• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.

Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.8

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

7

Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2009) Cet. II, h.189 8

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

guru (multi way traffic comunication). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.

Menurut Eggen and Kauchak, "Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama".9

Pembelajaran kooperatif ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Diatas telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson, seperti yang dikutip oleh Richard M. Felder dan Rebecca Brent didalam bukunya Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, memberikan gambaran lebih rinci dengan menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip berikut :

1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran;

2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran;

3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan, dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan (motivasi) satu sama lain;

4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik;

5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat berfungsi lebih efektif. 10

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.

Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Di dalam kelompok inilah siswa yang menjadi “ahli” dalam subtopik yang akan bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya agar dapat menguasai materi yang diberikan guru.

Hisyam Zaini dkk. Menyatakan bahwa “Tipe pembelajaran jigsaw merupakan tipe yang menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

10

apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai penguasaan materi.

Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan daya ingat;

3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi; 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

8) Meningkatkan harga diri anak;

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan 10)Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12

Kegiatan yang dilakukan dalam metode jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperolah topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. 5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 13

11

Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),

h.56 12

Rusman, Op. Cit., h.219

13

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Di setiap kelompoknya bersifat heterogen dimana kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda.

Salah satu ciri yang membedakan dari metode-metode pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran model jigsaw yang dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif ini menandakan bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa, karena pada pembelajaran ini siswa tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa juga dapat berpartisipasi secara aktif serta saling terkait satu sama lain di dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan di kehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran kooperatif

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pemebelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar

peserta dapat saling membelajarkan melalui bertukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana sebagian besar orang dewasa banyak melakukan pekerjaan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

Adapun menurut Warsono dan Hariyanto, keuntungan atau manfaat bersama yang di dapat dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Saling memperoleh hasil usaha orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan suksesku menguntungkan kamu);

2) Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini);

3) Merasa bangga dan mau bergabung untuk merayakan keberhasilan semua anggota kelompok. 14

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Priyanto, seperti yang telah dikutip oleh Made Wena, dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:15

1) Pembentukan Kelompok Asal

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.

2) Pembelajaran pada Kelomok Asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.

14

Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166

15

3) Pembentukan Kelompok Ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4) Diskusi Kelompok Ahli

Anggota kelompok ahli mengajarkan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5) Diskusi Kelompok Asal (Induk)

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

6) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang di peroleh masing- masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8) Pemberian Penghargaan Kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Berikut adalah ilustrasi penjelasan jigsaw:

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1) Keunggulan

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:

a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan

segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersoanal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2) Kelemahan

Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, di antaranya:

a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka

di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu siswa.

d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapan strategi ini.

e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. 16

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17

16

Wina, Op. Cit., h.249

17

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone menganggap motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S. winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja.18 Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.19 Oleh karena itu, motif-motif menjadi aktif pada saat tertentu saja, dan bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.

Mc. Donald mengatakan bahwa, "Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions". (Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan).20 Yakni sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.21

Menurut M. Ustman Najati, "Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku

18

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1993), h.129 19

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007). h. 73 20

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148

21

serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu".22 Sedangkan, menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang di kutip dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.23

Dari paparan berbagai definisi para ahli, dapat dipahami bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai tujuan dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.

b. Fungsi dan Peranan Motivasi

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip dalam tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut.

1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar

Seseorang yang hanya berminat untuk belajar tapi belum sampai pada tataran motivasi dan belum menunjukkan aktivitas nyata, maka tidak akan ada kegiatan belajar. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar Efek yang diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karen itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar serta semangat belajarnya sangat kuat.

22

Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Kencana, 2009. h. 183

23

3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang dikatakan itu tidak asal mengatakan, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar

Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.

5) Motivasi Dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukan pekerjaan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

6) Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selau menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 24

Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan memepengaruhi serta mengubah kelakuan. Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya, antara lain :25

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

c. Macam-macam Motivasi

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological

Dokumen terkait