• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN SKRIPSI"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi Sosial

Disusun Oleh:

CAROLINE BR GURNING 160905036

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah dipertahankan oleh:

Nama : Caroline Br Gurning NIM : 160905036

Program Studi : Antropologi Sosial

Judul : SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN

Pada ujian komprehensif yang dilaksanakan : Hari : Selasa

Tanggal : 7 Juli 2021 Pukul : 10.00 WIB

Dengan penyempurnaan / perbaikan yang telah disetujui oleh Tim Penguji :

1. KetuaPenguji : Dra. Nita Savitri, M.Hum ( ) NIP: 196101251988032001

2. Penguji I : Dr. Asmyta Surbakti, M.Si ( ) NIP: 1960003251986012001

3. Penguji II : Dra. Rytha Tambunan, M.Si ( ) NIP: 196308291990032001

(4)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain dan tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juli 2021 Penulis

Caroline Br Gurning NIM. 160905036

(5)

ii ABSTRAK

Caroline Br Gurning, 2021. Judul Skripsi : SENI MURAL DAN IDENTITAS PADA KOMUNITAS MURAL MEDAN.

Skripsi ini mendeskripsikan tentang seni mural, seniman mural yang tergabung ke dalam Komunitas Mural Medan, dan selintas perkembangan seni mural di Kota Medan. Skripsi ini bertujuan untuk melihat mengapa Komunitas Mural Medan menjadikan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya.

Dengan melihat latar belakang pembentukan identitas Komunitas Mural Medan melalui fungsi-fungsi seni mural dalam komunitas tersebut. Kajian antropologi dalam melihat seni mural sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya melalui beberapa tahap dalam membuat suatu karya seni mural dengan menggunakan berbagai teknik yang dimiliki sebagai ekspresinya hingga dapat memberikan rasa kepuasan estetika tersendiri bagi Komunitas Mural Medan yang memiliki karya seni mural yang berbeda dengan komunitas mural lainnya yang dapat membentuk identitasnya dalam berkarya. Serta apresiasi masyarakat yang dianggap penting dalam mempengaruhi identitas Mural Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan percakapan persahabatan serta analisis dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.

Informan dalam penelitian ini adalah beberapa anggota Komunitas Mural Medan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap orang/ kelompok orang membutuhkan identitas dirinya yang dapat dikenal oleh orang lain. Identitas diperoleh melalui seni mural. Seperti halnya pada Komunitas Mural Medan yang menjadikan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya. Komunitas Mural Medan sebagai wadah bagi para seniman mural untuk dapat sharing pengetahuan tentang seni mural, mengekspresikan diri, dan menggembangkan kreativitasnya.Terdapat beberapa fungsi dari seni mural dalam Komunitas Mural Medan yang menjadi latar belakang bagi komunitas ini menjadikan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya. Peran seni mural yang diciptakan mengandung unsur estetika yang dapat membangkitkan perasaan seseorang.

Kepuasan estetika yang dialami oleh setiap pemural juga berbeda-beda, tergantung pada kemampuan yang mereka miliki melalui keahlian teknik dalam bekerjasama membuat seni mural, juga dapat menjadikan identitasnya dalam berkarya dengan menggunakan media lainnya. Hal menarik lainnya adalah Komunitas Mural Medan selalu berupaya untuk mengangkat tema kebudayaan sebagai identitasnya dalam berkarya melalui seni mural. Adanya pembentukan makna yang menjelaskan bahwa suatu hal yang modern dapat dikombinasikan dengan kebudayaan sehingga dapat menghasilkan karya seni mural yang dapat mengikuti trend saat ini.

Kata-Kata Kunci : Seni mural, ekspresi, estetika, identitas, komunitas.

(6)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Tentunya sangat banyak tantangan dan pergumulan yang penulis hadapi dalam proses penyelesaian tulisan ini. Namun dengan berkat dan penyertaan Tuhan, penulis dimampukan untuk menyelesaikannya dengan sempurna.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tentunya banyak pihak yang turut membantu penulis, memberikan dukungan, bimbingan serta saran yang membangun. Pertama-tama penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang sudah selalu memberikan dukungan melalui doa, nasihat serta material.

Rasa terimakasih yang besar juga penulis sampaikan kepada keluarga yang selalu mendukung (kakak, adik, dan keluarga besar). Tanpa doa dan dukungan dari mereka, penulis tidak akan mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant selaku ketua Departemen Antropologi Sosial. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Antropologi Sosial yang sudah banyak membantu serta menjadi contoh yang baik, selama penulis mengecam pendidikan di Departemen Antropologi Sosial. Terlebih kepada Ibu Dra.Rytha Tambunan, M.Si selaku dosen Penasehat Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi, yang banyak memberikan saran dan dukungan kepada penulis, sejak awal pengajuan judul skripsi. Terimakasih untuk semua ilmu, dukungan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Banyak hal baik yang penulis teladani dari beliau, sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian proses mendapatkan gelar

(7)

iv

Strata 1 (S-1) dari Departemen Antropologi Sosial. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam atas bimbingan serta perhatian yang diberikan oleh beliau selaku dosen pembimbing. Penulis merasa bahwa beliau sudah seperti ibu.

Tak lupa juga, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si selaku dosen penguji dan Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum selaku ketua penguji yang turut memberikan saran dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

Banyak pelajaran dan motivasi yang penulis dapatkan dari bapak dan ibu dosen Antropologi Sosial.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh informan dalam penelitian ini. Karena tanpa bantuan semua informan yang terlibat, penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Komunitas Mural Medan, yang sudah bersedia menjadi objek dalam penelitian ini. Terlebih kepada Abang Fedricho Purba, Agung Rianto, Bembeng, Fabo, Rori Sirait dan Fahmi selaku informan, dan kepada semua anggota komunitas Mural Medan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu. Mural Medan sangat terbuka menyambut dan membantu penulis selama proses penelitian. Kiranya Tuhan yang membalas setiap kebaikan dari Komunitas Mural Medan.

Rasa terimakasih yang besar juga penulis ucapkan kepada teman-teman dekat yang sudah selalu mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini.

Kepada Luvv, WE, Atlit Bowling, HMMM, Bucin, Cell, Ayam Panggang, Kocik, Squash Delight, Riko, Theo, Lode, Reyka, Yael, dan Friska Siagian, terimakasih sudah selalu memberi semangat, pengetahuan dan dukungan, terlebih ketika penulis berada di masa-masa sulit. Penulis berharap kita dapat saling

(8)

v

berkomunikasi dan silaturahmi. Semoga kebaikan yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis juga berharap semoga teman-teman semua selalu dalam keadaan sehat, dan tidak memiliki kendala dalam proses penulisan skripsi.

Selain dari yang sudah penulis sebutkan di atas, pastinya masih banyak teman, sahabat dan keluarga yang memberi dukungan demi terselesaikannya skripsi ini. Untuk semua pihak yang tidak bisa diucapkan satu per satu, penulis ingin berterima kasih dan semoga Tuhan selalu memberkati. Akhir kata penulis ingin mengucapkan terimakasih dan mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan saya.

Medan, Juli 2021 Penulis

Caroline Br Gurning NIM. 160905036

(9)

vi

RIWAYAT HIDUP

Caroline Br Gurning , lahir di Kota Medan, pada tanggal 29 Januari 1997. Lahir dan dibesarkan oleh pasangan suami-isteri yakni Jhonny Gurning dan Juida Hutabarat.

Merupakan anak sulung dari dua saudara. Beragama Kristen Protestan dan bersuku Batak Toba. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email:

olinemaria5@gmail.com

Adapaun riwayat pendidikan penulis sebagai berikut:

1. Tahun 2003 masuk di SD SWASTA METHODIST- 5 MEDAN

2. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMP SWASTA METHODIST- 5 MEDAN

3. Tahun 2012, masuk SMA SWASTA METHODIST- 5 MEDAN 4. Tahun 2016 sampai dengan sekarang, melanjutkan pendidikan di

Departemen Antropologi Sosial, Universitas Sumatera Utara.

Selama proses perkuliahan, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan.

Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peserta kegiatan Inisiasi Antropologi FISIP USU pada tahun 2016 2. Panitia acara Natal Antropologi Sosial USU pada tahun 2017

(10)

vii

3. Anggota di Himpunan Mahasiswa Departemen Antropologi Sosial FISIP USU periode 2018-2019

4. Workshop Go Green and Art FISIP USU, Medan 2017

5. Peserta Seminar The Best Way To Be Smart, Active, and Creative in University pada tahun 2016

6. Peserta Seminar Nasional Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, pad atahun 2018

7. Peserta Seminar Pengenalan Arkeologi pada tahun 2019.

8. Sebagai peserta kegiatan Praktek Kerja Lapangan-Tinggal Bersama Masyarakat di desa Sarimarihit, Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir, pada tahun 2020

9. Peserta pelatihan mural kota yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Lapangan Kerja (BBPKL) Medan dan Komite ekonomi kreatif (Koekraf) Medan, pada tahun 2020.

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seni Mural dan Identitas Pada Komunitas Mural Medan”. Banyak rintangan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis berhasil melalui dan menyelesaikannya dengan baik. Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis berharap kepada semua pihak, jika terdapat kekurangan maupun kesalahan pada tulisan ini, agar dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap bahwa tulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Medan, Juli 2021 Penulis

Caroline Br Gurning NIM. 160905036

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 12

1.3. Rumusan Masalah ... 27

1.4. Tujuan Penelitian ... 29

1.5. Metode Penelitian ... 30

1.6. Pengalaman Penelitian ... 36

BAB II. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 43

2.1.Selintas Perkembangan Seni Mural di Dunia ... 48

2.2.Selintas Perkembangan Seni Mural di Indonesia ... 52

2.3.Selintas Perkembangan Seni Mural di Medan ... 59

2.4.Komunitas Mural Medan ... 63

2.5.Sejarah Komunitas Mural Medan ... 66

2.6.Struktur Organisasi Komunitas Mural Medan ... 73

2.7.Kegiatan Komunitas Mural Medan ... 76

BAB III. Komunitas Mural Medan ... 79

3.1.Pengenalan Informan Akan Seni Mural ... 79

3.1.1. Fedricho Purba ... 79

3.1.2. Agung Rianto ... 81

3.1.3. Bembeng ... 81

3.1.4. Rori Sirait ... 82

3.1.5. Fabo ... 83

3.1.6. Fahmi... 84

3.2.Fungsi-Fungsi Seni Mural ... 85

3.2.1. Seni Mural Sebagai Estetika ... 85

3.2.2. Seni Mural Sebagai Ekspresi Diri ... 93

3.2.3. Seni Mural Sebagai Pendukung Perekonomian ... 109

3.2.4. Seni Mural Sebagai Media Promosi ... 112

3.2.5. Seni Mural Sebagai Media Komunikasi ... 118

(13)

x

BAB IV. SENI MURAL SEBAGAI IDENTITAS MURAL MEDAN ... 123

4.1.Identitas Mural Medan ... 123

4.1.1. Kerjasama dan Solidaritas ... 124

4.1.2. Tema Kebudayaan Dalam Berkarya ... 131

4.1.3. Diversifikasi Kreativitas Mural Medan ... 152

4.1.4. Diversifikasi Kreativitas Informan ... 154

4.2.Pengenalaan Seni Mural Kepada Masyarakat ... 162

4.2.1. Pandangan Vandalisme ... 162

4.2.2. Mengikuti Selera Masyarakat (trend) ... 165

4.2.3. Media Promosi Komunitas Mural Medan ... 166

4.2.4. Pelatihan Mural ... 172

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 174

5.1. Kesimpulan ... 174

5.2. Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 179

LAMPIRAN ... 182

Interview Guide ... 182

Dokumentasi Peneliti ... 185

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Informan... 35

Tabel 2. Selintas Perbedaan Seni Mural dan Grafiti ... 44

Tabel 3. Klasifikasi Beberapa Komunitas Mural Di Sumatera Utara ... 89

Tabel 4. Diversifikasi Kreativitas Informan... 155

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Logo Komunitas Mural Medan ... 69

Gambar 2. Konsep Pada Proses Desain ... 100

Gambar 3. Sketsa Pada Proses Desain ... 101

Gambar 4. Colouring Pada Proses Desain ... 102

Gambar 5. Sketsa Dalam Proses Mural... 104

Gambar 6. Colouring & Detail Pada Proses Mural ... 107

Gambar 7. Finishing Pada Proses Mural... 109

Gambar 8. Mural di Dinding Point Coffee Mandala By Pass ... 138

Gambar 9. Mural di Dinding Gundaling Farm ... 143

Gambar 10. Mural di Dinding Starbucks Reserve Deli Park Medan ... 147

Gambar 11. Tato Karya Fedricho Purba ... 156

Gambar 12. Lukis Kanvas “Penjaga Kewarasan” Karya Fedricho ... 157

Gambar 13. Kreativitas Fabo Melalui Lukis Kanvas ... 158

Gambar 14. Scribble Art Karya Rori Purba ... 160

Gambar 15. Desain Grafis dan Custom Sepatu Karya Bembeng ... 161

Gambar 16. Apreasiasi Masyarakat Pada Karya Mural Medan ... 169

(16)

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Struktur Organisasi Komunitas Mural Medan……….74

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seni merupakan suatu media atau wadah bagi manusia untuk dapat menyalurkan ekspresi jiwanya terkait tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan dari dalam dirinya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal untuk berpikir, sistem indera untuk melihat, menyentuh, dan memiliki perasaan. Sehingga ketika manusia melihat ataupun meraba sesuatu akan mendorongnya untuk berpikir serta timbulnya suatu perasaan baik itu senang maupun sedih sebagai responnya.

Respon manusia akan menghasilkan suatu bentuk ekspresi dari dalam dirinya.

Manusia berupaya untuk mengeluarkan ekspresi jiwanya yang didasarkan atas hasil ide/gagasan, karsa, dan rasa setiap manusia yang lahir melalui hasil pengamatan dan penikmatan terhadap sesuatu yang berada di lingkungan hidupnya, baik itu lingkungan budaya, sosial serta alam sehingga mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan atau menyalurkannya melalui seni yang disebut sebagai ekspresi seni. Ekspresi seni tersebut akan menjadi pengalaman seseorang dalam membuat suatu seni yang memberikan kepuasan tersendiri ketika memproduksinya atau orang-orang yang dapat melihat seni tersebut.

Di dalam diri manusia juga memiliki ekspresi estetika sebagai salah satu unsur yang terdapat di dalam seni. Perlu diingat bahwa setiap manusia memiliki nilai estetika yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan oleh Beals dan Hoijer (1959: 597) pada bab The Arts dalam buku An Introduction To Anthropology bahwa setiap kelompok manusia memerlukan kepuasan estetika yang merupakan ekspresi dari manusia itu sendiri. Manusia akan mengalami kepuasan estetika

(18)

2

ketika dalam proses menciptakan suatu karya seni. Contohnya, ketika seorang seniman mulai menggoreskan warna cat dengan menggunakan kuas ke kanvas untuk membuat suatu pola gambar yang terlebih dahulu sudah dirancangnya dengan baik dan hal tersebut sudah memberikan suatu kepuasaan tersendiri baginya. Sehingga dapat dikatakan bahwa estetika seni juga berbicara tentang pengalaman seseorang dalam memproduksi seni yang sebagai simbolis dari perasaannya.

Manusia sebagai makhluk yang memiliki selera, perasaan, dan berakal juga memiliki kebutuhan untuk menikmati dan mengungkapkan perasaan keindahan. Hal tersebut dikarenakan adanya kebutuhan dasar manusia untuk dipenuhi yang menyangkut dengan psikologinya yang berkaitan dengan seni. Jika seseorang sudah mencapai suatu kepuasan tersendiri melalui seni maka ia akan memperoleh sebagian dari identitas dirinya. Seni termasuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan manusia dan merupakan wujud dari kebudayaan itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa seni dan manusia hidup saling berdampingan dan saling mempengaruhi. Seni sebagai salah satu unsur kebudayaan, juga dapat mempengaruhi unsur kebudayaan lainnya. Contohnya, dalam setiap proses upacara ritual suatu etnis pastilah memiliki seni tersendiri. Begitu pula ketika dalam menjalankan sebuah tata ibadah keagamaan, ada beberapa lagu dinyanyikan dengan diiringi oleh berbagai instrumen musik pendukung lagu tersebut juga terdapat seni di dalamnya. Betapa pentingnya kehadiran seni dalam kehidupan manusia. Ketika manusia menyalurkan ekspresinya melalui seni akan menghasilkan suatu bentuk karya seni yang berbeda-beda sehingga dapat membedakannya dengan manusia lainnya, hal inilah yang juga akan

(19)

3

memunculkan identitas pada dirinya. Kita juga dapat melihat setiap masyarakat mempunyai bentuk keseniannya tersendiri yang menjadi identitas dari suatu masyarakat tersebut. Pada umumnya, bentuk-bentuk kesenian yang tampak berupa patung, ukiran, lukisan, musik maupun hiasan. Bentuk karya seni yang telah diciptakan oleh manusia mengandung makna tersendiri karena di dalamnya terdapat pola pikir dan beragam tindakan dari manusia yang melatarbelakanginya untuk menciptakan suatu karya seni.

Nilai estetika yang terdapat dalam kesenian dipengaruhi oleh pola kebudayaan dalam suatu masyarakat, karena karya seni bukan hanya secara individual, namun juga merupakan karya suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan. Contohnya adalah Gorga, yang merupakan hasil karya dari kebudayaan Batak Toba. Melalui karya seni tersampaikan segala ide, sikap, dan nilai dari seniman sebagai individu maupun bagian dari lingkungan sosialnya.

Bahkan di dalam kehidupan masyarakat pada masa kini sama sekali tidak pernah terlepas dari ekspresi estetika melalui seni. Ekspresi estetika juga dapat disalurkan melalui berbagai wujud kesenian lainnya, termasuk seni mural yang sedang digandrungi oleh beberapa masyarakat. Masyarakat masa kini akan dibentuk dari suatu hal-hal apa saja yang sedang terjadi (trend) di lingkungannya, hal inilah menjadi bagian dari budaya populer. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada kenyataannya, masyarakat masa kini yang aktif menggunakan internet yang tujuannya adalah untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sedang trend yang dapat memberikan kesenangan ataupun hiburan bagi masyarakat inilah yang disebut sebagai budaya populer (Pilliang, 2018). Dalam hal ini, peneliti kaitkan dengan eksistensi seni mural yang sudah mencapai puncak popularitasnya kurang lebih

(20)

4

lima tahun belakangan ini diKota Medan. Eksistensi seni mural sudah pasti tidak lepas dari peran para seniman mural dan penikmat mural. Bagi seniman mural, seni mural dapat dijadikan sebagai identitas mereka dalam berkarya. Sehingga tak sedikit, ada beberapa pengusaha kuliner khususnya kafe yang melirik seni mural yang dapat juga memberikan identitas pada usahanya. Dapat diperhatikan bahwa dengan semakin menjamurnya kafe sebagai tempat nongkrong masyarakat saat ini yang merupakan budaya baru masa kini. Sehingga seorang pengusaha membuat suatu konsep kafe yang semenarik mungkin untuk dapat menarik minat pengunjung yang disesuaikannya dengan selera dan trend masa kini. Dapat dilihat dalam sebuah kafe terdapat beberapa jenis seni di dalamnya, seperti memberikan fasilitas kepada para pengunjung dengan menyuguhkan live musik dan desain interior maupun desain eksterior yang merupakan bagian dari seni. Di masa sekarang ini, banyak dijumpainya seni mural sebagai bagian dari desain interior maupun desain eksterior suatu kafe.

Seni mural juga termasuk ke dalam salah satu jenis seni rupa yang juga termasuk ke dalam salah satu produk dari budaya pop. Hal tersebut dikarenakan adanya dampak yang ditimbulkan dari globalisasi saat ini yang erat kaitannya dengan budaya massa. Beragam teknik industrial produksi massa yang disesuaikan dengan selera masyarakat masa kini yang kemudian akan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari masyarakat konsumen dengan bantuan teknologi yang semakin canggih sebagai jembatan untuk mempengaruhi masyarakat tersebut merupakan budaya pop dan termasuk juga ke dalam budaya massa. Seni mural merupakan suatu lukisan yang diaplikasikan pada dinding ataupun permukaan luas lainnya yang memiliki sifat permanen sebagai medianya

(21)

5

yang bersifat bebas dengan menggunakan cat dan teknik khusus dalam proses pembuatannya yang dapat menghasilkan suatu lukisan yang dapat bertahan hingga sampai tujuh tahun lamanya. Perkembangan yang dialami oleh seni mural menjadikannya sebagai bagian dari sejarah hidup manusia yang merupakan produk dari suatu kebudayaan manusia. Penggunaan seni mural ini nyatanya sudah ada sejak zaman prasejarah di negara-negara Eropa. Manusia pada zaman prasejarah yang menggunakan seni mural dengan berbagai tujuan, seperti menggambarkan kehidupan/aktivitas sehari-hari manusia pada zaman itu termasuk ritual yang digunakan (Sheehan, 2019). Hal tersebut menandakan bahwa kebudayaan manusia pada masa itu sudah terbentuk yang dapat diketahui melalui seni mural yang dibuat pada gua-gua.

Seni mural mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.

Baik dalam cara berpikir, teknik pembuatannya, hingga fungsinya. Sebagai contoh, pada zaman dahulu manusia dapat melukis dengan menggunakan peralatan sederhana yang diperolehnya dari alam. Berbeda dengan sekarang para seniman telah dibantu dengan peralatan yang lebih modern. Seni mural mengalami puncak popularitas ketika Pablo Picasso menciptakan suatu karya seni mural yang diberinya tema Guernica atau Guernica y Luno merupakan bentuk kegelisahan terhadap terjadinya perang sipil di Spanyol pada tahun 1937. Lewat lukisannya, Pablo Picasso ingin menyampaikan kepada siapapun yang melihat karyanya tersebut terdapat kebenaran dan membongkar kebohongan yang terjadi sehingga menimbulkan peperangan (Kuncahyono, 2019). Tidak hanya terdapat di luar negeri, nyatanya seni mural juga terdapat di Indonesia. Pada awalnya, seni mural digunakan oleh para pemuda pejuang kemerdekaan sebagai media ataupun

(22)

6

wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa itu (Barry, 2008). Hal tersebut dilakukan karena para pemuda pada masa itu tidak dapat menyatakan pendapat dan keresahannya atas situasi pada masa itu kepada para penguasa negeri. Sehingga para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia lebih memilih seni mural sebagai media ataupun wadahnya dalam menyalurkan ekspresi mereka pada masa sulit tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat beberapa kota besar di Indonesia yang merupakan kota sebagai tempat berkembangnya seni mural dengan baik, yaitu Yogyakarta, Bali, dan Surabaya. Melalui seni mural ini dapat membentuk suatu komunitas yang bergerak di bidang seni mural. Seperti Komunitas Apotik Komik yang berasal dari Yogyakarta dan Serikat Mural Surabaya (SMS) yang merupakan sekumpulan seniman-seniman yang kreatif dalam menciptakan beragam corak dan tema yang dipresentasikan lewat seni mural. Penggunaan seni mural tidak hanya menyalurkan aspirasi pemuda-pemudi saja tetapi juga dapat melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal melalui seni mural, seperti keberadaan seni mural di Bali yang sangat kental dengan budaya.

Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang juga mengalami perkembangan seni mural yang cukup pesat pada masa sekarang ini.

Jika dahulu seni mural berada di sekitaran dinding jalanan, namun saat ini seni mural sudah menghiasi ruangan sebagai bagian dari desain interior maupun desain eksterior khususnya di kafe. Seni mural berfungsi sebagai media untuk menyalurkan ekspresi dari beberapa pemuda di Kota Medan yang bersepakat untuk membangun jargon Kota Medan sebagai kota seni melalui seni mural.

(23)

7

Sekelompok pemuda tersebut adalah Komunitas Mural Medan yang bersepakat untuk membentuk suatu komunitas yang lebih serius dalam menekuni dan mendorong eksistensi seni mural diKota Medan.

Mural Medan merupakan suatu komunitas yang terdiri dari sepuluh orang yang memiliki pemikiran dan hobi yang sama dalam bidang seni mural. Anggota Komunitas Mural Medan juga memiliki latar belakang pendidikan yang beragam yang dipersatukan dengan kecintaan akan seni mural. Seni mural bagi Komunitas Mural Medan merupakan suatu media dalam bentuk seni lukis yang sangat efektif dalam menyalurkan ekspresi. Selain memuat estetika sebagai komponen paling utama, seni mural juga memuat pesan-pesan bermakna yang hendak disampaikan secara visual kepada masyarakat umum. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pesan dapat disampaikan oleh seniman Mural Medan secara verbal kepada khalayak ramai. Seorang seniman dapat berekspresi dengan berbagai corak mulai dari wujud yang sederhana hingga membentuk suatu seni yang kompleks dengan nilai estetika di dalamnya yang dapat dinikmati dan disalurkan lewat seni mural.

Seni mural dapat dijadikan sebagai salah satu media yang cukup menjadi pilihan alternatif dalam menyalurkan aspirasi rakyat. Juga kegelisahan diri dari pencipta mural atas realitas kehidupan yang sedang dihadapi.

Komunitas Mural Medan juga ingin mengubah kacamata masyarakat luas yang masih kurang dalam memahami seni mural dan fungsi mural yang sebenarnya. Pada umumnya, masih banyak masyarakat yang memiliki pemandangan bahwa setiap goresan yang membentuk pola gambar yang berada di

(24)

8

dinding-dinding jalanan merupakan suatu tindakan vandalisme1 yang diciptakan dari beberapa pihak yang berperilaku cenderung negatif dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut. Tindakan tersebut biasanya dari beberapa kalangan masyarakat yang menuangkan ide kreativitasnya dengan konsep yang bebas dan tanpa arah yang jelas sehingga tidak dapat dimengerti oleh masyarakat sekitarnya. Tindakan vandalisme tidak memiliki konsep gambar yang jelas serta tidak terarah dan sangat jauh berbeda dari konsep seni mural yang biasanya diciptakan oleh para seniman mural yang murni menyalurkan ekspresinya mencakup estetika dan edukasi melalui seni mural. Padahal tindakan vandalisme sudah diatur pada pasal 489 KUHP ayat (1) yang mengatakan bahwa "kenakalan terhadap orang atau barang yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau kesusahan, diancam dengan pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah". Namun tampaknya hal itu tidak membuat jera para pelaku vandalisme.

Maka tidak sedikit para seniman mural yang menciptakan seni mural dengan makna yang jelas dan konsep yang terarah dapat menimbulkan perasaan tidak bebas dalam berkarya. Bahkan keberadaannya dikekang oleh beberapa oknum tertentu karena dianggap mengotori pemandangan sampai mendapatkan pandangan negatif dari banyak orang.

Komunitas Mural Medan menyadari bahwa manfaat dari seni mural yang cukup diminati oleh masyarakat masa kini juga dapat memberikan peluang bagi seni mural yang dikenal sebagai street art2 untuk dapat bersaing dengan high art3

1 Tindakan vandalisme merupakan tindakan dari orang yang tidak bertanggungjawab yang merusak suatu karya seni maupun barang orang lain yang disengaja.

2 Street art atau biasa yang disebut dengan seni jalanan merupakan bentuk seni rupa yang diaplikasikan di dinding-dinding jalanan atau dinding-dinding bangunan yang kosong.

(25)

9

yang dapat mendongkrak industri ekonomi kreatif dan yang paling penting adalah untuk memperkuat seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya. Tak hanya itu komunitas ini juga ingin mengubah stigma masyarakat bahwa tidak hanya high art yang layak untuk dikomersilkan, tetapi seni mural yang juga dikenal sebagai street art juga layak untuk memasuki pasar ekonomi kreatif.

Terdapat beberapa literatur penelitian terdahulu yang menjadi referensi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Hal ini guna untuk memperkaya bahan kajian dalam penelitian peneliti. Penelitian terdahulu sangat bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui hasil karya ilmiah yang sudah dibuat sebelum peneliti melakukan penelitian ini. Berikut beberapa literatur penelitian terdahulu :

Penelitian dari Budayana dan Wijaya (2020) menyebutkan bahwa terdapat karya seni mural dari Slinat dikenal dengan narasi simbolik yang mengandung makna serta pesan dan nilai estetika yang menjadi identitas seni muralnya dalam berkarya. Seperti salah satu karya seni mural Slinat yang memiliki pesan yaitu kritikan terhadap persoalan polusi udara yang sangat tinggi di kota Bali yang dikolaborasikannya dengan budaya Bali. Hal tersebutlah yang menjadi daya tarik dari karya seni muralnya. Ia selalu mengkritisi setiap isu yang sedang terjadi pada masyarakat Bali yang berkaitan dengan kondisi lingkungan alam di Bali. Bali terkenal dengan masyarakatnya yang kental dengan tradisi dan nilai-nilai luhur yang hidup harmonis dan terutama sangat dekat dengan alam. Namun, penulis mendeskripsikan bahwa tampaknya masyarakat Bali mulai terbawa arus modernisasi yang menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat Bali. Mulai

3 High art merupakan suatu bentuk seni tinggi yang dianggap mencapai puncak estetika yang biasanya hanya bisa dinikmati dan diproduksi oleh masyarakat kelas menengah ke atas. Bentuk seni ini biasanya hanya dapat dimengerti oleh kaum intelektual, kaum yang memiliki status sosial yang tinggi, dan seniman.

(26)

10

dibukanya tempat-tempat pariwisata secara berlebihan dan fungsi lahan hijau dan sebagainya yang mengeksploitasi alam. Hal tersebutlah yang membuat Slinat secara frontal dalam mengkritisi kondisi yang sedang terjadi lewat mural. Seperti adanya salah satu karya Slinat yang menggambarkan tiga penari janger (penari tradisional Bali sebagai objek populer sebagai gambaran hasil kebudayaan masa lalu) yang saling merangkul, namun ada hal yang menarik yaitu Slinat menambahkan masker penutup wajah (objek yang merupakan gambaran dari kehidupan masa kini) di ketiga penari Janger tersebut. Dalam muralnya, Slinat ingin menyampaikan pesan bahwa kehidupan di lingkungan Bali masa kini sedang tidak baik-baik karena akibat dari perkembangan zaman yang sudah mempengaruhi kebudayaan asli Bali sehingga kaburnya nilai kesenian yang sakral dan profan bahkan nyaris menghilang.

Dalam jurnal penelitian selanjutnya dari Althaf dan Aditya (2019) yang melakukan penelitian di Kecamatan Bojongsoang, yang mana daerah tersebut memiliki pandangan yang negatif dari masyarakat perkotaan, salah satu alasannya yaitu terdapat tindakan vandalisme yang menghiasi dinding-dinding yang terbengkalai yang memberi kesan kumuh di kecamatan Bojongsoang. Selain memberi kesan kumuh, tindakan vandalisme juga bisa mempengaruhi sikap dan perilaku manusia yang berada di lingkungan tersebut yang mengarah pada tindakan yang negatif. Untuk mengurangi tindakan vandalisme tersebut, maka di daerah kecamatan Bojongsoang menggunakan seni mural. Mural merupakan suatu lukisan yang lebih terarah hasil dari suatu pemikiran serta ide kreatif dari penciptanya dan memberi kesan serta makna positif untuk mengisi dinding- dinding yang terbengkalai tersebut, ungkap penulis. Seni mural memberikan

(27)

11

identitas pada suatu tempat, seperti pada penerapan seni mural di daerah Bojongsoang yang mengangkat tema kebudayaan Bojongsoang untuk memperkenalkan dan memperkuat identitas kebudayaan Bojongsoang. Terdapat tiga mural yang menggambarkan identitas daerah Bojongsoang, seperti penari tradisional dan bahasa khas daerah Bojongsoang Sehingga ciri dari suatu budaya yang terdapat di Bojongsoang dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Penelitian selanjutnya dari Setyaningrum (2018) menjelaskan bahwa globalisasi memberikan ancaman tersendiri bagi perkembangan budaya lokal jika masyarakatnya tidak menjaga dan melestarikan budaya lokal di tengah era globalisasi. Adanya suatu usaha untuk mempertahankan identitas lokal terkait budaya lokal, seperti diberlakukannya ikatan primordial dengan tetap mempertahankan bahasa Indonesia dan seni budaya lokal. Seni secara historis memiliki suasana kontekstual, yang mana seni dapat dilihat melalui fungsinya bagi masyarakat. Kekayaan seni yang berkaitan dengan budaya lokal merupakan hasil karya masyarakat setempat. Perlunya kesadaran masyarakat dalam mempertahankan identitas lokal lewat penggunaan budaya lokal dalam kesenian untuk mempertahankan nilai-nilai budaya. Suatu komunitas kesenian setidaknya memiliki pengetahuan terkait kearifan lokal yang bersifat empiris dan pragmatis.

Setiap manusia memiliki suatu identitas yang dibangun oleh budayanya dan kearifan lokal hadir dalam budaya yang membentuk identitas manusia itu.

Diperlukannya pemahaman masyarakat akan budaya lokal dalam mengembangkan kesenian sehingga budaya lokal tidak terbawa arus globalisasi yang nantinya akan mengikis nilai-nilai budaya.

(28)

12

Dari beberapa penelitian diatas, peneliti tidak menemukan suatu penelitian dengan judul, objek, dan lokasi penelitian yang sama, secara khusus membahas seni mural sebagai media yang digunakan sebagai identitas dalam suatu komunitas yang menggeluti seni mural di Sumatera Utara. Adanya suatu strategi yang digunakan oleh Komunitas Mural Medan untuk memperkenalkan seni mural di Sumatera Utara dan komunitasnya yang menjadikan seni mural sebagai identitas nya dalam berkarya. Sebagaimana peneliti ketahui bahwa seni mural beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di Medan. Komunitas Mural Medan yang terdiri dari beberapa individu di dalamnya memiliki hak untuk bebas bergerak sesuai keinginannya dan juga dapat digerakkan oleh struktur sosial yang selalu ingin menaikan pamor seni mural di Sumatera Utara dan menjadikan Kota Medan sebagai kota seni melalui seni mural.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Kerangka Pemikiran

Di dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mempunyai landasan berpikir untuk dapat mencari jawaban atas masalah penelitian yang hendak dicapai dengan menggunakan beberapa teori dari para ahli yang memberikan gambaran dari sudut mana masalah penelitian ini akan disoroti. Untuk mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi Mural Medan menjadikan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya, peneliti menggunakan teori identitas sosial menurut Hogg dan Dominic (1998) yang menyatakan bahwa terdapatnya fungsi dari terbentuknya suatu komunitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan individu,

(29)

13

komunitas, dan bahkan masyarakat yang memesan karya seni mural dari Komunitas Mural Medan. Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan individu yang dimaksud adalah kesadaran seorang individu yang memiliki dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dilatarbelakangi oleh adanya pengetahuan dan perasaan yang dimilikinya.

Pemenuhan kebutuhan tersebut guna untuk memuaskan dirinya dan memberikan dampak yang positif baginya. Sehingga mendorong individu tersebut untuk melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai ia dapat mencapai suatu kepuasan yang disadarinya, termasuk melalui seni mural. Contoh kebutuhan individu, seperti ketika seseorang melihat suatu pemandangan dalam suatu tempat akan membentuk suatu konsep dan imajinasi yang dapat disalurkannya melalui seni mural dengan beragam teknik yang dimilikinya. Seni mural dapat dianggap sebagai kebutuhan ekspresi yang akan dijelaskan pada sub bab seni mural sebagai ekspresi diri. Begitu pula dengan cara pemenuhan kebutuhan dalam komunitas. Hanya saja kebutuhan komunitas menyangkut tentang kebutuhan kelompok orang yang tergabung ke dalam suatu komunitas dan untuk dilakukan bersama-sama oleh mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan komunitas tersebut. Contohnya yaitu ketika komunitas Mural Medan berusaha untuk bekerjasama dalam menyatukan ide untuk mencapai tujuan menciptakan suatu seni mural baik itu sesuai dengan kebutuhan komunitas maupun kebutuhan client yang akan dijelaskan pada Bab IV. Sementara itu, kebutuhan masyarakat yang dimaksud di sini adalah dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat / client

(30)

14

dari Komunitas Mural Medan untuk dapat menarik minat masyarakat akan karya seni mural mereka. Yang mana, Komunitas Mural Medan mencari tau apa saja yang dibutuhkan oleh pihak client yang memesan mural.

Begitu pula, ketika Komunitas Mural Medan melakukan street art, maka komunitas ini melihat hal-hal apa saja yang belakangan ini sedang terjadi di lingkungan masyarakat, sehingga Komunitas Mural Medan dapat membuat suatu karya seni mural selain memiliki nilai estetika juga memiliki pesan kepada masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Fungsi-fungsi ini berkaitan dengan salah satu teori dalam antropologi sosial yaitu fungsional atau a functional theory of culture dari Malinowski yang menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang saling berinteraksi hingga membentuk suatu struktur kelompok serta dijalankan oleh anggota-anggotanya memiliki suatu tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai manusia.

Berangkat dari hal yang sudah peneliti uraikan diatas, maka selanjutnya peneliti ingin melihat apakah melalui seni mural sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya dapat dilihat dari hal- hal apa saja yang dapat membentuk identitasnya. Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan teori identitas sosial oleh Richard Jenkins untuk melihat Komunitas Mural Medan dengan beberapa karya seni muralnya sebagai pembentuk identitasnya dalam berkarya. Dalam menganalisis beberapa karya seni mural maka peneliti menggunakan teori dari Roland Barthes tentang tanda dengan makna denotasi, konotasi, hingga

(31)

15

mengungkapkan mitos (Berger, 2010:65). Makna denotasi menjelaskan tentang segala sesuatu yang dilihat oleh indera yang dapat menghasilkan makna langsung. Konotasi merupakan makna yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Sedangkan mitos sebagai pesan yang ingin disampaikan yang disesuaikan dengan konteks yang sedang berlangsung.

Suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Karya seni mural yang dimiliki oleh Komunitas Mural Medan pastilah memiliki karya seni mural yang berbeda dengan komunitas mural lainnya, sehingga dapat memberikan identitas pada Komunitas Mural Medan melalui seni mural. Begitu pula dengan identitas beberapa informan dalam penelitian ini sebagai anggota yang tergabung di dalam Komunitas Mural Medan yang pasti juga memiliki identitas diri yang berbeda dengan anggota lainnya dalam hal berkarya melalui seni mural.

Peneliti ingin juga melihat identitas Mural Medan dari ide kreativitas yang berbeda dalam menciptakan suatu karya seni mural dengan menggabungkan keseluruhannya yang dapat menghasilkan suatu karya seni mural yang berbeda dengan karya seni mural dari komunitas mural lainnya. Jenkins, R (2008: 45) juga berpendapat bahwa identitas sosial merupakan identitas individu dan kolektif yang dapat berkembang secara sistematis, dan perkembangan tersebut terjadi akibat kerjasama yang baik di antara sesama anggota komunitas.

Peneliti mencoba mencari tahu tentang kesamaan maupun perbedaan apa saja yang terdapat pada beberapa informan dalam penelitian

(32)

16

ini sebagai anggota Komunitas Mural Medan dalam menciptakan suatu karya seni mural melalui pola pikir dan tindakan dalam bermural. Hal ini disesuaikan dengan pendapat dari Jenkins yang juga memberikan pengertian terkait identitas yang didasarkan atas adanya dua kriteria, yaitu perbandingan di antara orang-orang ataupun hal-hal yang berhubungan dengan adanya kesamaan maupun perbedaan yang ada. Di dalam ruang lingkup identitas sosial Komunitas Mural Medan terdapat dua subjek yang menjadi pusat perhatian yang peneliti sesuaikan dengan Jenkins, R (2008:

200-201) dalam mengkaji ruang lingkup identitas sosial, yaitu individu dan kolektif. Dalam identitas kolektif terdapat kumpulan identitas individu dalam beberapa hal yang menampilkan citra yang mirip satu sama lainnya sehingga dapat membentuk suatu identitas kolektif yang kuat (Jenkins, 2008: 102). Dalam hal ini, peneliti ingin melihat beberapa informan yang merupakan bagian dari Komunitas Mural Medan memiliki kesadaran bahwa ia harus menempatkan Mural Medan sebagai dirinya sendiri.

Sehingga ia sadar bahwa ia merupakan milik dan menjadi bagian penting dalam komunitas. Dengan begitu ia dapat menerima nilai-nilai apa saja yang dianut bersama, serta tujuan dan pemikiran yang sama sehingga dapat membentuk ikatan emosional di dalam komunitas (Tajfel, 1972:31).

Setiap individu yang tergabung ke dalam suatu komunitas dapat dengan mudah memperoleh identitasnya. Dalam menghadapi suatu fenomena yang terjadi terkait dengan suatu kelompok komunitas akan memunculkan identitas kolektif yang di dalamnya terdapat kolektif sesuatu hal yang digemari dan solidaritas komunitas.

(33)

17

Bagi Jenkins terdapat tiga pola mengidentifikasi masyarakat atau society maupun human world dalam mengkaji identitas sosial, yaitu the individual order, the interaction order, dan the institutional order. The individual order merupakan kesatuan dari wujud manusia yang di dalamnya mencakup sebagian besar adalah cara mereka berpikir dan kepentingan mereka dalam melakukan suatu tindakan. The interaction order merupakan interaksi yang berlangsung di antara sesama individu.

Sehingga seseorang dapat merefleksikan siapa dirinya sendiri dan orang lain. The institutional order berkaitan dengan suatu kelompok atau komunitas sosial yang memiliki pemikiran yang sama dan berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai bersama pula. Dengan adanya tiga pola tersebut maka akan membentuk sebuah human world yang dapat dibaca pada ruang dan waktu pembentuk individu maupun kolektif, yang di dalamnya terdapat interaksi, bertemu dan saling membaur satu dengan yang lainnya di dalam suatu komunitas. Sehingga di dalam identifikasi tersebut terdapat intersubjektif individu dengan melihat internalisasi dan eksternalisasi yang terjadi. Dalam penelitian ini, yang dapat diteliti dalam Komunitas Mural Medan adalah fungsi dari seni mural bagi Komunitas Mural Medan dan komunitas itu sendiri di dalam lingkungan masyarakat dengan menunjukan seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya. Seni mural yang dijadikan sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya selain dapat menjadi tanda pengenal saja, terlebih lagi melalui seni mural di dalam Komunitas Mural Medan dapat dilihat bahwa terdapat

(34)

18

nilai yang memberikan manfaat bagi para anggota komunitas dalam memperkuat identitas individu yang dapat dikenal oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin melihat bagaimana proses pembentukan seni mural sebagai identitas Komunitas Mural Medan dalam berkarya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar Komunitas Mural Medan. Hal ini sejalan dengan pendapat Burke (2000) yang mengatakan bahwa identitas terbentuk akibat adanya beberapa faktor di luar diri sendiri yang mempengaruhinya dalam membentuk jati dirinya. Di mana seseorang akan menerima pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri sebagai refleksinya dalam bertindak. Dalam hal ini, peneliti mencoba melihat apakah ada beberapa faktor di luar Komunitas Mural Medan, seperti adanya hubungan yang baik di antara Komunitas Mural Medan dengan sesama para pemural baik di luar Komunitas Mural Medan serta terjalinnya interaksi yang baik dengan individu maupun kelompok individu yang di luar dari dunia seni mural yang menikmati dan menggunakan jasa seni mural dari Komunitas Mural Medan. Apakah melalui hal-hal tersebutlah yang dapat mendorong Komunitas Mural Medan untuk semakin memperkuat seni mural sebagai identitasnya dalam berkarya.

1.2.2 Budaya Populer

Manusia tidak pernah lepas dari suatu kebudayaan yang membentuk segala tindakan yang hendak dilakukan. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yang artinya adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” ataupun “akal”. Kebudayaan dapat diartikan

(35)

19

sebagai suatu tindakan yang berdasarkan atas akal budi manusia.

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas/tindakan yang berulang-ulang dilakukan oleh manusia yang merupakan suatu cara hidup yang berkembang di sekitar lingkungan hidup yang dapat diberikan dan diterima dari individu ke individu lainnya maupun dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat haruslah selektif dalam menentukan setiap pola tindakannya yang disesuaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut berguna untuk mendukung komunikasi dan pedoman dalam bertindak dengan masyarakat lainnya di dalam lingkungan sosial budayanya. Geertz (dalam Nooryan, 2008:46) mengatakan bahwa hal-hal tersebut yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuannya yaitu dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Sementara itu, kata populer memiliki makna, yaitu karya yang banyak disukai orang dan tindakan dalam membuat karya tersebut didorong untuk menyenangkan orang lain (Storey, 2003:10). Budaya populer dilahirkan sendiri oleh masyarakat pendukungnya sebagai konsumen aktif dan secara masif menyerap budaya asing sehingga dapat membentuk suatu kebudayaan baru di dalam lingkungan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan adanya hasrat manusia ingin mengikuti sesuatu hal yang dianggap trend. Sebagaimana yang diketahui pada era globalisasi saat ini, masyarakat sangat mudah untuk mengakses apapun yang sedang trend baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri yang dapat mempengaruhi pola pikir hingga pola hidup masyarakat saat ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya populer dapat disandingkan dengan budaya

(36)

20

konsumsi masyarakat masa kini yang didukung oleh adanya media massa atau internet. Penggunaan media massa atau internet dianggap sangat efektif untuk dapat menyebarluaskan budaya populer dengan menjangkau jumlah orang yang tidak terbatas dalam waktu yang cukup singkat (Piliang, 2018:217). Tidak sedikit masyarakat yang mengikuti apa saja yang sedang trend sehingga baik disadari maupun tidak disadari bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi manusia untuk menuntut dirinya sendiri mengikuti sesuatu hal yang sedang trend tersebut karena tidak mau dianggap ketinggalan zaman. Manusia membangun makna dirinya melalui citra dan gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana pendapat Yasraf Amir Piliang (2018) yang mengatakan bahwa kehadiran budaya populer adalah ingin mendorong masyarakat untuk menjadi seorang imitator. Masyarakat konsumsi masa kini sangat dipengaruhi oleh teknologi yang semakin canggih, dimana seiring dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menginterpretasikan bagaiaman cara masyarakat dapat mengkonsumsinya yang melahirkan penyeragaman rasa dan hal tersebut disadari oleh masyarakat itu sendiri. Hal ini juga sesuai dengan pendapat dari Stan Le Roy Wilson (dalam Ilham, 2017) yang mengatakan bahwa budaya populer berada di sekitar kehidupan manusia, yang dengannyalah manusia saat ini berpedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga hal tersebut menimbulkan adanya ideologi kapitalis yang dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia hingga mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan manusia, salah satunya seperti seni (Piliang, 2018:166).

(37)

21 1.2.3 Seni

Seni termasuk ke dalam salah satu dari ketujuh unsur kebudayaan manusia yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Dalam buku An Introduction To Anthropology karya dari Beals dan Hoijer (1959) mengatakan bahwa seni merupakan suatu tindakan ataupun kegiatan yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai praktis atau utilitarian yang memiliki komponen estetika di dalamnya sehingga memberikan kepuasan tersendiri baik itu bagi seniman dan bagi siapapun yang berpartisipasi dalam karya seni sebagai kolaborator dan penonton seni.

Disadari maupun tidak disadari bahwa pada kenyataannya adalah manusia selalu hidup berdampingan dengan seni. Suatu seni tidak dapat lahir dengan sendirinya tanpa ada pencipta seni, yaitu masyarakat yang menjadi pelaku dari lahirnya suatu kesenian. Dengan adanya beragam aktivitas yang memuat komponen estetika dan bersifat universal sudah dapat dikatakan sebagai suatu seni, meskipun sejarah dan asal-usul seni tidak dapat dilacak.

Seni diartikan oleh Susanne K. Langer (dalam Jakob, 2000: 66) melalui tiga prinsip yang berlaku secara menyeluruh, yaitu ekspresi, kreasi, dan bentuk seni. Seni merupakan suatu media yang digunakan oleh individu untuk menyalurkan ekspresi jiwanya. Seni sebagai ekspresi yang memiliki pengertian bahwa adanya suatu upaya yang dikeluarkan oleh manusia dari alam pikiran maupun gagasannya yang pada dasarnya berada dalam akal budinya dan perasaannya. Seorang seniman dalam

(38)

22

menciptakan suatu karya seni tidak hanya berdasarkan pengalaman pribadinya saja namun juga dari pengalaman orang lain. Seorang seniman harus mampu keluar dari perasaan personalnya. Seni yang didasarkan pada adanya ekspresi serta gagasan/ ide kreativitas dari diri sendiri akan menghasilkan suatu karya seni yang berbeda dengan karya seni seniman lainnya.

Suatu karya seni dapat diproduksi baik itu oleh individu maupun beberapa individu yang berkolaborasi dalam menyalurkan ekspresinya masing-masing melalui seni. Suatu seni dapat diciptakan dari hasil penyatuan gagasan ataupun ide-ide kreativitas dan ekspresi dari sekumpulan individu yang berkontribusi dalam memproduksinya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu seni tercipta akibat adanya suatu tindakan dari individu. Setiap tindakan individu-individu tersebut pasti dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya serta kemampuan dalam merespons lingkungan dalam medium yang secara estetis memuaskan.

Beals dan Hoijer (1959) mengatakan bahwa terdapat beberapa fungsi dari seni, yaitu sebagai berikut:

1. Seni berfungsi sebagai media komunikasi.

Dalam suatu seni, biasanya seseorang menyalurkan ekspresi jiwanya terhadap sesuatu hal maupun ingin menyampaikan suatu pesan dalam karya seninya. Baik itu terjadinya komunikasi secara verbal maupun non verbal dari seniman yang menciptakan suatu karya seni kepada para penonton karya seninya. Dapat dikatakan bahwa seni memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Dalam buku An Introduction To Anthropology

(39)

23

karya Beals dan Hoijer (1959) menjelaskan bahwa yang paling umum dari fungsi seni adalah sebagai media komunikasi. Beals dan Hoijer (1959 : 606) menjelaskan seni sebagai media komunikasi yang dikaitkan dengan tradisi budaya untuk memperkuat kepercayaan, adat, dan nilai-nilai. Dapat dilihat dari fungsi komunikasi seni dalam keagamaan, seperti representasi adegan religius dan tokoh-tokoh dalam kitab keagamaan yang dilukiskan pada dinding-dinding suatu gereja yang fungsinya untuk menciptakan suasana emosional dan pengetahuan yang mengingatkan manusia pada hal-hal keagamaan dan kepercayaan melalui representasi tersebut. Secara langsung terjadi suatu bentuk komunikasi antara seniman dan pengamat seni sebagai media perantaranya.

Seni berfungsi juga untuk menyampaikan berbagai pesan moral, budaya dan sosial. Seperti contohnya, ada suatu lukisan yang memuat pesan yang diciptakan oleh seniman berasal dari Bali yaitu Slinat dengan karya muralnya yang memuat pesan berisi kritikan terhadap ketidakseimbangan kondisi lingkungan alam yang menyebabkan polusi udara di Bali. Karya seni yang diciptakan Slinat berisi harapan bahwa pesan yang hendak disampaikannya tersebut melalui seni mural yang diciptakannya kepada para khalayak ramai yang melihatnya. Jika pesan tersebut berhasil diinterpretasikan dan unsur estetikanya dirasakan oleh beberapa orang yang melihatnya maka dapat dikatakan bahwa ia berhasil menciptakan suatu seni.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja harian lepas harus sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor

Dengan adanya sebuah sistem informasi pendukung keputusan untuk promosi jabatan pengawas diharapkan dapat meningkatkan kualitas data yang disimpan dan dijadikan

Protokol dalam proses produksi bibit batang bawah jeruk JC dan citromelo dimulai dari inisiasi kalus pada me dia B5 yang diperkaya dengan BAP+2,4-D kemudian kalus disubkulturkan ke

This research is conducted to investigate what type of TIST that teacher mostly uses in the classroom and to find out the frequency of teacher instructional scaffolding

Katalis yang digunakan pada reaktor I (R-101) adalah molybdenum bismuth menghasilkan konversi propilen secara keseluruhan 100 % dengan konversi membentuk akrolein 70% dan

dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan adalah lulusan yang. mempunyai kualitas yang baik dan mampu bersaing dilapangan

kering tidak terlalu membaurkan air yang dipakai dalam pengolahan karet kering. Ini dapat dimengerti karena proses pembuatan lateks kering

Kasus yang terjadi dalam proses bisnis yang berjalan, mulai dari kurangnya informasi mengenai produk yang tersedia, sulit memberitahukan informasi mengenai promo