• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Suara

Suara atau bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat dalam suatu medium secara perapatan dan perenggangan, terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Sebagai contoh palu yang digunakan untuk mengaplikasikan paku menghasilkan getaran suara yang tersebar melalui udara. Suara dihasilkan dari kompresi molekul-molekul yang berjalan pada suatu medium. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi menghasilkan getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan

berbagai variasi dalam kurva responsnya. Gelombang suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik (Stach, 1998).

Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar maju- mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian bergerak di udara menyebar dari sumber bunyi (Stach, 1998).

Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara (Higler, 2000). Suara merambat melalui gelombang suara dan menghasilkan fluktuasi tekanan udara, yang dikonversi menjadi gelombang mekanik ke telinga manusia dan dirasakan oleh otak (Higler, 2000).

Suara merupakan energi mekanik yang merambat melalui materi dalam bentuk gelombang. Melalui cairan dalam bentuk gelombang kompresi dan melalui padat dalam bentuk gelombang kompresi dan geser. Suara dianggap secara lebih rinci melalui gelombang generik, yaitu frekuensi, panjang gelombang, periode, amplitudo, kecepatan, dan arah. Kecepatan dan arah ini digabungkan menjadi vektor kecepatan, atau panjang gelombang dan arah digabungkan menjadi vektor gelombang (Hassan et al, 2007).

Suara tidak dapat terdengar pada ruang hampa udara karena bunyi membutuhkan zat perantara untuk menghantarkan bunyi baik zat padat, cair maupun gas (Higler, 2000).

a. Penentuan Arah Sumber Suara

Seseorang menentukan sumber suara dalam arah horizintal melalui dua prinsip yaitu perbedaan waktu antara masuknya suara ke dalam satu telinga dan masuknya ke dalam telinga yang lain, dan perbedaan antara intensitas suara dalam kedua telinga (Hassan et al, 2007).

Mekanisme pertama berfungsi paling baik untuk frekuensi di bawah 3000 siklus per detik, dan mekanisme kedua bekerja paling baik pada frekuensi yang

lebih tinggi karena kepala bertindak sebagai sawar suara yang lebih baik pada frekuensi-frekuensi ini. Mekanisme perbedaan waktu dalam membedakan arah, jauh lebih tepat daripada mekanisme intensiats, karena mekanisme ini tidak bergantung pada faktor-faktor luar, melainkan hanya bergantung pada interval waktu yang tepat antara dua sinyal akustik. Jika seseorang melihat lurus ke arah sumber suara, suara akan mencapai kedua telinga dengan jarak waktu yang tepat sama, sedangkan jika telinga kanan lebih dekat dengan suara daripada telinga kiri, sinyal suara dari telinga kanan akan memasuki otak lebih dahulu daripada sinyal dari telinga kiri (Higler, 2000).

Kedua mekanisme yang telah disebutkan tidak dapat mengatakan apakah suara berasal dari depan atau dari belakang, dari atas atau dari bawah seseorang. Pembedaan ini terutama dicapai melalui aurikula kedua telinga. Bentuk aurikula mengubah kualitas suara yang masuk ke telinga, yang bergantung pada arah dari sumber suara. Hal ini terjadi melalui penguatan frekuensi bunyi spesifik yang berasal dari berbagai arah (Guyton, 2007).

b. Mekanisme Saraf untuk Mendeteksi Arah Suara

Kerusakan korteks auditorik pada kedua sisi otak, akan menyebabkan hilangnya hampir semua kemampuan untuk mendeteksi arah datangnya suara. Analisis saraf untuk proses deteksi ini dimulai dari nukleus olivarius superior di dalam batang otak, meskipun ternyata jaras persarafan pada semua jalur dari nukleuis ini ke korteks dibutuhkan untuk menginterpretasikan sinyal. Mekanisme tersebut dianggap terjadi sebagai berikut. Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua bagian yaitum nukleus olivarius suoerior medial dan nukleus olivarius superior lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab untuk mendeteksi arah sumber suaram agaknya melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telingam dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks suditorik untuk memperkirakan arahnya (Higler, 2000).

Namun demikian, nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik

yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama, satu menonjol ke kanan dan satu menonjol ke kiri. Sinyal akustik dari telinga kanan mengenai dendrit kanan, dan sinyal dari telinga kiri mengenai dendrit kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Neuron yang dekat dengan salah satu perbatasan nukleus akan berespons secara maksimum terhadap perbedaan waktu yang singkat, sedangkan yang dekat dengan perbatasan yang berlawanan akan berespons terhadap perbedaan waktu yang sangat panjang. Neuron yang berada di antara keduanya akan berespons terhadap perbedaan waktu sedang. Jadi, pola spasial perangsangan neuron berkembang di dalam nukleus olivarius superior medial dengan suara yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang berebeda menstimulasi perangkat neuron lainnya pada sisi yang tepat berlawanan. Orientasi spasial sinyal ini kemudian dijalarkan ke korteks auditorik, tempat arah suara ditentukan oleh lokus neuron yang dirangsang secara maksimal. Diduga bahwa semua sinyal yang digunakan untuk penentuan arah suara dijalarkan melalui jaras yang berbeda dan merangsang lokus yang berbeda dalam korteks serebri, dari jaras penjalaran dan lokus terkahir untuk pola gaya suara (Stach, 1998).

Mekanisme untuk mendeteksi arah datangnya suara kembali menunjukkan bagaimana informasi spesifik dalam sinyal sensorik dipotong ketika sinyal melalui tingkat aktivitas neuron yang berbeda (Hassan et al, 2007).

c. Menentukan Kekerasan Suara

Kekerasan suara ditentukan oleh sistem pendengaran, sekurang-kurangnya melalui tiga cara (Guyton, 2007).

Pertama, ketika suara menjadi lebuh keras amplitudo getaran membran basilar dan sel-sel rambut juga meningkat, sehingga sel-sel rambut mengeksitasi ujung saraf dengan lebih cepat (Guyton, 2007).

Kedua, ketika amplitudo getaran meningkat akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian membran basilar yang beresonansi menjadi terangsang sehingga menyebabkan penjumlahan spasial impuls yaitu, transmisi melalui banyak serabut saraf dan bukan melalui beberapa serabut saraf (Hassan et al, 2007).

Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran membran basilar mencapai intensitas yang tinggi dan perangsangan sel-sel ini tampaknya yang mengabarkan pada sistem saraf bahwa suara tersebut sangat keras (Hassan et al, 2007).

2.4. Macam-macam Evaluasi Pendengaran

Dokumen terkait