen dan sebagainya. Enzim menguraikan jaringan ini sehingga bekas luka menjadi bersih dan licin. Biasanya tripsin diberikan bersama- sama dengan antibiotika dalam bentuk salep.

Terapi untuk Pencernaan dan Kanker

Pada sebagian orang, enzim pencernaan tidak diproduksi atau dikeluarkan dalam jumlah yang cukup sehingga mengganggu pencernaan makanan. Oleh karena itu dilakukan pemberian tambahan enzim dari luar untuk membantu masalah pencernaan tersebut. Enzim yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan diantaranya adalah protease (Suhartono, 1989).

Bromelain dapat diserap oleh usus dan tidak kehilangan aktifitas biologinya. Castell et al. (1997) membuktikan bahwa bromelain masih ada dalam plasma darah setelah beberapa saat terapioral bromelain. Bromelain diambil dari batang nenas dan diberikan secara oral pada laki-laki sehat sebanyak 3g per hari dan dengan menggunakan immunoassay ditemukan 5.000pg bromelain dalam plasma setelah 48 jam dan masih mempunyai aktifitas proteolitik. Oleh karena itu bromelain dapat dikonsumsi secaraoralsaat terapi enzim.

Bromelain dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan kanker. Bromelain sebagai obat anti kanker bermula pada pengalaman masyarakat Asia Tenggara dalam menyembukan kanker. Maurer (2001) menyebutkan bahwa aktifitas anti kanker bromelain tergantung pada aktifitas proteolitiknya.

Chobotova et al. (2010) menyatakan bahwa bromelain mempunyai aktifitas sebagai anti kanker. Hasil penelitian Mantovani et al. (2008) dan Chen et al. 2008) seperti dikutip oleh Chobotova et al. (2010) menunjukkan bahwa bromelain yang diuji secara in vitro pada sel tumor manusia (leukimia) dapat menghambat aktifitas NF-kβ (neutrofil factor kappa β, sejenis darah putih). Adapun target NF-kβ adalah cyclooxygenase (Cox-2) yang terlibat dalam sintesa prostaglandin (PEG-2). Prostaglandin ini dapat memacu terjadinya kanker. Bromelain dapat menghambat kanker, walaupun mekanisme detilnya belum diketahui dengan jelas.

Terapi Inflamasi danBlood Clotting(Pembekuan Darah)

Suhartono (1989) menyebutkan bahwa proses inflamasi (peradangan/ pembengkakan) melibatkan senyawa biogenik amin seperti histamin dan serotonin dari sel yang mengalami kerusakan. Senyawa biogenik amin menimbulkan pembengkakan pembuluh darah kapiler. Enzim-enzim yang dibebaskan oleh sel yang rusak akan mengaktifkan kinin sehingga pembuluh darah tetap membesar dan permeabilitasnya meningkat, hal ini mengakibatkan terjadinya kebocoran cairan sehingga terjadi odema. Keadaan odema ini dipertahankan oleh senyawa fibrin dari peredaran darah. Jadi, proses pembengkakan melibatkan jaringan fibrin. Pengobatan pada kasus odema ditujukan untuk menguraikan fibrin.

Penelitian Netti et al. (1978), Smyth et al. (1962) dan Uhlig dan Seifert (1981) seperti dikutip oleh Maurer (2001) menunjukkan bahwa bromelain paling ampuh untuk pengobatan odema bila dibandingkan dengan pemberian obat-obatan seperti indometasin, asam asetilsalisilat dan aescin.. Pemberian bromelain dilakukan secara oral pada hewan percobaan. Bromelain menyebabkan fibrinolisis dan merangsang penyerapan kembali cairan oleh darah.

Blood clotting atau proses penggumpalan darah atau pembekuan darah adalah proses normal ketika kulit terluka sehingga tidak terrjadi pendarahan. Saat kulit terluka, trombosit pecah dan menghasilkan trombokinase. Enzim trombokinase akan merubah protrombin menjadi thrombin dengan adanya ion Ca dan K. Trombin yang terbentuk akan merangsang fibrinogen membentuk benang- benang fibrin. Adanya benang fibrin menghambat sel-sel darah. Penyakit trombosis atau penggumpalan darah (di luar keadaan normal) telah meningkatkan mortalitas yang nyata di negara-negara Barat (Suhartono, 1989).

Pengobatan dapat dilakukan dengan obat anti koagulan dan pemberian enzim protease. Pemberian enzim protease memanfaatkan daya proteolitiknya. Bromelain yang diberikan secara oral pada tikus percobaan terbukti meningkatkan fibrinolisis (Pirottaet al., 1978).

BAHAN DAN METODE

Dokumen terkait