• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pror. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, MA.

19470902 196712 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan

untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada jenjang

Strata Satu (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya,

dan atau merupakan jiplakan karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2014

(5)

i

Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakartatahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Data penelitian diperoleh melalui angket, observasi, dan kajian dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.Ini dibuktikan dari hasil observasi (angket) yang menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 236 (39,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 90 (15,00%), dan jawaban responden sangat tidak setuju adalah sebanyak 18 (3,00%). Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 Jakarta adalah

sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban responden yang sangat tidak setuju adalah sebanyak 8 (1,33%). Penerapan metode kooperatif Jigsaw berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Agama Islam pada siswa kelas VIII D di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Hal ini berdasarkan pada nilai t-hitung sebesar 5,374 > t-tabel sebesar 1,333 dan nilai probabilitas (Sig) < α = 0,05. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%).

(6)

ii

Cooperative Type of Jigsaw to Increase Students’ Learning Motivation in PAI Lesson in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Research Study at the Students VIII D Grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Thesis, Department of Islamic Education. Faculty of Tarbiya and Teaching (FITK). State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to improve students' motivation in learning PAI in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta in academic year 2013/2014 by using learning method cooperative type of jigsaw.

The methodology that was used in this research was research methodology of correlational. The data were obtained through questionnaires, observation, and study the documentations. The data analysis techniques used in the study is quantitative descriptive analysis. The validity of the data using a data source triangulation techniques.

The conclusion from this study is that the application of learning method cooperative type of jigsaw can increase students' motivation in subject of PAI in SMP Muhammadiyah Jakarta 8 in academic year 2013/2014. This is evidenced from the observation that indicates that the application of learning method cooperative type of jigsaw in teaching and learning in Islamic studies at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is good or very good approach. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree that as many as 256 (42.67%), respondents who agree are as many as 236 (39.33%), respondents who do not agree are as many as 90 (15.00%), and respondents who strongly disagree are as many as 18 (3.00%). Students’ learning motivation in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is already good or approaching very good. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree are as many as 263 (43.83%), respondents who agree are as many as 248 (41.33%), respondents who do not agree are as many as 81 (13.50%), and respondents who strongly disagree are as many as 8 (1.33%). The application of learning method cooperative type of jigsaw has positif effect and significant on motivation to learn Islamic study at the students VIII D grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. It is based on the percentage of 5,374 t count> t-table is 1.333 and the probability value (Sig) <α = 0.05. The amount of the contribution (influence) the application of the Jigsaw method on learning motivation is 0.508 (50.8%).

(7)

iii

Semesta Alam semata, yang karena taufiq dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meski harus melalui berbagai hambatan dan rintangan, hingga berjuang pada penyelesaian masa study yang cukup lama. Shalawat teriring salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada manusia agung, Muhammad al-Musthafa, yang warisan-warisannya senantiasa menjadi bahan kontemplasi dan rujukan di tengah kegelapan alam pikiran manusia dalam dunia yang semakin renta.

Dalam penyelesaian skripsi ini tak terhitung banyaknya lantunan do’a, motivasi, dukungan dan uluran tangan yang diretima oleh penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak sehingga penulis mampu menjalani perkuliahan dan menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih kepada Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dan mengerti keadaan penulis ketika terlambat mengembalikan buku pinjaman. Juga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk meminjamkan buku-bukunya.

(8)

iv

Ucapan terima kasih yang se-tulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta, Almarhum Almaghfurlah Bpk. Amin Mundzir, yang nasihat-nasihat dan pesan-pesanya senantiasa penulis ingat, semangat dan perjuangan yang tak pernah padam hingga akhir hayat beliau, yang menjadi motivasi terdalam bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini demi mewujudkan cita-cita dan harapan yang sempat beliau sampaikan sebelum kepergiannya, serta untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga Allah senantiasa menaunginya dengan Rahmat dan Cinta-Nya. Aamiinn… Juga untuk Ibunda tercinta, Ibu Fatimah, terima kasih atas curahan do'a, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan perhatian yang diberikan sejak penulis kecil hingga saat ini. Semoga Allah senantiasa menjaganya dengan Kasih dan Sayang-Nya. Serta untuk keduanya-lah skripsi ini penulis persembahkan. Serta untuk kakak-kakakku tercinta, kang udin, kang mimin, kang ipah dan untuk adik-adikku tercinta, Ma’mun, Nur’aini dan Zubaedah yang telah mencurahkan perhatian, kasih saying, keikhlasan do’a yang tiada henti untuk penulis.

(9)

v

memotivasi penulis serta mengajarkan tentang indahnya kebersamaan.

Kemudian penulis sampaikan pula terima kasih banyak kepada Istriku tercinta adinda Fatimatuzzahro, yang senantiasa setia mendampingi penulis dalam suka-maupun duka pada perjuangan ini, serta kesabaran yang begitu besar, juga lantunan do’a dan perhatiannya yang tak kenal lelah yang selalu mengiringi penulis dalam menyelesaikan skripsi. penulis sampaikan pula kepada sahabat-sahabat PAI, khususnya angkatan 2007, yang sama-sama dalam perjuangan keras pada penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kalian berhasil, dan dapat berjumpa kembali dalam dunia masa depan yang baik dan cemerlang. Aamiin..

Jakarta, 24 Juli 2014

(10)

vi SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 8

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw ... 10

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 12

(11)

vii

b. Fungsi dan Peranan Motivasi ... 18

c. Macam-macam Motivasi ... 19

d. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar ... 22

3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 24

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 25

B. Kerangka Berfikir ... 26

C. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Metode Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 30

E. Sumber Data dan Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Validitas Data ... 35

H. Teknik Analisis Data ... 36

(12)

viii

B. Uji Validitas dan Reabilitas... 42

C. Deskiptif data penelitian... 46

D. Deskriptif Jawaban Responden ... 50

E. Deskriptif Total Skor ... 55

F. Uji Prasyarat Data ... 55

1. Uji Normalitas Data ... 56

2. Uji Linieritas Data ... 56

3. Analisa Data dan Interpretasi ... 57

4. Uji Hipotesis ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

(13)

ix

Tabel 1. Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw ... 43

Tabel 2. Reliabilitas Metode Jigsaw ... 44

Tabel 3. Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 45

Tabel 4. Reliabilitas Motivasi Belajar ... 46

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw ... 47

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 49

Tabel 7. Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw ... 51

Tabel 8. Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar ... 53

Tabel 9. Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw, dan Motivasi Belajar ... 55

Tabel 10. UjiNormalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov ... 56

Tabel 11. Uji Linieritas ... 56

Tabel 12. Uji Model Summary ... 57

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Menurut Trianto, “Perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan”.1 Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pada hakikatnya, pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mengembangkan kepribadian, kecerdasan, dan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih maju guna

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1

2

(15)

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi.

Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.

Salah satu mata pelajaran khusus yang diberikan kepada siswa adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam secara umum dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam. Sehingga menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu akan menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan penelitian, permasalahan tersebut tidak jauh berbeda terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Perhatian siswa yang rendah terhadap mata pelajaran PAI disebabkan karena tidak adanya peningkatan motivasi belajar siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

(16)

yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu menguasai model pembelajaran.

Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan pra sarana, memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua agar memberi motivasi belajar dirumah.

Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Rusman, “Model pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk salin berinteraksi”.3

Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Menurut Artzt & Newman, sebagaimana dikutip Trianto, "menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama".4

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Beberapa alasan lain yang menyebabkan model jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikir yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan

3

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), hal.203 4

(17)

akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan teacher center.

Dengan adanya faktor kesamaan tersebut, maka dalam pencapaian keberhasilan siswa dapat pula dikombinasikan antara model pembelajaran jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Yang diharapakan dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PAI.

Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam proses kegiatan belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.5 Ini berarti bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka akan rendah pula hasil yang dicapai.

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang optimal. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11 :



















Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam ayat lain juga Allah berfirman :

5

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

(18)



























Artinya : (2). apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.

(3). dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S. At-Thalaq : 2-3)6

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran PAI. 2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa pada mata pelajaran PAI.

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci

(19)

3. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI masih rendah.

4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum optimal.

5. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Jigsaw

Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil yang bertanggunga jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

2. Motivasi belajar

Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik internal maupun eksternal pada siswa kelas VIII D untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka pokok perumusan masalah yang ingin penulis kemukakan yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata Pelajaran Agama Islam di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?

(20)

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI.

b. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis.

a. Secara Teoritis

Hasil penlitian diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan Islam.

b. Secara Praktis 1) Bagi para pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

2) Bagi siswa

Meningkatkan motivasi serta keaktifan siswa dalam belajar pendidikan Islam.

3) Bagi penulis

(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.

Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.8

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

7

Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2009) Cet. II, h.189 8

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

(22)

guru (multi way traffic comunication). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.

Menurut Eggen and Kauchak, "Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama".9

Pembelajaran kooperatif ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Diatas telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson, seperti yang dikutip oleh Richard M. Felder dan Rebecca Brent didalam bukunya Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, memberikan gambaran lebih rinci dengan menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).

(23)

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip berikut :

1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran;

2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran;

3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan, dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan (motivasi) satu sama lain;

4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik;

5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat berfungsi lebih efektif. 10

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.

Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Di dalam kelompok inilah siswa yang menjadi “ahli” dalam subtopik yang akan bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya agar dapat menguasai materi yang diberikan guru.

Hisyam Zaini dkk. Menyatakan bahwa “Tipe pembelajaran jigsaw merupakan tipe yang menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

10

(24)

apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai penguasaan materi.

Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan daya ingat;

3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi; 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

8) Meningkatkan harga diri anak;

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan 10)Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12

Kegiatan yang dilakukan dalam metode jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperolah topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. 5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 13

11

Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),

h.56 12

Rusman, Op. Cit., h.219

13

(25)

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Di setiap kelompoknya bersifat heterogen dimana kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda.

Salah satu ciri yang membedakan dari metode-metode pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran model jigsaw yang dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif ini menandakan bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa, karena pada pembelajaran ini siswa tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa juga dapat berpartisipasi secara aktif serta saling terkait satu sama lain di dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan di kehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran kooperatif

(26)

peserta dapat saling membelajarkan melalui bertukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana sebagian besar orang dewasa banyak melakukan pekerjaan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

Adapun menurut Warsono dan Hariyanto, keuntungan atau manfaat bersama yang di dapat dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Saling memperoleh hasil usaha orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan suksesku menguntungkan kamu);

2) Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini);

3) Merasa bangga dan mau bergabung untuk merayakan keberhasilan semua anggota kelompok. 14

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Priyanto, seperti yang telah dikutip oleh Made Wena, dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:15

1) Pembentukan Kelompok Asal

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.

2) Pembelajaran pada Kelomok Asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.

14

Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166

15

(27)

3) Pembentukan Kelompok Ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4) Diskusi Kelompok Ahli

Anggota kelompok ahli mengajarkan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5) Diskusi Kelompok Asal (Induk)

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

6) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang di peroleh masing- masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8) Pemberian Penghargaan Kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

[image:27.595.119.512.143.722.2]

Berikut adalah ilustrasi penjelasan jigsaw:

(28)

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1) Keunggulan

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:

a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan

segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersoanal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2) Kelemahan

Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, di antaranya:

a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

(29)

di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu siswa.

d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapan strategi ini.

e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. 16

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17

16

Wina, Op. Cit., h.249

17

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

(30)

Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone menganggap motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S. winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja.18 Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.19 Oleh karena itu, motif-motif menjadi aktif pada saat tertentu saja, dan bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.

Mc. Donald mengatakan bahwa, "Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions". (Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan).20 Yakni sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.21

Menurut M. Ustman Najati, "Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku

18

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1993), h.129 19

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007). h. 73 20

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148

21

(31)

serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu".22 Sedangkan, menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang di kutip dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.23

Dari paparan berbagai definisi para ahli, dapat dipahami bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai tujuan dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.

b. Fungsi dan Peranan Motivasi

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip dalam tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut.

1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar

Seseorang yang hanya berminat untuk belajar tapi belum sampai pada tataran motivasi dan belum menunjukkan aktivitas nyata, maka tidak akan ada kegiatan belajar. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar Efek yang diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karen itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar serta semangat belajarnya sangat kuat.

22

Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Kencana, 2009. h. 183

23

(32)

3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang dikatakan itu tidak asal mengatakan, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar

Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.

5) Motivasi Dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukan pekerjaan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

6) Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selau menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 24

Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan memepengaruhi serta mengubah kelakuan. Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya, antara lain :25

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

c. Macam-macam Motivasi

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang

24

Syaiful Bahri Op. Cit., h. 152

25

(33)

bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.26

Disamping itu Frandsen, menambahkan macam-macam motif yaitu: 1) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

2) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.

3) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.27

Selain dua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa di rangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk di baca. 2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi datang karena adanya perangsangan dari

luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.28

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk

26

Abdul Rahman, Op. Cit., h. 192

27

Sadirman, Op. Cit., h. 87.

28

(34)

melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa kini dan mendatang.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.29

Abraham Maslow, mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki)

29

Syaiful Bahri, Op. Cit., h.151

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

(35)

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

d. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decee dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujan pengajaran.30

1) Menggairahkan Anak Didik

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 2) Memberikan Harapan Realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurng tau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimistis.

30

(36)

3) Memberikan Insentif

Bila anak didik mendapat keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

4) Mengarahkan Perilaku Anak Didik

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus di beri teguran secara arif dan bijaksana.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah sebagai berikut:

a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini kan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan kepuasan.

b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki.

c) Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan merasa putus asa. d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.31

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

Menurut Tayar Yusuf, mengartikan "Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya", sedangkan menurut A. Tafsir, "Pendidikan agama Islam adalah

31

(37)

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam".32 Lalu menurut Imam Bawani menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.33

Tohirin dalam bukunya, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, bahwa mengenai pendidikan agama Islam dapat dipahami, sebagai berikut:

1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan jaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak ddidasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. 34

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Majid, pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:35

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam

32

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2012), h.11 33

Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2006), h.9 34

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.121

35

(38)

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam kepada anak didik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanny serta menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan anak didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36

36

(39)

Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.37

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan dan kehidupan.

B. Kerangka Berfikir

Pada dasarnya, guru adalah seorang motivator bagi para siswanya dalam melakukan proses kegiatan belajar – mengajar, guru sebagai seorang pemimpin melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa. (2) memilih strategi yang tepat.

Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) Motivasi intrinsik yang mengacu kepada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dari tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk menjelajah pengetahuan merupakan faktor intrinsik semua orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu mengacu kepada faktor-faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada diri siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.

Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat akan membawa prestasi belajar siswa yang maksimal. Pemilihan metode mengajar ini harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan juga standar

37

(40)

kompetensi yang disampaikan, selain memperhatikan sarana dan prasaranayang ada dan kondisi dan situasi siswa.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter, sikap dan sifat siswa. Mata pelajaran ini juga erat sekali dengan lingkungan tempat siswa beradaptasi sehingga pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan atau konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran ini yang diperoleh dari lingkungan dan media massa.

Dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam guru dituntut untuk menggali konsep, pengetahuan atau informasi dasar yang telah dimiliki oleh siswa dan memilahnya ke dalam kumpulan konsep atau pengetahuan yang benar dan membangunnya dalam pengetahuan yang tepat untuk

Gambar

Gambar kelas model Jigsaw
Gambar denah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Gambar 3. 2. Daerah T-hitung  Diterima
Tabel 4.5.  Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Hak anak memperoleh Akta Keiahiran merupakan salah satu bentuk perlindungan negara terhadap anak ialah terhadap pemenuhan hak - hak anak untuk memperoleh perlindungan, identitas

2) Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha keras, maka seseorang

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

EDS adalah proses evaluasi diri sekolah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat