• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)

Nenas (Ananas comosus (L.)Merr) berasal dari Brazilia Tengah dan Selatan, Argentina Utara, serta Paraguay. Pada saat ini nenas telah tersebar ke beberapa daerah tropis seperti Hawaii, Farmosa, Trinidad dan termasuk Indonesia. Nenas juga dibudidayakan di daerah subtropis antara 30o LU dan 30o LS (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas termasuk ke dalam kingdom plantae, sub- kingdom spermatophyta, kelas angiospermae, sub-kelas monocotiledonae, ordo farinosae, family bromeliaceae dan genus Ananas (Collins, 1968).

Tanaman nenas adalah tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tingginya mencapai 50-100 cm. Daunnya berbentuk pedang mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian pangkalnya memiliki poros utama (Wee dan Thongtham, 1997). Pada tanaman nenas dewasa panjang batang dapat mencapai 25 – 50 cm dan lebarnya 2 - 5 cm pada bagian dasar dan 5-8 cm pada bagian atas. Jumlah daun bervariasi antar kultivar tetapi pada umumnya sekitar 40 -80 daun (Geo Coppens d’Eeckenbrugge dan Freddy Leal, 2003). Akar nenas dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping. Akar-akar yang melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Akar mampu menyebar secara lateral sampai 1-2 m dan kedalaman sampai 0.85 m di bawah kondisi ideal (Geo Coppens d’Eeckenbrugge dan Freddy Leal, 2003).

Bunga nenas merupakan bunga hermafrodit dengan posisi kepala putik lebih tinggi dibanding benang sari. Bunga nenas tersusun dalam suatu rangkaian yang jumlahnya berkisar 100-200 bunga. Bunga mekar dimulai dari bunga yang letaknya di bawah. Lama mekar setiap kuntum bunga berkisar 1-2 hari dan jumlah bunga yang mekar setiap hari sekitar 3-10 bunga. Tanaman nenas berbunga pada umur ±16 bulan, bergantung pada ukuran bibit, jenis atau kultivar, dan iklim.

Umur mulai berbunga bervariasi antarkultivar, biasanya Smooth Cayenne berbunga 10-15 hari lebih lambat daripada Red Spanish, Queen, dan Perolera.

Kualitas optimal buah diperoleh dengan kombinasi suhu ideal (22 sampai 26°C) dan kelembaban tinggi, sehingga menghasilkan (1.5-1.8 kg) besar, buah yang manis (> 14 Brix) dan juicy, rendah kandungan asam (> pH = 3) (Gutierrez, 2002). Menurut Malezieux et al., (2003) laju pertumbuhan tanaman nenas akan menurun pada suhu di bawah 15oC atau di atas 32 oC. Biji dapat dipanen setelah buah masak yaitu 5-6 bulan setelah penyerbukan. Jumlah biji yang dihasilkan paling banyak 12 biji per bunga atau mata, bergantung pada varietas yang digunakan. Warna biji beragam, yaitu krem, coklat atau coklat tua (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).

Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh baik pada tanah alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5-5.5 soil born disease dapat dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002). Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan nenas yang optimal adalah 1000-1500 mm/th atau 83.33-125 mm/bln atau 2.78-4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998).

Kultivar Smooth Cayenne

Kultivar Smooth Cayenne merupakan jenis nenas yang telah terkenal di dunia. Pada banyak negara kultivar Smooth Cayenne merupakan kultivar utama yang ditanam dalam skala luas. Sebanyak 70% produksi nenas dunia hasil dari budidaya nenas “Smooth Cayenne” dan 90% diperdagangkan secara internasional (Coppens and Duval, 1991). Klon Cayenne banyak ditanam di Filipina, Thailand, Hawaii, Kenya, Meksiko, dan Taiwan (Samson, 1980).

Menurut Samson dalam Nursandi (2006) nenas Smooth Cayenne merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan, tinggi tanaman berkisar 1 m lebar 1.5, berdaun panjang (100 cm x 6.5 cm), ujung daun sedikit berduri, jarak antar daun berdekatan, dan berbunga hanya satu kali. Buah berbentuk bulat telur

dengan berat antara 1.5 – 2.5 kg. Pada waktu matang, buah berwarna hijau berubah kuning dari dasar buah ke pucuk dengan gradien jatuh tempo yang lama. Daging buah pucat kuning, lembut dan juice dengan variasi yang cukup besar dalam gula (dari 13 sampai 19°Brix). Tingkat keasaman buah tergantung pada kondisi lingkungan terutama hujan dan temperatur serta rendahnya kandungan asam askorbat. Meskipun kadar gula yang tinggi pada nenas Smooth Cayenne tetapi juga memiliki kadar asam yang tinggi juga, hal ini sebagian konsumen tropis menilai bahwa cita rasa nenas sebagai buah asam. Kandungan jus dalam nenas Smooth Cayenne memiliki kualitas yang kurang baik hal ini dikarenakan memiliki warna yang jelek, kadar gula tinggi tetapi keruh. Siklus produksi nenas Smooth Cayenne lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya dan sensitif terhadap iklim yang dingin (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003).

Gambar 1. Nenas Kultivar Smooth Cayenne

(Sumber: http://www.cefe.cnrs.fr/ibc/pdf/coppens/fruitsfromamerica/ image/scarlett.jpg).

Populasi nenas Smooth Cayenne memiliki populasi yang lebih sedikit dibandingkan pada umumnya yaitu 20.000 - 40.000 tanaman/ha, hal ini disebabkan ukuran tanaman nenas Smooth Cayenne lebih besar dibanding Queen sehingga jarak tanam juga semakin lebar (Naibaho at el., 2007). Nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips, nematode) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal, busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003).

Perbanyakan Nenas

Perbanyakan nenas dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif maupun perbanyakan generatif. Perbanyakan generatif jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang lama dan tidak mudah dalam penyediaan benih nenas. Pusat Kajian Buah Tropika (2008) menyatakan bahwa perbanyakan tanaman nenas secara umum dilakukan secara vegetatif yaitu menggunakan tunas akar, tunas batang, tunas tangkai buah, tunas dasar buah, mahkota buah, dan stek batang serta dapat dilakukan melalui kultur jaringan.

Wee dan Thongtham (1997) membagi bahan tanam nenas menjadi tiga yaitu mahkota buah, tunas batang (slip, hapas, shoot) dan tunas ketiak daun (sucker). Dari ketiga bagian tersebut yang paling sering digunakan sebagai bahan perbanyakan adalah tunas batang sedangkan mahkota jarang digunakan karena ukurannya tidak seragam. Kultivar Smooth Cayenne menghasilkan tunas batang sedikit yaitu kurang dari tiga sehingga untuk perbanyakan lebih sering digunakan tunas ketiak daun (Nakasone dan Paull, 1999).

Menurut IPTEKnet (2005) persyaratan bibit yang digunakan adalah bibit yang mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang dan tunas batang.

Pertumbuhan Planlet Nenas

PKBT (2008) menyatakan tahap-tahap perbanyakan bibit nenas dengan kultur jaringan yaitu pemilihan pohon induk, persiapan bahan perbanyakan, inisiasi, multiplikasi, aklimatisasi, pembesaran di nursery atau pembibitan, dan penanaman di lapangan. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

1 2

4 3

Gambar 2. Tahapan Budidaya Nenas melalui Perbanyakan Kultur Jaringan. (1) Multiplikasi Nenas, (2) Aklimatisasi Nenas, (3) Pembesaran Bibit/Nursery, (4) Penanaman Nenas di Lapang. Sumber: PKBT IPB.

Marlina dan Rusnandi (2007) menyatakan bahwa perlakuan media arang sekam memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terbesar dan kombinasi arang sekam dan arang mentah memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terkecil. Jumlah daun terbanyak diperoleh pada media arang sekam, sedangkan jumlah daun terendah pada kombinasi sekam mentah dan arang sekam. Hal ini dikarenakan arang sekam mempunyai sifat ringan (berat jenis 0,2 kg/l), banyak pori-porinya, kapasitas menahan air tinggi, dan berwarna hitam sehingga dapat menyerap sinar matahari dengan efektif dan mampu menyerap air serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Giberelin

Giberelin merupakan senyawa kimia yang mempunyai struktur ent- gibberellane. Davies (1995) menyatakan bahwa GA3 merupakan golongan hormon tanaman yang mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Giberelin (GA3) Sumber: http://www.google.co.id/

Pengaruh giberelin terhadap pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan fungsi giberelin yang dapat memperpanjang batang. Giberelin memacu pemanjangan batang karena hormon ini merangsang pemanjangan sel yang menyebabkan pertumbuhan batang pesat. Giberelin juga memacu pertumbuhan sel, hingga dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang mengakibatkan pemanjangan batang dan perkembangan daun-daun muda (wattimena, 1992).

Andriana (2005) menyatakan bahwa pemberian giberelin 20 ppm dapat menghasilkan panjang batang semu dan panjang pelepah terpanjang sedangkan pertambahan tinggi terbesar, jumlah akar terbanyak, daun terlebar dan akar terpanjang dihasilkan oleh giberelin 0 ppm. Interaksi antara jenis tunas tinggi dan giberelin 20 ppm menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan panjang batang semu terbesar pada tunas pisang.

Nitrogen

Menurut Priddy (2010) nitrogen merupakan nutrisi yang sangat penting untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas. Pupuk mengandung 6 sampai 10 % nitrogen adalah penting untuk pertumbuhan nenas. Nitrogen yang mengandung pupuk harus diberikan setiap 8 minggu untuk menghasilkan produksi yang optimal, formula yang lambat terlepas adalah yang paling baik.

Lindawati et al. (2000) menyatakan pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein. Nitrogen dalam tanaman berperan pada pertumbuhan vegetatif, sintesis asam amino saat pembentukan protein.

Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar dibandingkan unsur hara yang lain. Tanaman dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan dapat menghasilkan hasil yang baik jika pasokan N dapat tercukupi. Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran daun dan jumlah daun berkurang serta buah dan berat mahkota menurun (Nightingale, 1942)

Safuan (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi nenas. Pemberian pupuk nitrogen juga dapat meningkatkan kadar dan serapan hara N dan K, tetapi menurunkan kadar dan serapan hara P tanaman nenas. Pada tanah inceptisol yang mempunyai kadar hara N sebesar 0.14% dibutuhkan pemupukan nitrogen dengan dosis 578 kg N ha-1 atau sekitar 9 g per tanaman.

Bhugaloo (1998) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan rata-rata panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio mahkota, penurunan persentase penyakit busuk buah apabila diberikan pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha. Pemberian pupuk nitrogen yang berlebih akan menyebabkab penurunan pada variabel yang sama.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB Pasir Kuda, Bogor dengan suhu harian berkisar 22.7-31.7°C. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet nenas yang sudah di aklimatisasi selama 2 bulan, dikelompokkan berdasarkan ukuran tinggi planlet, yaitu tinggi planlet sebagai ulangan tiga (Ukuran besar), tinggi antara 7 – 14 cm sebagai ulangan dua (Ukuran sedang), dan tinggi sebagai ulangan satu (Ukuran kecil). Bahan yang digunakan yaitu gibberellic acid 20% w/w, fungisida berbahan aktif mankozeb 80% v/v, nematisida berbahan aktif karbofuran 3% w/w, urea, dan arang sekam.

Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Alat yang digunakan meliputi hand sprayer 2 L, timbangan analitik, gelas ukur 2 L, meteran, alat tulis, kamera, dan alat-alat pertanian umum.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah giberelin dengan 3 taraf konsentrasi yaitu : 0 ppm (GA1), 12.5 ppm (GA2) dan 50 ppm (GA3). Faktor kedua adalah nitrogen dengan 3 taraf konsentrasi yaitu: 0 g/l (NI1), 10 g/l (NI2), dan 20 g/l (NI3). Penelitian sebelumnya Pramesti (2011) menggunakan konsentrasi giberelin

0, 25, dan 50 ppm serta nitrogen 0, 25, 40 g/L terhadap pertumbuhan vegetatif nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1.

Perlakuan giberelin dan nitrogen dikombinasikan, sehingga menghasilkan 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 50 planlet, sehingga total planlet sebanyak 1350 planlet. Jumlah planlet yang diamati dalam satu satuan percobaan sebanyak 10 planlet.

Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. GA1NI1: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 0 g/l

2. GA1NI2: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 10 g/l 3. GA1NI3: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 20 g/l 4. GA2NI1: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 0 g/l 5. GA2NI2: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 10 g/l 6. GA2NI3: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 20 g/l 7. GA3NI1: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 0 g/l 8. GA3NI2: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 10 g/l 9. GA3NI3: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 20 g/l

Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = + Ui + Gj + Nk + (G*N)jk + ijk Keterangan :

Yijk : Respon perlakuan : Nilai rataan umum

Ui : Pengaruh ulangan ke-i (i : 1,2,3)

Gj : Pengaruh perlakuan giberelin ke-j (j : 1,2,3) Nk : Pengaruh perlakuan nitrogen ke-k (k : 1,2,3)

(G*N)jk: Interaksi antara perlakuan giberelin ke-j dengan nitrogen ke-k ijk : Galat percobaan

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Media dan Penanaman

Pertama kali yaitu pembuatan bak tanam dengan ukuran 8.5 m x 1 m dengan menggunakan bata merah. Persiapan media tanam dengan meratakan arang sekam pada media tanam yang sudah disiapkan. Kedalaman media tanam kurang lebih 5 cm, setelah itu media diratakan dan melakukan penanaman planlet nenas. Jarak tanam yang digunakan 5 cm x 5 cm sehingga populasi planlet dalam satu bak tanam sebanyak 50 planlet. Lubang tanam yang digunakan sesuai dengan panjang akar dan besar planlet. Penanaman dilakukan setelah satu minggu bak tanam diberakan. Planlet yang digunakan berasal dari planlet hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur.

Perlakuan

Aplikasi pemberian giberelin dan nitrogen dilakukan pada malam hari pukul 19.30 WIB. Pembuatan larutan giberelin dengan cara melarutkan 1 tablet giberelin 5 g/L kemudian dicairkan kembali sesuai konsentasi. Larutan tersebut diaplikasikan ke planlet dengan sistem kocor menggunakan sendok teh ke dalam titik tumbuh planlet. Larutan giberelin yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Aplikasi giberelin dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan.

Aplikasi nitrogen dilakukan dengan cara melarutkan nitrogen dengan konsentrasi yang telah ditentukan menggunakan sendok teh dan dengan sistem kocor, nitrogen diaplikasikan dua minggu sekali selama tiga bulan. Larutan nitrogen yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Dua bulan selanjutnya tidak dilakukan aplikasi giberelin dan nitrogen.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemberian fungisida dan nematisida, penyiangan, pembersihan gulma serta daun - daun yang mengering pada planlet nenas.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setelah planlet nenas berumur 2 MST (minggu setelah tanam) dan diamati setiap dua minggu sekali. Peubah yang diamati meliputi:

Tinggi planlet

Tinggi planlet diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dengan cara ditangkupkan ke atas.

Panjang daun

Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dari daun yang terpanjang.

Lebar daun

Lebar daun diukur dari bagian daun terlebar dari daun yang terpanjang. Diameter tajuk planlet

Diameter tajuk planlet diukur berdasarkan garis tengah planlet dari ujung daun terluar melewati titik tumbuh planlet.

Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada pada semua ruas termasuk daun yang masih muda.

Analisis data

Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf α 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Penanaman menggunakan planlet nenas hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur pada umur yang sama yaitu 2 bulan. Bahan tanam yang digunakan adalah planlet nenas kultivar Smooth Cayenne. Jumlah planlet nenas yang digunakan yaitu 1350 planlet. Kondisi planlet saat awal dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

A B

Gambar 4. Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda A. Awal Penelitian sebelum Aplikasi, B. Saat Planlet Umur 19 MST.

Perlakuan giberelin dan nitrogen diaplikasikan setelah planlet nenas berumur 1 MST. Aplikasi giberelin dilakukan sebanyak 3 kali (sebulan sekali selama 3 bulan) sedangkan aplikasi nitrogen sebanyak 12 kali (seminggu sekali selama 3 bulan). Pada dua bulan terakhir tidak dilakukan aplikasi. Aplikasi dilakukan dengan sistem kocor menggunakan sendok teh.

Pemeliharaan planlet meliputi penyiraman dan pemberian fungisida. Penyiraman dilakukan dengan menyemprot planlet sampai kondisi basah. Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada bulan pertama penelitian dan satu kali

penyiraman selama dua hari pada bulan berikutnya. Hal ini dapat mengurangi kelembaban media tanam yang dapat mengakibatkan munculnya jamur, bakteri dan cendawan. Pada bulan pertama terdapat planlet yang mati akibat busuk akar, layu dan terkena cendawan.

Tanaman nenas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan atau penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Penyiraman yang berlebih akan memudahkan tumbuhnya cendawan. Hal ini didukung bahwa nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips, nematoda) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal, busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003). Pada 8 MST terdapat planlet yang mengalami busuk hati. Gejala ini ditandai daun yang klorosis dengan ujung nekrosis. Daun-daun muda mudah dicabut, karena pangkalnya busuk. Bagian daun yang busuk mempunyai batas berwarna coklat. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Planlet Busuk (Lunak) pada bagian Pangkal disebabkan oleh Cendawan.

Pemberian fungisida dilakukan sekali selama penelitian dengan cara disemprot ke planlet sampai kondisi planlet basah. Hama yang terdapat di pertanaman yaitu kumbang (Carpophilus hemipterus L.) dan serangga, dan penyakit yang nampak yaitu layu fusarium, busuk hati dan busuk pangkal.

Hasil

Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan giberelin menunjukkan pengaruh nyata pada peubah pengamatan panjang daun, lebar daun, diameter tajuk planlet dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada semua peubah pengamatan dari 2 MST sampai 19 SMT kecuali lebar daun dan jumlah daun pada saat 19 MST. Pemberian giberelin dan nitrogen menunjukkan tidak adanya interaksi nyata pada semua peubah pengamatan kecuali pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin, Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati.

No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%)

1 Tinggi Planlet 2 MST tn ** tn 29.32 4 MST tn ** tn 29.62 6 MST tn ** tn 27.62 8 MST tn ** tn 25.51 10 MST tn ** tn 23.13 12 MST tn ** tn 22.4 19 MST tn ** tn 23.07 2 Panjang Daun 2 MST tn ** tn 28.85 4 MST tn ** tn 29.57 6 MST tn ** tn 27.66 8 MST tn ** tn 26.3 10 MST tn ** tn 23.12 12 MST tn ** tn 22.4 19 MST * ** tn 24.39 3 Lebar Daun 2 MST tn ** tn 7.4 4 MST tn ** * 6.17 6 MST tn ** tn 6.44 8 MST * ** tn 12.94 10 MST ** * tn 14.59 12 MST ** * tn 13.4 19 MST * tn tn 28.96

No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%) 4 Diameter Planlet 2 MST tn ** tn 21.86 4 MST tn ** tn 24.2 6 MST tn ** tn 24.96 8 MST tn ** tn 22.68 10 MST tn ** tn 19.7 12 MST tn ** tn 17.73 19 MST ** ** tn 17.99 5 Jumlah Daun 2 MST tn * tn 12.2 4 MST tn ** * 4.63 6 MST tn ** tn 7.22 8 MST ** ** tn 6.39 10 MST ** ** tn 6.49 12 MST ** ** tn 7.09 19 MST ** tn tn 9.47

Keterangan : ** = berbeda sangat nyata, * = berbeda nyata, tn = tidak nyata menurut uji F pada taraf α 5 %.

Nilai koefisien keragaman (KK) pada penelitian ini berkisar antara 4.63 - 29.62 %. Menurut Gomez dan Gomez (1995) semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka percobaan tersebut kurang dapat diandalkan. Pada percobaan ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang bervariasi. Kondisi di lapangan menunjukkan pada ulangan tiga, planlet mendapatkan cahaya lebih sedikit dibandingkan dengan ulangan satu dan pada waktu hujan, ulangan tiga memiliki kelembaban yang tinggi karena terkena hujan dibandingkan ulangan satu.

Tinggi Planlet

Perlakuan giberelin tidak menunjukkan pengaruh nyata pada peubah tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan giberelin dan nitrogen tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari 2 MST sampai 19 MST (Tabel 1).

Tinggi planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 8 – 9 cm dan pada 19 MST mengalami pertumbuhan tinggi planlet sekitar 14 - 18 cm. Tinggi planlet nenas pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 6 – 11 cm dan pada akhir pengamatan tinggi planlet sekitar 11 - 20 cm. Pertumbuhan tinggi

planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm sebesar 18.06 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 20.4 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian giberelin dan nitrogen maka semakin mempercepat laju pertumbuhan tinggi planlet, tetapi kedua-duanya tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Tinggi planlet semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri) dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda.

Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y= 0.1809x + 5.9632 dengan R2 = 0.9848 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 133 MST. Nenas dapat dipindahkan ke lapangan ketika tingginya mencapai 30 cm (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010). Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 133 MST (33 bulan). Planlet nenas mempunyai umur sekitar 12 bulan dari mulai penanaman di media kultur jaringan sampai tahap aklimatisasi (Rosmaina, 2007) dan tahap pembesaran nursery 3 bulan (Naibaho et al., 2008) sehingga memerlukan waktu 1.3 tahun dapat pindah ke lapangan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan waktu sekitar 2.7 tahun untuk dipindahkan ke lapangan, hal ini menunjukkan 1.4 tahun lebih lambat tetapi tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen.

Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.4459x + 5.5804 dengan R2 = 0.9165 (Lampiran

1). Jika Y = 30 cm maka X = 55 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 55 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp. 6 250/ha.

Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.481x + 4.3284 dengan R2 = 0.9856 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 54 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 54 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar 12.500/ha.

Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L dapat mempercepat umur planlet di pembibitan 20 bulan (1.6 tahun) dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen (kontrol). Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan biaya untuk urea Rp. 6 250/ha sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan biaya urea Rp. 12. 500/ha.

Dokumen terkait