• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa penelitian diatas, peneliti tidak menemukan suatu penelitian dengan judul, objek, dan lokasi penelitian yang sama, secara khusus membahas seni mural sebagai media yang digunakan sebagai identitas dalam suatu komunitas yang menggeluti seni mural di Sumatera Utara. Adanya suatu strategi yang digunakan oleh Komunitas Mural Medan untuk memperkenalkan seni mural di Sumatera Utara dan komunitasnya yang menjadikan seni mural sebagai identitas nya dalam berkarya. Sebagaimana peneliti ketahui bahwa seni mural beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di Medan. Komunitas Mural Medan yang terdiri dari beberapa individu di dalamnya memiliki hak untuk bebas bergerak sesuai keinginannya dan juga dapat digerakkan oleh struktur sosial yang selalu ingin menaikan pamor seni mural di Sumatera Utara dan menjadikan Kota Medan sebagai kota seni melalui seni mural.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Kerangka Pemikiran

Di dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mempunyai landasan berpikir untuk dapat mencari jawaban atas masalah penelitian yang hendak dicapai dengan menggunakan beberapa teori dari para ahli yang memberikan gambaran dari sudut mana masalah penelitian ini akan disoroti. Untuk mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi Mural Medan menjadikan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya, peneliti menggunakan teori identitas sosial menurut Hogg dan Dominic (1998) yang menyatakan bahwa terdapatnya fungsi dari terbentuknya suatu komunitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan individu,

13

komunitas, dan bahkan masyarakat yang memesan karya seni mural dari Komunitas Mural Medan. Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan individu yang dimaksud adalah kesadaran seorang individu yang memiliki dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dilatarbelakangi oleh adanya pengetahuan dan perasaan yang dimilikinya.

Pemenuhan kebutuhan tersebut guna untuk memuaskan dirinya dan memberikan dampak yang positif baginya. Sehingga mendorong individu tersebut untuk melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai ia dapat mencapai suatu kepuasan yang disadarinya, termasuk melalui seni mural. Contoh kebutuhan individu, seperti ketika seseorang melihat suatu pemandangan dalam suatu tempat akan membentuk suatu konsep dan imajinasi yang dapat disalurkannya melalui seni mural dengan beragam teknik yang dimilikinya. Seni mural dapat dianggap sebagai kebutuhan ekspresi yang akan dijelaskan pada sub bab seni mural sebagai ekspresi diri. Begitu pula dengan cara pemenuhan kebutuhan dalam komunitas. Hanya saja kebutuhan komunitas menyangkut tentang kebutuhan kelompok orang yang tergabung ke dalam suatu komunitas dan untuk dilakukan bersama-sama oleh mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan komunitas tersebut. Contohnya yaitu ketika komunitas Mural Medan berusaha untuk bekerjasama dalam menyatukan ide untuk mencapai tujuan menciptakan suatu seni mural baik itu sesuai dengan kebutuhan komunitas maupun kebutuhan client yang akan dijelaskan pada Bab IV. Sementara itu, kebutuhan masyarakat yang dimaksud di sini adalah dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat / client

14

dari Komunitas Mural Medan untuk dapat menarik minat masyarakat akan karya seni mural mereka. Yang mana, Komunitas Mural Medan mencari tau apa saja yang dibutuhkan oleh pihak client yang memesan mural.

Begitu pula, ketika Komunitas Mural Medan melakukan street art, maka komunitas ini melihat hal-hal apa saja yang belakangan ini sedang terjadi di lingkungan masyarakat, sehingga Komunitas Mural Medan dapat membuat suatu karya seni mural selain memiliki nilai estetika juga memiliki pesan kepada masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Fungsi-fungsi ini berkaitan dengan salah satu teori dalam antropologi sosial yaitu fungsional atau a functional theory of culture dari Malinowski yang menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang saling berinteraksi hingga membentuk suatu struktur kelompok serta dijalankan oleh anggota-anggotanya memiliki suatu tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai manusia.

Berangkat dari hal yang sudah peneliti uraikan diatas, maka selanjutnya peneliti ingin melihat apakah melalui seni mural sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya dapat dilihat dari hal-hal apa saja yang dapat membentuk identitasnya. Dalam hal-hal ini, peneliti juga menggunakan teori identitas sosial oleh Richard Jenkins untuk melihat Komunitas Mural Medan dengan beberapa karya seni muralnya sebagai pembentuk identitasnya dalam berkarya. Dalam menganalisis beberapa karya seni mural maka peneliti menggunakan teori dari Roland Barthes tentang tanda dengan makna denotasi, konotasi, hingga

15

mengungkapkan mitos (Berger, 2010:65). Makna denotasi menjelaskan tentang segala sesuatu yang dilihat oleh indera yang dapat menghasilkan makna langsung. Konotasi merupakan makna yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Sedangkan mitos sebagai pesan yang ingin disampaikan yang disesuaikan dengan konteks yang sedang berlangsung.

Suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Karya seni mural yang dimiliki oleh Komunitas Mural Medan pastilah memiliki karya seni mural yang berbeda dengan komunitas mural lainnya, sehingga dapat memberikan identitas pada Komunitas Mural Medan melalui seni mural. Begitu pula dengan identitas beberapa informan dalam penelitian ini sebagai anggota yang tergabung di dalam Komunitas Mural Medan yang pasti juga memiliki identitas diri yang berbeda dengan anggota lainnya dalam hal berkarya melalui seni mural.

Peneliti ingin juga melihat identitas Mural Medan dari ide kreativitas yang berbeda dalam menciptakan suatu karya seni mural dengan menggabungkan keseluruhannya yang dapat menghasilkan suatu karya seni mural yang berbeda dengan karya seni mural dari komunitas mural lainnya. Jenkins, R (2008: 45) juga berpendapat bahwa identitas sosial merupakan identitas individu dan kolektif yang dapat berkembang secara sistematis, dan perkembangan tersebut terjadi akibat kerjasama yang baik di antara sesama anggota komunitas.

Peneliti mencoba mencari tahu tentang kesamaan maupun perbedaan apa saja yang terdapat pada beberapa informan dalam penelitian

16

ini sebagai anggota Komunitas Mural Medan dalam menciptakan suatu karya seni mural melalui pola pikir dan tindakan dalam bermural. Hal ini disesuaikan dengan pendapat dari Jenkins yang juga memberikan pengertian terkait identitas yang didasarkan atas adanya dua kriteria, yaitu perbandingan di antara orang-orang ataupun hal-hal yang berhubungan dengan adanya kesamaan maupun perbedaan yang ada. Di dalam ruang lingkup identitas sosial Komunitas Mural Medan terdapat dua subjek yang menjadi pusat perhatian yang peneliti sesuaikan dengan Jenkins, R (2008:

200-201) dalam mengkaji ruang lingkup identitas sosial, yaitu individu dan kolektif. Dalam identitas kolektif terdapat kumpulan identitas individu dalam beberapa hal yang menampilkan citra yang mirip satu sama lainnya sehingga dapat membentuk suatu identitas kolektif yang kuat (Jenkins, 2008: 102). Dalam hal ini, peneliti ingin melihat beberapa informan yang merupakan bagian dari Komunitas Mural Medan memiliki kesadaran bahwa ia harus menempatkan Mural Medan sebagai dirinya sendiri.

Sehingga ia sadar bahwa ia merupakan milik dan menjadi bagian penting dalam komunitas. Dengan begitu ia dapat menerima nilai-nilai apa saja yang dianut bersama, serta tujuan dan pemikiran yang sama sehingga dapat membentuk ikatan emosional di dalam komunitas (Tajfel, 1972:31).

Setiap individu yang tergabung ke dalam suatu komunitas dapat dengan mudah memperoleh identitasnya. Dalam menghadapi suatu fenomena yang terjadi terkait dengan suatu kelompok komunitas akan memunculkan identitas kolektif yang di dalamnya terdapat kolektif sesuatu hal yang digemari dan solidaritas komunitas.

17

Bagi Jenkins terdapat tiga pola mengidentifikasi masyarakat atau society maupun human world dalam mengkaji identitas sosial, yaitu the individual order, the interaction order, dan the institutional order. The individual order merupakan kesatuan dari wujud manusia yang di dalamnya mencakup sebagian besar adalah cara mereka berpikir dan kepentingan mereka dalam melakukan suatu tindakan. The interaction order merupakan interaksi yang berlangsung di antara sesama individu.

Sehingga seseorang dapat merefleksikan siapa dirinya sendiri dan orang lain. The institutional order berkaitan dengan suatu kelompok atau komunitas sosial yang memiliki pemikiran yang sama dan berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai bersama pula. Dengan adanya tiga pola tersebut maka akan membentuk sebuah human world yang dapat dibaca pada ruang dan waktu pembentuk individu maupun kolektif, yang di dalamnya terdapat interaksi, bertemu dan saling membaur satu dengan yang lainnya di dalam suatu komunitas. Sehingga di dalam identifikasi tersebut terdapat intersubjektif individu dengan melihat internalisasi dan eksternalisasi yang terjadi. Dalam penelitian ini, yang dapat diteliti dalam Komunitas Mural Medan adalah fungsi dari seni mural bagi Komunitas Mural Medan dan komunitas itu sendiri di dalam lingkungan masyarakat dengan menunjukan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya. Seni mural yang dijadikan sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya selain dapat menjadi tanda pengenal saja, terlebih lagi melalui seni mural di dalam Komunitas Mural Medan dapat dilihat bahwa terdapat

18

nilai yang memberikan manfaat bagi para anggota komunitas dalam memperkuat identitas individu yang dapat dikenal oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin melihat bagaimana proses pembentukan seni mural sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar Komunitas Mural Medan. Hal ini sejalan dengan pendapat Burke (2000) yang mengatakan bahwa identitas terbentuk akibat adanya beberapa faktor di luar diri sendiri yang mempengaruhinya dalam membentuk jati dirinya. Di mana seseorang akan menerima pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri sebagai refleksinya dalam bertindak. Dalam hal ini, peneliti mencoba melihat apakah ada beberapa faktor di luar Komunitas Mural Medan, seperti adanya hubungan yang baik di antara Komunitas Mural Medan dengan sesama para pemural baik di luar Komunitas Mural Medan serta terjalinnya interaksi yang baik dengan individu maupun kelompok individu yang di luar dari dunia seni mural yang menikmati dan menggunakan jasa seni mural dari Komunitas Mural Medan. Apakah melalui hal-hal tersebutlah yang dapat mendorong Komunitas Mural Medan untuk semakin memperkuat seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya.

1.2.2 Budaya Populer

Manusia tidak pernah lepas dari suatu kebudayaan yang membentuk segala tindakan yang hendak dilakukan. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yang artinya adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” ataupun “akal”. Kebudayaan dapat diartikan

19

sebagai suatu tindakan yang berdasarkan atas akal budi manusia.

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas/tindakan yang berulang-ulang dilakukan oleh manusia yang merupakan suatu cara hidup yang berkembang di sekitar lingkungan hidup yang dapat diberikan dan diterima dari individu ke individu lainnya maupun dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat haruslah selektif dalam menentukan setiap pola tindakannya yang disesuaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut berguna untuk mendukung komunikasi dan pedoman dalam bertindak dengan masyarakat lainnya di dalam lingkungan sosial budayanya. Geertz (dalam Nooryan, 2008:46) mengatakan bahwa hal-hal tersebut yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuannya yaitu dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Sementara itu, kata populer memiliki makna, yaitu karya yang banyak disukai orang dan tindakan dalam membuat karya tersebut didorong untuk menyenangkan orang lain (Storey, 2003:10). Budaya populer dilahirkan sendiri oleh masyarakat pendukungnya sebagai konsumen aktif dan secara masif menyerap budaya asing sehingga dapat membentuk suatu kebudayaan baru di dalam lingkungan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan adanya hasrat manusia ingin mengikuti sesuatu hal yang dianggap trend. Sebagaimana yang diketahui pada era globalisasi saat ini, masyarakat sangat mudah untuk mengakses apapun yang sedang trend baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri yang dapat mempengaruhi pola pikir hingga pola hidup masyarakat saat ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya populer dapat disandingkan dengan budaya

20

konsumsi masyarakat masa kini yang didukung oleh adanya media massa atau internet. Penggunaan media massa atau internet dianggap sangat efektif untuk dapat menyebarluaskan budaya populer dengan menjangkau jumlah orang yang tidak terbatas dalam waktu yang cukup singkat (Piliang, 2018:217). Tidak sedikit masyarakat yang mengikuti apa saja yang sedang trend sehingga baik disadari maupun tidak disadari bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi manusia untuk menuntut dirinya sendiri mengikuti sesuatu hal yang sedang trend tersebut karena tidak mau dianggap ketinggalan zaman. Manusia membangun makna dirinya melalui citra dan gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana pendapat Yasraf Amir Piliang (2018) yang mengatakan bahwa kehadiran budaya populer adalah ingin mendorong masyarakat untuk menjadi seorang imitator. Masyarakat konsumsi masa kini sangat dipengaruhi oleh teknologi yang semakin canggih, dimana seiring dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menginterpretasikan bagaiaman cara masyarakat dapat mengkonsumsinya yang melahirkan penyeragaman rasa dan hal tersebut disadari oleh masyarakat itu sendiri. Hal ini juga sesuai dengan pendapat dari Stan Le Roy Wilson (dalam Ilham, 2017) yang mengatakan bahwa budaya populer berada di sekitar kehidupan manusia, yang dengannyalah manusia saat ini berpedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga hal tersebut menimbulkan adanya ideologi kapitalis yang dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia hingga mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan manusia, salah satunya seperti seni (Piliang, 2018:166).

21 1.2.3 Seni

Seni termasuk ke dalam salah satu dari ketujuh unsur kebudayaan manusia yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Dalam buku An Introduction To Anthropology karya dari Beals dan Hoijer (1959) mengatakan bahwa seni merupakan suatu tindakan ataupun kegiatan yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai praktis atau utilitarian yang memiliki komponen estetika di dalamnya sehingga memberikan kepuasan tersendiri baik itu bagi seniman dan bagi siapapun yang berpartisipasi dalam karya seni sebagai kolaborator dan penonton seni.

Disadari maupun tidak disadari bahwa pada kenyataannya adalah manusia selalu hidup berdampingan dengan seni. Suatu seni tidak dapat lahir dengan sendirinya tanpa ada pencipta seni, yaitu masyarakat yang menjadi pelaku dari lahirnya suatu kesenian. Dengan adanya beragam aktivitas yang memuat komponen estetika dan bersifat universal sudah dapat dikatakan sebagai suatu seni, meskipun sejarah dan asal-usul seni tidak dapat dilacak.

Seni diartikan oleh Susanne K. Langer (dalam Jakob, 2000: 66) melalui tiga prinsip yang berlaku secara menyeluruh, yaitu ekspresi, kreasi, dan bentuk seni. Seni merupakan suatu media yang digunakan oleh individu untuk menyalurkan ekspresi jiwanya. Seni sebagai ekspresi yang memiliki pengertian bahwa adanya suatu upaya yang dikeluarkan oleh manusia dari alam pikiran maupun gagasannya yang pada dasarnya berada dalam akal budinya dan perasaannya. Seorang seniman dalam

22

menciptakan suatu karya seni tidak hanya berdasarkan pengalaman pribadinya saja namun juga dari pengalaman orang lain. Seorang seniman harus mampu keluar dari perasaan personalnya. Seni yang didasarkan pada adanya ekspresi serta gagasan/ ide kreativitas dari diri sendiri akan menghasilkan suatu karya seni yang berbeda dengan karya seni seniman lainnya.

Suatu karya seni dapat diproduksi baik itu oleh individu maupun beberapa individu yang berkolaborasi dalam menyalurkan ekspresinya masing-masing melalui seni. Suatu seni dapat diciptakan dari hasil penyatuan gagasan ataupun ide-ide kreativitas dan ekspresi dari sekumpulan individu yang berkontribusi dalam memproduksinya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu seni tercipta akibat adanya suatu tindakan dari individu. Setiap tindakan individu-individu tersebut pasti dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya serta kemampuan dalam merespons lingkungan dalam medium yang secara estetis memuaskan.

Beals dan Hoijer (1959) mengatakan bahwa terdapat beberapa fungsi dari seni, yaitu sebagai berikut:

1. Seni berfungsi sebagai media komunikasi.

Dalam suatu seni, biasanya seseorang menyalurkan ekspresi jiwanya terhadap sesuatu hal maupun ingin menyampaikan suatu pesan dalam karya seninya. Baik itu terjadinya komunikasi secara verbal maupun non verbal dari seniman yang menciptakan suatu karya seni kepada para penonton karya seninya. Dapat dikatakan bahwa seni memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Dalam buku An Introduction To Anthropology

23

karya Beals dan Hoijer (1959) menjelaskan bahwa yang paling umum dari fungsi seni adalah sebagai media komunikasi. Beals dan Hoijer (1959 : 606) menjelaskan seni sebagai media komunikasi yang dikaitkan dengan tradisi budaya untuk memperkuat kepercayaan, adat, dan nilai-nilai. Dapat dilihat dari fungsi komunikasi seni dalam keagamaan, seperti representasi adegan religius dan tokoh-tokoh dalam kitab keagamaan yang dilukiskan pada dinding-dinding suatu gereja yang fungsinya untuk menciptakan suasana emosional dan pengetahuan yang mengingatkan manusia pada hal-hal keagamaan dan kepercayaan melalui representasi tersebut. Secara langsung terjadi suatu bentuk komunikasi antara seniman dan pengamat seni sebagai media perantaranya.

Seni berfungsi juga untuk menyampaikan berbagai pesan moral, budaya dan sosial. Seperti contohnya, ada suatu lukisan yang memuat pesan yang diciptakan oleh seniman berasal dari Bali yaitu Slinat dengan karya muralnya yang memuat pesan berisi kritikan terhadap ketidakseimbangan kondisi lingkungan alam yang menyebabkan polusi udara di Bali. Karya seni yang diciptakan Slinat berisi harapan bahwa pesan yang hendak disampaikannya tersebut melalui seni mural yang diciptakannya kepada para khalayak ramai yang melihatnya. Jika pesan tersebut berhasil diinterpretasikan dan unsur estetikanya dirasakan oleh beberapa orang yang melihatnya maka dapat dikatakan bahwa ia berhasil menciptakan suatu seni.

24

2. Seni berfungsi sebagai media penyalur ekspresi estetika.

Secara psikis, seni juga berfungsi untuk menyalurkan ekspresi estetika seseorang. Sesuatu yang dianggap memiliki nilai keindahan, kebenaran, dan membangkitkan perasaan senang maupun kagum terhadap sesuatu yang berada di luar diri seseorang dapat disalurkan melalui seni.

Komponen estetika merupakan sesuatu yang dianggap memiliki nilai keindahan yang menimbulkan perasaan simbolis dari individu baik itu senang dan kepuasan tersendiri dari dalam jiwa manusia ketika menciptakan maupun ketika melihat suatu karya seni. Beals dan Hoijer (1959) menjelaskan tentang kepuasaan estetika manusia yang diperoleh dari ekspresi keahlian khusus dalam proses menciptakan suatu karya seni.

Contohnya, seperti dalam aktivitas artistik yang terjadi pada manusia Neandertal, yang mengumpulkan pigmen mineral, seperti oker, dan mungkin telah menggunakannya untuk hiasan tubuh sebagai dorongan estetika.

3. Seni berfungsi sebagai tradisi budaya

Seni juga merupakan milik suatu budaya dan yang ikut serta dalam proses serta perubahan budaya. Semua aspek seni juga ditentukan secara budaya. Hal tersebut dapat diperhatikan dari sikap seniman terhadap seni.

Bagaimana ia memandang seni sebagai suatu bagian dari budayanya sehingga mulai memperhatikan teknik dalam berseni, pilihan materi-materi seni, preferensi pada seni, dan yang paling penting adalah fungsi dari seni tersebut dalam suatu tradisi kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

25

Kajian antropologi seni melihat suatu seni bukan pada karya seni yang sudah jadi melainkan lebih melihat proses yang dikuasai dalam menyalurkan gagasan dan ekspresi dari seniman dalam memproduksi karya seni dan berpotensi memiliki artistik di dalamnya. Maka dari itu, dalam mengkaji suatu seni terdapat tiga unsur dalam seni yang saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan secara umum, yaitu seniman, karya seni, dan publik (Rahim, 2009).

1.2.4 Seni Mural

Asal-usul kata mural berasal dari Bahasa Latin yaitu „murus‟ yang artinya adalah dinding (Gazali, 2017). Mural termasuk ke dalam salah satu jenis seni rupa dua dimensi. Seni mural merupakan suatu bentuk lukisan ataupun gambar dengan menggunakan beberapa jenis cat yang diaplikasikan pada dinding, lantai, atap, bahkan meja yang memiliki sifat permanen. Terdapat beberapa bukti yang ditemukan bahwa mural mengalami perkembangan terutama di Perancis. Peninggalan-peninggalan seni mural pada zaman prasejarah, seperti seni mural yang telah ada sejak 40.000 tahun yang lalu di sebuah gua di Lascaux (Gua Lascaux, Februari 7, 2019). Di zaman prasejarah tersebut, manusia yang menciptakan seni mural dengan menggunakan alat dan bahan yang sangat sederhana dengan hanya memanfaatkan sari-sari buah dalam melukis. Hal tersebut dikarenakan pada zaman prasejarah manusia belum menemukan cat air dan beberapa jenis cat lainnya yang biasa digunakan dalam memproduksi seni mural pada zaman sekarang ini. Seni mural yang paling terkenal dan menjadi inspirasi banyak orang yaitu mural karya dari Pablo Picasso yang

26

dinamakan Guernica atau Guernica y Luno. Mural ini dibuat pada saat terjadinya peristiwa perang sipil di Spanyol. Tujuannya untuk memperingati peristiwa pengeboman oleh tentara Jerman yang terjadi di sebuah desa kecil.

Betapa banyaknya tujuan dari penggunaan seni mural dari zaman dahulu, salah satunya pada era kemerdekaan Republik Indonesia. Para pemuda menggunakan seni mural sebagai media untuk menyalurkan suara rakyat dan memberikan semangat perjuangan pada rakyat Indonesia hingga sebagai media kritik terhadap keadaan politik Indonesia pada saat itu. Hal tersebut memunculkan komunitas pada era 1990-an seperti Taring Padi dan Apotik Komik. Taring Padi sebagai contoh dari kumpulan

Betapa banyaknya tujuan dari penggunaan seni mural dari zaman dahulu, salah satunya pada era kemerdekaan Republik Indonesia. Para pemuda menggunakan seni mural sebagai media untuk menyalurkan suara rakyat dan memberikan semangat perjuangan pada rakyat Indonesia hingga sebagai media kritik terhadap keadaan politik Indonesia pada saat itu. Hal tersebut memunculkan komunitas pada era 1990-an seperti Taring Padi dan Apotik Komik. Taring Padi sebagai contoh dari kumpulan

Dokumen terkait