• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti mengkaji karya-karya ilmiah tentang mobilisasi sumberdaya dalam gerakan literasi di komunitas kampung buku, belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini. Tetapi terdapat beberapa hasil karya ilmiah atau penelitian lain yang berkaitan dengan tema dan studi kasus penelitian ini, oleh sebab itu peneliti mencoba untuk memaparkannya:

9

Jurnal yang ditulis oleh Andi Faisal (2018), yang berjudul “Biopolitik Dan Gerakan Literasi Komunikatif Kaum Muda” mengatakan bahwa untuk menggambarkan secara tajam tentang rezim biopolitik dalam mengatur populasi bangsa dan menghadirkan beberapa tindakan kecil dan taktis dalam persoalan kehidupan sehari-hari dengan mengangkat perspektif literasi kaum muda terhadap ragam persoalan bangsa, yakni dari persoalan kebudayaan di era pasca reformasi (tradisi), politik emansipasi di era pasca ideologi, dan kehidupan sosial di ruang publik dan dunia digital, juga menjadi fokus utama. Dalam tingkatan ini lah, membaca untuk menulis dan menulis untuk membaca menjadi sebuah praktik emansipatoris yang tidak saja mencerahkan namun juga membebaskan.Adapun hasil dari tulisan ini ialah literasi kebudayaan merupakan sebuah upaya emansipasi dengan menghadirkan para pembaca dan penulis melalui kapasitas secara kritis. Namun dengan catatan diperlukan perspektif berbeda dan point awal yang memadai mengenai persoalan kebangsaan.

Sedangkan Luna Febriani (2017), dengan judul Mobilisasi Sumberdaya dalam Gerakan Literasi (Studi Pada Gerakan Vespa Pustaka). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Gerakan ini dapat hadir dan diterima oleh masyarakat kabupaten Bangka Selatan. Dengan melihat mobilisasi apa saja yang digunakan oleh Vespa Pustaka dalam melaksanakan program-program literasi. Penelitian yang ditulis ini menggunakan teori mobilisasi sumber daya oleh McCarthy dan Zald. Melalui metode kualitatif dengan pendekatan riset yang naratif. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara, observasi, studi dokumen, gambar dan sumber kualitatif lainnya.

10

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa perubahan bagi masyarakat dan reaksi positif serta semangat mereka berkat keberadaan Vespa Pustaka.

Hutri Agustino, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gerakan Literasi di Taman Baca Masyarakat Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara (2019). Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk menggambarkan bagaimana penerapan pemberdayaan gerakan literasi dan dampaknya terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat. Dengan menggunakan teori pemberdayaan masyarakat dan teori literasi serta metode deskriptif kualitatif, dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan di antara pemberdayaan masyarakat dengan gerakan literasi terhadap dampak sosial ekonmi masyarakat sekitar. Sehingga penelitian ini menghasilkan postulant berupa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh TBM Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara: 1) Eksistensi pemberdayaan berbasis gerakan literasi di TBM Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara sebagai jawaban atas problematika sosial-historis wilayah desa yang identik dengan persoalan mulai dari rendahnya tingkat pendidikan sampai pada kebiasaan masyarakat abangan yang mendekonstruksi tata nilai kehidupan masyarakat; (2) realisasi pemberdayaan masyarakat berbasis gerakan literasi di TBM di Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara dilaksanakan berdasarkan prinsip kesukarelaan (voluntarism) dan kemandirian (independence); (3) fokus utama dari kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis gerakan literasi di TBM di Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara adalah transformasi nilai-nilai karakter (character building) utamanya bagi kelompok usia

11

produktif serta mendorong tersemainya kemandirian sosial-ekonomi berbasis pada rangkaian kegiatan soft skill tematik.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Bintang Petrus Sitepu, Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sumber Belajar (2012). Bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang perkembangan Taman Baca Masyarakat yang dapat bantuan dana dari pemerintah sehingga mampu berfungsi sebagai suatu pusat sumber pembelajaran di tengah-tengah masyarakat. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah secara kualitatif dengan hasil observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan TBM yang memperoleh dana bantuan tidak sesuai harapan, dengan melihat pengelolaan, jumlah koleksi, kegiatan dan jumlah pengunjung.

Terakhir melalui tesis Ahmad Ismail, Akademi Berbagi: Gerakan Sosial di Dunia Digital (2012) yang fokus penelitiannya terletak pada gerakan sosial yang dilakukan di internet dan mengkombinasikan gerakan yang dilakukan secara offline. Bagaimana masyarakat dapat mengadopsi internet dalam melakukan gerakan, yang secara praktis berguna bagi LSM, aktivis, dan pemerintah untuk mengetahui model masyarakat sipil di Indonesia. Adapun pendekatan yang digunakan yakni menggunakan metode connective ethnography. Kemudian melalui penelitian ini ditemukan lima hasil yakni : (1) aktivisme yang dilakukan di internet atau click activism terbatas hanya sekedar melakukan assesmen dan menyebarkan informasi dengan tidak turun langsung dalam gerakan nyata terhadap visi yang direncanakan. Alias hanya sebatas membangun

12

wacana di dunia internet; (2) meski dilakukan dalam ruang online, gerakan ini juga juga menghadirkan apa yang disebut online social movement, yakni gerakan yang dilakukan dengan memperhatikan konteks, validasi, dan keterikatan masing-masing partisipan; (3) gerakan sosial online atau online social movement merupakan pilihan yang tak terpisahkan dalam melakukan aktivisme di masyarakat kontemporer saat ini;

(4) internet memungkinkan keterlibatan masyarakat sipil dalam gerakan sosial di internet , meski kerap juga dianggap gerakan yang semu dan tidak memiliki konteks apa pun; (5) Gerakan Akademi Berbagi memberikan sarana alternatif pembelajaran bagi masyarakat untuk menambah wawasan. Dengan optimalisasi media sosial, gerakan ini mudah dimanfaatkan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

Untuk memudahkan pembaca dalam membandingkan temuan-temuan penelitian sebelumnya, penulis merangkumnya dengan tabel dibawah ini:

Tabel I.1 Daftar Tinjauan Pustaka

No Nama Penelitian Teori Metodologi Hasil

1 Andi Faisal dalam

13

14

15 E. Kerangka Teori

Buechler (1993) mengatakan bahwa Teori Mobilisasi Sumberdaya merupakan kerangka teoritik yang cukup dominan dalam menjelaskan gerakan sosial maupun tindakan kolektif. Teori mobilisasi sumberdaya berawal dari ketidaksetujuan terhadap adanya perasaan dan ketidakpuasan atau penggunaan hal-hal bersifat psikologi dalam muncul gerakan sosial (Klandermans, 1984: 583). Karena aktor-aktor dalam gerakan sosial menurut mobilisasi sumberdaya merupakan orang-orang yang membentuk suatu jaringan komunikasi dan organisasi yang matang artinya gerakan sosial merupakan sebuah sistem mobilisasi yang terorganisir secara rasional. Misalnya munculnya gerakan buruh tidak hanya didasarkan adanya kebijakan-kebijakan yang merugikan, tetapi munculnya gerakan buruh disebabkan oleh dorongan Serikat Pekerja dalam mengorganisir massa (buruh) untuk menciptakan gerakan demonstrasi guna memperjuangan aspirasi buruh di Indonesia (Singh, 2010: 135).

Menurut Oberschall (1973) Teori Mobilisasi Sumberdaya berfokus pada proses sosial yang memungkinkan adanya suatu gerakan sosial. Dia mengatakan bahwa faktor organisasi dan kepemimpinan adalah faktor penting untuk mendorong atau menghambat suatu gerakan sosial, dalam hal ini seperti proses terbentuknya kerumunan, kelompok, asosiasi atau organisasi untuk mencapai tujuan kolektif (Locher, 2002: 259). Kemunculan organisasi sosial muncul ketika terjadi segmentasi, karena segmentasi ini lebih mudah menarik massa dalam masyarakat. Semakin besar terjadi segmentasi, maka semakin besar juga terjadi mobilisasi dalam gerakan sosial.

16

Beberapa faktor munculnya mobilisasi gerakan sosial dalam organisasi adalah adanya jaringan komunikasi yang mapan, terdapat seorang yang memiliki kemampuan memimpin. Pemimpin dalam organisasi harus dapat memobilisasi massa, memilih taktik atau strategi yang diperlukan untuk tercapainya sebuah keberhasilan dalam gerakan sosial. Tugas lain pemimpin dalam sebuah gerakan sosial harus memberikan inspirasi dan juga mengambil keputusan (Sukmana, 2016: 176).

McCarthy dan Zald dalam Della Porta dan Diani (2006) mengatakan bahwa organisasi gerakan sosial adalah suatu organisasi yang kompleks atau formal yang mengidentikan tujuannya dengan prerensi dari sebuah gerakan sosial yang berusaha mewujudkan tujuan-tujuannya. Terdapat beberapa karakteristik struktur internal dalam sebuah organisasi gerakan sosial:

1. Formalisasi yaitu syarat formal keanggotaan, aturan tertulis, struktur kepemimpinan formal dan kantor tetap.

2. Profesionalisasi, yakni memiliki staf atau pengurus yang secara profesional.

3. Diferensiasi internal yakni pembagian kerja.

4. Integrasi, atau terdapat koordinasi yang dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal.

Selain itu organisasi gerakan sosial juga memiliki beberapa peran didalam masyarakat seperti: (1) memberikan pelayanan atau barang yang dibutuhkan, seperti ICW organisasi sosial yang mengawasi kegiatan-kegiatan pemerintah yang rentan adanya korupsi maupun edukasi mengenai tindakan korupsi. (2) menyediakan akses

17

terhadap sumberdaya maupun kesempatan seperti organisasi social penyedia beasiswa bagi masyarakat yang tidak mampu. (3). Perantara atas sumberdaya eksternal seperti bantuan kebencanaan. (4) membantu pengembangan sumberdaya manusia, semisalkan Indonesia Mengajar yang mengirim relawan-relawan keberbagai wilayah pelosok untuk memberikan edukasi atau pendidikan di sana. (5) memperkuat identitas maupun komitmen di masyarakat, misalkan organisasi-organisasi kebudayaan yang terus melestarikan budaya daerah. (6) mendukung advokasi masyarakat semisalkan LBH Jakarta yang memberikan pendampingan terhadap masyarakat yang rumahnya mengalami sengketa, baik dengan perusahaan maupun dengan pemerintah.

Sukmana (2016) mengatakan bahwa pemimpin diartikan sebagai pembuat keputusan (decision maker) dalam setiap strategi maupun mengorganisir masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial. Akan tetapi tidak semua orang dapat menjadi pemimpin, hanya anggota-anggota yang memiliki kemampuan Kepemimpinan yang mampu menjalankan organisasi sosial untuk mencapai tujuannya (Robbins, 1988: 117). Oberschall (1973) memandang bahwa di dalam masyarakat selalu terdapat pemimpin-pemimpin potensial namun muncul karena adanya peluang-peluang politik, dan kemampuan untuk memimpin ini menurut dia dapat dipelajari melalui pendidikan dan pengalaman dalam gerakan-gerakan sosial. Teoritis Mobilisasi Sumberdaya juga banyak memandang bahwa pemimpin gerakan sosial adalah enterpreuner politik yang melakukan mobilisasi sumberdaya, merespon baik insentif, resiko, peluang yang muncul (Sukmana 2016: 183).

18

Selanjutnya, Oberschall juga mengkaji ada beberapa faktor dari elemen-elemen yang diproses menjadi sumberdaya untuk dimobilisasi pada suatu gerakan. Seperti hal fisik maupun non-fisik, misalnya dimana lingkungan ternayata dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan gerakan sosial. Konsep ini adalah dasar atas lahirnya teori mobilisasi sumberdaya terhadap gerakan sosial. Dalam perkembangannya, gerakan sosial dilihat sebagai hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan (environmental forces) baik bersifat internal maupun eksternal terhadap gerakan. Faktor-faktor internal meliputi: kepemimpinan (leadership), tingkat ketersediaan sumberdaya, ukuran kelompok, dan tingkat dari organisasi internal. Sedangkan faktor-faktor eksternal diantaranya adalah: tingkat simpatisan eksternal, tingkat represi dari masyarakat, serta jumlah dan kekuatan kelompok poitik. Interaksi dari berbagai faktor itulah yang nantinya disebut sebagai faktor penentu atas perkembangan dan perilaku dari suaru gerakan sosial.

Dari uraian teori mobilisasi sumberdaya, dapat dirumuskan faktor-faktor determinan suatu gerakan sosial, yaitu:

1) Organisasi gerakan sosial, sistem nilai bersama pada organisasi dalam mencapai tujuan, adanya struktur sosial dalam peran yang berbeda, dan tindakan secara sukarela pada norma organisasi.

2) Pemimpin dan kepemimpinan, pemimpin didefinisikan sebagai pembuat keputusan strategis (strategic decision-makers) yang menginspirasi dan mengorganisasi orang lain untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial.

19

Mobilisasi sumberdaya ialah pemanfaatan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitar, entah itu yang bersiat eksternal atau internal untuk mendukung dan mengembangkan suatu gerakan so-sial. Teori mobilisasi sumberdaya diatas akan memantau sejauh mana gerakan yang dilakukan Komunitas Kampung Buku bisa diterima oleh masyarakat serta dapat bertahan hingga sekarang ini

F. Metode Penelitian

F.1 Pengumpulan Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah menyelidiki secara mendalam tentang suatu unit sosial dan menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut (Azwar, 2005: 8). Penelitian studi kasus melihat suatu unit sosial yang berdasarkan objek nyata atau secara empiris dalam penyelidikan suatu fenomena sosial. Fenomena sosial ini menyajikan gerakan literasi yang berupa komunitas baca di dalam masyarakat, adanya gambaran terperinci mengenai nilai dan hubungan.

Peneliti merasa bahwa menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mampu untuk menggali lebih dalam hal-hal yang tidak dapat diungkapkan lewat data angka, misalnya seperti perilaku dan pola pikir masyarakat khususnya masyarakat Cibubur.

Selain itu, peneliti dapat berinteraksi secara langsung dengan narasumber, dengan begitu data yang disajikan menjadi lebih mendetail, maka pendekatan kualitatif cocok untuk menggali informasi tersebut.

20

F.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yakni: wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai sumber data.

Peneliti memilih menggunakan wawancara sebagai sumber data, karena memiliki tingkat respons tertinggi dan memungkinkan untuk memberi pertanyaan yang paling panjang dan kompleks (Neuman, 2015: 377). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh satu atau lebih orang hadir, yaitu pewawancara dan narasumber. Demi mendapat data yang akurat dan mendalam, peneliti melakukan wawancara secara langsung dan media komunikasi perantara antara peneliti dan narasumber. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai respon partisipan pada gerakan literasi kampung buku, dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat.

Peneliti memilih melakukan Observasi sebagai sumber data, karena dapat mengamati dan mencatat sistematika fenomena yang akan diselidiki atau diteliti dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang terjadi dilapangan (Mardalis, 1995: 63). Observasi adalah hal penting dalam penelitian kualitatif, karena situasi empiris di lapangan dapat mempengaruhi keseluruhan hasil penelitian. Observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi Kampung Buku Cibubur setiap pekan dan mengikuti salah satu kegiatan rutin yang dilakukan, salah satunya Kumpul Minggu Sore. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan kegiatan melalui media sosial. Dengan begitu peneliti juga

21

dapat mengamati bagaimana interaksi mereka dengan anggota komunitas maupun dengan masyarakat di media sosial.

Peneliti memilih menggunakan dokumentasi sebagai sumber data, karena teknik ini diperlukan peneliti sebagai penunjang dari data wawancara dan observasi yang dikumpulkan. Teknik dokumentasi diperoleh dari data yang ada. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2013: 240) Data penunjang yang digunakan ialah seperti arsip dokumentasi ataupun data dan informasi resmi yang berkaitan dengan komunitas Kampung Buku Cibubur.

peneliti juga melakukan riset secara online dan menggunakan media sosial untuk memperoleh data secara praktis.

Data penelitian berasal dari hasil wawancara observasi dan dokumentasi, serta peneliti juga menggunakan media sekunder berupa foto dan arsip video untuk mempermudah dalam mendeskripsikan data lapangan secara tertulis serta sistematis pada penelitian. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi-bagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto atau video dan data statistik.

F.3 Sumber Data a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dengan valid dan relavan yang berkaitan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari keterlibatan langsung oleh subjek

22

lapangan baik itu pengelola, pengunjung, masyarakat, maupun subjek penting lain yang memiliki keterkaitan dengan komunitas kampung buku.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.

Dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam bentuk dokumentasi, bukum, jurnal, karya ilmiah, foto, video, pamphlet, dan dokumen lainnya yang menunjang penelitian.

Sumber data dalam penelitian ialah subyek dari mana data didapatkan, apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan, apabila menggunakan observasi maka sumber datanya berupa benda gerak, atau proses sesuatu, dan apabila menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatan peneliti yang menjadi sumber datanya. (Arikunto, 2002: 107).

F.4 Strategi Pemilihan Informan

Dalam menentukan informan penelitian, peneliti menggunakan strategi pemilihan dengan metode purposive sample. Dimana peneliti yakin dalam memilih informan tertentu yang memiliki informasi pada data yang peneliti butuhkan (Neuman, 2015:143). Hal ini demi mendapatkan informan yang dirasa sesuai dengan tujuan penelitian dan kompeten dalam bidang yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti juga mendatangi langsung Komunitas Kampung Buku Cibubur untuk meminja ijin penelitian. Selanjutnya, peneliti memilih beberapa anggota kelompok dari

23

Kampung Buku Cibubur yang aktif, baik dalam mengikuti kegiatan rutin ataupun dalam partisipasi di media sosial Kampung Buku Cibubur. Hal tersebut dikarenakan dalam kunjungan peneliti saat observasi lapangan, kehadiran keseluruhan anggota komunitas tidak bisa berkumpul dalam satu waktu yang sama. Data informan penelitian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel I.2 Tabel Informasi Narasumber

NO Nama Bergabung Sejak Status dalam Penelitian 1 Edi Dimyati (Kang Edi) - Ketua Komunitas Kampung

Buku Cibubur sampai saat ini.

2 Ibu Yani Sejak 2013 Anggota dan Warga Cibubur di sekitar kampung buku.

3 Najla Sejak 2018 Anggota Kampung Buku

Cibubur dan pelajar sekolah menengah

4 Ka Vivi Sejak 2015 Relawan Kampung Buku

Cibubur dan Mahasiswi UIN Jakarta

F.5 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam metode analisis ini, menurut Patton (dalam Moleong, 2001:103) analisis data adalah proses dalam menyusun urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu

24

pola, kategori dan uraian dasar. Data-data yang diolah akan disajikan dalam bentuk deskriptif dan kualitatif yang bertujuan untuk menemukan permasalahan, serta menemukan solusi disertai dengan teori-teori yang mendukung.

Terdapat empat tahap dalam menganalisis data kualitatif, diantaranya pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data) dan kesimpulan (Bungin, 2003). Tahap pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data hasil wawancara peneliti dengan informan, sekaligus mengumpulkan dokumentasi yang diberikan oleh informan maupun hasil dari observasi. Tahap kedua memilah data yang dikumpulkan dari informan, dan juga data hasil dokumentasi untuk mendapatkan data terkait yang diperlukan penelitian. Data yang direduksi berupa cacatan hasil transkrip dari wawancara dengan para informan, beberapa data dokumentasi yang di peroleh peneliti dari informan maupun data hasil observasi yang didapat di lokasi penelitian.

Selanjutnya tahap ketiga, menyajikan data informasi yang tersusun dan sesuai dengan topik penelitian, lalu memberi kemungkinan adanya tindakan dalam penarikan kesimpulan. Tahap terakhir dilakukan setelah menemukan makna dari hasil data informasi yang disajikan, hasil tersebut dapat diambil kesimpulannya dengan mendeskripsikan sebaik mungkin.

F5. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini disusun dengan beberapa bagian bab pembahasan yang sesuai dengan sistematika penulisan, sebagai berikut :

25

BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab ini, penulis memulai dengan menguraikan pernyataan masalah atau latar belakang penelitian, sebab penelitian ini dibahas atau pertanyaan masalah, dan fungsi penelitian ini sebagai tujuan dan manfaat akademik. Selanjutnya penulis mendefinisikan teori mobilisasi sumberdaya oleh Anthony Oberschall, sebagai landasan utama dalam penelitian ini dengan menggunakan hasil tinjauan pustaka penelitian serta metode penelitian yang sesuai sistematika penulisan.

BAB II : DEFINISI, GERAKAN LITERASI DAN KOMUNITAS KAMPUNG BUKU CIBUBUR. Pada bab ini berisi deskripsi dasar yang membahas komunitas baca kampung buku dan sejarahnya, macam-macam kegiatan komunitas, manfaat, struktur, prestasi, dan informasi komunitas kampung buku Cibubur.

BAB III : MOBILISASI SUMBERDAYA PADA KOMUNITAS KAMPUNG BUKU CIBUBUR SEBAGAI GERAKAN LITERASI. Memaparkan keseluruhan hasil temuan data dan mencocokannya dengan mobilisasi sumberdaya dalam gerakan literasi di Kampung Buku Cibubur.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dikaji secara ringkas serta berisi saran dan masukan bagi penelitian

26 BAB II

Gerakan Literasi dan Komunitas Kampung Buku Cibubur

A. Gerakan Literasi di Jakarta

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bangsa, diperlukan gerakan sebagai wadah aksi untuk perubahan sosial di masyarakat atau disebut sebagai gerakan sosial.

Gerakan sosial merupakan bentuk dorongan perubahan di dalam masyarakat. Gerakan sosial berlangsung dengan tindakan kolektif yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan tujuan yang sama untuk perubahan sosial di lingkungannya. Antony Giddens menyatakan gerakan sosial sebagai suatu upaya untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action). (Martono, 2011). Gerakan sosial memiliki definisi yang beragam dan konsepsi gerakan sosial sebagai suatu fenomena atau keadaan sosial yang kompleks dalam kehidupan masyarakat, khususnya gerakan sosial dengan bingkai literasi.

Secara sosiologis, gerakan-gerakan literasi yang hadir di Indonesia. Tidak selamanya bertaut ataupun berada di kewewenangan satu pihak. Masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) diperbolehkan untuk melakukan gerakan literasi yang sesuai dengan kepentingan atau fokus bidang latar belakang masing-masing pihak. Hal ini didasari karena karakteristik masyarakat yang berbeda-beda.

Sehingga gerakan literasi akan menyesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.

27

Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Makna literasi pada makhluk sosial mengacu dalam keilmuan yang didapat melalui proses membaca dan menulis yang diterapkan pada individu maupun lingkungan sekitar. Ketika kita berhadapan dengan ekspresi budaya atau ekspresi pemikiran, ada sikap yang akan dirasakan oleh diri sendiri yang berbeda dari orang lain alias kepekaan. Kepekaan untuk membuat seseorang berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dan mengembangkan potensi seseorang di kehidupan masyarakat. Hal tersebut diperlukan setidaknya ada rasa peka yang tidak perlu diucapkan pada hubungan antara metode tekstual dan praktiknya.

Tetapi, literasi idealnya adalah kemampuan untuk berefleksi secara kritis pada hubungan-hubungan tersebut. Karena peka dengan tujuan atau maksud tentang literasi itu bersiat dinamis-tidak statis dan juga dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan budaya atau lingkungan.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta misalnya menggelar gerakan #BacaJakarta dari tahun 2019 lalu. Adapun program gerakan ini berisikan ajakan masyarakat untuk melakukan kegiatan membaca selama 30 hari

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta misalnya menggelar gerakan #BacaJakarta dari tahun 2019 lalu. Adapun program gerakan ini berisikan ajakan masyarakat untuk melakukan kegiatan membaca selama 30 hari

Dokumen terkait